Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh:
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahnya, old age
adalah bertambahnya umur dalam kehidupan manusia yang disertai penurunan
kekuatan dan aktivitas atau kegiatannya. Elderly adalah diarahkan pada perubahan
usia menuju “post middle age” atau mendekati usia tua. Gerontologi merupakan suatu
pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu biologis, psikologis,
sosial, ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 2001).
Tujuan gerontologi :
Geriatric nursing adalah asuhan keperawatan yang difokuskan pada kondisi sakit.
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari
kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Menurut Miller (2012) geriatrik sangat berakaitan dengan penyakit dan
kecacatan orang tua sehingga dapat dimaknai bahwa istilah geriatrik berfokus pada
subspesisialisasi pengobatan penyakit dan praktik keluarga. Seiring
dengan berjalannya waktu, terdapat pergeseran orientasi yaitu fokus geriatrik
ini mencakup masalah kualitas hidup, intervensi mempertahankan fungsi optimal dan
promosi kesehatan. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua yang bahagia
dan berguna (Depkes RI, 2000). Geriatri dapat juga diartikan sebagai praktek medis
yang membahas kebutuhan lansia secara kompleks dan fokus pada mempertahankan
fungsional tubuh ketika mengalami penyakit kronis (AMSA, 2004).
2. Gerontologi Keperawatan
a. Praktek dan Pendidikan Keperawatan Gerontik
1) Senior Centers
Senior Centers dikembangkan pada tahun 1940 untuk menyediakan
aktivitas sosial dan rekreasi. Pelayanan yang diberikan berupa
rekreasi, edukasi, konseling, terapi, nutrisi, dan skrining kesehatan.
Perawat mendapatkan kesempatan untuk memberikan pelayanan
kepada lansia yang ingin hidup mandiri (Stanhope & Lancaster, 2014).
2) Adult Day Centers
Adult day centers pertama kali dikembangkan pada tahun 1970. Adult
day centers menyediakan pelayanan yang berupa aktivitas sosial dan
rekreasi pada lansia mengalami gangguan fungsional dalam setting
kelompok. Pelayanan ini diberikan kepada klien yang fisik dan
mentalnya membutuhkan perawatan. Adult day centers juga
memberikan makanan, pelayanan transportasi, terapi pengobatan,
perawatan asistif, dan pelayanan atau terapi lainnya. Pelayanan ini
berlangsung pada week days selama 8 jam dalam sehari, 5 jam untuk
program formal dan 5 jam untuk interaksi sosial. Tujuan dari
pelayanan ini untuk meningkatkan kemampuan fungsional lansia,
mencegah terjadinya penyakit yang akan membawa klien untuk
menjalani pengobatan di rumah sakit, memberikan pelayanan
keperawatan kepada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan
tinggi, dan meningkatkan kualitas hidup lansia yang memiliki
gangguan pada kondisi kesehatannya (Miller, 2012).
3) Respite care
Respite care merupakan pelayanan yang tujuan utamanya yaitu untuk
membantu para tenaga kesehatan secara bertahap dari stres yang
dirasakan selama menjalankan tanggung jawab sebagai petugas
kesehatan. Istilah pelayanan ini pada akhir tahun 1970 digunakan
karena ditemukan bahwa para tenaga kesehatan atau pemberi
pelayanan kesehatan memiliki risiko isolasi sosial, depresi, distress
psikologis, dan masalah lain yang terkait dengan beban dalam
pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan. Pelayanan yang
diberikan berupa adults day centers dan perawatan di rumah jangka
pendek (Miller, 2012).
4) Promosi Kesehatan
Lansia membutuhkan skrining kesehatan untuk pencegahan primer,
sekunder, dan tersier sama seperti klien pada usia lainnya. Pencegahan
primer untuk mencegah munculnya penyakit pada klien lansia seperti
mengidentifikasi keamaan rumah untuk mengetahui risiko jatuh
dengan falls morse scale. Contoh pencegahan sekunder yaitu skrining
hipertensi Pencegahan tersier seperti memberikan terapi atau latihan
pada klien yang memiliki penyakit jantung atau mengecek keamanan
rumah klien untuk menghindari bahaya yang menyebabkan klien lansia
jatuh (Hunt, 2009).
5) Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut
usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat
(LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain dengan fokus utama pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Latar belakang
terbentuknya Posyandu terkait dengan perkiraan peningkatan jumlah
lansia pada tahun 2020 yaitu sebanyak 28,8 juta jiwa. Posyandu Lansia
juga dapat menyediakan pelayanan sosial, agama, pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang
dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu,
para lansia dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri
(Komnas Lansia, 2010). Kegiatan - kegiatan yang dilakukan pada
posyandu lansia:
Pengukuran IMT, tinggi badan dan berat badan yang
dilaksanakans setiap sebulan sekali.
Pemeriksaan tekanan darah minimal sebulan sekali. Bagi
penderita hipertensi dianjurkan setiap minggu.
Pemeriksaan kadar Hb, gula darah, dan kolesterol pada lansia
yang sehat dilakukan setiap 6 bulan dan bagi lansia yang
mempunyai faktor risiko DM, obesitas pemeriksaan dilakukan 3
bulan sekali.
Kegiatan konseling dan penyuluhan gizi setiap bulan.
Konseling usaha ekonomi produktif dilakukan sesuai
kebutuhan.
Kegiatan aktivitas fisik minimal seminggu.
b. Peran Perawat Gerontik
Menurut buku Gerontological Nursing (2014) peran perawat gerontology
adalah sebagai berikut :
1) Care Giver
Perawat langsung memberikan perawatan kepada lansia. Pada
lansia, sering ditemui symptom yang tidak biasa sehingga
mempersulit diagnosis. Jadi perawat perlu tahu konsep penyakit dan
syndrome yang bisa muncul pada lansia.
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada lansia, seorang
perawat harus mengetahui latar belakang dari masalah atau penyakit
tersebut, tanda dan gejalanya, faktor-faktor resiko, perawatan medis
yang biasa digunakan, asuhan keperawatan berdasarkan masing-
masing masalah keperawatan yang dialami klien karena penyakit
tersebut, dan rehabilitasi jika dibutuhkan.
2) Edukator
Mengajarkan pasien adalah hal esensial dalam keperawatan
gerontology. Fokusnya pada keperawatan gerontikadalah
memodifikasi factor resiko dan promosi kesehatan.
Perawat berperan memberikan informasi dan pengetahuan
kepada klien lansia tentang penyakit atau masalah yang dihadapinya
seperti menjelaskan faktor-faktor resiko penyakit yang dialami klien
lansia sehingga pola hidup lansia tersebut dapat berubah dan status
kesehatannya dapat bertambah. Mengajarkan dan membimbing klien
lansia juga dapat membuat mereka mandiri dan merasa mempunyai
andil dalam kesehatan tubuhnya (Miller, 2009).
3) Leader
Pada peran ini, perawat berperan dalam penyeimbangan antara
pasien, keluarga dan team interprofesional lainnya. Perawat mampu
dalam memimpin, manajemen waktu, membangun hubungan,
komunikasi sehingga askep yang diberikan dapat optimal.
4) Advokat
Disini perawat membantu pasien dengan mendukung yang
mana yang diinginkan oleh pasin, dan memperkuat kemampuan
pasien dalam membuat keputusannya sendiri. Bisa juga involvement
dengan rujukan agar kebutuhan pasiennya dapat terpenuhi. Perawat
gerontik disini berada di pihak klien lansia untuk mempromosikan
atau memberi tahu kepada pihak lain (keluarga dan pemberi layanan
kesehatan lain) tentang hal-hal yang disukai klien, juga memperkuat
otonomi klien dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
5) Evidence-Based Clinician
Setiap tindakan yang diberikan harus berdasarkan Evidence
based practice. Sehingga dapat mengoptimalkan gagal menjadi
penguat dalam praktiknya.
Selain itu juga terdapat peran lain yang dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan:
1) Peneliti
Perawat disini berperan sebagai pengembang keperawatan
gerontik berdasarkan masalah-masalah yang ada pada saat ini. Hal ini
diharapkan agar keperawatan gerontik akan selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
2) Komunikator
Komunikasi bersifat esensial bagi seluruh peran keperawatan
dan aktivitasnya. Perawat secara rutin berkomunikasi dengan lansia
dan keluarganya serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Tanpa
komunikasi yang jelas, sangat sulit untuk memberikan kenyamanan
dan dukungan emosional kepada lansia.
3) Konsultan
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
4) Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain.
Perawat berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
5) Motivator
Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan untuk
memenuhi kebutuhannya.
6) Pengamat kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi
pada lansia, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi,
dan pengumpulan data.
7) Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan
oleh klien lansia dalam upaya peningkatan kesehatannya
1) Pubmed
2) CINAHL
3) Ovid-medline
4) National Guideline Clearing house
5) Chochrane Databases
Sertifikasi ANA 1998 tersedia untuk perawat praktik lanjut lanjut usia
geriatrik sebagai praktisi perawat geriatri atau spesialis perawat klinik
gerontologis
a) Tujuan gerontologi
1) membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses penuaan.
2) membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
3) mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial secara
optimal.
4) memotivasi dan menggerakan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.
5) memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
6) mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
7) mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
8) meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,
sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
b) Tujuan geriatric
1) mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2) memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3) merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila
mereka menemukan kelainan tertentu.
4) mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
mnederita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5) bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dna bila
mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan
untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan
penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral
dan perhtian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung
dengan tenang).
4. Pengertian Lansia Dan Batasan Usia Dari Beberapa Ahli/ Sumber
1) Pengertian lansia
a. Menurut Budi Anna Keliat, 1999
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia.
b. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan
Bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun.
c. Menurut Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 69 tahun keatas.
d. Menurut Constantinides, 1994
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
e. Menurut Darmojo dan Martono, 1999
Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolic dan structural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.
2) Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Effendi (2009), batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia sebagai berikut:
a. Menurut UU No.13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1ayat 2
Yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun keatas”
b. Menurut World Health Organization (WHO)
Usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut:
- Usia pertengahan (middle age) ialah 45 – 59 tahun
- Lanjut usia (elderly) ialah 60 – 74 tahun
- Lanjut usia tua (old) ialah 75 – 90 tahun
- Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun
c. Menurut Dra. Jos Mardani (Psikolog UI)
Terdapat empat fase, yaitu:
- Fase invertus ialah 25 – 40 tahun
- Fase virilities ialah 40 – 55 tahun
- Fase presenium ialah 55 – 65 tahun
- Fase senium ialah 65 hingga tutup usia
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia
(getiatric age): > 65 tahun atau 70 tahun
Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
usia, yaitu :
- Young old (70 – 75 tahun)
- Old (75 – 80 tahun)
- Very old (> 80 tahun)
3) Klasifikasi Lansia
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 – 59 Tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang sudah tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)
4) Karateristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karateristik sebagai
berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososisal sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
5) Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah,pengalaman,menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
2) Sasaran
Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara
lain
1) Lanjut usia 60 tahun ke atas
2) Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal
bersama keluarga baik keluarganya sendiri maupun keluarga
pengganti.
3) Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang
sakit, lanjut usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4) Lanjut usia yang terlantar atau miskin.
3) Standar Praktik Keperawatan Kesehatan Rumah
Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1. Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan
dipimpin oleh seorang kepala/manajer perawat profesional yang
telah dipersiapkan dengan kompetensi dalam pemberian
pelayanan/asuhan keperawatan dalam kesehatan masyarakat dan
termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.
2. Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam
melaksanakan praktek/asuhan keperawatan.
3. Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan
mendokumentasikan data yang luas, akurat, dan sistematis.
4. Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian
kesehatan klien untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5. Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna
menentukan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Rencana
didasarkan pada perumusan diagnosa keperawatan dan
menggabungkan nilai-nilai dalam upaya pencegahan penyakit,
tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif perawatan.
6. Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk
memberikan rasa kepuasan, memulihkan status kesehatan,
memperbaiki dan memajukan kesehatan, serta mencegah
komplikasi dan penyakit lanjutan yang memerlukan tindakan
rehabilitatif.
7. Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan
keluarga dalam penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap
hasil yang telah dicapai dan meninjau kembali data dasar diagnosa
perawatan dan perencanaan yang telah disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Alimul, Aziz H. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Mauk, K.L. 2014. Gerontological Nursing.Sudbury : Janes and Barlet Publisher
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC