Anda di halaman 1dari 21

ASKEP

THALASEMIA
DISUSUN OLEH :
ANGEL DEFRETES
ELISABETH RISKA PRATIWI
PENGERTIAN

Thalasemia adalah penyakit Thalasemia, menurut pakar


kelainan darah yang hematologi dari Rumah Sakit
ditandai dengan kondisi sel Leukas Stauros, Yunani, dr
Vasili Berdoukas, merupakan
darah merah mudah rusak
penyakit yang diakibatkan oleh
atau umurnya lebih pendek kerusakan DNA dan penyakit
dari sel darah normal (120 turunan. Penyakit ini muncul
hari). karena darah kekurangan salah
satu zat pembentuk hemoglobin
sehingga tubuh tidak mampu
memproduksi sel darah merah
secara normal.
PENYEBAB THALASEMIA
 Gangguan genetik  Kelainan struktur hemoglobin
Orangtua memiliki sifat carier Kelainan struktur globin di dalam fraksi
(heterozygote) penyakit thalasemia hemoglobin. Sebagai contoh, Hb A (adult,
sehingga klien memiliki gen resesif yang normal), berbeda dengan Hb S (Hb
homozygote. dengan gangguan thalasemia) dimana, valin
 Terjadi kerusakan sel darah merah di Hb A digantikan oeh asam glutamate di
(eritrosit) Hb S.
sehingga umur eritrosit pendek (kurang
dari 100 hari) Struktur morfologi sel sabit
(thalasemia) jauh lebih rentan untuk rapuh
bila dibandingkan sel darah merah biasa
 Deoksigenasi (penurunan tekanan O2),

Eritrosit yang mengandung Hb S melewati


sirkulasi lebih lambat apabila dibandingkan
dengan eritrosit normal.
TANDA DAN GEJALA
 Sulit Bernafas  Nafsu makan yang menurun dengan
 Hambatan Pertumbuhan drastis
 Sistem Kekebalan Tubuh Menurun  Menangis melebihi dari biasanya
 Kadar Zat Besi Berlebih  Warna kulit berubah menjadi pucat
 Kadar Hemoglobin Rendah  Mengalami pertumbuhan yang
 Kerusakan Organ Hati dan Jantung terhambat atau buruk
 Urine Berwarna Gelap
 Lebih cepat marah atau rewel
 Cepat lelah dan rasa mengantuk yang
terlalu berlebihan
 Sakit perut bagian atas atau nyeri
tulang
KLASIFIKASI THALASEMIA
Secara garis besar, thalasemia dibagi dalam dua  Thalasemia alpha Trait (gangguan pada 2 rantai
kelompok besar, yaitu thalasemia alpha dan globin alpha)
thalasemia beta sesuai dengan kelainan Thalasemia alpha trait sering tidak bersamaan dengan
berkurangnya produksi rantai polipeptida anemia, tapi volume eritrosit rata-rata (MCV),
hemoglobin eritrosit rata-rata (MCH), dan
konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC)
1. Thalasemia Alpha
semuanya rendah
Thalasemia alpha biasanya disebabkan oleh  Hemoglobin H Disease (gangguan pada rantai
delesi (penghapusan) gen. Secara normal globin alpha)
terdapat empat buah gen globin alpha, oleh
Delesi tiga gen alpha menyebabkan anemia
sebab itu beratnya penyakit secara klinis dapat mikrositik hipokrom yang cukup berat (hemoglobin
digolongkan menurut jumlah gen yang tidak ada 7-11g/dl) disertai pembesaran limpa (splenomegali).
atu tidak aktif.  Thalasemia alpha Major (gangguan pada 4 rantai
Thalasemia dibagi menjadi globin alpha)
 Silent Carrier state ( gangguan pada satu Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling
rantai globin allpha) berbahaya pada thalasemia tipe alpha. Pada kondisi
Kelainan yang disebabkan oleh kurangnya ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga
protein alpha. Tetapi kekurangan hanya dalam tidak ada hemoglobin A atau hemoglobin F yng
tahap rendah. diproduksi.
LANJUTAN
Thalasemia Beta 2) Thalasemia Intermedia
Thalasemia beta merupakan kelainan yang Pada kondisi ini keduan gen mengalami
disebabkan oleh kurangnya produksi mutasi tetapai masih bisa memproduksi
protein beta, talasemia beta terjadi jika sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya
terjadi mutasi pada satu atau dua rantai mengalami anemia yang derajatnya
globin yang ada. tergantung dari mutasi gen yang terjadi.
Thalasemia beta dibagi menjadi (PMI
Jatim, 2007) : 3) Thalasemia Major (Cooley’s anemia)
1) Thalasemia Beta Trait (Minor) Kelainan serius yang disebabkan karena
Thalasemia Beta Trait (minor) merupakan tubuh sangat sedikit memproduksi protein
kelainan yang diakibatkan kekurangan beta sehingga hemoglobin yang terbentuk
protein beta. Namun, kekurangannya tidak akan cacat atau abnormal.
terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh
dapat normal.
KOMPLIKASI
1. Kelainan tulang
Thalasemia dapat menyebabkan tulang menjadi tipis dan rapuh
(osteoporosis). Akibatnya, penderita thalasemia berisiko untuk mengalami
patah tulang. Kondisi ini terjadi akibat sumsum tulang bekerja keras dalam
memproduksi sel darah sehingga rongga sumsum tulang melebar.
2. Pembesaran limpa
Kerusakan sel darah merah akibat thalasemia dapat memaksa limpa bekerja
lebih keras untuk menghancurkan sel darah yang rusak.
3. Gangguan jantung
Thalasemia yang parah juga dapat menimbulkan gangguan jantung, karena
jantung akan bekerja lebih keras sebagai bentuk kompensasi kurangnya
darah pada tubuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Screening testMenurut Hoffband (2005) di daerah  Indeks eritrositDengan bantuan alat
endemik, anemia hipokrom mikrositikperlu indeks sel darah merah dapat dicari tetapi
diragui sebagai gangguan thalasemia,
hanyadapat mendeteksi mikrositik dan
screening test dilakukandengan cara
hipokrom serta kurang memberi
 Interpretasi apusan darahDengan apusan darah
anemia mikrositik sering dapat dideteksi nilaidiagnostik
padakebanyakkan Thalassemia kecuali
Thalassemia α silent carrier.Pemeriksaan
apusan darah rutin dapat membawa kepada
diagnosisThalassemia tetapi kurang berguna
untuk skrining

 Pemeriksaan osmotic fragility


(OF)Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan fragiliti eritrosit. Secaradasarnya
resistan eritrosit untuk lisis bila konsentrasi
natrium kloridadikurangkan dikira
PENGKAJIAN
 DATA UMUM IDENTITAS
 IdentitasKlien
PENANGGUNG JAWAB
 Nama : An.Dani Nangune  Nama : Ny.N
 Umur : 10 tahun  Umur : 42 tahun
 Tempat/tanggallahir : 20 agustus 2008 
Agama : islam
 JenisKelamin : laki-laki
 Status Perkawinan : -
 Pendidikan : SMK
 Agama: islam
 Pekerjaan : ibu rumah tangga
 Pekerjaan : -  Status : kawin
 Alamat : donorejo  Alamat : donorejo
 Tanggal Pengkajian : 12 november  Hubungan denganklien : ibu
2018
 Ruangan : irina melati B
RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan Utama : lemas


 Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. N membawah An.D.N ke IGD RSUD Penyakit yang pernahdialami : ibu
pobundayan pada tanggal 11 november 2018 klien mengatakan sudah rutinitas
pukul 09;35, klien mengeluh demam dan lemas, melakukan transfusi darah setiap bulan
kemudian dokter mendiagnosa thalasemia. Riwayatalergi obat/makanan
Dokter menyarankan klien untuk opname karena ibu klien mengatakan klien tidak
perlu transfusi darah. Di IGD TTv, TD ; 90/60 mengalami alergi terhadap obat-obatan
mmHg, SB 39c, N : 90x/m, RR : 20x/m. Terapi
Igd nasal kanul 2 l/menit, IVFd D1 : 12 t/m. Riwayat Penyakit Keluarga:
kemudian An.D.N tanggal 12 november 2018 ibu klien mengatakan, ibu tidak
dipindahkan ke irina melati B dengan keluhan mengalami sakit seperti klien dan
demam dan lemas, klien tampak pucat, keluarga tidak ada yang mengalami
konjungtiva anemis, perut cembung dan teraba penyakit seperti TBC, DM hipertensi
pembesaran hepar dan lien, kulit klien tampak maupun penyakit serius lainnya.
hitam dan kering, N : 80x/m, SB 38c, RR :
20x/m, dan hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar HB : 6 g/dl.
POLA MANAJEMEN KESEHATAN – PERSEPSI
KESEHATAN

 Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit: ibu klien


mengatakan , tidak mengetahui tentang penyakit
anaknya
 
 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan : ibu klien
mengatakan, selalu membawah anaknya untuk transfusi
darah setiap sebulan sekali
PEMERIKSAAN FISIK

PENAMPAKAN UMUM
Keadaan Lemah
umum
Kesadaran Composmentris
GCS E:5 V: 5 M:6
TD : Suhu: 38,5c RR : 20x/m Nadi : 80 x/m
90/70mmHg
BeratBadan 26kg TinggiBadan 110cm

HEAD TO TOE
1. KEPALA DAN LEHER
• Rambut : warna warna hambut kecoklatan , alopesia (-)
• Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, refleks terhadap cahaya pupil isokhor
• Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada pembengkakan tympani
• Hidung : simetrsi kiri dan kanan , tidak ada secret, tidak ada cuping hidung, sinus (-)
LANJUTAN

• Mulut : bibir pucat


• Gigi : gigi putih rata
• Leher : tidak ada nyeri tekan. Tidak ada pembengkakak tonsil
DADA
• Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada sama kanan dan kiri
• Palpasi : vocal fomitus kanan dan kiri sama
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : vesikuler
JANTUNG
• Inspeksi : dada kiri terlihat menonjol
• Palpasi : terdapat pembesaran jantung
• Perkusi : pekak
• Auskultasi : reguler
ABDOMENT
• Inspeksi : perut buncit
• Auskultasi : bising usus 24x/m
• Perkusi : timpani
• Palpasi : adanya pembesaran lien dan hati
INGUINAL & GENETALIA
• Inspeksi : tidak terpasan DC
EKSTREMITAS
• Palpasi : akral hangat

ANALISA DATA
DATA
DS : klien mengatakan tubuhnya teraba hangat
 
DO :
klien terlihat kehitaman dan kering konjungtiva anemis
N : 80x/m
RR : 20x/m
Hb : 6g/dl
SB : 38.5c
ETIOLOGI :Berkurangnya kapasitas darah
PROBLEM : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
LANJUTAN
DS : 
 Klien mengatakan malas makan ETIOLOGI : Berkurangnya kapasitas darah
 Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak PROBLEM : Ketidakefektifan perfusi
nafsu makan selama seminggu terakhir jaringan perifer
 Ibu klien mengatakan, klien sangat kurus
jika dibandingkan dengan teman
seusianya

DO :
 BB sekarang : 26kg
 BB sebelum sakit
 : 32 kg
 Klien terlihat lemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya kapasitas darah
• Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berkurangnya selera makan
INTERVENSI / RENCANA KEPERAWATAN

TujuanKeperawatan (NOC) RencanaTindakan (NIC)


1. Setelah diberikan tindakan asuhan  Kaji ttv
keperawatan selama 3x24 jam di harapkan  Atur posisi pasien
akral hangat dapat teratasi , yang ditandai  Berikan O2 sesuai indikasi
dengan :  Kolaborasi dengan dokter dalam
DS : klien mengatakan akral teraba normal pemberian transfusi darah dan terapi obat
DO : SB dalam batas normal  
 Kaji ttv
2. Setelah diberikan tindakan Asuhan  Berikan makanan yang bergizi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  Berikan makan sedikit tapi sering
adanya peningkatan nafsu makan, yang di
tandai dengan :
 Timbang berat badan setiap hari
DS : klien bisa makan secara mandiri
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
dengan porsi makan dihabiskan pemberian diet
DO : BB dalam batas normal
 Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen atau vitamin anak
IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Implementasi
Evaluasi (Proses)
 Mengkaji ttv
 S : klien mengatakan masih demam
 TD : 90/70 mmHg N ; 80 x/m
  O : klien nampak pucat dan lemah
 RR : 20 x/m SB : 38c
 A : masalah belum teratasi
 Mengatur posisi pasien pada posisi semi fowler
 P : lanjutkan intervensi 
 Memberikan O2 2 liter/jam
 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
transfusi darah dan terapi obat

 Mengkaji TTv TD : 90/70mmHg N : 80x/m


 S : klien mengatakan sudah ada
 RR : 20 x/m SB : 38c TB : 110cm BB : 27kg
sedikit nafsu makan
 Memberikan makanan yang bergizi
 O : klien nampak kurus
 Memberikan makanan sedikit tapi sering
 A : masalah teratasi sebagian
 Menimbang berat badan setiap hati
 P : lanjutkan intervensi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet
 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
suplemen dan vitamin anak
 Mengkaji ttv
 S : klien mengatakan akral teraba dingin
 TD : 90/70 mmHg N ; 80 x/m
dan sudah tidak demam lagi
 RR : 20 x/m SB : 36c  O :klien nampak rileks
 Mengatur posisi pasien pada posisi semi
fowler
 A : masalah teratasi
 Memberikan O2 2 liter/jam
 P : hentikan intervensi
 Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian transfusi darah dan terapi obat

 Mengkaji TTv TD : 90/70mmHg N : 80x/m  S : klien mengatakan sudah ada nafsu


 RR : 20 x/m SB : 38c TB : 110cm BB : makan
29kg  O : klien nampak menghabiskan nasi
 Memberikan makanan yang bergizi dengan porsi sedang
 Memberikan makanan sedikit tapi sering  A : masalah teratasi
 Menimbang berat badan setiap hati  P : hentikan intervensi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet
 Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen dan vitamin anak
EVALUASI

 Diagnosa  Evaluasi (Hasil)


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer  S : klien mengatakan masih demam
berhubungan dengan berkurangnya  O : klien nampak pucat , lemah dan
kapasitas darah gelisa, SB :38c
 A : masalah belum teratasi
 P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  S : klien mengatakan belum ada selera
berhubungan dengan kurangnya selera makan
makan  O : klien nampak lemah dan kurus ,
warna kulit kehitaman dan kering,BB :
26kg
 A : masalah belum teratasi
 P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
LANJUTAN
1.Ketidakefektifan perfusijaringan perifer  S : pasien tidak demam lagi
berhubungan dengan berkurangnya  O : pasien nampak rileks
kapasitas darah  A : masalah teratasi
 P : hentikan intervensi, klien boleh
pulang

 S : pasien sudah ada selerah makan


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  O : pasien nampak rileks , BB : 29kg
berhubungan dengan berkurangnya selera  A : masalah teratasi
makan  P : hentikan intervensi , klien boleh
pulang

Anda mungkin juga menyukai