Anda di halaman 1dari 31

PERAN PERAWAT JIWA

NS. RINA HARDIYANTI, S.KEP., M.Kep


A. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA

Menurut ANA :
Pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada
manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaptif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan
jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga,
kelompok komunitas ).
B. PRINSIP KEPERAWATAN JIWA
PARADIGMA KEPERAWATAN, yaitu:
 Manusia
 Lingkungan
 Kesehatan
 Keperawatan
MANUSIA
 Fungsi sbg makhluk holistik yaitu
bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan.
 Mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dan penting.
 Memiliki harga diri dan martabat.
 Tujuan individu adalah untuk tumbuh,
sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi
diri.
 Mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal.
 Mempunyai kapasitas koping yang
bervariasi.
 Mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
 Semua perilaku bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi:
 Pikiran
 Perasaan
 Tindakan
LINGKUNGAN
 Manusia sebagai makhluk holistik
dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga,
kelompok, komunitas.
 Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
 Hubungan interpersonal yang dikembangkan
dapat menghasilkan perubahan diri individu.
KESEHATAN
 Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu,
setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui
perawatan yang adekuat.
KEPERAWATAN
 Perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik.
 Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan.
 Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan:
 Klien bertambah sadar akan diri & situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya.

 Perawat memberi stimulus yang konstruktif


sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah
PERKEMBANGAN KES JIWA
DULU :
• Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah,
memalukan, dipasung

SEKARANG :
• Meningkatkan Iptek
• Pengetahuan masyarakat tentang gangguan
jiwa meningkat
• Perlu pemahaman tentang hak asasi manusia
• Penting meningkatkan mutu pelayanan dan
perlindungan konsumen
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di beberapa daerah di Indonesia, pasung masih
digunakan sebagai alat untuk menangani klien
gangguan jiwa di rumah. Saat ini, masih banyak
klien gangguan jiwa yang didiskriminasikan
haknya baik oleh keluarga maupun masyarakat
sekitar melalui pemasungan.
Philipp Pinel dianggap berjasa sebagai orang
pertama yang melepaskan para penderita
gangguan jiwa yang dirantai di Rumah Sakit
Bicetre and Salpetriere di Paris pada akhir abad
ke-18 (Beech, 2003, dalam Minas & Diatri, 2008).
PEMASUNGAN PENDERITA
GANGGUAN JIWA
 
DEFINISI
 
Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah
tindakan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan
cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga
kebebasannya menjadi hilang.
 ETIOLOGI
 
 Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak
keluarga, penyakit yang tidak kunjung sembuh,
tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan
keluaga untuk mengamankan lingkungan
merupakan penyebab keluarga melakukan
pemasungan (Depkes, 2005).
 Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal
karena gangguannya bersifat jangka panjang
(Videbeck, 2008).
Alasan keluarga melakukan pemasungan diantaranya
 
 Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang
dianggap membahayakan terhadap dirinya atau
orang lain
 Mencegah klien meninggalkan rumah dan
mengganggu orang lain
 Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri
 Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga
menangani klien apabila sedang kambuh.
 Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan
keluarga merupakan salah satu penyebab pasien
gangguan jiwa berat hidup terpasung.
TERAPI

 Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa,


kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan.
 Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan
adalah psikoedukasi keluarga (Family
Psychoeducation Therapy.)
Family psychoeducation terapy adalah salah satu
bentuk terapi perawatan kesehatan jiwa keluarga
dengan cara pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi yang terapeutik. Program
psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat
edukasi dan pragmatis (Stuart & Laraia, 2005).
 Meningkatkan kemampuan keluarga dan
klien di masyarakat yaitu dengan terapi
individu, terapi kelompok dan terapi
komunitas. Intervensi tersebut diupayakan
melalui penerapan program kesehatan
jiwa komunitas/masyarakat yang efektif
yang dalam hal ini dilakukan melalui
penerapan Community Mental Health
Nursing (CMHN). (FIK UI & WHO, 2005).
Adapun intervensi yang dapat diberikan untuk keluarga
dengan gangguan jiwa menurut CMHN (2005) adalah
sebagai berikut :
 
 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien
 2) Berikan penjelasan pada keluarga tentang pengertian,
etiologi, tanda dan gejala, dan cara merawat klien dengan
diagnosa keperawatan tertentu (misalnya halusinasi,
perilaku kekerasan)
 3) Demonstrasikan cara merawat klien sesuai jenis
gangguan yang dialami
 4) Berikan kesempatan pada keluarga untuk
memperagakan cara merawat klien yang telah diajarkan
 5) Bantu keluarga untuk menyusun rencana kegiatan di
rumah
JENIS-JENIS PASUNG
INDIKATOR KESEHATAN JIWA
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1974, indikator
dari kesehatan mental diantaranya:

1. Sehat secara emosi


 Seseorang yang sehat secara emosi akan merasa puas terhadap apa yang
ada pada dirinya, bahagia, menyenangkan, tenang, dan dapat mengontrol
diri.
2.  Sehat secara psikologis
 Individu yang sehat secara psikologis dapat menerima segala kekurangan
yang ada pada dirinya.
3.  Sehat secara sosial
 Individu yang sehat secara sosial dapat diterima dengan baik dalam
kehidupan sosial, mudah bergaul.
 4. Bebas dari mental illness
 Bebas dari mental illness berarti individu bebas dari suatu penyakit yang
menyebabkan perubahan pada cara berpikir, mood, serta perilaku.
C. AKTIVITAS PERAWAT JIWA
Perawat jiwa melakukan aktivitas pada 3 area
utama :
1. Aktivitas memberikan askep langsung pada
klien
2. Aktivitas komunikasi
3. Aktivitas dalam pengelolaan (manajemen
keperawatan)
D. PERAN PERAWAT KESEHATAN
JIWA
Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat
pelayanan kesehatan jiwa yaitu:
1. Peran dalam prevensi primer
2. Peran dalam prevensi sekunder
3. Peran dalam prevensi tersier
1. PERAN DALAM PREVENSI PRIMER

 Memberikan penyuluhan tentang prinsip - prinsip


sehat jiwa
 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi
kehidupan, tingkat kemiskinan, & pendidikan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum
gangguan jiwa terjadi.
 Membantu klien di rumah sakit umum untuk
menghindari masalah psikiatri
 Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik
yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
2. PERAN DALAM PREVENSI SEKUNDER

 Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan


jiwa
 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
penanganan dirumah
 Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
 Menciptakan lingkungan yang terapeutik
 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan
pengobatan
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
NEXT

 Memberikan konsultasi
 Melaksanakan intervensi
 Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan
kelompok pada berbagai tingkat usia
 Memberikan intervensi pada komunitas &
organisasi yang telah teridentifikasi masalah yang
dialaminya
3. PERAN DALAM PREVENSI TERSIER

 Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi


 Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah
pulang dari fasilitas kesehatan jiwa untuk
memudahkan transisi dari rumah sakit ke
komunitas
E. KOLABORASI
 Perawat jiwa berkolaborasi dgn pasien,
keluarga, tim kesehatan lainnya
 Kolaborasi mrpk perencanaan, pengambilan
keputusan, penyelesaian masalah, penetapan
tujuan, dan kewajiban individu yg
bekerjasama dalam komunikasi terbuka
Perawat bisa menjadi anggota dari 3 tipe
kelompok :
1. Unidisiplin : semua anggota tim dlm disiplin
ilmu yg sama
2. Multidisiplin : anggota dari berbagai disiplin
ilmu
3. Interdisiplin : anggota dari berbagai disiplin
ilmu yg terlibat dalam pengaturan khusus
utk pelayanan thd pasien dan juga utk
memaksimalkan pertukaran ilmu. Misalnya
pada tatanan pelayanan kesehatan
KOLABORASI PERAWAT JIWA

PASIEN DAN
KELUARGA

TIM TIM
KEPERAWAT KESEHATAN
AN LAIN
F. ASUHAN YG KOMPETEN BAGI
PERAWAT JIWA
 Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
 Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk
klien dan keluarga.
 Peran serta dalam pengelolaan kasus:
mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga.
 Memberikan pedoman pelayanan bagi individu,
keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang
tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang
paling tepat.
 Meningkatkan dan memelihara kesehatan
mental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling.
 Memberikan askep pada penyakit fisik yang
mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
 Mengelola dan mengkoordinasi sistem
pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai