Anda di halaman 1dari 54

https://tubuh1.blogspot.com/2018/03/makalah-konsep-dasar-keperawatan-jiwa.

html

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan


kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu
klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes,
dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.

1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah definisi kesehatan dan keperawan jiwa?
3. Bagaimanakah prinsip keperawatan jiwa?
4. Bagaimanakah ciri-ciri sehat jiwa?
5. Bagaimanakah konsep dasar kesehatan dan keperawatan jiwa?
6. Bagaimanakah tanda dan gejala gangguan jiwa?
7. Bagaimanakah penyebab terjadinya gangguan jiwa?
8. Bagaimanakah fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan masalah
kesehatan jiwa?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
1)      WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management,
bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg
mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
2)      UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal
dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah
pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan
jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang
maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
3)      American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

4)      Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat
dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar
dari realitas dan bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan
jiwa dan kelainan jiwa.

1. Prinsip Keperawatan Jiwa

1)      Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan
individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan
personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2)      Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3)      Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4)      Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik.

1. Ciri-ciri Sehat Jiwa

1)      Bersikap positif terhadap diri sendiri


2)      Mampu tumbuh, kembang dan aktualisasi diri
3)      Mampu mengatasi stress dan masalah pada dirinya
4)      Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang di ambil
5)      Persepsi realistic
6)      Menghargai perasaan dan sikap orang lain
7)      Menyusuaikan diri dengan lingkungan

1. Konsep Dasar Kesehatan dan keperawatan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1)      Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2)      Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3)      Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.

1. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala
gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian
terhadap stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1)      Kesadaran
2)      Ingatan
3)      Orientasi
4)      Efek dan emosi
5)      Psikomotor
6)      Intelegensi
7)      Kepribadian
8)      Penampilan
9)      Proses pikir, persepsi
10)  Pola hidup

1. Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa


Walaupun gejala utama terdapat pada unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin
di badan (Somatogenik), di lingkungan sosial (Sosiogenik) atau psike (Psikogenik)
Penyebabnya tidak tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling
mempengaruhi.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada
otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai
pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari
berkembangnya mental illness pd diri seseorang. Reaksi tiap orang terhadap stress
berbeda-beda.
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa :
1)      Somatogenik

1. a)      Neuroanatomi
2. b)      Neurofiologi
3. c)      Neurokimia
4. d)     Tingkat perkembangan organik
5. e)      Faktor pre and perinatal
6. f)       Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine

2)      Faktor Psikologik

1. a)      Interaksi ibu dan anak


2. b)      Peranan ayah
3. c)      Persaingan antar saudara kandung
4. d)     Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat
5. e)      Kehilangan
6. f)       Kosep diri
7. g)      Pola adaptasi
8. h)      Tingkat perkembangan emosi

3)      Faktor Sosial Budaya

1. a)      Kestabilan keluarga
2. b)      Pola asuh anak
3. c)      Tingak ekonomi
4. d)     Perumahan
5. e)      Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai

1. Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dalam Upaya Penanganan Masalah


Kesehatan  Jiwa

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara


langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai
dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yaitu :
 Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan
social sehingga dapat membentu penyembuhan pasien.
 Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu
mengatasi segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
 Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan
oleh perawat.
 Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang
penting. dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara
menyeluruh dalam mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya
penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
 Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan
komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri
sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas
keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
 Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak
pasien, keluarga dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
 Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan
kolaborasi dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat
(perawat komunitas), pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
 Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan
jiwa. Sebagai pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa
an membantu perawat yang menjadi bawahannya.
 Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal
ini penting untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu
iidentifikasi untuk digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.

1. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


o Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan
fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
o Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara
perawat dengan klien).
o Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan
jiwa).
o Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi
dalam keperawatan jiwa).
o Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis
dalam keperawatan jiwa).
o Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
psikologis dalam keperawatan jiwa).
o Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial
budaya dalam keperawatan jiwa).
o Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
lingkungan dalam keperawatan jiwa).
o Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal
etika dalam keperawatan jiwa).
o Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan
proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
o Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance
Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan
standar-standar professional).

1. Hak-hak Pasien Jiwa


o Hak untuk dihormati sebagai manusia
o Hak memperoleh privacy
o Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya
dlm pelayanan kesehatan pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan,
transportasi dan hokum
o Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa,
pengobatan perawatan dan pelayanan yg tersedia
o Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm
pengambilan keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan
rehabilitasi
o Hak untuk complain
o Hak untuk mendapatkan advocacy
o Hak untuk menghubungi teman dan saudara
o Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan
jenis kelamin
o Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa
diskriminasi

1. Pelayanan Keperawatan Komprehensif

1)      Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan
sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.

Aktivitas

1. Program pendidikan kesehatan, program sosialisasi, manajmen stres dan


persiapan menjadi orang tua.
2. Program dukungan sosial
3. Program pencegahan penggunaan obat.

2)      Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas

1. Menentukan kasus sedini mungkin


2. Melakukan skrining dan langkah-langkah lanjut
3. Follow up

3)      Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan.
Aktivias

1. Program dukungan sosial dan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat


2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri
3. Program pencegahan stigma.

1. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh
penyakit mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada
otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai
pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari
berkembangnya mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1)      Manusia
2)      Lingkungan
3)      Kesehatan
4)      Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1)      Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2)      Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3)      Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara
langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan
aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah
kesehatan jiwa.

1. Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam


penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang
ada serta upaya penanganannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
http://syifaja22.mahasiswa.unimus.ac.id/2016/11/29/konsep-keperawatan-jiwa/

KEPERAWATAN JIWA

Konsep Keperawatan Jiwa


Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks
seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model ini
membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi juga cara
untuk mengevaluasi keberhasilan penanggulangan (Stuart dan sundeen, P 32, 1998).

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teori merupakan aktivitas berpikir
yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok,
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan displin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada
suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori mempunyai
konstribusi pada pembentukan dasar praktik keperawatan (Chinn & Jacobs, 1995).

Teori keperawatan membantu menyampaikan pengetahuan dalam rangka memperbaiki


praktik keperawatan melalui upaya penggambaran, penjelasan, prediksi dan pengendalian
fenomena dalam ranah keperawatan. Keperawatan terus berkembang, perawat membuat
hipotesis tentang praktik keperawatan, prinsip yang mendasari praktik keperawatan, tujuan
dan fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat (Potter & Perry, 2005).

Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk
meningkatkan praktek, penuntun penelitian dan kurikulum, serta mengindentifikasi bidang
dan tujuan dari praktek keperawatan. Teori keperawatan menuntun perawat dengan
memberikan tujuan pengkajian, diagnose keperawatan dan internvensi, landasar dasar
perkomunikasi dan autonomi serta akuntabilitas professional. Teori- teori tersebut juga
digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian, praktik, pendidikan, dan administrasi
keperawatan ( Meleis,1985; Torres, 1986, Parse , 1987; Fawcett, 1989; Marriner-Tomey,
1994; Chinn & Jacobs , 1995)

1. PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


2. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

1. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
2. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu


perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas ).

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.

Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu
bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

Ø  Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan
diri individu.

Ø  Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

Ø  Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik.

Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah
sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus
yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses


terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh
Keliat,1991).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu
proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam
melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau
memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada
dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah
(Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap
tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak
mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan
merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal
peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan
sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat
tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan
terpenuhi dan / atau masalah teratasi.

Model psikoanalisis (Freud, Ericson)

Gangguan jiwa terjadi akibat :

 Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang
ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu

 Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena
seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul
ketidakpuasan

 Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)

Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan
dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang
psikologi
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan
oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat
peta ketidaksadaran manusia

Proses terapi
Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan
mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran
(Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks
baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah
berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada
saat itu secara verbal

Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat
respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama
ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan
mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan
diselesaikan

Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
Peran pasien dan perawat
Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya
Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor
yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa
kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin
trust (saling percaya)

C.MODEL KONSEP KEPERAWATAN JIWA

v  Interpersonal Model

(Sullivan, Peplau)
Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan
(anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal)

Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
disekitarnya misalnya : unwanted child

Proses terapi
Build Feeling Security

 Berupaya membangun rasa aman bagi klien


 Trusting relationship and interpersonal satisfaction
 Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati.

Peran pasien dan perawat


Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang
lain)
Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan klien.
Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan
dengan orang lain

v  Social Model
(Caplan, Szasz)

Gangguan jiwa/penyimpangan perilaku karena banyaknya factor social dan factor


lingkungan yang memicu munculnya stress pada seseorang
Akumulasi stressor yang ada dilingkungan (bising, macet, iklim sangat dingin/panas dll)
akan mencetuskan stress pada individu
Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalkan : anak
nakal, atasan galak, istri cerewet dll)

Proses terapi
Environment manipulation and social support
Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih, teratur,
harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur

Peran pasien dan perawat


Klien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan
teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri
Perawat berupaya menggali system social klien seperti suasana rumah, kantor, sekolah,
masyarakat atau tempat kerja

v  Existensial model
(Ellis, Roger)
Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya
dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam body imagenya
Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian
makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur
Individu tidak bisa menjawab pertanyaan
– siapakah saya ini sebenarnya?
– Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
– Apa kelebihan dan kekurangan saya?
– Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
– Apa pegangan hidup saya?
– Norma mana yang saya anut?

Proses terapi
Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan

Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi

Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan

Encourage to accept self and control behavior


Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang
perilakunya dari orang lain

Peran pasien dan perawat


Klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari
dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok
Perawat berusaha memperluas kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau
reward dan punishment

v  Supportive therapy model


Wermon, Rockland
Gangguan jiwa disebabkan oleh factor biopsikososial dan respon maladaptive terhadap
stressor saat ini
Aspek biologis : sering sakit maag, migraine, batuk –batuk
Aspek psikologis : mudah cemas, kurang percaya diri, pemarah, perasaan bersalah
Aspek social : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, tidak mampu mendapat pekerjaan
Stressor saat ini : PHK, test masuk kerja

Manifestasi gangguan jiwa muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada


masalah – masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal,
menyebabkan individu menjadi stress.
Proses terapi
Menguatkan respon koping adaptif individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan
dirinya dan kekuatan mana yang bias dipakai alternative pemecahan masalahnya.

Peran pasien dan perawat


Klien terlibat dalam identifikasi koping yang dimiliki dan biasa dipakai klien
Perawat berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan koping klien yang adaptif.

v  Medical model
(Meyer, Kraeplin)
Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik, genetic,
lingkungan dan factor social
Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang
Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan
jenis pendekatan terapi yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.


Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama
« proses berpikir dan pemecahan masalah
http://triahi.blogspot.com/2012/10/konsep-dasar-keperawatan-kesehatan-jiwa.html

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KONSEP DASAR
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A.  Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya
menurut :
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik
yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
3. Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam
beradaptasi dengan lingkungan
4. Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam
pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.

B. Kriteria Sehat Jiwa


1.  WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:
a.   Sikap positif terhadap diri sendiri
hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total
contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah
kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya
kelemahan.
b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
c.   Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang
negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.
d.   Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain
dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang
memilih sendiri
e.  Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan adat
2.   A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
a.       Persepsi akurat terhadap realitas
b.      Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi
c.       Mewujudkan spontanitas
d.       Promblem centered  yang akhirnya memerlukan self centered
e.        Butuh privasi
f.         Otonomi dan mandiri
g.       Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri
h.       Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi
i.          Berminat terhadap kesejahteraan manusia
j.         Hubungan intim dengan orang terdekat
k.        Demokrasi
l.          Etik kuat
m.     Humor/tidak bermusuhan
n.       Kreatif
o.       Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang
3. Yahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

C. Rentang Sehat Jiwa


1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati
3. Ada tahap tahap
Sakit kronis - Mati
 
Sehat Optimal
 
4 Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif: sehat

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa


1. Menurut Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu
individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar
pribadi yang lebih harnonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.
2. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada
3. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan
mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas
4. Caroline dalam Basic Nursing, 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental, dimana
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus peka, memiliki
kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan,
memahami dan memberikan dorongan.
5. Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku
yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa individu, keluarga, kelompok, organisasi
atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan
management.

E. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa


1958
Perkembangan keperawatan kesehatan jiwa dimulai dari cara menangani klien yang memiliki masalah
sikap, perasaan dan konflik
  

1960
Berkembang ke arah perkembangan primer dan penanganan secara multidisiplin
  

1970
Perkembangan selanjutnya pada bidang spesialisasi keperawatan jiwa yang membutuhkan pendidikan
keterampilan khusus
Bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya

F. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy,  yakni:
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien
2. Mendemontrasikan penerimaan
3. Respek
4. Memahami klien
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:
1. Sebagai pendidik
2. Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
3. Sebagai ”surrogate parent”
4. Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah:
1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
3. Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik
4. Aktif melakukan penelitian
5. Membantu pendidikan masyarakat.

G. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa


MODEL VIEW OF BEHAVIORAL THERAPEUTIC ROLES OF PATIENT & THERAPIST
DEVIATION PROCES
Psychoanalitycal        Ego
tidak mampu        Asosiasi bebas &        Pasien: mengungkapkan semua
(Freud, Erickson) mengontrol ansietas, analisis mimpi pikiran dan mimpi
konflik tidak sesuat        Transferen untuk        Terapist: menginterpretasi pikiran
memperbaiki traumatik dan mimpi pasien
masa lalu
Interpersonal        Ansietas timbul &        Building feeling        Pasien: share anxieties
  (Sullivan, Peplau) dialami secara security        Terapist: use empathy & relationship
interpersonal, basic fear        Trusting relationship &
is fear of rejection interpersonal
satisfation
Social        Social & environmental        Environmental        Pasien: menyampaikan masalah
  (Caplan, Szasz) factors create stress, manipulation & social menggunkan sumber yang ada di
which cause anxiety & support masyarakat
symptom        Terapist: menggali system social klien
Existensial        Individu gagal        Experience in        Pasien: berperan serta dalam
  (Ellis, Rogers) menemukan & relationship, pengalaman yang berarti untuk
menerima diri sendiri conduction in group mempelajari diri
       Encouraged to accep        Terapist: memperluas kesadaran diri
self & control behavior klien
Supportive        Faktor biopsikososial &        Menguatkan respon        Pasien: terlibat dalam identifikasi
Therapy(Wermon, respon maladaptif saat koping adaptif coping
Rockland) ini        Terapist: hubungan yang hangat dan
empatik
Medical        Combination from        Pemeriksaan        Pasien: menjalani prosedur
  (Meyer, Kraeplin) physiological, genetic, diagnostic, terapi diagnostic & terapi jangka panjang
environmental & social somatic, farmakologik        Terapist: therapy, repport effects,
& tehnik interpersonal diagnose illness, therapeutic
approach
                                                                                                   
Berdasarkan konseptual model keperawatan , maka dapat dikelompokan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psychoanalitycal (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak
berfungsi dalam mengontrol id  (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber
ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral)
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik interpsikis terutama pada
masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral  dimana anak tidak mendapatkan air susu
secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk
memasukan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatik
yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen
untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya klien dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat.
Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik yang memerlukan keahlian
dan latihan yang khusus
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan terapist
berusaha untuk menginterprestasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment  atau pengkajian melalui keadaan-keadaan
traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua,
pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada
masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunitasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal  (Sullivan, Peplau)
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya ancaman. Ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety).  Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya
konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh
orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted
child.  Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap, ibunya pernah berupaya untuk
membunuhnya karena merasa malu dan melanggar norma, lingkungannya tidak menerima dengan
hangat karena dianggap anak yang harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah
memberikan kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.
Proses terapi menurut konsep ini adalah build feeling security  (berupaya membangun rasa aman bagi
klien), trusting relationship and interpersonal satisfaction  (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakuan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship  (perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhunbungan dengan orang lain seperti: ”saya senang berbicara dengan anda, saya siap membantu
anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
3. Social  (Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila
banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada
seseorang (social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan,
harga barang yang mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman
penyakit, polusi, sampah akan mencetus stress pada individu.
Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial seperti atasan yang galak, istri
yang cerewet, anak yang naka, tetangga yang buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang
jahat akan memunculkan berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan.
Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environmen manipulation and
social support  (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah
harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan perabotan yang teratur.
Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman, tata lampu yang indah, hubungan kerja yang
harmonis, hubungan suami istri yang memuaskan.
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-
istri. Sedangkan terapist berupaya: menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial  (Ellis, Rogers)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal
menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body image-nya.
Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah: Siapa saya? Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang
lain menyukai saya? Apa peganggan jalan hidp saya? Norma mana yang saya anut? Seringkali individu
merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya
(eksistensinya) menjadi kabur.
Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan
orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conduction in group), mendorong
untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau  feed back  tentang perilakunya dari orang
lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah: klien  dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman
yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui
terapi aktivitas kelompok. Terapist beruapaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back,
kritik, saran atau reward & punishment
5. Supportive Therapy  (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor biopsikososial dan respon maladaptif
saat ini. Aspek biologisnya menjadi maslah seperti: sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak
disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan sebagainya. Semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting sekali seperti ujian PNS,
ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun
hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan mengenal
terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternatif pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa
yang digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien
untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medical  (Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek
fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang,
terapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan diagnosa, dan
menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport effects, diagnose illness,
therapeutic approach)

H. Prinsip Dasar Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa


1. Upaya promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan mental dengan kegiatan-
kegiatan berikut:
         Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mental
         Usaha-usaha untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan
pendidikan kesehatan
         Pengkajian terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana dapat
menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuai
         Membantu pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah psikiatrik
         Bekerjasama dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok dapat
berfungsi dengan baik
         Berperan serta dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan jiwa
2. Upaya kuratif (pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini dan pengobatan, dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
         Menyelenggarakan skrining test dan mengevaluasi hasil
         Kunjungan rumah untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
         Pelayanan pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
         Menyelenggrakan milieu therapy
         Supervisi pada pasien yang mendapatkan pengobatan
         Pelayanan pencegahan bunuh diri
         Memberikan konseling terbatas/sederhana
         Menyelenggarakan intervensi krisis
         Pelayanan psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur
         Berintegrasi dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan jiwa
3. Upaya rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya penyakit/gangguan dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
         Peningkatan latihan vokasional dan rehabilitasi
         Penyelenggaraan program latihan (after care) bagi pasien setelah pulang dirawat ke masyarakat
         Menyelenggarakan ”partial hospitalization”

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup klien sehari-hari,
keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal serta riwayat personal dan keluarga
a.       Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan, alamat orang tua,
serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima klien, juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan
dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan
dan keterbatasan lainnya.
b.      Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata, telinga, hidung, mulut,
pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya
klien yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk mengendalikan
lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan
yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami
klien.
c.       Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego klien.
Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
status mental klien perlu dikaji setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi pikir, halusinasi dan persepsi,
cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap
hubungan interpersonal klien dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk
mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika
mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain:
1). Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan jenis kelamin tertentu.
2). Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3). Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan orang lain.
4). Apakah klien mempunyai teman dekat.

d.      Riwayat personal dan keluarga


Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh kembang klien, biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan
membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan focus dari
klien sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga di beri kesempatan untuk
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Untuk menegakan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemuadian dianalisa sebagai
dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah teridentifikasi, rencana perawatan
dan pengobatan yang komprehensif.
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut:
a.       Memenuhi kebutuhan emosi klien dan kebutuhan untuk dihargai
b.      Mengurangi ketegangan pada anak dan keutuhan untuk berperilaku defensive.
c.       Membantu klien menjalan hubungan positif dengan orang lain
d.      Membentu mengembangkan identitas diri klien
e.      Memberikan klien kesempatan untuk menjalin kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum
terseleseikan secara tuntas
f.        Membantu klien untuk berkomunikasi secara efektif
g.       Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h.      Membantu klien memelihara kesehatan fisiknya.
4. Implementasi.
Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara lain:
a.       Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan konflik yang belum
terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
1). Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya
2). Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
3). Berkomunikasi dengan orang lain
4). Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia luar dan orang lain.
5). Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
b.      Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua perlu belajar secara
bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggungjawab terhadap
perubahan yang terjadi pada klein dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari
bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena
itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c.       Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi
kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan
internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial
klien. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.
d.      Psikofarmakologi
Walaupun belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri, tetapi bermanfaat untuk mengurangi gejala
(hiperaktif, depresi, impulsive dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif.
Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunkan pedoman yang tepat
e.      Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalisa, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi dan
terapi bermain pengalaman. Hubungan antara klien dan terapist memberikan kesempatan pada klien
untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang lain dengan penuh kasih
sayang.
f.        Pendidikan pada orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa klien,
begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang
tahap tumbang klien, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan
klien. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan
anaknya.
g.       Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami klien.
Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai
tugas terapeutik dan rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang
terstruktur secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan ruti meliputi:
bangun pagi hari, makan dan jam tidur.
5. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien. Apakah klien
menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya
kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL
A.      KONSEP DASAR
1. Pengertian
Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak flexibel, sehingga menimbulkan perilaku mal adaptif dan mengganggu
fungsi seseorang
2. Rentang Respon
Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosial dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
adanya hubungan dengan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya
menimbulkan respon-respon sosial pada individu. Menurut stuart dan sundeen (1995) respon sosial
individu berada dalam rentang adaptif-mal adaptif, seperti pada bagan berikut:

Respon adaptif adalah respon individu dalama penyeleseian masalah yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya yang umumnya berlaku, dengan kata lain individu tersebut   masih
dalam batas-batas normal dalam menyeleseikan maslahnya, respon ini meliputi:
a.       Soloitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan juga suatu cara untuk mengevaluasi diri dan menetukan langkah-langkah selanjutnya
b.      Otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan
sosial
c.       Kebersamaan
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mempu saling memberi dan menerima
d.      Saling ketergantungan (interdependency)
Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan
interpersonal
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyeleseian maslah yang menyimpang dari norma-
norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon maladaptif yang paling sering ditemukan adalah:
a.       Manipulasi
Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan,
bukan pada orang lain.
b.      Impulsif
Individu invulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan
c.       Narkisisme
Pada individu narkisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

B.      PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi yaitu:
a.       Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor pendukun terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, diantaranya:
1). Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu, ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tidak terjadi gangguan dalam hunbungan sosial. Tugas perkembangan pada masing-masing tahap
tumbuh kembang memiliki karakteristik tersendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
terpenuhi, misalnya jika fase oral tugas perkembangannya adalah membentuk rasa saling percaya, bila
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya yang dapat
mengakibatkan masalah, antara lain adalah curiga

Tugas perkembangan hubungan dengan pertumbuhan interpersonal

TAHAP PERKEMBANGAN TUGAS PERKEMBANGAN


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggungjawab
dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
kelamin
Masa remaja Menjalin hubungan intim dengan teman lawan
jenis dan tidak tergantung pada orang tua
Masa dewasa muda Menjadi saling tergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan
perasaan keterikatan dengan budaya

2). Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan
hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk masalh komunikasi yang tidak jelas (double blind
communication) yaitu seuatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan  dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga, menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

3). Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dia anut
oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis
dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4). Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial.
Organ tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah: otak, sebagai
contoh: pada klien skizophrenia struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

b.      Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal seseorang
1). Faktor internal
Contohnya stress psikologik, yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi
akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
ketergantungan individu
2). Faktor eksternal
Contohnya stressor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain
keluarga

c.       Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan hubungan sosial
sangat bervariasi, seperti:
1). Curiga: regresi, proyeksi, reoresi
2). Dependen: regresi
3). Manipulasi: regresi, represi, isolasi
4). Menarik diri: regresi, represi, isolasi

d.      Perilaku
Berdasarkan hasil observasi perilaku klien, perawat mengumpulkan dan menganalisa data khususnya
data perilaku yang spesifik pada kondisi klien dengan masalah hubungan sosial. Perilaku yang biasa
muncul pada klien:
JENIS GANGGUAN KURANG RESPON
Hubungan sosial        Apatis (acuh terhadap lingkunga)
       Ekspresi wajah kurang berseri
       Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersiahan diri
       Tidak ada atau kuarang komunikasi verbal
       Mengisolasi diri
       Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnay
       Masukan makanan dan minuman terganggu
       Retensi urine dan feses
       Aktivitas menurun
       Kurang energi/tenaga
       Rendah diri
       Postur tubuh berubah (sikap fetsu/janin) khususnya saat tidur

Curiga        Tidak mampu mempercayai orang lain


       Bermusuhan (hostility)
       Mengisolasi diri dalam lingkungan sosial
       Paranoid

Manipulasi        Ekspresi perasaan yang tidak langsung pada tujuan


       Kurang asertif
       Mengisolasi diri dari hubungan sosial
       Harga diri yang rendah
       Sangat tergantung pada orang lain

2. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin terkait dengan masalah gangguan hubungan sosial adalah:
a.       Ansietas
b.      Isolasi sosial
c.       Harga diri rendah
d.      Defisit perawatan diri
e.      Resiko mencederai diri sendiri
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin pada maslah gangguan hubungan sosial, diantaranya:
a.       Resiko tinggi perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
b.      Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Rencana tindakan keperawatan
a.       Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai secara umum dalam memberikan tindakan keperawatan adalah untuk
menumbuhkan perasaan yang menyenangkan dalam hubungan interpersonal yang optimal dan
menetapkan serta mempertahankan yang telah dicapai dalam hubungan interpersonal tersebut:
1). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
2). Aklien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
3). Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap:
Klien - Perawat, Klien – Perawat - Klien/perawat lain, Klien – Kelompok, Klien – Kelurga
4). Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
5). Klien dapat memberdayakan sistem pendukung untuk memfasilitasi hubungan sosial
b.      Tindakan
Secara spesifik tindakan keperawatan untuk masalah-masalah yang terdapat pada gangguan hubungan
sosial, adalah sebagai berikut:
1). Menarik diri
a). Perhatikan kebutuhan dasar fisiologis
b). Berikan kegiatan secara bertahap
c). Batasi pilihan yang akan ditawarkan kepada klien
e). Perluas kontak dengan lingkungan sosial secara bertahap
2). Curiga
a). Tetapkan hubungan saling percaya
b). Jelaskan secara prosedur tindakan kepada klien
c). Perhatikan kebutuhan fisiologis klien
d). Hargai privacy klien
e). Batasi jumlah tim keperawatan yang merawat klien
f). Terbuka dan jujur
g). Diskusikan harapan tindakan keperawatan bersama klien
h). Libatkan klien dalam rencana keperawatan
i). Hindari berbicara berbisik-bisik dan tidak jelas dekat klien
j). Lindungi hak klien bila klien menolak pengobatan atau perawatan
3). Dependen
a). Bantu klien untuk mengenali perasaannya
b). Anjurkan klien untuk menolong dirinya sendiri
c). Hindari memberi pujian untuk tingkah laku dependen
d). Buat rencana secara teratur dan baut jadwal untuk mengadakan kontrak dengan klien
4). Manipulatif
a). Libatkan orang-orang yang berarti bagi klien
b). Lindungi klien dari ancaman terhadap diri sendiri
c). Berpedoman pada respon tingkah laku klien
d). Berikan tindakan keperawatan secara terstruktur
e). Bantu klien untuk mengenali perasaannya
f). Fokuskan tindakan keperawatan kepada kekuatan klien
g). Buat batasab perilaku dengan pendekatan terapi modifikasi perilaku

4. Evaluasi
Evaluasi dilakuakn dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan
keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung yang utama, bahkan
dapat dikatakan keluarga merupakan indikator dari keberhasilan perawatan klien. Sebagai contoh pada
tahap evaluasi, klien menarik diri diharapka:
a.       Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
b.      Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
c.       Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
d.      Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
e.      Klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya untuk memfasilitasi hubungan sosialnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN KOGNITIF
A. KONSEP GANGGUAN KOGNISI
1. Pengertian
Gangguan kognisi adalah adanya masalah dalam proses mental yang dengannya seseorang individu
menyadari & mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun
lingkungan luar
2. Macam-macam gangguan kognisi
Proses kognisi : sensasi & persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan, pikiran & kesadaran
a. Gangguan Sensasi & Persepsi:
      Sensasi/ penginderaan : pengetahuan atau kesadaran akan suatu rangsang
      Persepsi / pencerapan : kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti. Pengalaman tentang benda-
benda & kejadian-kejadian yang ada pada saat itu.
            Macam-macam ganguan sensasi
  Hiperestesia : suatu keadaan dimana terjadi peningkatan abnormal dari kepekaan dari proses
penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba
  Anestesia : suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan
  Parestesia : keadaan dimana terjadi perubahan pada perasaan yang normal, ex : kesemutan
  Sinestesia : suatu keadaan dimana rangsang yang sesuai dg alat indera tertentu, dianggap oleh indra yang
lain.
  Hiperosmia : suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kepekaan berlebihan indra penciuman
  Anosmia : suatu keadaan dimana  terjadi kegagalan atau kehilangan daya penciuman baik sebagian
ataupun menyeluruh
  Hiperkinestesia : keadaan dimana terjadi peningkatan kepekaan yang berlebih terhadap perasaan gerak
tubuh
  Hipokinestesia : keadaan dimana terjadi penurunan kepekaan terhadap perasaan gerak tubuh
         Macam-macam gangguan Persepsi
  Ilusi : suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada/pernah ada rangsang dari luar.
  Halusinasi : suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.Jenis : halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, raba, sexual, kinestetik, viseral.
  Depersonalisasi : perasaan aneh pada dirinya, bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta
tidak sesuai dg kenyataan
  Derealisasi : suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan
 b.  Gangguan Perhatian
Perhatian : pemusatan & konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar
akibat suatu rangsang, Bentuk gangguan:
      Distraktibiliti : perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti
      Aproseksia : ketidaksangguapan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi/keadaan tanpa
memandang pentingnya masalah tersebut
      Hiperproseksia : terjadinya pemusatan/ konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga
mempersempit persefsi yang ada.
c.   Gangguan Ingatan
Ingatan : kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi & tanda-tanda kesadaran. Proses :
pencatatan penyimpanan reccaling.
      Amnesia : ketidakmampuan menhingat kembali pengalaman yang ada, dapat sebagian ataupun total
retrogard & dapat ditimbulkan oleh faktor organik/ psikogen
      Hipernemsia : pemanggilan kembali yg berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian-
kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal yang kecil
      Paramnesia : penyimpanan terhadap ingatan-ingatan yang lama yang dikenal dengan baik
      Déjà vu : suatu perasaan seakan-akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum pernah
dilihatnya.
      De Jamais vu : suatu perasaan palsu terrhadap suatu kejadian yang sebenarnya telah pernah dialaminya
tapi saat ini dirasakan belum/ tidak pernah dialami/dilihat.
d. Gangguan Assosiasi
Assosiasi : proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung
untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya
berkaitan dengannya. Bentuk gangguan :
      Retardasi : perlambatan
      Kemiskinan ide : kekurangan asosiasi yang dapat dipergunakan
      Perseversi : asosiasi diulang-ulang kembali secara terus-menerus yang menggambarkan seseorang tidak
sanggup lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan
      Flight of ideas : aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan &
pikiran
      Inkohorensi : aliran asosiasi tidak berhubungan satu dengan yang lainnya
      Blocking : kegagalan membentuk asosiasi , mulai dari situasi semntara akibat reaksi emosional yang kuat
sampai pada blocking yang lama.
      Apasia : kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan atau emmahami bahasa.
e.      Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan : suatu proses mental untuk membandingkan/ menilai beberapa pilihan dalam suatu
kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud & tujuan dari suatu aktivitas
f. Gangguan Pikiran
Pikiran umum : meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang.
Berpikir : suatu proses dalam mempersatukan atau menghubungkan ide-ide dengan membayangkan,
membentuk pengertian dengan menarik kesimpulan, serta proses lain untuk membentu ide baru.
Faktor yang mempengaruhi proses berpikir
      Faktor somatik : g3 otak & kelelahan
      Faktor psikologik : g3 emosi & psikosa
      Faktor sosial : kegaduhan & keadaan sosial
g. Gangguan bentuk pikiran
      Pikiran deristik : tidak ada hubungan antara proses mental dg pengalamannya yang sedang berjalan
      Pikiran autistik : kegagalan dalam membedakan batas antara kenyataan & fantasi.
      Pikiran yang non-realistik : tidxak berdasarkan kenyataan
      Pikiran obsesif : suatu ide selalu datang berulang-ulang, irasional & secara sadar tidak diinginkan tetapi
tidak dapat dihilangkan
      Konfabulasi : seseorang mempersatukan hal-hal / kejadian yang tidak berkaitan, dalam suatu usaha
untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena kehilangan ingatan.
h.      Gangguan arus atau jalan pikiran
      Flight of ideas : terjadi perubahan yang mendadak, cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu ide belum
selesai sudah disusul oleh ide yang lain
      Retardasi : pelambatan
      Perseverasi : sso berulang memberitahukan suatu ide, pikiran atau tema secara berlebihan
      Cirkumtantiality : keadaan dimana untuk menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan
menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan & tidak relevan
      Inkoherensi : terdapat gangguan dalam bentuk bicara, pembicaraan tdk dapat ditangkap maksudnya.
      Blocking : hambatan, halangan, benturan
      Logorea : banyak bicara kata-kata baru tg tdk dipahami secara umum
      Neologisme : membentuk kata baru yang tidak dipahami secara umum
      Irelevansi : isi pikiran / ucapan tidak ada hub dg yang sedang dibicarakan
      Aphasia : sukar mengerti pembicaraan orang  lain / sukar berbicara
i.  Gangguan Isi pikir
      Waham : suatu kepercayaan yang terpaku & tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta / kenyataan.Jenis
waham : Waham kebesaran (ekspansif), waham depresif (menyalahkan diri sendiri), waham somatis,
waham nihilistik, waham kejar, waham hubungan, & waham pengaruh
      Ideas of reference : pembicaraan orang, benda atau kejadian dihubungkan dg dirinya sendiri
      Pre-okupasi : suatu pikiran yang terpaku hanya pada sebuah ide saja, berhub dg keadaan emosional
yang kuat
      Thought Insertion : sisip pikiran
      Thought broad cast : siar pikiran
   j. Gangguan Kesadaran
Kesadaran : kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya
sendiri melalui pancaindera & mengadakan pembatasan dengan lingkungan &dirinya sendiri.
Bentuk : Kesadaran kwantitatif & kwalitatif
      Kesadaran kwantitatif
  Kesadaran yang menurun : kemampuan persepsi, perhatian & pemikiran yang berkurang secara
keseluruhan.
         Apatis : mengantuk
         Samnolen : mengantuk, memberi jawaban jika dirangsang
         Sopor : hanya bereaksi dengan rangsang yang kuat, ingatan, orientasi & pertimbangan sudah hilang
         Subkoma & koma : tidak bereaksi terhadap rangsang
  Kesadaran yang meninggi : keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang, disebbkan zat toksik
yg merusak otak atau faktor psikologik
      Kesadaran kwalitatif  : terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran. Disebabkan oleh toksik, organik &
psikogen
  Stupor : karena faktor psikogen didapat pada katatonia, depresi, epilefsi, ketakutan & reaksi disosiasi
  Twilight state : kehilangan ingatan karena psikologik, penderita tidak mengenalilingkungannya.
  Fuge : periode penurunan kesadaran dengan pelarian menimbulkan banyak stress, tetapi dapat
mempertahankan kebiasaan & keterampilannya.
  Confusion : rusaknya aparat sensoris didapatkan kesulitan pengertian, mengacau, disorientasi disertai
gangguan fungsi asosiasi.
  Tranco : keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungan yg biasanya mulai secara
mendadak, bengong, kehilangan akal atau melamun, dapat ditimbulkan karena hipnosa atau upacara
kepercayaan
k. Gangguan Orientasi
      Orientasi : kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu,
ruang & terhadap dirinya serta orang lain.
      Disorientasi : dapat timbul sebagai g3 dari kesadaran, mengenai waktu, tempat, & orang

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KOGNISI


1.  Pengkajian
           a. Perilaku 
Gangguan konitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium & demensia
 

PERBANDINGAN DELIRIUM, DEPRESI &


DEMENSIA
DELIRIUM DEPRESI DEMENSIA
Awitan/ Awal Cepat (beberapa jam-hari) Cepat (beberapa mgg- Bertahap (bertahun-
Kejadian bln) tahun)
Proses Fluktuasi luas; dapat Mungkin ada Kronik: lambat namun
gangguan berlangsung terus selama pembatasan diri atau terus menurun
beberapa minggu selama menjadi kronik tenpa (lebih dari 6bln)
penyebab tidak diketahui pengobatan
Tingkat Berfluktuasi dari mulai Normal Normal
kesadaran waspada sampai sulit untuk
dibangunkan
Orientasi Pasien disorientasi, Pasien tampak Pasien disorientasi,
bingung disorientasi bingung
Afek/ Berfluktuasi Sedih, depresi, cemas, Labil, apatis pada tahap
Ekspresi rasa bersalah lanjut
wajah
Perhatian Selalu terganggu Kesulitan berkonsentrasi Mungkin utuh, dapat
berkonsentrasi dalam
waktu lama
Tidur Selalu terganggu Terganggu, tidur Biasanya normal
berlebihan atau
insomnia, bangun pagi
lebih awal
Perilaku Pasien agitasi, gekisah Pasien mungkin lelah, Pasien mungkin agitasi
apatis kadang agitasi atau apatis, mungkin
keluyuran
Pembicaraan Jarang atau cepat, mungkin Datar, jarang, mungkin Jarang atau cepat,
inkoheren meledak-ledak, dapat berulang-ulang
mengerti mungkin inkoheren
Memori Terganggu terutama untuk Bervariasi dari hari ke Terganggu terutama
peristiwa yang baru terjadi hari; lambat dalam peristiwa yang baru
mengingat; sering terjadi
deposit memori jangka
pendek
Kognisi Gangguan berpikir Mungkin tampak Gangguan berpikir &
terganggu menghitung
Isi pikir Inkoheren, bingung, Negatif, hipokondrosis, Tidak teratur, kaya isi
waham dan steriotuf pikiran tentang kematian, pikir, waham, paranoid
paranoid
Persepsi Salah penapsiran, ilusinasi, Terganggu; pasien Tidak berubah
halusinasi mungkin mengalami
halusinasi pendengaran;
penafsiran negatif
terhadap orang lain dan
kejadian
Penilaian Buruk Buruk Buruk; perilaku tidak
tepat secara sosial
Daya tilik Mungkin ada saat-saat Mungkin terganggu Tidak ada
berfikir jernih
Penampilan Buruk tetapi bervariasi; Kerusakan memori; Secara konsistensi
pada status meningkat saat berpikir menghitung, buruk; makin
mental jernih & saat penyembuhan menggambar, mengikuti memburuk
perintah biasanya tidak
terganggu; sering
menjawab saya tidak
tahu
b.  Faktor Predisposisi
1). Gangguan suplai oksigen, glukosa & zat gizi dasar lainnya yang penting buat otak
2). Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
3). Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
4). Penyakit alzheimer
5). HIV
6). Penyakit hati kronik
7). Penyakit ginjal kronik
8). Defisiensi vitamin
9). Malnutrisi
10). Abnormalitas genetik
c.  Stressor pencetus
1). Hipoksia
2). Gangguan metabolik, termasuk hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipoglikemi, hipopituitarisme, 7 penyakit
adrenal
3). Toksisitas & infeksi
4). Respon yang berlawanan terhadap pengobatan
5). Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma
6). Kekurangan atau kelebihan sensori
d.  Penilaian stressor
Penyebab fisiologis disingkirkan terlebih dahulu, kemudian stressor psikososial di pertimbangkan karena
dapat lebih mengganggu proses pikir individu. Oleh karena itu penilaian stress individu sangat penting
e.  Sumber koping
Respon individu termasuk kekuatan dan keterampilan. Pemberian perawatan bisa bersifat mendukung.
Self-help group dapat menjadi sumber koping yang tepat bagi pemberi perawatan.
f.  Mekanisme koping
karena gangguan perilaku yang mendasar pada delirium adalah perubahan kesadaran, yang
mencerminkan gangguan biologis yang berat dalam otak, mekanisme koping psikologis pada umumnya
tidak digunakan. Dengan demikian perawat harus melindungi pasien dari bahaya dan mengganti
mekanisme koping individu dengan tetap mengorientasikan pasien dan mendorongnya menghadapi
realita.
Mekanisme pertahanan ego yang mungkin teramati pada psien yang mengalami gangguan kognitif:
      Regresi
      Penyangkalan
      Kompensasi
2. Diagnosa keperawatan NANDA yang berhubungan dengan respon kognitif maladaptif(Masalah
Keperawatan)
a. Ansietas
b. Komunikasi, hambatan verbal
c. Konfusi
d. Penurunan koping keluarga
e. Ketidak efektifan koping individu
f. Resiko jatuh
g. Defisiensi perawatan diri
h. Resiko cedera
i. Kerusakan memori
j. Hambatan mobilisasi fisik
k. Kerusakan interaksi sosial
l. Gangguan pola tidur
n. Gangguan proses pikir
3. Perencanaan (INTERVENSI)
Rencana penyuluhan keluarga untuk keluarga psien yeng mengalami respon kognitif maladaptif.
Intervenís pada delirium
a.       Penuhi kebutuhan fisiologis
      Pertahankan keseimbangan nutrisi & cairan/elektrolitnya
      Lakukan tindakan keperawatan seperti menggosok punggung, memberi susu hangat dan percakapan
yang menenangkan sehingga dapat tidur
b.      Intervensi pada gangguan persepsi
      Biarkan lampu menéala di ruangan untuk mengurangi bayangan
      Pastikan keamanan dengan menempatkan pasien  di ruangan yang memakai tirai pengaman dan
memindahkan perabot yang berlebihan
      Berikan asuhan keperawatan  satu perawat satu pasien untuk memudahkan orientasi pasien.
      Orientasikan pasien ke waktu, temapt dan orang
c.       Komunikasi
      Berikan pesan yang jelas
      Hindari memberi pilihan
      Gunakan pernyataan langsung dan sederhana
d.      Penyuluhan pasien
      Berikan informasi tentang penyebab delirium
      Ajarkan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang diprogramkan
      Informasikan tentang pencegahan efisode delirium di masa yang akan datang
      Rujuk pada lembaga keperawatan kesehatan comunitas jira dibutuhkan penyuluhan atau intervebsi
keperawatan lebih lanjut.

INTERVENSI PADA DEMENCIA
a. Orientasi
      Beri tanda yang jelas di kamarnya dengan menggunakan namanya
      Anjurkan pasien untuk menyimpan barang pribadi di kamarnya
      Gunakan lampu tidur
      Sediakan jam dan kalender
      Sediakan surat kabar
      Orientasikan secara verbal sesering mungkin
b. Komunikasi
      Perkenalkan diri anda
      Tunjukan sikap positif tanpa pmrih
      Gunakan komunikasi verbal yang jelas
      Hindari penggunaan kata ganti
      Atur suara
      Gunakan pertanyaan ya/tidak
      Minta satu hal dalam satu kesempatan
      Komunikasi verbal selaras dengan nonverbal
      Pelajari kehidupan masa lalu pasien
      Berikan perasaan bebas dan terlindungi
c. Dukungan mekanisme koping
d. Kurangi keluyuran
e. Kurangi agilitas
      Jelaskan apa yang diharapakan secara jelas
      Tawarkan pilihan jika pasien dapat melakukannya
      Berikan jadwal aktivitas
      Hindari adu kekuatan
      Libatkan pasien dalam asuhan jika memungkinkan
f. Pengobatan farmakologis
g. Libatkan anggota keluarga
h. Gunakan sumber yang ada dikomunitas
4. Implementasi
Implementasi di seseuaikan dengan intervenís yang telah disebutkan dia atas
5. Evalauasi
a.       Apakah pengkajian sudah cukup lengkap untuk mengidentifikasi masalah?
b.      Apakah tujuan bersifat individual untuk mencapai tujuan?
c.       Apakah waktu yang dialokasikan cukup untuk mencapai tujuan?
d.       Apakah perawat mempunyai keterampilan untuk melaksanakan intervenís?
e.      Apakah factor lingkungan mempengaruhi pencapaian tujuan?
f.        Apakah stressor tambahan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengatasi masalah?
g.       Apakah tujuan dapat tercapai pada pasien tersebut?
h.      Apa pendekatan alternatif yang dapat dicoba?

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN
(MOOD)
A. PENDAHULUAN
Proses yg berperan dlm terciptanya suatu perilaku manusia :
1. Proses kognisi meliputi : sensasi, persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan, pikiran dan
perasaan.
2. Unsur kemauan
3. Aspek emosi dan afek
4. Psikomotor
Ke empat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yg sulit dipisah-pisahkan serta saling
berinteraksi dlm lingkungan internal individu.

B. PENGERTIAN
1. Perasaan (mood) merupakan bagian dari emosi, dan afek. Seperti halnya kognitif, kemauan, dan
psikomotor, maka emosi serta afek klien dpt mengalami gangguan.
2. Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi
seseorang dlm waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan,
bekerja dsb
3. Menurut Stuart Laraia, (1998:349) dalam Psychiatric Nursing.
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi
kehidupannya. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi yaitu sebgai untuk komuikasi sosial, merangsang
fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif. Dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
4. Menurut John W. Santrock, (1991:490) dalam Psychilogy The science of Mind & Behavior
Ganguan dalam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emoisional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang
berlebihan (egitation)
5. Menurut patricia D. Barry (1998:302) dalam Mental Health and Mental Ilness                   
Gangguan mental efektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan
perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode
waktu yang panjang.
6. Buskits Gerbing (1990:548) dalam Psycology Boundaries & Frontiers
Ganguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi dan gembira
yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat
berupa periode elasi  (keceriaan) dan depresi.     
7. Menurut Clinton Nelson (1990) dalam mental health and mental nursing practice
Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan
bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania.

C. RENTANG RESPON EMOSI


Responsive: klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal
(memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal (mmahami harapan orang lain).
Reaksi kehilangan yang wajar: klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien berhenti, (mis: bekerja,
sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri, tetapi semua hal tersebut
berlangsung hanya sementara.
Supresi : merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk maladaptif, klien menyangkal
perasaanya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap lingkunan.
Apabila fase ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat mengganggu individu.
Depresi : gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak
bersemangat, perasaan tak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu meras dirinya gagal, tidak
berminat terhadap ADL sampai ada ide bunuh diri. 

D. TIPE GANGGUAN ALAM PERASAAN


Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikansebagai berikut: mood episode, depressive
disorder,  dan bipolar disorder
1. Mood episode
 a.  Mayor depressive episode
Untuk diagnosis kelompok ini, terdapat 5 atau gejala-gejala yang ditampilkan selama  periode 2 minggu
dan menampilkan perubahan fungsi dari fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejal tersebut adalah
salah satu dari 2 hal berikut:
Perasaan depressive: kehilangan ketertarikan terhadap kesenangan (pleasure).Tanda-tanda secara
lengkap adalah sebagai berikut:
  perasaan depresif lebih banyak da;am sehari, hampir setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data
subjektif atau hasil observasi.
   menurunya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua aktivitas dalam sehari atau setiap
hari.
   kehilangan berata badan yang bermakna mewskipun tidak diet.
   kesulitan tidur (insomnia)  atau tidur yang berlebihan (hypersomnia)
  Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor (pstchomotor agitation)  atau perlambatan motorik (retardation)
hampir setiap hari.
  kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
  Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa yang berlebihan hampir setiap
hari.
  Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau perasaan ragu-ragu hampir setiap hari.
  Terus-menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri tanpa perencanaan yang
jalas, atau perencanaan bunuh diri dengan perencanaan atau pelaksanaan bunuh dirinya.
b. Manic episode
Episode manik ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan secara menetap, meluap-
luap atau mood yang mudah terangsang (irritable)  selama 1 minggu (atau beberapa periode dsaat di
Rumah sakit juga penting). Selama periode ganguan, tiga atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap
dan telah nampak dalam tingkat yang berarti:
  melangbunganya harga diri atau grandiosity
  menurunnya kebutuhan untuk tidur
  lebih banyak bicara dibanding biasanya atau adanya dorongan yang kuat untuk berbicara
  Ide yang meloncat (fligh of ideas)  atau pengalaman subjektif bahwa ia berpikir meloncat
  Perhatian yang mudah teralih  (distractibility)
  Peningkatab dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor
  Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan
cedera.
c. Tipe lainnya (other)
  Tipe lain dari episode mood meliputi mixed  episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manic
episode  dan mayor depressive  episode. Sedangkan pada Hypomanic secara jelas menunjukan
meningkatnya mood yang berbeda darimood nondepressif  yang biasa tetapi tidak dikelompokan sebagai
episode manik.
2. Depressive disorders
 a. mayor depressive disorders
  Mayor depressif disorder dapat berupa episode berulang atau episde tunggal. Hal ini juga dapat memiliki
gambaran khusus seperti adanya penampilan diam melamun (catatonic)  atau melankolik atau
menyertai kejadian post partum.
  Klien yang mengalami mayor depressive berbicara menjadi lambat, berhenti bicara (halting), cemas dan
klien menjadi menyalahkan diri sendiri. Pada tipe episode deprsif gerakan klien menjadfi lambat, lambat
untuk duduk dikursi, kaku (rocking back) suara mengerang yang sedih (moaning dejectedly), dan lebih
banyak duduk dilantai atau tempaat tidur.
Klien secara langsung bersikap agresi kedalan dirinya sendiri dan kadang menyalah kan diri-sendiri,
perasaan berdosa dan bersalah di dunianya. Kesengsaraanya sangat mandalam. Selanjutnya setelah
periode ini klien dapat mencoba bunuh diri.
b. dysthymic disorders
  Dalam diagnosstic and statistical manual of Mental Disorder,  kondisi kelompok ini di kenal dengan
Depresi neurosis (Neurotic depression) kondisi ini ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagian
besar hari. Dua atau lebih dua gejala depresi berikut dapat ditampilkan: Menurunnya nafsu makan (poor
apptite), kelelahan yang sangat (low energi level or fatigue), sudah tidur atau tidak berlebihan 
(insomnia or excessive sleping), harga diri rendah (low self esteem), kesulitan konsentrasi atau kesulitan
membuat keputusan (poor concentrtion or diffyculity making decision ) and perasaan putus harapan
(feeling hopelessness).
3. Bipolar disorder
  a. Bipolar disoders
  Klien dengan tipe bipolar mendemonsrtasikan kekuatan (strong), meluap-luap (exagregated)  dan
mengambarkan irama mood (cyclid mood swings).
  b. Cyclothimic disorders
  Individu dengan kelainan cyclothimic  cenderung untuk mengalami irama mood diantara exhilaration and
depression  (kenangan dan depresif).

E. FAKTOR PREDISPOSISI GANGGUAN MOOD


1. Genetic faktor
Faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau
keturunan.
2. Agression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang kedalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang
ditujukan kepada diri sendiri.
3. Object Ios theory
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic  individu dengan benda atau seseorang yang
sangat berarti dalam fase membutuh kan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan
(attachment).
4. Personality organization Theori
Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaiman konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap sressor.
5. Cognitive model
Model cognitiv menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive  yang didominasi oleh evaluasi
negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya.
6. Learned helplessness model.
Model ketidak berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan
depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam
kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaktif.
7. Behavioral model
model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa penyebab
depresi terltak pada kurangnya keingiinan positif dalam berinteraksi antara perilaku individu dengan
lingkungan.
8. Bilogikal model
Model biologik menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama terjadi masa depresi.
Termasuk depisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam
irama biologis

F. GEJALA GANGGUAN MOOD DEPRESI


Pikiran-pikiran tentang kematianm dan bunuh diri.Bila seseorang rentan untuk menderita deprsi
dibanding orang lain, biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri
kepribadian deprsi), dengan ciri-ciri:
1.       Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan kwatir,irritable, tegang dan agitatif
2.       Mereka yang kurag percaya diri, rendah diri, lebih suka mengalah dan lebih senang berdamai untuk
menghindari konplik atau konprontasi, merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu
atau sering mengeluh ini dan itu.
3.       Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil
keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari keterlibatyan dengan
orang lain.
4.       Suka mencela, mengeritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan
penyangkalan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU
KEKERASAN
A. Konsep Perilaku Kekerasan
1. Pengertian perilaku kekerasan
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini
didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan
emosional kita yang dapat diproyeksikan kelingkungan, kedalam diri atau secara destruktif (Patricia D.
Barry, 1998).
Agresi berkaitan dengan trauma pada masa anak pada saat merasa lapar, kedinginan, basah, atau
merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara terus menerus, maka ia akan
menampakan reaksi berupa menangis, kejang, atau kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit,
bahkan mencoba menahan napas.
Setelah anak berkembang dewasa ia menampakan reaksi yang lebih keras pada saat kebutuhan-
kebutuhannya tidak terpenuhi. Seperti tempertantrum,  melempar, menjerit, menahan napas,
mencakar, merusak atau bersikap agresif pada bonekanya. Bila reward and punishment  tidak dilakukan
maka ia cenderung menganggap perbuatan tersebut benar.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi yang lain.

2. Rentang respon marah


adaptif
 
Maladaptif
 
 

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh
gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol.

3. Faktor predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan:
a.       Faktor psikologis
Psychoanalytical Theory;  teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual
drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan
agresivitas.
Frustation-agresion theory; teori ini dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa
bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau abjek
yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai
riwayat perilaku agresif

b.      Faktor sosial budaya


Social-Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura (1977) ini mengemukakan bahwa agresi
tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi,
dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh internal: orang yang
mengalami keterbangkitan seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan
mereka yang tidak menonton film tersebut; seorang naka yang marah karena tidak boleh beli es
kemudian ibunya memberinya es agar si anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa bila ia
marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal: seorang anak menunjukan
perilaku agresif setelah melihat seorang dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif
terhadap sebuah boneka.
Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan
ekspresi agresif mana yang dapat diterima  atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara asertif.

c.       Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian
neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada di tengah simtem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. Perangsangan yang
diberikan terutama pada nekleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing
mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram, matanya terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada di sekitarnya. Jadi kerusakan
fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus
temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan memori)
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif; serotonin, dopamin, norepinephrine,
acetilkolin, dan asam amino GABA
Faktor-faktor yang mendukung:
      Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
      Sering mengalami kegagalan
       Kehidupan yang penuh tindakan agresif
      Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
4. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman
tersebut dapat berpa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep
diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang
menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama
mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal. Contoh stressor eksternal:
serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang
lain. Sedangkan contoh dari stressor internal: mesara gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang
yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua, yakni:
a.       Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
b.      Lingkungan: ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial.

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Perilaku kekerasan


1. Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hirarki perilaku
agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan
perilaku agresif
Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat:
a.       Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien
b.      Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekeraasan
c.       Mengembangkan suatu perencanaan
d.      Mengimplementasikan perencanaan
e.      Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu
Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus:
a.       Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga kesehatan
b.      Beritahu ketua tim
c.       Bila perlu, minta bantuan keamanan
d.      Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu
e.      Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat
Perilaku yang berhubungan dengan agresi
a.       Agitasi motorik: bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju kuat, mengapit kuat,
respirasi meningkat, membentuk aktifitas motorik tiba-tiba (katatonia)
b.      Verbal: mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara keras-keras,
menunjukan adanya delusi atau pikiran paranoid
c.       Afek: marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, euphoria tidak sesuai ataru
berlebihan, afek labil.
d.      Tingkat kesadaran: bingung, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak
mampu dialihkan.

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memenej perilaku
agresif. Intervensi dapat melalui Rentang intervensi keperawatan.

Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa sterss yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan
klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk
membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi
yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus
menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah
pribadi dan maslah klien.
Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekpresikan marah yang tepat.
Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekpresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi
diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang
diberikan klien adaptif atau maladaptif.

Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat:
      Berkomunikasi secara langsung denga setiap orang
      Mengatakan ”tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan
      Sanggup melakukan komplain
      Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
Komunikasi
Strategi komunikasi dengan klien perilaku agresif:
      Bersikap tenag
      Bicara lembut
      Bicara dengan cara tidak menghakimi
      Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit
      Tunjukan respek pada klien
      Hindari intensitas kontak mata langsung
      Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
      Fasilitasi pembicaraan klien
      Dengarkan klien
      Jangan terburu-buru menginterpretasikan
      Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati
Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat
mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya
Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat
selama perawatan.
Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obat ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik
untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
waktu yang lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga dapat
memperburuk simtom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect
dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone aobat anxiety, efek
dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia dan
developmental disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang
berkaitan dengan perubahan mood.
Mood stabilizers, penelitian menunjukan bahwa pemberian lithium efektif untuk agresif karena manik
Antipsyhotic; obat-obat ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi
karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu,
namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan
Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur
penanganan kedaruratan psikiatrik.
      Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang bertanggungjawab 24 jam
      Bentuk tim krisis. Meliputi: dokter, perawat dan konselor
      Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang menjadi tugasnya
selama penanganan klien
      Jauhkan klien dari lingkungan
      Lakukan pengekangan, jika memungkinkan
      Pikirkan satu rencana penanganan krisis dan beritahu tim
      Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien
      Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk kerjasama
      Pengekangan klien jika diminta oleh oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera mengkaji situasi
lingkungan sekitar untuk tetap melindungai keselamatan klien dan timnya.
      Berikan obat jika diintruksikan
      Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien
      Tinjau kembali intervensi penaganan krisis dengan tim krisis
      Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat
      Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungan

Seclusion
Pengekangan fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik
(menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana
klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri)
Jenis pengekangan mekanik:
      Camisoles (jaket pengekang)
      Manset untuk pergelangan tangan)
      Maset untuk pergelangan kaki
      Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan
      Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri tau orang lain
      Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
      Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk beristirahat, makan
dan minum.
      Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini telah dikaji dan
berindikasi terapeutik
Pengekangan dengan sprei basah dan dingin
Klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan sprei dan selimut. Lapisan
paling dalam terdiri atas sprei yang telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin,
balutan segera menjadi hangat dan menenagkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang
tidak dapat dikendalikan dengan obat.
Restrains
Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain manual terhadap
pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan institusi.

2. Intervensi Keperawatan
a.       Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit diatas tempat tidur yang tahan air
b.      Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan kulit tidak saling
bersentuhan
c.       Tutup sprei basah dengan selapis selimut
d.      Amati klien dengan konstan
e.      Pantau suhu, nadi dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna, buka pengekangan
f.        Berikan cairan sesering mungkin
g.       Pertahankan suasana lingkungan yang tenang
h.      Kontak verbal dengan suasana yang menenagkan
i.         Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam
j.        Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian

3. Evaluasi
Mengukur apakan tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi perilaku klien.
Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang posistif
a.       Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien
b.      Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
c.       Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain
d.      Buatlah komentar yang kritikal
e.      Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
f.        Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya
g.       Mampu mentoleransi rasa marahnya
h.      Konsep diri klien sudah meningkat
i.         Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.

MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN JIWA


A. DEPRESI
1. Pengertian
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah,
murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit
lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.( TOWNSEND, Marry C ,1988)
2. Etiologi
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
a.       Faktor heriditer dan genetik,
b.      Faktor konstitusi,
c.       Faktor kepribadian pramorbid,
d.      Faktor fisik, faktor psikobiologi,
e.      Faktor neurologik,
f.        Faktor biokimia dalam tubuh,
g.       Faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
3. Faktor Presipitasi
a.       Depresi biasanya dicetuskan oleh :
b.      trauma fisik seperti penyakit infeksi,
c.       pembedahan,
d.      kecelakaan,
e.      persalinan dan sebagainya, serta
f.        faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan
adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya.
Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas,
tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

B. CURIGA
1. Definisi
Perilaku Curiga adalah  merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap
perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam
merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak
nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai
ancaman/bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan
menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan
menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan
mekanisme pertahanan yang lain seperti: reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek
tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
2. Rentang Respon
 Adaptif                                                                                   
      Maladaptif
 Asertif                       Prustrasi                       Pasif                      Curiga

3.  Faktor Predisposisi Dari Curiga


a.       Tidak terpenuhinya trust pada masa bayi
b.      Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan
c.       Orang tua yang otoriter
d.      Suasana yang kritis dalam keluarga
e.      Tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak
f.        Tidak terpenuhinya kebutuhan anak.
Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga
dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas. Pada klien, dari data yang ditemukan
faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan
anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan
ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7
orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa
terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah
dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.

4. Masalah-Masalah Yang Muncul


a.       Adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya
diri terhadap lingkungan yang baru/asing.
b.      Marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidakadekuatan dari perasaan ditolak.
c.       Isolasi sosial
d.      Menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan. Curiga merupakan afek dari mekanisme
koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku
destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidak sesuai.
e.      Gangguan perawatan diri,  klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau
gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotordanpanjang.  Gangguan harga diri rendah,
dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri
atau menyerang orang lain.
f.        Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu   beracun atau petugas
mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum.
C. MANIA
1. Definisi.
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai
dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadangkadang sebagai
pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas). Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif
yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka
menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara,
banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun
mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan
rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam
cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
2. Etiologi
Gangguan alam perasaan (mania) dapat timbul karena beberapa faktor yaitu :
a.       Teori biologis
1). Genetik
Penyelidikan menunjukan bahwa ada suatu peningkatan timbulnya kelainan bipolar dalam derajat
pertama relatif terhadap individu-individu dengan kelainan dari pada populasi umum.
2). Biokimia
Sebagaimana ada indikasi dari kadar rendah nerepinefrin dan dopamin selama suatu episode
depresi,sebaliknya kelihatan sebenarnya seorang individu mengalami suatu episode manik. Jadi, respon-
respon perilakukegembiraan dan europia dapat berhubung dengan suatu kelebihandari biogenikamin ini
dalam otak.
b.      Teori Psikososial
Teori psikoanalitik dari kelainan bipolar menyatakan bahwa ibu (atau pengasuh utama) mendapatkan
kesenangan yang besar dari ketergantungan awal bayi. Saat anak matang dan mencoba meningkatkan
otonomi dan kemandirian, sang ibu mulai merasa terancam.
3. Manifestasi Klinis
Gangguan mania ditandai oleh perasaan hati yang meningkat, meluas dan mudah tersinggung. Klien
tidak mengenal leleh, hiperaktif dan pada keadaan yang berat disertai panik yaiu perilaku yang tidak
terkontrol.
4. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksannan pada episode mania di prioritaskan pada tehnik penceghan dan penangan
secara cepat
a.       Pengembangan dan peningkatan tentang respon maladaptive dan koping yang efektif.
b.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat
c.       Pemberian obat antimanik

D. MENARIK DIRI
1. Definisi
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau   merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 ).
                 Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
 Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.
 (DepKes, 1998).
2.  Faktor Predisposisi Dan Presitipasi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya kepada orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
3. Tanda Dan Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
a.       Apatis, ekspresi, afek tumpul.
b.      Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
c.       Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat.
d.      Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e.      Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
f.        Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap.
g.       Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari
tidak dilakukan.
h.      Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data subjektif adalah
menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak tahu”.
4. Karakteristik Perilaku
a.       Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
b.      Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
c.       Kemunduran secara fisik.
d.      Tidur berlebihan.
e.      Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f.        Banyak tidur siang.
g.       Kurang bergairah.
h.      Tidak memperdulikan lingkungan.
i.         Kegiatan menurun.
j.        Immobilisasi.
k.       Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
l.         Keinginan seksual menurun.

F. WAHAM
1. Pengertian
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social. Waham adalah Keyakinan tentang
suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.Keyakinan klien
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
2. Penyebab
a.  Faktor predisposisi
         Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon biologis yang maladaptif.
         Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
         Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
         Virus paparan virus influensa pada trimester III
         Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b.      Faktor Presipitasi
         Proses pengolahan informasi yang berlebihan
         Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
         Adanya gejala pemicu
3. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :
a.       Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas
b.      Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c.       Menarik diri
d.      Pada keluarga ; mengingkari
e.      Prilaku
4. Jenis Waham
a.       Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang
Maha Kuasa.
b.      Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
c.       Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
d.      Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai
orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-
matainya.
e.      Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
f.        Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.
5.       Tanda dan gejala
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada
kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham
aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan
ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
a.       Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas
tertentu).
b.      Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang
sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
c.       Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
d.      Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka
dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena
keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan
mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung
terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian
paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu
penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada
depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan,
reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di
temapat tidur karena sakit.
6.       Penanganan
a.        Psikofarmakologi
b.       Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
c.        penarikan diri high potensial
d.       ECT tipe katatonik
e.       Psikoterapi

G. PRILAKU BUNUH DIRI


1. Definisi
a.       prilaku bunuh diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat mengarah kepada
kematian. ( Stuart and Sunden, 1998 )
b.      prilaku bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan di sengaja untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar, berkeinginan untuk mati sehingga melakukan tindakan untuk
mewujudkan keinginan tersebut.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan, atau ancaman verbal untuk mewujudkan tindakan
yang megakibatkan kematian, perlukaan, atau nyeri pada diri sendiri.
2. Rentang Respon

Rentang Respon Protektif Diri


     Respon Adaptif <===========================> Proses Mal Adaptif
^===============^==================^==============^=========^
                    peningkatan            pertumbuhan            Prilaku Destruktif        Pencederaan               Bunuh
                         diri                          peningkatan                 diri tidak                                    diri                           diri
                                                             beresiko                   langsung

3. Istilah  bunuh diri dibagi 3 kategori :


a.       ancaman bunuh diri / suicide threat
b.      upaya bunuh diri / suicide attempt
c.       isyarat bunuh diri / suicide gesture
4. Jenis bunuh diri :
a.       bunuh diri anomatik
b.      bunuh diri altruistic
c.       bunuh diri egoistik
5. Faktor Pencetus
a.       Dx. psikiatrik
b.      sifat kepribadian
c.       lingkungan psikososial
d.      riwayat keluarga
e.      factor biokimia
6. Karalteristik Perilaku
a.       keputusasaan dan ketidakberdayaan
b.      ambivalen : antara keinginan mati dan hidup
c.       pernah melakukan percobaan bunuh diri
d.      ada ide bunuh diri
e.      mengancam bunuh diri / mengatakan ingin bunuh diri
f.        hilangnya nafsu makan
g.       perubahan pola tidur
h.      menurunnya kegiatan fisik
i.         menurunnya kegiatan seksual
j.        menghentikan kegiatan yang biasa dilakukan
k.       melakukan kegiatan yang beresiko
l.         mengalami cemas berat dan panic
7. masalah Keperawatan
a.       Potensial bunuh diri
b.      Isolasi Sosial
c.       Gangguan Konsep Diri : HDR
d.      Mekanisme Koping yang tidak Konstruktif
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada klien dengan perilaku mencenderai diri yang biasa muncul :
a.       Denial
b.       Rasionalisasi
c.        Regresi
d.       Berpikir Magis
e.        Bunuh Diri
9. Data Yang Perlu Dikaji
a. Wawancara
         identitas klien
         alasan masuk
         factor predisposisi dan presipitasi
         pemeriksaan fisik
         psikososial
         status mental
         kebutuhan persiapan pulang
         mekanisme koping
         masalah psikososial dan lingkungan
         deficit pengetahuan
         aspek pengetahuan
b. Subjektif
         mengatakan hidupnya tak berguna lagi
         ingin mati
         mengatakan pernah mencoba bunuh diri
         mengancam bunuh diri
         mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
         mengatakan lebih baik mati saja
         mengatakn sudah bosan hidup
  c. Data Objektif
         ekspresi murung
         tak bergairah
         ada bekas percobaan bunuh diri
         perubahan kebiasaan hidup
         perubahan perangai
10. Terapi Lingkungan Pada Kondisi Bunuh Diri
a.       Rungan aman dan nyaman
b.      Keseluruhan ruangan dapat dipantau oleh petugas
c.       Tata ruangan menarik
d.      Ada lemari khusus untuk menyimpan alat pribadi klien

~ End ~

Diposting oleh TRIA HIDAYAT di 20.17 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
\

Anda mungkin juga menyukai