html
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah definisi kesehatan dan keperawan jiwa?
3. Bagaimanakah prinsip keperawatan jiwa?
4. Bagaimanakah ciri-ciri sehat jiwa?
5. Bagaimanakah konsep dasar kesehatan dan keperawatan jiwa?
6. Bagaimanakah tanda dan gejala gangguan jiwa?
7. Bagaimanakah penyebab terjadinya gangguan jiwa?
8. Bagaimanakah fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan masalah
kesehatan jiwa?
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
1) WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management,
bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg
mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
2) UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal
dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah
pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan
jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang
maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
3) American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
4) Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat
dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar
dari realitas dan bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan
jiwa dan kelainan jiwa.
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan
individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan
personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala
gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian
terhadap stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1) Kesadaran
2) Ingatan
3) Orientasi
4) Efek dan emosi
5) Psikomotor
6) Intelegensi
7) Kepribadian
8) Penampilan
9) Proses pikir, persepsi
10) Pola hidup
1. a) Neuroanatomi
2. b) Neurofiologi
3. c) Neurokimia
4. d) Tingkat perkembangan organik
5. e) Faktor pre and perinatal
6. f) Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine
2) Faktor Psikologik
1. a) Kestabilan keluarga
2. b) Pola asuh anak
3. c) Tingak ekonomi
4. d) Perumahan
5. e) Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
1) Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan
sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas
2) Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas
3) Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan.
Aktivias
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada
otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai
pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari
berkembangnya mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara
langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan
aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah
kesehatan jiwa.
1. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
http://syifaja22.mahasiswa.unimus.ac.id/2016/11/29/konsep-keperawatan-jiwa/
KEPERAWATAN JIWA
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teori merupakan aktivitas berpikir
yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok,
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan displin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada
suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori mempunyai
konstribusi pada pembentukan dasar praktik keperawatan (Chinn & Jacobs, 1995).
Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk
meningkatkan praktek, penuntun penelitian dan kurikulum, serta mengindentifikasi bidang
dan tujuan dari praktek keperawatan. Teori keperawatan menuntun perawat dengan
memberikan tujuan pengkajian, diagnose keperawatan dan internvensi, landasar dasar
perkomunikasi dan autonomi serta akuntabilitas professional. Teori- teori tersebut juga
digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian, praktik, pendidikan, dan administrasi
keperawatan ( Meleis,1985; Torres, 1986, Parse , 1987; Fawcett, 1989; Marriner-Tomey,
1994; Chinn & Jacobs , 1995)
1. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
2. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu
bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Ø Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan
diri individu.
Ø Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
Ø Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah
sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus
yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu
proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam
melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau
memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada
dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah
(Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap
tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak
mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan
merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal
peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan
sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat
tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan
terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang
ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu
Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena
seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul
ketidakpuasan
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan
dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang
psikologi
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan
oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat
peta ketidaksadaran manusia
Proses terapi
Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan
mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran
(Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks
baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah
berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada
saat itu secara verbal
Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat
respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama
ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan
mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan
diselesaikan
Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
Peran pasien dan perawat
Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya
Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor
yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa
kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin
trust (saling percaya)
v Interpersonal Model
(Sullivan, Peplau)
Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan
(anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal)
Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
disekitarnya misalnya : unwanted child
Proses terapi
Build Feeling Security
v Social Model
(Caplan, Szasz)
Proses terapi
Environment manipulation and social support
Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih, teratur,
harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur
v Existensial model
(Ellis, Roger)
Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya
dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam body imagenya
Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian
makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur
Individu tidak bisa menjawab pertanyaan
– siapakah saya ini sebenarnya?
– Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
– Apa kelebihan dan kekurangan saya?
– Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
– Apa pegangan hidup saya?
– Norma mana yang saya anut?
Proses terapi
Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan
Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan
v Medical model
(Meyer, Kraeplin)
Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik, genetic,
lingkungan dan factor social
Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang
Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan
jenis pendekatan terapi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1960
Berkembang ke arah perkembangan primer dan penanganan secara multidisiplin
1970
Perkembangan selanjutnya pada bidang spesialisasi keperawatan jiwa yang membutuhkan pendidikan
keterampilan khusus
Bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup klien sehari-hari,
keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal serta riwayat personal dan keluarga
a. Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan, alamat orang tua,
serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima klien, juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan
dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan
dan keterbatasan lainnya.
b. Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata, telinga, hidung, mulut,
pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya
klien yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk mengendalikan
lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan
yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami
klien.
c. Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego klien.
Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
status mental klien perlu dikaji setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi pikir, halusinasi dan persepsi,
cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap
hubungan interpersonal klien dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk
mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika
mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain:
1). Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan jenis kelamin tertentu.
2). Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3). Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan orang lain.
4). Apakah klien mempunyai teman dekat.
Respon adaptif adalah respon individu dalama penyeleseian masalah yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya yang umumnya berlaku, dengan kata lain individu tersebut masih
dalam batas-batas normal dalam menyeleseikan maslahnya, respon ini meliputi:
a. Soloitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan juga suatu cara untuk mengevaluasi diri dan menetukan langkah-langkah selanjutnya
b. Otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan
sosial
c. Kebersamaan
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mempu saling memberi dan menerima
d. Saling ketergantungan (interdependency)
Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan
interpersonal
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyeleseian maslah yang menyimpang dari norma-
norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon maladaptif yang paling sering ditemukan adalah:
a. Manipulasi
Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan,
bukan pada orang lain.
b. Impulsif
Individu invulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan
c. Narkisisme
Pada individu narkisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi yaitu:
a. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor pendukun terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, diantaranya:
1). Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu, ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tidak terjadi gangguan dalam hunbungan sosial. Tugas perkembangan pada masing-masing tahap
tumbuh kembang memiliki karakteristik tersendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
terpenuhi, misalnya jika fase oral tugas perkembangannya adalah membentuk rasa saling percaya, bila
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya yang dapat
mengakibatkan masalah, antara lain adalah curiga
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal seseorang
1). Faktor internal
Contohnya stress psikologik, yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi
akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
ketergantungan individu
2). Faktor eksternal
Contohnya stressor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain
keluarga
c. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan hubungan sosial
sangat bervariasi, seperti:
1). Curiga: regresi, proyeksi, reoresi
2). Dependen: regresi
3). Manipulasi: regresi, represi, isolasi
4). Menarik diri: regresi, represi, isolasi
d. Perilaku
Berdasarkan hasil observasi perilaku klien, perawat mengumpulkan dan menganalisa data khususnya
data perilaku yang spesifik pada kondisi klien dengan masalah hubungan sosial. Perilaku yang biasa
muncul pada klien:
JENIS GANGGUAN KURANG RESPON
Hubungan sosial Apatis (acuh terhadap lingkunga)
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersiahan diri
Tidak ada atau kuarang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnay
Masukan makanan dan minuman terganggu
Retensi urine dan feses
Aktivitas menurun
Kurang energi/tenaga
Rendah diri
Postur tubuh berubah (sikap fetsu/janin) khususnya saat tidur
2. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin terkait dengan masalah gangguan hubungan sosial adalah:
a. Ansietas
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Defisit perawatan diri
e. Resiko mencederai diri sendiri
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin pada maslah gangguan hubungan sosial, diantaranya:
a. Resiko tinggi perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
b. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai secara umum dalam memberikan tindakan keperawatan adalah untuk
menumbuhkan perasaan yang menyenangkan dalam hubungan interpersonal yang optimal dan
menetapkan serta mempertahankan yang telah dicapai dalam hubungan interpersonal tersebut:
1). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
2). Aklien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
3). Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap:
Klien - Perawat, Klien – Perawat - Klien/perawat lain, Klien – Kelompok, Klien – Kelurga
4). Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
5). Klien dapat memberdayakan sistem pendukung untuk memfasilitasi hubungan sosial
b. Tindakan
Secara spesifik tindakan keperawatan untuk masalah-masalah yang terdapat pada gangguan hubungan
sosial, adalah sebagai berikut:
1). Menarik diri
a). Perhatikan kebutuhan dasar fisiologis
b). Berikan kegiatan secara bertahap
c). Batasi pilihan yang akan ditawarkan kepada klien
e). Perluas kontak dengan lingkungan sosial secara bertahap
2). Curiga
a). Tetapkan hubungan saling percaya
b). Jelaskan secara prosedur tindakan kepada klien
c). Perhatikan kebutuhan fisiologis klien
d). Hargai privacy klien
e). Batasi jumlah tim keperawatan yang merawat klien
f). Terbuka dan jujur
g). Diskusikan harapan tindakan keperawatan bersama klien
h). Libatkan klien dalam rencana keperawatan
i). Hindari berbicara berbisik-bisik dan tidak jelas dekat klien
j). Lindungi hak klien bila klien menolak pengobatan atau perawatan
3). Dependen
a). Bantu klien untuk mengenali perasaannya
b). Anjurkan klien untuk menolong dirinya sendiri
c). Hindari memberi pujian untuk tingkah laku dependen
d). Buat rencana secara teratur dan baut jadwal untuk mengadakan kontrak dengan klien
4). Manipulatif
a). Libatkan orang-orang yang berarti bagi klien
b). Lindungi klien dari ancaman terhadap diri sendiri
c). Berpedoman pada respon tingkah laku klien
d). Berikan tindakan keperawatan secara terstruktur
e). Bantu klien untuk mengenali perasaannya
f). Fokuskan tindakan keperawatan kepada kekuatan klien
g). Buat batasab perilaku dengan pendekatan terapi modifikasi perilaku
4. Evaluasi
Evaluasi dilakuakn dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan
keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung yang utama, bahkan
dapat dikatakan keluarga merupakan indikator dari keberhasilan perawatan klien. Sebagai contoh pada
tahap evaluasi, klien menarik diri diharapka:
a. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
b. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
d. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
e. Klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya untuk memfasilitasi hubungan sosialnya.
INTERVENSI PADA DEMENCIA
a. Orientasi
Beri tanda yang jelas di kamarnya dengan menggunakan namanya
Anjurkan pasien untuk menyimpan barang pribadi di kamarnya
Gunakan lampu tidur
Sediakan jam dan kalender
Sediakan surat kabar
Orientasikan secara verbal sesering mungkin
b. Komunikasi
Perkenalkan diri anda
Tunjukan sikap positif tanpa pmrih
Gunakan komunikasi verbal yang jelas
Hindari penggunaan kata ganti
Atur suara
Gunakan pertanyaan ya/tidak
Minta satu hal dalam satu kesempatan
Komunikasi verbal selaras dengan nonverbal
Pelajari kehidupan masa lalu pasien
Berikan perasaan bebas dan terlindungi
c. Dukungan mekanisme koping
d. Kurangi keluyuran
e. Kurangi agilitas
Jelaskan apa yang diharapakan secara jelas
Tawarkan pilihan jika pasien dapat melakukannya
Berikan jadwal aktivitas
Hindari adu kekuatan
Libatkan pasien dalam asuhan jika memungkinkan
f. Pengobatan farmakologis
g. Libatkan anggota keluarga
h. Gunakan sumber yang ada dikomunitas
4. Implementasi
Implementasi di seseuaikan dengan intervenís yang telah disebutkan dia atas
5. Evalauasi
a. Apakah pengkajian sudah cukup lengkap untuk mengidentifikasi masalah?
b. Apakah tujuan bersifat individual untuk mencapai tujuan?
c. Apakah waktu yang dialokasikan cukup untuk mencapai tujuan?
d. Apakah perawat mempunyai keterampilan untuk melaksanakan intervenís?
e. Apakah factor lingkungan mempengaruhi pencapaian tujuan?
f. Apakah stressor tambahan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengatasi masalah?
g. Apakah tujuan dapat tercapai pada pasien tersebut?
h. Apa pendekatan alternatif yang dapat dicoba?
B. PENGERTIAN
1. Perasaan (mood) merupakan bagian dari emosi, dan afek. Seperti halnya kognitif, kemauan, dan
psikomotor, maka emosi serta afek klien dpt mengalami gangguan.
2. Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi
seseorang dlm waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan,
bekerja dsb
3. Menurut Stuart Laraia, (1998:349) dalam Psychiatric Nursing.
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi
kehidupannya. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi yaitu sebgai untuk komuikasi sosial, merangsang
fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif. Dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
4. Menurut John W. Santrock, (1991:490) dalam Psychilogy The science of Mind & Behavior
Ganguan dalam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emoisional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang
berlebihan (egitation)
5. Menurut patricia D. Barry (1998:302) dalam Mental Health and Mental Ilness
Gangguan mental efektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan
perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode
waktu yang panjang.
6. Buskits Gerbing (1990:548) dalam Psycology Boundaries & Frontiers
Ganguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi dan gembira
yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat
berupa periode elasi (keceriaan) dan depresi.
7. Menurut Clinton Nelson (1990) dalam mental health and mental nursing practice
Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan
bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh
gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol.
3. Faktor predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan:
a. Faktor psikologis
Psychoanalytical Theory; teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual
drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan
agresivitas.
Frustation-agresion theory; teori ini dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa
bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau abjek
yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai
riwayat perilaku agresif
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian
neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada di tengah simtem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. Perangsangan yang
diberikan terutama pada nekleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing
mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram, matanya terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada di sekitarnya. Jadi kerusakan
fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus
temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan memori)
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif; serotonin, dopamin, norepinephrine,
acetilkolin, dan asam amino GABA
Faktor-faktor yang mendukung:
Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Sering mengalami kegagalan
Kehidupan yang penuh tindakan agresif
Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
4. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman
tersebut dapat berpa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep
diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang
menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama
mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal. Contoh stressor eksternal:
serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang
lain. Sedangkan contoh dari stressor internal: mesara gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang
yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua, yakni:
a. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
b. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial.
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memenej perilaku
agresif. Intervensi dapat melalui Rentang intervensi keperawatan.
Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa sterss yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan
klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk
membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi
yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus
menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah
pribadi dan maslah klien.
Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekpresikan marah yang tepat.
Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekpresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi
diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang
diberikan klien adaptif atau maladaptif.
Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat:
Berkomunikasi secara langsung denga setiap orang
Mengatakan ”tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan
Sanggup melakukan komplain
Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
Komunikasi
Strategi komunikasi dengan klien perilaku agresif:
Bersikap tenag
Bicara lembut
Bicara dengan cara tidak menghakimi
Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit
Tunjukan respek pada klien
Hindari intensitas kontak mata langsung
Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
Fasilitasi pembicaraan klien
Dengarkan klien
Jangan terburu-buru menginterpretasikan
Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati
Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat
mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya
Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat
selama perawatan.
Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obat ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik
untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
waktu yang lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga dapat
memperburuk simtom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect
dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone aobat anxiety, efek
dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia dan
developmental disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang
berkaitan dengan perubahan mood.
Mood stabilizers, penelitian menunjukan bahwa pemberian lithium efektif untuk agresif karena manik
Antipsyhotic; obat-obat ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi
karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu,
namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan
Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur
penanganan kedaruratan psikiatrik.
Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang bertanggungjawab 24 jam
Bentuk tim krisis. Meliputi: dokter, perawat dan konselor
Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang menjadi tugasnya
selama penanganan klien
Jauhkan klien dari lingkungan
Lakukan pengekangan, jika memungkinkan
Pikirkan satu rencana penanganan krisis dan beritahu tim
Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien
Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk kerjasama
Pengekangan klien jika diminta oleh oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera mengkaji situasi
lingkungan sekitar untuk tetap melindungai keselamatan klien dan timnya.
Berikan obat jika diintruksikan
Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien
Tinjau kembali intervensi penaganan krisis dengan tim krisis
Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat
Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungan
Seclusion
Pengekangan fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik
(menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana
klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri)
Jenis pengekangan mekanik:
Camisoles (jaket pengekang)
Manset untuk pergelangan tangan)
Maset untuk pergelangan kaki
Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan
Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri tau orang lain
Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk beristirahat, makan
dan minum.
Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini telah dikaji dan
berindikasi terapeutik
Pengekangan dengan sprei basah dan dingin
Klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan sprei dan selimut. Lapisan
paling dalam terdiri atas sprei yang telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin,
balutan segera menjadi hangat dan menenagkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang
tidak dapat dikendalikan dengan obat.
Restrains
Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain manual terhadap
pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan institusi.
2. Intervensi Keperawatan
a. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit diatas tempat tidur yang tahan air
b. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan kulit tidak saling
bersentuhan
c. Tutup sprei basah dengan selapis selimut
d. Amati klien dengan konstan
e. Pantau suhu, nadi dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna, buka pengekangan
f. Berikan cairan sesering mungkin
g. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang
h. Kontak verbal dengan suasana yang menenagkan
i. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam
j. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian
3. Evaluasi
Mengukur apakan tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi perilaku klien.
Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang posistif
a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien
b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
c. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain
d. Buatlah komentar yang kritikal
e. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
f. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya
g. Mampu mentoleransi rasa marahnya
h. Konsep diri klien sudah meningkat
i. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.
B. CURIGA
1. Definisi
Perilaku Curiga adalah merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap
perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam
merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak
nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai
ancaman/bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan
menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan
menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan
mekanisme pertahanan yang lain seperti: reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek
tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
2. Rentang Respon
Adaptif
Maladaptif
Asertif Prustrasi Pasif Curiga
D. MENARIK DIRI
1. Definisi
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.
(DepKes, 1998).
2. Faktor Predisposisi Dan Presitipasi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya kepada orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
3. Tanda Dan Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
a. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
c. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari
tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data subjektif adalah
menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak tahu”.
4. Karakteristik Perilaku
a. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
c. Kemunduran secara fisik.
d. Tidur berlebihan.
e. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f. Banyak tidur siang.
g. Kurang bergairah.
h. Tidak memperdulikan lingkungan.
i. Kegiatan menurun.
j. Immobilisasi.
k. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
l. Keinginan seksual menurun.
F. WAHAM
1. Pengertian
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social. Waham adalah Keyakinan tentang
suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.Keyakinan klien
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
2. Penyebab
a. Faktor predisposisi
Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon biologis yang maladaptif.
Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
Virus paparan virus influensa pada trimester III
Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b. Faktor Presipitasi
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
Adanya gejala pemicu
3. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :
a. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas
b. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri
d. Pada keluarga ; mengingkari
e. Prilaku
4. Jenis Waham
a. Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang
Maha Kuasa.
b. Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
c. Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
d. Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai
orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-
matainya.
e. Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
f. Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.
5. Tanda dan gejala
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada
kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham
aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan
ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
a. Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas
tertentu).
b. Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang
sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
c. Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
d. Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka
dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena
keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan
mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung
terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian
paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu
penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada
depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan,
reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di
temapat tidur karena sakit.
6. Penanganan
a. Psikofarmakologi
b. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
c. penarikan diri high potensial
d. ECT tipe katatonik
e. Psikoterapi
~ End ~