Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKIMIA`
• KELOMPOK 2 :

• CRISTINA WARELA
• HERMENSINA
• SITI
• DEWI
• TASYA MAYOR
• DELVIA
• HELKIA TUMAHU
• HAIDERULLAH
Definisi
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai dengan
proliferasi sel-sel darah putih serta gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel
abnormal dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom yang menentukan ciri fisik, misalnya kulit
coklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan gen merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki
fungsi dan jumlahnya berjuta-juta.

Jenis-jenis leukemia berdasarkan defenisi diatas dapat dilihat terdapat 4 jenis leukemia yaitu:

1) Leukimia Limfoblastik Akut ( LLA )

2) Leukimia Mielositik Akut ( LMA ).


3) Leukimia Limfoblastik Kronik ( LLK ).
4) Leukimia Miolositik Kronik ( LMK ).
Etiologi

Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnya dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada

DNA yangmengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, dan menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi

atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemia ini, antara lain:

• Tingkat radiasi yang tinggi

• Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu

• Kemoterapi

• Down syndrome dan beberapa penyakit genetik lainnya

• Myelodys plastic syndrome

.
Manifestasi Klinis

• Terserang infeksi
• Demam
• Nyeri tulang dan persendian
• Sakit kepala
• Nyeri perut
• Berat badan menurun
• Pembekakan kelenjar limpha
• Anemia
• Pemeriksaan Penunjang
• Perdarahan
Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai

perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih

dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel

darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk

sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan

mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang

menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan

insersi.

Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan

mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan

menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan

genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak

terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan

sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalamorgan lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
Klasifikasi

a. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik Akut

b. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik Kronis

c. Leukemia Limfositik Akut

d. Leukemia Limfositik Kronis


Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab utama kematian.
Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi lain.Risiko perdarahan
berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan
memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan
kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan berat jika jumah trombositnya turun sampai di bawah
20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan sitogenik
3. Pemeriksaan immunophenotyping
4. Sumsul tulang
5. Pemeriksaan darah tepi.
Penatalaksanaan

A. Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)

Pengobatan

• Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah sakit.Berbagai regimen


pengobatannya bervariasi, karena banyak percobaan pengobatan yang masih
terus berlangsung untuk menentukan pengobatan yang optimum. Obat-obatan
kombinasi lebih baik daripada pengobatan tunggal.
• Terapi
1. Kemoterapi
• Terapi konsolidasi
• Terapi pemeliharaan (maintenance) Late intensification
• Terapi suportif
B. LEUKIMIA MYELOBLASTIK AKUT (CML)

• Terapi CML tergantung pada dari fase penyakit, yaitu


1. Fase kronik, obat pilihannya meliputi:
• Busulpan (Myleran),
• Kemoterapi Hydroxiurea
• Inhibitor tirosin kinase.
• Interferon alfa
C. MULTIPLE MYELOMA

• Kemoterapi
• Terapi radiasi
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

1. Pengkajian

a. identitas klien : data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat

b. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya

c. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misalnya : kembar( monozigot )

d. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

e. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi

pernafasan atas, infeksi perkemihan, infeksi kulit dapat timbul kemerahan. f. kaji adanya tanda trombositopenia : purpura, perdarahan
membran mukosa,

f. pembentukan hematoma, kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla, hepatomegali, spienomegali, limfadenpati.

g. kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal dan nyeri.
2. Pemeriksaan Fisik

1. Umum

a. Kepala

b. Wajah: pucat

c. Mata : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema

d. Hidung : epitaksis

e. Mulut : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis

f. Leher : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis

g. Dada : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

h. Abdomen : hepatomegali, spenomefali, limfodenopati

i. Skeletal : nyeri tulang dan sendi

j. Integumen : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar


2. Diagnosa Keperawatan

1.Hipertermia b/d proses penyakit

2.Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

3.Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

. 4.Kemoterapi

5.Resiko gangguan nutrisi kutrang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
3. INTERVENSI

1. Hipertermia b/d proses penyakit

• Manajemen hipertermia Tindakan :

• Observasi

1. identifikasi penyebab hipertermia

2. monitor suhu tubuh

3. monitor kadar elektrolit Terapeutik

4. Sediakan lingkungan yang dingin

5. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

6. Berikan cairan oral Edukasi

7. anjurkan tirah baring


2. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

• Manajemen nutrisi, Tindakan :

• Observasi

1. identifikasi status nutrisi

2. identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3. monitor asupan makanan

• Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jka perlu

2. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein


• Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2. Ajarkan program diet yang diprogramkan Kolaborasi

Kolaborasi

1. pemberian medikasi sebelum makan Manajemen energi Tindakan :

2. Observasi
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola tidur dan jam tidur
• Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi

1.Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


KESIMPULAN

• Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang seringbersama dengan
pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sel darah putih (leukemia). Diagnose keperawatan yang dapat ditemukan dari
pasien dengan gangguan sel darah putih adalah gangguan pertukaran gas, hipertermi dan
resiko ketidak adekuatan nutrisi. Oleh karena itu sebagai seorang perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang
lebih baik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai