Anda di halaman 1dari 29

LOG BOOK TUTORIAL

KASUS 1
KEPERAWATAN GERONTIK

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Kamariyah, S.kep, M.Kep.

DISUSUN OLEH:
Jelisa Laxmi Lovy
G1B118029

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021/2022
SKENARIO 1

STEP 1
1. Ilmu gerontologi
2. UHH
3. Researcher
4. Case manager
5. ADL

Jawab
1. Ilmu gerontologi ilmu yang memperlajari aspek penuaan, ilmu dan mental
Ilmu keperawatan yang berbentuk psikososial, spiritual & culutural
2. UHH umur harapan hidup
3. Orang yang melakukan penelitian/ peneliti
4. Case Manager adalah professional di rumah sakit yang melaksanakan
manajemen pelayanan pasien
5. ADL aktivitas pokok untuk perawatan diri, toilet, makan mandi dan
berpindah tempat
ADL aktivitas kehidupan sehari yang dilkukan dalam kehidupannya
Aktivitas yang dilakukan sepanjang hari secara normal

STEP 2
1. Apa saja masalah pisik dan psikososial yang dialami oleh lansia?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi lansia dalam ADL?
3. Pendekatan apa yang bisa dilakukam perawat dalam merawat pasien lansia
4. Bentuk kegiatan promotif apa yabg bisa diberikan kpd lansia?
5. Sebutkan contoh kegiatan preventif dan rehabilitatif dalam ?
6. Bagimana contoh tindakan perawatan sebagai advovat klien?
7. Apa saja peran perawat untuk mengatasi masalah pisik dan psikososial
lansia?
8. Apa fungsi perawat gerontik ?
9. Bagaimana peran perawat gerontik dalam care provider dan case
manager?

STEP 3

1. Masalah fisik
Fisik yang mulai melemah,sering terjadi radang persendian,indra
pendengaran mulai berkurang,indra penglihatan yang mulai kabur,serta daya
tahan tubuh yang menurun sehingga mudah terserang penyakit.
2. Masalah Psikososial
Menurut Kusumiati (2012), masalah- masalah yang dapat timbul ketika
lansia tinggal sendiri di rumah adalah kurang dukungan keluarga, kesepian,
perubahan perasaan, perubahan perilaku, masalah kesehatan, ketakutan menjadi
korban kejahatan, masalah penghasilan, dan masalah seksual.
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang
progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung,
panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya
stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup,
kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis

3.Umur dan Imobilisasi

1. Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya.
a. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing dan
sebagai sahabat yang akrab.
b. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka.
c. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya

2. Upaya promotif untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan


derajat kesehatan usia lanjut agar tetap berguna bagi diri sendiri, keluarga
dan masyarakat.
Bentuk kegiatan :
a. Bimbingan rohami
b. Olahraga
c. Teknik berkomunikasi
d. Penyuluhan atau demontrasi mengenai kesehatan
e. Ceramah keagamaan
f. Rekreasi
g. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lanjut usia

3. Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut


antara lain dengan senam lansia, karena manfaat senam lansia bagi
kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau dari fisik, psikis dan sosial. Manfaat
fisik dari senam lansia adalah menjaga tekanan darah tetap stabil,
melenturkan otot-otot tubuh, menguatkan tulang, menjaga berat badan
ideal, dan meningkatkan kebugaran. Senam lansia adalah suatu usaha
alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan
menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-hari. Senam lansia
bertujuan meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar,
merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak dan dapat menguatkan
tulang dan otot sehingga lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dengan baik

4. Perannya sebagai advokat yaitu dengan memberikan informasi sebanyak-


banyaknya tentang kondisi pasien dan proses kesembuhannya, menjadi
penghubung antara pasien dan tim kesehatan lain, membela hak-hak
pasien dan melindungi pasien dari tindakan yang merugikannya.
Contohnya : Memberikan informasi tentang hak pasien, penyakit dan
terapinya, dan tenaga kesehatan yang akan merawatnya,Memberikan
kebebasan memilih tenaga kesehatan yang akan merawatnya

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarganya


dalam memahami dan mengerti berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan keputusan serta
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Selain itu juga dapat berperan dalam mempertahankan serta membantu
melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang
sebaik-baiknya, hak atas informasi mengenai penyakitnya, hak atas privasi
klien, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian tindakan dari tenaga medis maupun institusi
rumah sakit.

5. Peran perawat dalam lingkungan fisik: Menyediakan fasilitas lingkungan


fisik yang hangat, terang, dapat menstimulasi sensori pada perawatan
jangka panjang
Kemudahan mengakses, kelengkapan fasilitas, kemanan fasilitas,
pembagian kamar . peran perawat dalam lingkungan psikososial: Aspek
sosial dari kehidupan, kesehatan dan keejahteraan saling berhubungan
secara kompleks
Kontak interpersonal yang penuh arti, hubungan, harga diri, otonomi,
menentukan nasib sendiri, jarak pribadi dan privasi juga diperlukan untuk
memberikan dukungan pertumbuhan dan kemandirian fungsional.

6. • Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan secara langsung


• Sebagai pendidik klien lansia
• Sebagai motivator klien lansia
• Sebagai advokasi klien lansia
• Sebagai konselor atau memberi konseling pada klien lansia

7. Peran perawat sebagai care provider (pemberi asuhan keperawatan)


Peran ini dilakukan perawat dalam memperhatikan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan dilksanakan tindaka
yang tepat sesuai dengan tingjat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangnnya.
Peran perawat sebagai case manager
Seorang case manager bertanggung jawab atas pelaksanaan progran
pemeriksaan penunjang dan pelaksanaan terapi yg telah ditentukan agar
pelayanan kepada pasien diberikan dengan baik sesuai standar sehingga
kepuasaan pasien meningkat.

Ini adalah peran perawat yang utama, yakni memberi pelayanan perawatan
pada pasien yang membutuhkan sesuai dengan prinsip dan etika perawat.
Sebagai care provider, perawat dapat memberi bantuan fisik maupun
psikologis bagi pasien, agar kondisi kesehatannya membaik
Peran perawat sebagai case mananger
Perawat di tuntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang seefektif mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat.

STEP 4

Umur Harapan Hidup (UHH)72


tahun pada tahun 2014

Penduduk Lansia

masalah fisik dan psikososial.

kehidupan sehat, mandiri, dan produktif

ilmu Gerontologi, geriatrik, dan


keperawatan gerontik

Perawat gerontik memiliki peran dan fungsi


yaitu sebagai care provider, advocat, educator,
counselor, motivator, case mananger,
consultant, researcher dan collaborator.

upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif.

Peningkatkan ADL

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


GERONTIK
STEP V
BELAJAR MANDIRI
1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibat kan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahantubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti
didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa
pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan
hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).

2.2 Batasan Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,


2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

3) Usia sangat tua (very old) adalah usia> 90 tahun.

b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi


tiga katagori, yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,


2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, Konsep Lanjut Usia dan
Proses Penuaan
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas
4) dengan masalah kesehatan.

2.3 Ciri–Ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

a. Lansia merupakan periode kemunduran.


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi
positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.

Misalnya lansiamenduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua


RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.


Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan

konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku


yang buruk.

Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi burukpula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering
tidak dilibatkan untukpengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yangmenyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkanmemiliki harga diri yang rendah

2.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan


petugas kesehatan dalam memberikan pelayanansosial, kesehatan, perawatan dan
meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia.

Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang


setinggi tingginya,sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitasfisik dan
mental
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yangoptimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yangberada dalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.
5. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial
lansia, pusatin formasi pelayanan social lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan
lansia. (Siti Nur Kholifah 2016)

2.7 Pendekatan Perawatan Lansia

a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan
fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:

Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaanfisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhan nya
sehari-hari masih mampu melakukannya sendiri.

Klien lansia yang pasif, keadaan fisik nya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama
yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.

b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawatdapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi
dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam member kesempatan dan waktu yang cukup banyakuntuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bilaingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.

c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawatdalam melakukan pendekatansosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan social ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lansia maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan
melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar
dan majalah. (Siti Nur Kholifah 2016)

2.8 Prinsip etika pada pelayanan kesehatan lainnya

Aspek etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di


pelayanan. Banyaknya kasus pelanggaran etik yang terjadi di Indonesia
seperti bayi melepuh karena ditinggal perawat, salah suntik, pasien jatuh,
pembiaran pasien sehinga terlambat mendapatkan penanganan merupakan
hal-hal yang masih saja terjadi dalam perawatan pasien. Hal tersebut bisa
saja terjadi karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika dalam
asuhan keperawatan. Penelitian oleh Haddad dan Eiger (2018)
menunjukkan banyaknya keluhan pasien karena ketidak pedulian perawat.
Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat di dalam memberikan
asuhan keperawatan agar segala tindakan yang diambilnya tetap
memperhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-
unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara perawat
dengan klien, dokter, sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan
pengunjung.

Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu; otonomi (menghormati


hak pasien), non malficience (tidak merugikan pasien), beneficience
(melakukan yang terbaik bagi pasien), justice (bersikap adil kepada semua
pasien), veracity (jujur kepada pasien dan keluarga), fidelity (selalu
menepati janji kepada pasien dan keluarga), dan confidentiality (mampu
menjaga rahasia pasien). Etika keperawatan dan etika kesehatan sampai saat
ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas karena setiap hari perawat
berhadapan dengan masalah etik. Secara umum beberapa aspek prinsip etik
yang sering dilanggar secara tidak sadar oleh beberapa perawat adalah
aspek otonomi, perawat terkadang tidak meminta persetujuan sebelum
melakukan tindakan karena dianggap pasien telah pasrah kepada petugas
kesehatan terhadap kesembuhannya. Pada banyak kasus terlihat bahwa
pelayanan yang diberikan perawat tidak sesuai dengan kode etik
keperawatan yang telah ditetapkan. Perawat ingin dikatakan profesional
tetapi dalam proses pelaksanaan masih belum sesuai dan melanggar dari
kode etik yang telah ditetapkan.

2.9 Perubahan psikososial pada lansia

Menurut Nugroho (2008) perubahanpsikososial pada lansia yang dapat


terjadi berupa ketika seseorang lansia mengalami pensiun(purna tugas),
maka yang dirasakan adalahpendapatan berkurang (kehilangan
finansial),kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semuafasilitas), kehilangan relasi, kehilangan
kegiatan. memiliki kebebasan, kenyamanan batin, mandiri,dan memiliki
harga diri tersendiri bagi lansia.Menurut Kusumiati (2012), masalah-
masalah yang dapat timbul ketika lansia tinggal sendiri di rumah adalah
kurang dukungan keluarga, kesepian, perubahan perasaan,perubahan
perilaku, masalah kesehatan,ketakutan menjadi korban kejahatan, masalah
penghasilan, dan masalah seksual. Pilihan tinggal di rumah pada usia
lanjut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tinggal dirumah sendiri berarti
memiliki kebebasan, kenyamanan batin dan memiliki harga diri. Tinggal
bersama anaknya berarti tergantung pada dukungan keluarga dan
berkurangnya kebebasan. Sedangkan tinggal dirumah sendiri terpisah
dengan anak seringkalimenimbulkan masalah pada usia lanjut, yaitu
kesepian dan kurangnya dukungan dari keluarga(Lueckenotte, 2000;
Eliopolous, 2005).

Perubahan yang dirasakan usia lanjut tinggal sendiri di rumah tersebut


menggambarkan suatu kondisi pengalaman hidup yang unik, menarik
akibatnya timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta
perubahan cara hidup.

Kebanyakan di jaman sekarang ini banyak keluarga yang menganggap


repot mengasuh atau merawat orang yang sudah lanjut usia, sehingga tidak
jarang ada yang menitipkan orang tuanya di panti maupun ditinggal sendiri
di rumah. Pilihan tinggal sendiri di rumah memiliki kelebihan dan
kekurangan. Tinggal sendiri di rumah berarti untuk dipelajari dan
dipahami lebih lanjut melalu suatu kegiatan penelitian

2.10 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

a. Permasalahan Dari Aspek Psikologis


1. Demensia : gangguan intelektual / daya ingat yang sering terjadi
pada orang usia 65 tahun ke atas.
2. Depresi : gejala depresi pada lansia tidak nafsu makan, kurang
percaya diri, kehilangan minat, gangguan pada tidur, pesimis, kurang
percaya diri, mudah lelah, konsentrasi menurun dan kurang
perhatian.
3. Delusi : kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata
seperti merasa dicintai, ditipu, diracuni dan disakiti oleh orang lain.
4. Gangguan kecemasan : gangguan psikologi yang tidak wajar berupa
ketakutan / phobia yang sering muncul pada lansia yaitu tentang
kematian.
5. Gangguan tidur : faktor tunggal yang berhubungan dan sering terjadi
dengan peningkatan kejadian gangguan tidur yang berupa gangguan
tidur dimalam hari atau sering terbangun dini hari serta mengantuk
di siang hari. (Aspiani, 2014)
b. Permasalahan dari aspek fisiologis
Terjadinya perubahan fisik pada lansia dipengaruhi dari faktor
kejiwaan sosial, ekonomi dan medik. Perubahan itu dapat dilihat seperti
rambut rontok dan beruban, menurunnya penglihatan sebagian dan
menyeluruh, kulit kering dan keriput, penciuman menurun, indra perasa
menurun, pendengaran menurun, karena osteoporosisi jadi membungkuk,
tulang mengeropos, berkurangnya kekuatan dan massanya mudah patah,
berkurangnya keelastisan menjadikan nafas pendek, fungsi organ perut
berkurang, pembuluh darah di dinding menebal mengakibatkan darah
tinggi, oto jantung tidak maksimal, menurunnya organ reproduksi wanita.
(Watson, 2003)

c. Permasalahan dari aspek sosial


1. Merasa kesepian / terisolasi dari lingkungan sekitar, antara lain
kurang tersedianya pelayanan kendaraan umum khususnya untuk
lansia, tingginya tingkat kejahatan disekitar lingkungan tempat
tinggal.
2. Masa pensiun penyebab lansia merasa ada sesuatu yang hilang
darinya. Masalah yang muncul kehilangan status / kedudukan sosial
di lingkungan masyarakat, kehilangan pertemanan baik di
lingkungan masyarakat dan kehilangan gaya hidup yang biasanya
dijalani. (Hurlock, 1996)
2.11 Definisi Gerontologi

Gerontologi berasal sari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan
logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia
(Artinawati, 2014).

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit


yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis,
fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006).
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Santoso 2009).

2.12 Tujuan Gerontologi

1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan dirinya


berkaita dengan proses menua.

2. Membantu mempertahankan indentittas kepribadian lanjut usia


Mempertahankan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial secara optimal.

3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan


kesejahteraan lanjut usia

4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.

5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

6. Mempercepat pemulihan penyembuhan penyakit.


7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluaraga dan masyarakat, sesuai dengan
keberdayaan dalam masyarakat.

2.13 Definisi Keperawatan Gerontik

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan


yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kegiatan
keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spritual, dimana
klien adalah orang yang telah berusia >60 tahun, baik yang kondisinya
sehat maupun sakit.

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat
konprehensif terdiridaribio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat(UURINo.38tahun2014).
Pengertian lain dari keperawatan gerontik adalah praktek keperawatan
yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan menurut
Lueckerotte(2000)

keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan


pada lansiayang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaan, implementasi serta evaluasi.

2.14 Tujuan Keperawatan Gerontik

Memenuhi kenyamanan lansia, Mempertahankan fungsi


tubuh,Serta membuat lansia menghadapi kematian dengan tenang dan
damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
2.15 Fokus Keperawatan Gerontik

Peningkatan kesehatan (health promotion) : Upaya yang dilakukan


adalah memelihara kesehatan dan mengoptimalkan kondisi
lansia dengan menjaga perilaku yang sehat. Contohnya adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia, perilaku hidup
bersih dan sehat serta manfaat olah raga.

Pencegahan penyakit (preventif) : Upaya untuk mencegah terjadinya


penyakit karena proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara
berkala untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit, contohnya
adalah pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala,
menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam,
jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi,
jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8
jam/24 jam.

Mengoptimalkan fungsi mental : Upaya yang dilakukan dengan bimbingan


rohani, diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak
Latih Otak) (GLO) dan melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya
mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak judul lagunya.

Mengatasi gangguan kesehatan yang umum : Melakukan upaya kerjasama


dengan tim medis untuk pengobatan pada penyakit yang diderita lansia,
terutama lansia yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya
pada saat kegiatan Posyandu Lansia.

2.16 Trend Issue Keperawatan Gerontik

a. Trend issue pelayanan keperawatan pada lansia :

1. Pengontrolan biaya dalam pelayanan kesehatan Diupayakan sesingkat


mungkin di pelayanan kesehatan karena pergeseran
pelayanan dari RS ke rumah (home care).
2. Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi & transcultural
Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan klien untuk bertanggung
jawab terhadap perawatan dirinya

3. Perkembangan teknologi & informasi Data based pelayanan kesehatan


komprehensif, Penggunaan computer-based untuk pencatatan klien,
Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam,
Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada klien atau
membuat perjanjian.

4. Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas & terapi


komplementer)

5. Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak


mampu
mengakses pelayanan kesehatan

b. Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat sebaiknya


mengintegrasikan terapi alternatif kedalam metode praktik pendidikan
kesehatan tersebut.

1. Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu


memberikan pelayanan atau informasi yang bermanfaat agar
pelayanan menjadi lebih baik.

2. Perubahan demografi

3. Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model,


yang
memandang manusia secara menyeluruh,

4. Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,

5. Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”,


6. Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis
budaya) sehingga efektif dalam memberikan pelayanan type self care,

7. Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit &


ketidakmampuan pada penduduk yang sudah lansia,

8. Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada


lansia,

9. Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini &


manajemen kesehatan secara tepat, Mampu berkolaborasi dengan
klien,anggota tim interdisipliner dalam memberikan pelayanan,
Mampu mengembangkan peran advokasi .

c. Community-based nursing care

1. Mampu berkolaborasi dalam tim untuk melakukan pelayanan


kesehatan pada lansia, Mampu menggunakan ilmu & teknologi untuk
meningkatkan komunikasi interdisiplin dengan tim dan klien

2. Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan sesuai dengan


kode etik keperawatan.

2.17 Fungsi dan Peran Perawat Gerontik

Menurut Eliopoulus tahun 2005, Fungsi perawat gerontik adalah:

1. Guide persones of all age toward a healthy anging process


(membimbing orang dari segala usia untuk menuju masa tua yang
sehat)

2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)

3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (mengawasi dan
mendorong kualitas pelayanan).

5. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan dan
mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).

6. Teach and support caregives (mendidik dan mendukung pemberi


pelayanan kesehatan).

7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lanjut usia


agar mampu berkembang sesuai kapasitasnya).

8. Listern and support (mendengarkan semua keluhan dan memberi


dukungan kepada lansia).

9. Offer optimism, encourgement, and hope (memberikan semangat,


dukungan, dan harapan kepada lansia).

10. Generate, support, use, and participate in research (menerapkan hasil


penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan
penelitian).

11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan upaya


pemeliharaan dan pemulihan kesehatan).

12. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen


keperawatan).

13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic


maner (melakukan pengkajian, merencanakan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi perawatan secara individual dan perawatan secara
menyeluruh).

14. Link services with needs (memberikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan).
15. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik supaya menjadi spesialis
dibidangnya).

16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of


each other (saling memahami pada aspek fisik, emosi, sosial, dan
spiritual yang memiliki keunikan satu sama lain).

17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical


concern (mengenali dan mendukung manajemen yang sesuai dengan
etika tempat bekerja).

18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan pada saat menghadapi proses kematian.

19. Educate to promote self care and optimal independece (mengajarkan


untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kemandirian yang
optimal).

2.18 Peran Perawat Gerontik secara Umum :

a. Pemberi pelayanan kesehatan

Sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada lansia, seorang perawat


harus mengetahui latar belakang dari masalah atau penyakit tersebut, tanda
dan gejalanya, faktor-faktor resiko, perawatan medis yang biasa
digunakan, asuhan keperawatan berdasarkan masing-masing masalah
keperawatan yang dialami klien karena penyakit tersebut, dan rehabilitasi
jika dibutuhkan.

b. Edukator
Perawat berperan memberikan informasi dan pengetahuan kepada klien
lansia tentang penyakit atau masalah yang dihadapinya seperti
menjelaskan faktor-faktor resiko penyakit yang dialami klien lansia
sehingga pola hidup lansia tersebut dapat berubah dan status kesehatannya
dapat bertambah. Mengajarkan dan membimbing klien lansia juga dapat
membuat mereka mandiri dan merasa mempunyai andil dalam kesehatan
tubuhnya (Miller, 2012).

c. Manajer

Perawat gerontik berperan sebagai manajer selama proses pemberian


asuhan keperawatan kepada klien lansia. Disini perawat manajer harus
dapat menyeimbangkan peran antara klien, keluarga, perawat-perawat lain,
dan tim-tim pelayanan kesehatan lain dalam proses asuhan keperawatan
klien (Potter & Perry, 2005). Perawat manajer harus mampu
mengembangkan kemampuan dalam koordinasi staf, manajemen waktu,
asertif, komunikasi, dan organisasi.

d. Advokat

Perawat gerontik disini berada di pihak klien lansia untuk mempromosikan


atau memberi tahu kepada pihak lain (keluarga dan pemberi layanan
kesehatan lain) tentang hal-hal yang disukai klien, juga memperkuat
otonomi klien dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

e. Peneliti

Perawat disini berperan sebagai pengembang keperawatan gerontik


berdasarkan masalah-masalah yang ada pada saat ini. Hal ini diharapkan
agar keperawatan gerontik akan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.

f. Komunikator
Komunikasi bersifat esensial bagi seluruh peran keperawatan dan
aktivitasnya. Perawat secara rutin berkomunikasi dengan lansia dan
keluarganya serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Tanpa komunikasi
yang jelas, sangat sulit untuk memberikan kenyamanan dan dukungan
emosional kepada lansia.

g. Konsultan

Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan


keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.

h. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain. Perawat berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

i. Motivator

Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan untuk memenuhi


kebutuhannya.

j. Pengamat kesehatan

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada lansia,


keluarga,
k. kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan melalui
kunjungan rumah, pertemuan, observasi, dan pengumpulan data.
l. Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan oleh klien
lansia dalam upaya Peningkatan kesehatannya.

2.19 Tanggung jawab perawat gerontik


a. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal

b. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya

c. Membantu klien lansia menerima kondisinya

d. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara


manusiawi sampai dengan meninggal.

2.20 Upaya promotif,preventif,rehabilitatif pada lansia

1. Promosi(Promotif)

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung


untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di
lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian
jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan
makanan atau zatkimia.
b. Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
pengunaan sistem keamanankerja.
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan
kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan
rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi
kontaminasi makanan danobat-obatan.
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang
bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan
2. Pencegahan(Preventif)

Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dantersier.


a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat
faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan
pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan
minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
manajemen stres, penggunaan medikasi yangtepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara
klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain
adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker,
screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut danlain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan
cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan dengan
perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan
jangkapanjang.

3. Rehabilitasi (Rehabilitatif)

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan, mengembalikan fungsi organ


yang telah menurun bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.Yang dapat berupa kegiatan :
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat
bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya
dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita.
c. Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar
rumah. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, B, Hadi, M. (2009). Buku ajar geriatric, ilmu kesehatan usia lanjut . Jakarta : Fakultas
Kedokteran Indonesia.

Nugroho, W. 2010. Keperawatan gerontik dan geriatric. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.

Padila. 2013. Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Darmojo, B, Hadi, M. (2009). Buku ajar geriatric, ilmu kesehatan usia lanjut . Jakarta : Fakultas
Kedokteran Indonesia.

Nugroho, W. 2010. Keperawatan gerontik dan geriatric. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.

Padila. 2013. Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sumber :Kholifah,Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak KeperawatanGerontik. Jakarta:
KEMENKES RI

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Watson, Roger.2003. Perawatan Pada Lanjut Usia. Jakarta: EGC

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Eliopulos, C. E. (2005). Gerontological Nursing. (6 th ed), Philadelphia; Lippincott.

Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults. 6th Edition. Philadelphia: Wolters

Kluwer, Lipincott William & Wilkins.

Potter, P.A., dan Perry A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan

praktik. (4th ed.). (Vols. 1). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai