Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari). ( Williams, 2005)
Anak yang menderita Talasemia memperlihatkan kondisi yang baik saat
lahir tetapi akan menunjukkan keadaan anemia yang terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan berkurangnya kadar hemoglobin. Kondisi ini
menyebabkan anak membutuhkan terapi transfusi darah merah seumur hidup
untuk mengatasi kondisi anemia dan mempertahankan kadar hemoglobin. Namun,
pemberian transfusi darah yang berulang-ulang dapat menimbulkan komplikasi
penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan
organ-organ tubuh. Tanpa transfusi yang memadai penderita Talasemia Mayor
akan meninggal pada dekade kedua.
World Health Organization (WHO) tahun 2001 melaporkan sekitar 7%
populasi penduduk di dunia bersifat carrier dan sekitar 300 000 sampai 500 000
bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya. 5 Data Talasemia di Thailand
melaporkan sekitar 300 juta orang bersifat carrier terhadap penyakit kelainan
darah ini yang tersebar di seluruh dunia dan diantaranya sebanyak 55 juta orang
berada di Asia Tenggara.
Talasemia merupakan salah satu penyakit kronis yang secara nyata dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat penyakitnya sendiri maupun efek
terapi yang diberikan, tidak hanya secara fisik melainkan fungsi sosial dan
emosionalnya juga dapat terganggu. Secara umum anak yang menderita Talasemia
akan memperlihatkan gejala depresi, cemas, gangguan psikososial, dan gangguan
fungsi sekolah.
Hal yang sama juga dialami oleh anggota keluarga (orang tua dan saudara)
penderita Talasemia, dimana mereka merasa sedih, kecewa, putus asa, stress,
depresi dan cemas terhadap kesehatan dan masa depan penderita selanjutnya.

1
Menindaklanjuti kedua kondisi ini, perlu dilakukan penilaian kualitas hidup
terhadap anak penderita Talasemia maupun anggota keluarga penderita untuk
menentukan tindakan yang mendukung perbaikan kualitas hidup anak penderita
Talasemia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Thalasemia pada anak ?
2. Apa saja penyebab dari Thalasemia pada anak ?
3. Apa saja klasifikasi dari Thalasemia pada anak ?
4. Apa saja tanda dan gejala pada penderita Thalasemia anak ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Thalasemia pada anak ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Thalasemia pada anak ?
7. Bagaimana penatalaksanaan bagi penderita Thalasemia anak ?
8. Bagaimana konsep keperawatan dari Thalasemia pada anak ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Thalasemia pada anak ?
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Thalasemia pada anak ?
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Thalasemia pada anak ?
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala pada penderita Thalasemia
anak ?
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Thalasemia pada anak ?
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk Thalasemia
pada anak ?
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan bagi penderita
Thalasemia anak ?
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari Thalasemia pada
anak ?

2
BAB II
KONSEP MEDIS

1. Defini Thalasemia
Thalasemia adalah sindrom kelainan yang diwariskan ( inherited ) dan
masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan
oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen
globin (Kusuma, 2015)
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada
hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh
darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)
(Wijaya & Putri, 2013)

2. Etiologi Thalasemia
Penyebab Thalasemia adalah kelainan genetik antara lain :
1. Struktur pembentukan hemoglobin yang abnormal
2. Transkripsi gen
3. Tidak adanya gen
Thalasemia menyebabkan ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa
dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, karena gen cacat
yang diturunkan secara resesif dari kedua orang tua.

3. Manifestasi Klinis
1. Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun, yaitu:
a. Lemah
b. Pucat
c. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
d. Berat badan kurang
e. Tidak dapat hidup tanpa transfusi
2. Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk
heterozigot.
3. Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia
berat, bentuk homozigot.

Pada anak yang sudah besar sering dijumpai adanya:

3
1. Gizi buruk
2. Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
3. Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati
(Hepatomegali ), Limpa yang besar ini mudah ruptur
karena trauma ringan saja.
Gejala khas adalah:
1. Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung,
jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
2. Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya
menjadi kelabu karena penimbunan besi.

4. Klasifikasi Thalasemia
Secara garis besar, thalasemia dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
thalasemia alpha dan thalaseia beta sesuai dengan kelainan berkurangnya
produksi rantai polipeptida
a. Thalasemia Alpha
Thalasemia Alpha biasanya disebabkan oleh delesi ( Penghapusan )
gen. secara normal terdapat empat buah gen globin alpha, oleh sebab itu
beratnya penyakit secara normal terdapat empat buah gen globin alpha.
1. Silent Carrier State ( Gangguan pada satu rantai globin alpha )
Kelainan yang disebabkan oleh kurangnya protein alpha. Tetapi
kekurangan hanya dalam tahap rendah. Akibatnya fungsi hemoglobin
dalam eritrosit tampak normal dan tidak terjadi gejala klinis dan
signifikan. Silent carrier sulit terdekteksi ketika memiliki keturunan
yang mengalami kelainan hemoglobin atau timbul thalasemia alpha.
2. Thalasemia Alpha Trait (Gangguan pada 2 rantai globin alpha)
Thalasemia alpha trait sering tidak bersamaan dengan anemia, tapi
volume eritrosit rata-rata (MCV), hemoglobin eritrosit rata-rata
(MCH), dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata rata ( MCHC )
semuanya redah dan perhitungan sel darah merah di atas 5,5 x 10 12/L.
elektroforesis hemoglobin normal tetapi kadang kadang benda
hemoglobin H dapat diamati dalam sel darah merah yang diisolasi
pada sediaan retikulosit dan pemeriksaan ratio sintesis rantai
alpha/beta diperlukan untuk kepastian diagnosis. Penderita hanya
mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang
tampak pucat ( hipokrom ) dan lebih kecil dari normal ( mikrositer )

4
3. Hemoglobin H Disease ( Gangguan pada 3 rantai globin alpha )
Delesi tiga gen alpha menyebabkan anemia mikrositik hipokrom
yang cukup berat ( hemoglobin 7-11 g/dl ) disertai pembesaran limpa
( splenomegali ). Keadaan ini dikenal sebagai penyakit hemoglobin H
karena hemoglobin H dapat dideteksi dalam eritrosit pasien melalui
pemeriksaan elektroforesis atau persediaan retikulosit. Gambaran
klinis dari penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali,
hingga anemia yang berat yang diserrtai dengan splenomegali.
4. Thalasemia alpha Major ( Gangguan pada rantai globin alpha )
Thalasemia tipe ini merupakan kondisi paling berbahaya pada
thalaemia tipe alpha. pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang
dibentuk sehingga tidak ada hemoglobin A atau hemoglobin F yang
diproduksi. Pada awal kehamilan biasanya janin yang menderita
thalasemia alpha major mengalami anemia, membengkak karena
kelebihan cairan ( hydrops fetalis ), pembesaran hati dan limpa. Janin
yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau
meninggal tidak lama setelah melahirkan

b. Thalasemia Beta
Thalasemia beta merupakan kelainan yang disebabkan oleh
kurangnya produksi protein beta, talasemia beta terjadi jika terjadi mutasi
pada satu atau dua rantai globin yang ada.
Thalasemia beta dibagi menjadi
1. Thalasemia beta trait ( minor )
Thalasemia beta trait ( minor ) merupakan kelainan yang
diakibatkan kekurangan protein beta. Namun, kekurangannya tidak
terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat normal. Gejala
terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter sering kali
salah mengdiagnosis. Penderita thalasemia minor sering didiagnosis
mengalami kekurangan zat besi. Individu yang memiliki gejala seperti
ini akan membawa kelainan genetiknya tersebut untuk diturunkan pada

5
keturunannya kelak. Penderita Thalasemia beta trait ( minor )
merupakan carrier pada thalasemia beta.
2. Thalasemia Intermedia
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami
anemia yang derajatnya tergantung dari mutasi gen terjadi.
Anemia, pengapuran, dan pembesaran pembuluh darah merupakan
gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan protein beta dalam jumlah
yang cukup signifikan.rentang gejala thalasemia intermedia dengan
thalasemia mayor hampir mirip. Indicator yang sering menjadi acuan
adalah jumlah transfuse darah yang diberikan pada pemderita, semakin
sering penderita menerima darah transfuse, maka dapat dikategorikan
sebagai thalasemia mayor. Transfuse darah pada penderita thalasemia
intermedia ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup, bukan
mempertahankan hidup.
3. Thalasemia Mayor ( Cooleys anemia )
Kelainan serius yang disebabkan karena tubuh sangan sedikit
memproduksi protein beta sehingga hemoglobin yang terbentuk akan
cacat atau abnormal.penderitanya akan merasakan gejala anemia akut
sehingga selalu membutuhkan transfusi darah dan perawatan kesehatan
secara rutin dan terus menerus. Frekuensi pemberian transfusi darah
sebaiknya sekitar 2-3 minggu. Namun, seringnya transfuse akan
menyebabkan penderita kelebihan zat besi dalam tubuhnya sehingga
dapay menyebabkan gagal organ. Oleh karena itu, penderita thalasemia
mayor juga harus menjalani terapi, pada kondisi ini kedua gen
mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta
globin, biasanya muncul pada bayi berumur 3 bulan berupan anemia
yang berat.

5. Patofisioogi Thalasemia
Penyebab anemia pada pasien thalasemia bersifat primer atau sekunder.
Primer adalah berkurangnya sintesa HbA dan eritropoesis yang tidak efektif
disertai penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder
adalah karena adanya difisiensi asam polat, bertambahnya volume plasma

6
intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusa, dan destruksi eritrosit oleh
system retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Penelitian biomolekur menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen
sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Terjadinya
hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfuse berulang,
peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif,
anemia kronis, serta proses hemolisis
Pada pasien dengan Thalasemia terjadi penurunan sintesis rantai globin
( alfa dan beta ) sehingga menyebabkan anemia karena hemoglobinisasi
eritrosit yang tidak efektif. Eritrosit yang normal dapat hidup sampai dengan
120 hari menjadi muda rusak dan umur sel darah menajadi pendek kurang dari
100 hari. Pasien dengan Thalasemia alfa disebabkan karena penurunan sintesis
globin a, maka akan menyebabkan perubahan pada persentase distribusi
hemoglobin A, A2, dan F Thalasemia beta terjadi akibat penurunan atau tidak
adanya rantai globin b, hal ini disebabkan karena adanya mutasi. Mutasi ini
disebabkan prematuritas rantai atau gangguan dalam transkip RNA dan dapat
menyebabkan penurunan sintesis disebut B penurunan rantai beta,
menyebabkan rantai alfa tidak stabil sehingga berakibatkan pada membrans
eritrosit. Eritrosit mudah rusak sebelum waktunya sehingga dapat
menyebabkan anemia berat. Di sisi lain pemecahan hemoglobin akan
menghasilkan zat besi yang kemudian akan terjadi penimbunan pada hati,
kulit dan limpa dan pada jangka waktu yang lama menimbulkan komplikasi
yaitu kegagalan fungsi organ seperti hati, endokrin dan jantung. (Wijaya &
Putri, 2013)

7
Pathway Thalasemia

Kelainan genetik

Hb F tidak mengalami penurunan Delesi gen Mutasi gen

Hilangnya gen alpha dalam rantai globin Berkurangnya produk mRNA

Produksi rantai alpha sedikit.tidak ada


Sintes Hb dengan struktur abnormal/hemoglobin defensif

Thalasemia

Hb abnormal mengendap diGlobin intra


dinding eritrositik yang mengalami defek merusak sampul
eritrosit eritrosit
Afinitas Hb terhadap oksigen tidak adekuat

Transpor oksigen ke jaringan terganggu


Proses eritropoesis terganggu Pemecahan/ destruksi eritrosit lebih cepat dari normal

8
Anemia mikrositik hipokrom Anemia hemolitik Perfusi dijaringan menurun

DX Ketidaefektifan Perfusi jaringan perifer


Kompensasi tubuh

Aktivitas system RES meningkat


Jantung Paru

Hiperventilasi
Sum sum tulang merah Hepar
Lien
Kardiomegali Takipnea
Hepatomegali
Splenomegali
Fraktur spontan
DX Pola nafas tidak efektif
Gangguan metabolisme
Menekan Lambung
DX kerusakan mobilitas fisik

Anoreksia

DX Penurunan curah jantung


DX Keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan DX Keletihan
tubuh

DX Resiko infeksi
DX Nyeri Akut 9
6. Komplikasi Thalasemia
Transfuse darah yang berulang-ulang dalam proses hemolisis
menyebabkan kadar zat besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun di
dalam berbagai jaringan tubuh seperti: hepar, limpa, kulit, jantung, dll. Hal ini
dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatis). Limpa
yang besar mudah rupture akibat trauma yang ringan saja. Kadang-kadang
thalasemia disertai tanda hipersplenisme seperti leucopenia dan
trombositopenia. Kematia terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak. Pada
orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif
kolelikiasis sering dijumpai, komplikasi lain :
1. Infark tulang
2. Nekrosis
3. Aseptic kapur femoralis
4. Asteomilitis (terutama salmonella)
5. Hematuria sering berulang-ulang

7. Pemeriksaan penunjang Thalasemia


1. Darah tepi :
a. Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
b. Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,

anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,


polikromasi,basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis
dan sel target.
c. Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
a. Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis

asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
b.
3. Pemeriksaan khusus :Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
a. Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
b. Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia
mayormerupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari
Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
a. Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe

melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

10
b. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga Sptrabekula tampak jelas.

8. Penatalaksanaan Thalasemia
Farmakologi
1. Medikamentosa
a) Pemberian iron chelating agent ( desferoxamine ) diberikan setelah
kadar feritin serum seudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi
transferin lebih 50% atau sekitar 10-20 kali transfuse darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari intra vena
melalui pompa infuse dalam waktu 8-12 jam dengan minimal
selama 5 hari berturut setiap selesai transfuse darah
b) Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian khelasi besi, untuk
meningkatkan efek khelasi besi.
c) Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat
d) Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai anti oksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
2. Splenektomi
Splenektomi perlu dilakukan untuk mengurangi kebutuhan darah.
Splenektomi harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena
tingginya resiko infeksi pasca splenektomi.splenektomi dilakukakn
dengan indikasi :
a) Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,
menimbulkan peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya
terjadi rupture.
b) Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfuse
darah atau kebutuhan suspense eritrosit melebihi 250 ml/kg berat
badan dalam satu tahun.
3. Sufortif
Pengobatan paling umum pada penderita thalasemia adalah transfuse
komponen sel darah merah. Transfusi bertujuan untuk mensuplai sel
darah merah sehat untuk sementara waktu bagi penderita. Transfusi
darah yang teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan hemoglobin

11
penderita diatas 10g/dl setiap saat. Hal ini biasa membutuhkan 2-3
untuk tiap 4-6 minggu. Dengan keadaan ini akan memberikan supresi
sum-sum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi,
dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita.
Pemberian darah dalam bentuk packed red cell ( PRC ), 3 ml/kg BB
untuk setiap kenaikan hemoglobin 1g/dl

12
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas : Nama, umur, alamat, diagnose medis, tanggal MRS, keluarga
yang dapat dihubungi, RM
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun,
perut membuncit, hepatonegali dan splenomegali.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami anemia
3). Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya salah satu anggota keluarga pernah mengalami penyakit yang
sama.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tingkat kesadara : compos mentis, apatis atau koma
TTV : peningkata pada sistolik, suhu stabil dan nafas
pendek
2) Kepala dan rambut
Biasanya normal
3) Muka/wajah
Wajah seperti mongoloid
Pada mata : Konjungtiva anemis dan sclera ikterik, pada bibir sianosis
4) Torak/dada
Paru : nafas pendek, takipnea, ortopnea, dan dispnea
Jantung : bunyi jantung mur mur sistolik
5) Leher
Tidak ada pembesaran KGB
6) Abdmen
Adanya pembesaran hati dan linfa disertai nyeri abdomen
7) Ekstremitas
Perubahan pada tulang: penipisan korteks tulang punggung
8) Kulit
Warna pucat, terdapat koreng pada tungkai
9) Genitalia
Perubahan pada seks sekunder
d). Pertumbuhan dan perkembangan
Biasanya terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lambat.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung ( 00029 )
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat

13
Kelas 4 : Respon Kardiovaskular/pulmonal
2) Ketidakefektifan pola nafas ( 00032 )
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler/pulmonal
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ( 00204 )
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 4 : Respon kardiovaskuler/pulmonal
4) Hambatan mobilitas fisik ( 00085 )
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 2 : Aktivitas/olahraga
5) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh ( 00002 )
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
6) Keletihan ( 00093 )
Domian 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 3 : Kesimbangan energi
7) Nyeri akut ( 00132 )
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
8) Resiko infeksi ( 00004 )
Domain 11: Keamanan/perlindunga
Kelas 1 : Infeksi

14
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1 Penurunan curah jantung 1. Cardiac Observasi :
( 00029 ) pump effectiveness 1. Kaji dan dokumentasikan 1. Untuk mengetahui
2. Circulation status
Domain 4 : tekanan darah, adanya perubahan oksigen
3. Vital sign status
Aktivitas/Istirahat sianosis, status dalam darah sampai
Kriteria hasil :
Kelas 4 : Respon
pernapasan dan status pada rentang normal
Setelah dilakukan tindakan
Kardiovaskular/pulmonal 2. Untuk mengantisipasi
mental
keperawatan selama x24 jam
2. Pantau tanda kelebihan terjadinya
klien mampu :
Definisi : cairan pembengkakan
1. Tanda-tanda vital dalam 3. Untuk mengetahui
Ketidakadekuatan yang dipompa
3. Kaji tolerasi aktivitas
rentang normal (tekanan darah, batas aktivitas yang
oleh jantung untuk memenuhi
klien
nadi, respirasi) dapat dilakukan klien
kebutuhan metabolic tubuh .
2. Dapat mentoleransi aktivitas, 4. Mengontrol apakah
tidak ada kelelahan ada suara tambahan
Batasan karakteristik :
3. Tidak ada penurunan kesadaran
4. Auskultasi suara paru
Data subjktif :
a. Klien mudah lelah 1. Untuk mencukupi
b. Klien mengalami kejang Mandiri :
kekurangan cairan serta
otot 1. Pasang akses intravena
dapat meningkatkan
c. Klien mengeluh
untuk pemberian cairan
tekanan darah
konsentrasi menurun
intravena 2. Untuk memberikan

15
jalah bagi jantung
Data objektif : 2. Ubah posisi klien ke
untuk memompakan
a. RR : 10 kali/menit posisi datar tiap 2 jam
darah ke otak
b. TD : 80/60 mmHg 1. Untuk menghindari
terjadinya hipertensi
c. Nadi : 40 kali/menit Kolaborasi :
1. Konsultsikan dengan
d. Suhu : 36 0C 2. Untuk
dokter menyangkut
e. Na : 120 mEq mempertahankan
parameter pemberian atau
kontraktilitas, preload,
penghentian obat tekanan
f. CRT : > 2 dan afterload
darah
3. Untuk mencegah
g. GDS : 140 mg/dl 2. Berikan dan titrasikan
pembentukan
obat anti aritmia
h. Cyanosis thrombus perifer

i. Akral dingin 1. Untuk mencukupi


3. Berikan anti koagulan kebutuhan oksigen
j. Denyut jantung melambat
dalam darah
2. Mengembalikan
k. Rambut yang kering dan Health education :
metabolik kedalam
kasar 1. Jelaskan tujuan pemberian
rentang normal

16
l. Kulit kering oksigen perkanul nasal 3. Mempermudah
pengkajian mengenai
2. Intruksikan mengenai keluhan klien
pemeliharaan keadekuatan
asupan dan pengeluaran
3. Ajarkan penggunaan untuk
melaporkan dan
menggambarkan awitan
palpitasi dan nyeri
2 Ketidakefektifan pola nafas Respiratori status : ventilation Obsservasi :
( 00032 ) Respiratory status : airway Airway management
1) Pantau respirasi dan
Domain 4 : patency 1) Monitor respirasi dan
Vital sign status status O2
Aktivitas/Istirahat
Setelah dilakukan tindakan status O2
Kelas 4 : Respon
Kardiovaskuler/pulmonal keperawatan x24 jam, Pola Oxygen therapy 1) Pantau aliran oksigen
napas pasien efektif 1) Montor aliran oksigen 2) Melihat adanya tanda-
Definisi :
2) Observasi adanya tanda-
tanda hipovolemia
inspirasi dan/atau ekspirasi
tanda hipovolemia 3) Kaji adanya
yang tidak memberi ventilasi. Kriteria Hasil: 3) Monitor adanya
kecemasan pasien
1) Mendemonstrasikan batuk kecemasan pasien terhadap
terhadap oksigenasi
Batasan karakteristik : efektif dan suara nafas yang oksigenasi

17
1) Perubahan kedalaman bersih, tidak ada sianosis dan 1) Kaji TD, nadi,suhu dan
pernapasan sispneu (mampu Vital sign monitoring RR
2) Perubahan ekskursi dada 2) Pantau VS saat pasien
mengeluarkan sputum, 1) Monitor TD, nadi, suhu,
3) Mengambil posisi tiga titik
berbaring, duduk atau
4) Bradipneu mampu bernafas dengan dan RR
5) Penurunan tekanan ekspirasi 2) Monitor VS saat pasien berdiri
mudah, tidak ada pursed lipe)
6) Penurunan ventilasi semenit 3) Kaji TD, nadi, RR
2) Menunjukkan jalan nafas berbaring, duduk atau
7) Penurunan kapasitas vital
sebelum, selama,
8) Dispnea paten (klien tidak merasa berdiri
9) Peningkatan diameter 3) Monitor TD, nai, RR setelah aktifitas
tercekik, irama nafas,
4) Pantau kualitas nadi
anterior posterior sebelum, selama, setelah
frekuensi pernafasan dalam 5) Observasi frekuensi
10) Pernapasan cuping hidung
aktifitas
11) Orthopneu rentang normal, tidak ada irama pernafasan
4) Monitor kulaitas dari nadi
12) Fase ekspirasi memanjang 6) Mengetahui perbedaan
suara nafas abnormal ) 5) Monitor frekuensi dan
13) Pernapasan bibir
3) Tanda-tanda vital dalam suara paru
14) Takipneu irama pernafasan
7) Kaji pola pernafasan
15) Pengguanaan otot aksesorius rentang normal ( tekanan 6) Monitor suara paru
abnormal
untuk bernapas darah, nadi, pernafasan)
7) Monitor pola pernafasan 8) Pantau suhu, warna,
abnormal dan kelembaban kulit
Faktor yang berhubungan :
8) Monitor suhu, warna, dan 9) Pantau sianosis perifer
1) Ansietas 10) Kaji adanya chusing
kelembaban kulit
2) Posisi tubuh
9) Monitor sianosis perifer triad (tekanan nadi
3) Depormitas tulang
10) Monitor adanya chusing
4) Depormitas dinding dada yang melebat,
5) Keletihan triad (tekanan nadi yang
bradikardi,
6) Hiperventilasi

18
7) Sindrom hipoventilasi melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
8) Gangguan muskuloskeletal
peningkatan sistolik)
9) Kerusakan neurologis
10) Imaturitas neurologis
11) Disfungsi neuromuskular 1) Bantu pasien untuk
Mandiri :
12) Obesitas
buka jalan nafas,
13) Nyeri Airway management
Keletihan otot pernapas cedera gunakan teknik chin
1) Buka jalan nafas, gunakan
medula spinalis lift atau jaw thrust bila
teknik chin lift atau jaw
perlu
thrust bila perlu
2) Ajarkan pasien untuk
memaksimalkan
2) Posisikan pasien untuk
ventilasi
memaksimalkan ventilasi 3) Ajarkan pasien untuk
perlunya pemasangan
3) Identifikasi pasien
alat jalan nafas buatan
perlunya pemasangan alat
4) Bantu pasien untuk
jalan nafas buatan
mengeluarkan sekret
4) Keluarkan sekret dengan
dengan batuk atau
batuk atau suction
suction
5) Ajarkan teknik
5) Auskultasi jalan nafas,
auskultasi jalan nafas
catat adanya suara
dan catat adanya suara

19
tambahan tambahan
6) Pantau intake untuk
cairan yang
mengoptimalkan
6) Atur intake untuk cairan
keseimbangan
yang mengoptimalkan
keseimbangan
1) Agar kebersihan
hidung dan secret
Oxygen therapy
trakea tetap terjaga
1) Bersihkan hidung dan
2) Untuk menjaga jalan
secret trakea
nafas pasien yang
2) Pertahankan jalan nafas paten
3) Untuk menjaga
yang paten
peralatan oksigenasi

3) Atur peralatan oksigenasi agar tetap steril


4) Untuk menjaga posisi
pasien
4) Pertahankan posisi pasien

1) Pantau adanya fliktasi


Vital sign monitoring
tekanan darah pasien
1) Catat adanya fluktuasi 2) Untuk mendengar

20
tekanan darah bunyi pada kedua
2) Auskultasi pada kedua
lengan dan
lengan dan bandingkan
membandingkannya
3) Untuk mengetahui
3) Identifikasi penyebab dari penyebab dari
perubahan vital sign perubahan vital sign

Helath education : -

Kolaborasi :
Airway management 1) Untuk mengeluarkan
1) Pasang mayo bila perlu sekret yang menumpuk
dijalan nafas
2) Untuk mengeluarkan

2) Lakukan suction pada sekret yang ada dijalan

mayo nafas
3) Untuk bronkodilator
pada pasien bila perlu
4) Agar oksigen yang
3) Berikan bronkodilator bila masuk tidak kering
perlu

21
4) Berikan pelembab udara
atau kassa basah NaCl
lembab
3 Ketidakefektifan perfusi Circulation status Peripheral sensation
jaringan perifer ( 00204 ) Tissue perfusion: cerebral management (menejemen
Domain 4 :
sensasi perifer)
Aktivitas/istirahat Kriteria Hasil: Observasi:
Kelas 4 : Respon
Mendemonstrasikan status 1. Mengetahui adanya
1. Monitor adanya daerah tertentu
kardiovaskuler/pulmonal
sirkulasi yang di tandai dengan : sensasi rasa dari kulit
yang hanya peka terhadap
Tekanan sistol dan dastol dalam panas/dingin/tajam/tumpul
Definisi : rentang yang di harapkan 2. Monitor adanya parestesia
Tidak ada ortostatik hipertensi 2. Parestesia menunjukkan
Penurunan sirkulasi darah ke
Tidak ada tanda-tanda ketidakseimbangan
perifer yang dapat mengganggu 3. Monitor kemampuan BAB
peningkatan tekanan perfusi oksigen di
kesehatan
intracranial (tidak lebih dari 154. Monitor adanya tromboplebitis jaringan perifer
Batasan karakteristik:
3. Untuk mengetahui
mmHg)
Tidak ada nadi frekuensi, konsistensi
Perubahan karakteristik kulit Mendemonstrasikan
dan bau dari feses
(warna, elastisitas, rambut, kemampuan kognitif yang di Mandiri :
4. Untuk mengetahui
kelembaban, kuku, sensasi, tandai dengan: 1. Gunakan sarung tangan
adanya inflamasi dan
suhu) Berkomunikasi dengan jelas untuk proteksi
lamanya pembekuan

22
Perubahan tekanan darah dan sesuai dengan kemampuan darah.
Menunjukan perhatian, HE:
tinggi diekstremitas
Waktu pengisian kapiler > 3 konsentrasi dan orientasi 1. Instruksikan keluarga 1. Sebagai alat pelindung
Memproses informasi
detik untuk mengobservasi kulit diri
Membuat keputusan dengan
Warna tidak kembali ke
benar jika ada isi atau laserasi
tungkai saat tungkai
Menunjukan fungsi sensori
diturunkan Kolaborasi :
1. .Untuk mengetahui ada
Kelambatan penyembuhan motori cranial yang utuh :
1. Kolaborasi pemberian
jaringan abnormal pada
luka perifer, penurunan nadi tingkat kesadaran membaik,
analgetik
Edema tidak ada gerakan-gerakan kulit.
Nyeri ekstremitas
involunter
Bruit femoral
Pemendekan jarak total yang
1. Untuk menghilangkan
di tempuh dalam uji berjalan atau mengurangi rasa
enam menit sakit atau obat
Pemendekan jarak bebas
penghilang nyeri tanpa
nyeri yang di tempuh dalam
menghilangkan
uji berjalan enam.
parestesia kesadaran
Warna kulit pucat saat
elevasi

23
Factor yang berhubungan:
Kurang pengetahuan tentang
factor pemberat (misalnya
merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas,
asupan garam, imobilitas)
Diabetes mellitus
Hipertensi
Gaya hidup monoton
Merokok

4 Hambatan mobilitas fisik Joint movement aktif Observasi : Observasi :


( 00085 ) Mobility level 1. Untuk mengetahui apa
Domain 4 : Self care adls 1. Monitoring vital sign
ada perubahan ttv pada
Transfer performens sebelum dan sesudah latihan
Aktivitas/istirahat
klien
Kelas 2 : Kriteria Hasil : dan lihat respon klien saat
Aktivitas/olahraga 1. Klien meningkat dalam latihan
Mandiri :
aktivitas fisik Mandiri :
Definisi : 2. Mengerti tujuan peningkatan 1. Menggunakan penyangga
Keterbatan pada pergerakan mobilitas 1. Bantu klien menggunakan atau tongkat dapat
3. Memverbalisasikan perasaan tongkat saat berjalan dan

24
fisik tubuh atau salah satu atau dalam meningkatkan kekuatan cegah saat cedera menurunkan resiko
lebih ekstremitas secara mandiri dan kemampuan berpindah terjadinya subluksasion
4. Memperagakan alat bantu
dan terarah. (dislokasi parsial sebuah
untuk mobilitas 2. Ubah posisi klien tiap 2 jam
Batasan karakteristik : sendi)
sekali
- Penurunan waktu reaksi 2. Untuk mencegah
- Kesulitan membolak balik
terjadinya dekubitus dan
posisi 3. Latih pasien dalam
memperlancar sirkulasi
- Melakukan aktivitas lain
pemenuhan kebutuhan
3. Untuk meminimalkan
sebagai pengganti aktivitas
secara mandiri sesuai
atrofi otot meningkatkan
lain sebagai pengganti
kemampuan
sirkulasi dan membantu
pergerakkan (meningkatkan
mencegah kontraktur
perhatian pada aktivitas
(terbatanya mobilitas
orang lain, mengendalikan
sendi sebagai akibat dari
perilaku, fokus pada
Kolaborasi :
patologis )
kebudayaan/aktivitas
1. Konsultasikan dengan terapi Kolaborasi :
sebelum sakit).
- Dispnea setelah beraktivitas fisik tentang rencana 1. Untuk menemukan
- Perubahan cara berjalan
ambulasi sesuai kebutuhan kebutuhan yang dapat
- Gerakan bergetar
- Keterbatasan kemampuan menjaga kekuramgan
melakukan keterampilan latihan dalam

25
motorik halus keseimbangan,
- Keterbatasan kemampuan
HE : koordinasi dan kekuatan
melakukan keterampilan
HE :
motorik kasar 1. Ajarkan pasien bagaimana
1. Untuk menghindari
- Keterbatasan rentang merubah posisi dan berikan
terjadinya dekubitus dan
pergerakan sendi bantuan jika diperlukan
- Tremor akibat pergerakan memperlancar sirkulasi
- Ketidakstabilan fostur
- Pergerakan lambat
- Pergerakan tidak
terkoordinasi
faktor yang berhubungan :
- Defisit visual parsial
- Pelo
- Sulit bicara
- Gagap
- Defisit penglihatan total
- Bicara dengan kesulitan
- Menolak bicara
5 Ketidakseimbangan Nutrisi 1. Nutritional Status : Food And Observasi :
Kurang Dari Kebutuhan Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
2. Nutritional Status : Nutrient
Tubuh ( 00002 ) makanan. adanya alergi pada
Intake
Domain 2 : Nutrisi klien.
3. Weight Control 2. Monitor jumlah nutrisi dan
Kelas 1 : Makan 2. Untuk memantau

26
kandungan kalori. jumlah nutrisi dan
Definisi : Kriteria Hasil : kandungan kalori pada
Asupan nutrisi tidak cukup 1. Adanya peningkatan berat 3. Monitor adanya penurunan klien.
3. Untuk mengontrol
untuk memenuhi kebutuhan badan sesuai dengan tujuan berat badan.
2. Berat badan sesuai dengan 4. Monitor kulit kering dan berat badan klien.
metabolic
4. Untuk
tinggi badan perubahan pigmentasi
3. Mampu mengidentifikasi 5. Monitor mual dan muntah. mempertahankan
Batasan karakteristik:
kebutuhan nutrisi kondisi kulit yang
- Kram abdomen 4. Tidak ada tanda-tanda
normal.
- Nyeri abdomen malnutrisi 5. Untuk mencegah
6. Monitor kadar albumin,
5. Menunjukkan peningkatan
- Menghindari makanan terjadinya mual dan
total protein, Hb, dan
fungsi pengecapan dari
- Berat badan 20% atau lebih muntah.
kadar HT
menelan 6. Untuk
dibawah ideal
6. Tidak terjadi penurunan berat
mempertahankan kadar
- Kerapuhan kapiler Mandiri :
badan yang drastis
albumin, total protein,
- Diare 1. Catat adanya edema,
dan kadar HT.
- Bising usus hiperaktif hiperemik, hipertonik,
- Kurang makanan papilla lidah, dan cavitas
1. Untuk mengetahui ada
- Kurang informasi oral.
tidaknya edema,
-Penurunan berat badan dengan
hiperemik, hipertonik,
asupan makanan adekuat

27
- Kesalahan konsepsi 2. Berikan substansi gula. papilla lidah, dan
- Kesalahan informasi cavitas oral
2. Untuk meningkatkan
- Membran mukosa pucat 3. Yakinkan diet yang
energi klien.
-Ketidakmampuan memakan dimakan mengandung
3. Untuk mencegah
makanan tinggi serat
terjadinya konstipasi.
- Tonus otot menurun
Health Education :
- Mngeluh sensasi rasa
1. Ajarkan klien bagaimana
- Mengeluh asupan makanan
1. Agar klien dapat
membuat catatan makanan
kurang dari RDA
mengontrol jadwal
harian
- Cepat kenyang setelah makan
2. Berikan informasi tentang makanannya sendiri.
- Sariawan rongga mulut 2. Untuk memberikan
kebutuhan nutrisi.
- Steatorea informasi pada klien
- Kelemahan otot pengunyah Kolaborasi : tentang kebutuhan
- Kelemahan otot untuk 1. Kolaborasi dengan ahli nutrisi.
menelan gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi 1. Untuk menentukan
Faktor Faktor Yang yang dibutuhkan oleh jumlah kalori dan
Berhubungan : klien. nutrisi yang
- Faktor biologis dibutuhkan oleh klien.

28
- Faktor ekonomi
- Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
- Ketidakmampuan untuk
menelan makanan
- Faktor psikologis
6 Keletihan ( 00093 ) Endurace Observasi :
Domian 4 : Concentration 1. Observasi secra periodik 1. Membuat klien tidak
Aktivitas/Istirahat Energy conservation adanya pembatasan klien cepat letih
Kelas 3 : Nutritional status : energy
dalam melakukan
2. Memberikan batasan
Kesimbangan energy
aktivitas
dalam melakukan
Kriteria hasil : 2. Kaji secara periodik
Definisi : aktivitas
Setelah dilakukan tindakan adanya faktor yang
Rasa letih luar biasa dan
kepeawatan selama ...x24 jam menyebabkan kelelahan.
penurunan kapasitas kerja fisik 3. Monitor nutrisi dan 3. Memenuhi nutrisi agar
diharapkan klien dapat :
dan jiwa pada tingkat yang sumber energy yang sumber energy
Memverbalisasikan
biasanya secara terus menerus. adekuat secara periodik terpenuhi
peningkatkan energy dan 4. Monitor secara periodik
merasa lebih baik respon kardiovaskuler
Batasan karakteristik Menjelaskan penggunaan 4. Tekanan darah normal
gangguan konsentrasi terhadap aktivitas

29
Gangguan libido energy untuk mengatasi 5. Monitor secara periodik
Penurunan performa kelelahan pola tidur dan lamanya 5. Pasien yang kurang
Kurang minat terhdapsekitar Kecemasan menurun tidur/istrahat pasien tidur menyebabkan
Mengantuk Glukosa darah adekuat
Peningkatan keluhan fisik Kualitas hidup meningkat keletihan
Peningkatan keluhan Mandiri :
Istirahat cukup
istirahat Mempertahankan kemampunan 1. Dukung pasien dan
1. Mengetahui penyebab
Introspeksi untuk berkonsentrasi keluarga untuk
pasien letih
Kurang energi
mengungkapkan perasaan
Letargi
Lesu berhubungan dengan
Persepsi membutuhkan perubahan hidup yang
energi tambahan untuk disebabkan keletihan
2. Bantu aktivitas sehari-
menyelesaikan tuga rutin
2. Memudahkan pasien
Mengatakan kurang energi hari sesuai dengan
dalam beraktivitas
yang luar biasa kebutuhan
Mengatakan kurang energi Kolaborasi :
yang tak kunjung reda 1. Konsultasi dengan ahli
Mengatakan tidak mampu 1. Mengetahui asupan
gizi untuk meningkatkan
memulihkan energi, setelah makanan yang baik
asupaan makanan yang
tidur sekalipun untuk klien.
berenergi tinggi
Faktor yang berhubungan
Health Education :

30
Psikologis 1. Ajarkan pasien dan orang 1. Agar orang terdekat
Ansietas, depresi terdekatnya untuk mengetahui tanda dan
Mengatakan, gaya hidup mengenali tanda dan gejala keletihan
membosnkan, stres gejala keletihan yang
Fisiologi membutuhkan
Anemia, status penyakit pengurangan aktivitas
Peningkatan, kelemahan 2. Ajarkan teknik
2. Dapat memenegeman
fisik management waktu untuk
waktu aktivitas klien
Malnutrisi, kondisi fisik mencegah keletihan
buruk
Kehamilan, deprivasi tidur
Lingkungan
Kelembapan, suhu, cahaya,
kebisingan
Situasional
Peristiwa hidup negatif
Pekerjaan

7 Nyeri akut ( 00132 ) a. Pain Level Pain Management :


Domain 12 : Kenyamanan b. Pain Control
Observasi : Observasi
Kelas 1 : c. Comfort level

31
Kenyamanan fisik Kriteria Hasil : 1) Evaluasi pengalaman nye 1) Untuk mengetahui
1) Mampu mengontrol nyeri ri masa lampau tingkat nyeri
Definisi : 2) Evaluasi keefektipan 2) Respon pasien
(tahu penyebab nyeri, mampu
Pengalaman sensori dan kontrol nyeri terhadap prosedur
menggunakan tehnik
emosional yang tidak dapat dijadikan bahan
nonfarmakologi untuk
menyenangkan yang muncul evaluasi untuk
mengurangi nyeri, mencari
akibat kerusakan jaringan yang penanganan nyeri
bantuan)
aktual atau potensial atau 2) Melaporkan bahwa nyeri 3) Kaji tipe dan sumber nyeri selanjutnya
3) Untuk mengetahui rasa
digambarkan dalam hal berkurang dengan untuk menentukan
nyeri yang sedang
kerusakan sedemikian rupa menggunakan manajemen intervensi
pasien rasakan
(International Association for the nyeri
4) Kaji kultur yang 4) Meningkatkan
3) Mampu mengenali nyeri
study of Pain): awitan yang tiba-
mempengaruhi respon kenyamanan pasien
(skala, intensitas, frekuensi
tiba atau lambat dari intensitas
nyeri
dan tanda nyeri) 5) Untuk mengetahui
ringan hingga berat dengan akhir 5) Evaluasi bersama pasien
4) Menyatakan rasa nyaman
tingkat nyeri
yang dapat diantisipasi atau dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang
diprediksi dan berlangsung tentang ketidakefektifan
kurang dari 6 bulan. kontrol nyeri masa lampau
6) Monitor vital sign sebelum 6) Evaluasi respon
dan sesudah pemberian terhadap pemberian
Batasan karakteristik :
analgesik pertama kali analgetik dapat

32
1) Perubahan tekanan darah digunakan untuk
2) Mengekspresikan perilaku
menilai keefaktifam
(misalnya gelisah,
analgetik yang
merengek, menangis)
diberikan.
3) Indikasi nyeri yang dapat
7) Untuk mengetahui
7) Monitor penerimaan
diamati
seberapa pengetahuan
4) Melaporkan nyeri secara pasien tentang
pasien tentang nyeri
verbal management nyeri
5) Gangguan tidur yang dirasa
8) Tentukan lokasi, 8) Menentukan dosis obat
Faktor yang berhubungan : karakteristik, kualitas
Agen cedera (misalnya biologis, dan derajat nyeri
zat kimia, fisik, psikologis) sebelum pemberian obatek
instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
9) Kontrol lingkungan
9) Dapat menurunkan
yang dapat mempengaru
stimulasi yang
hi nyeri seperti suhu
berlebihan dapat
ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri.
kebisingan
Beberapa orang

33
mungkin sensitif
terhadap cahaya yang
dapat meningkatkan
10) Cek riwayat alergi : nyeri
10) Menentukan
dengan cara menyutikkan
pemberian obat dan
obat di daerah subkutan
mencegah terjadinya
pergelangan tangan.
alergi pada klien
11) Untuk mengetahui
11) Evaluasi efektivitas
perubahan akibat dari
analgesik, tanda dan gejala
pemberian analgesik
Mandiri :
Mandiri :
1. Nyeri selalu ada
1. Lakukan pengkajian ny
beberapa
eri sacara konfrehensif
derajat beratnya
termasuk
keterlibatan jaringan/ke
lokasi, karakteristik,
rusakan. Perubahan
durasi, ferkuensi, kualitas
lokasi/
dan faktor presifitasi
karakter/intensitas nyeri
dapat mengindikasika

34
n terjadinya komplikasi
2. Dapat menurunkan
kecemasan dan dapat
2. Gunakan teknik
meningkatkan
komunikasi terapeutik
kenyamanan klien
untuk mengetahui
3. Support sistem dari
pengalaman nyeri pasien
lingkungan dapat
3. Bantu pasien dan keluarga
mempengaruhi
untuk mencari dan
menemukan dukungan dari
4. Untuk meningkatkan
lingkungan sekitar.
4. Tingkatkan istirahat : istirahat
dengan cara menciptakan
lingkungan yang nyaman
dan suhu yang stabil. Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. Menurunkan /
1. Berikan analgetik untuk mengontrol nyeri dan
mengurangi nyeri menurunkan
rangsangan sistim saraf
simpatis
2. Meningkatkan rasa

35
2. Kolaborasikan dengan kerja sama antara
dokter jika ada keluhan perawat dan dokter
dan tindakan nyeri tidak
berhasil 3. Pilihan analgesik yang
3. Pilih rute pemberian IV,
tepat dan rute yang
IM untuk pengobatan nyeri
mampu meminimalkan
secara teratur
timbulnya nyeri pada
saat pemberian serta
semakin cepat
analgetiknya dirasakan
oleh klien sangat dib
utuhkan dalam
penanganan nyeri
4. Untuk mengurangi
4. Berikan analgesik tepat rasa nyeri
5. Untuk menentukan
waktu pertama saat nyeri
pemilihan analgesik
hebat
5. Pilih analgesik yang yang sesuai
diperlukan atau
kombinasi dari

36
analgesic ketika pemberia 6. Efektifitas penanganan
n lebih dari satu nyeri
6. Tentukan pilihan
analgesic tergantung tipe
7. Untuk meminimalkan
dan beratnya nyeri
resiko yang tidak di
7. Tentukan analgesik
inginkan dari
pilihan, rute pemberian,
pemberian analgetik
dan dosis optimal
HE :
1. Mengurangi ketegangan
HE :
otot-otot, menciptakan
1. Ajarkan tentang tehnik
perasaan rileks
nonfarmakologi

8 Resiko infeksi ( 00004 ) - Immune Status Infection Control (Kontrol


Domain 11 : - Knowledge : Infection Control
Infeksi)
- Risk control
Keamanan/perlindunga
1. Bersihkan lingkungan 1. Untuk menjaga
Kelas 1 : Infeksi Kriteria Hasil :
setelah dipakai pasien lain kebersihan klien
Klien bebas dari tanda dan gejala
2. Pertahankan teknik isolasi 2. Untuk mencegah
Definisi :
infeksi
tertularnya klien dari
Mengalami peningkatan resiko
Mendeskripsikan proses
penyakit lain
terserang organisme patogenik

37
Faktor-faktor resiko: penularan penyakit, faktor yang 3. Batasi pengunjung bila perlu 3. Untuk menjaga
Penyakit kronis mempengaruhi penularan serta kenyamanan klien
- Diabetes mellitus 4. Mencegah tertularnya
penatalaksanaannya, 4. Instruksikan pada
- Obesitas penyakit dari klien ke
Pengetahuan yang tidak Menunjukkan kemampuan pengunjung untuk mencuci
pengunjung
cukup untuk menghindari untuk mencegah timbulnya tangan saat berkunjung dan

pemanjanan patogen infeksi setelah berkunjung 5. Menurunkan


Pertahanan tubuh primer Jumlah leukosit dalam batas meninggalkan pasien penyebaran/tambahan
yang tidak adekuat normal 5. Gunakan sabun antimikroba
infeksi
- Gangguan peristalsis Menunjukkan perilaku hidup untuk cuci tangan 6. Menjaga agar penyakit
- Kerusakan integritas kulit sehat 6. Gunakan baju, sarung
yang diderita tidak
(pemasangan kateter tangan sebagai alat
mudah tertular pada
intravena, prosedur invasif) pelindung
- Perubahan sekresi pH keluarga klien
- Penurunan kerja siliaris 7. Untuk menjaga
- Pecah ketuban dini 7. Pertahankan lingkungan sterilnya alat yang akan
- Pecah ketuban lama
- Merokok aseptic selama pemasangan digunakan oleh klien
- Stasis cairan tubuh 8. Agar dapat berkemih
alat
- Trauma jaringan (mis., 8. Gunakan kateter intermiten dengan lancer
trauma destruksi jaringan) untuk menurunkan infeksi
9. Untuk membantu
Ketidak adekuatan
kandung kencing
memenuhi kebutuhan
pertahanan sekunder 9. Tingkatkan intake nutrisi
- Penurunan hemoglobin nutrisi yang dibutuhkan

38
- Imunosupresi (mis., pasien
10. Menghambat
imunitas didapat tidak
berkembangnya bakteri
adekuat, agen farmaseotikal
dalam tubuh
termasuk imunosupresan, 10. Berikan terapi antibiotic bila
steroid, antibody perlu 11. Mencegah terjadinya
Infection Protection
monoclonal, imuno infeksi yang lebih parah
(proteksi terhadap infeksi)
mudolator)
11. Monitor tanda dan gejala 12. Melihat rentannya
- Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat infeksi sistemik dan local infeksi
Pemajanan terhadap 12. Monitor kerentanan terhadap 13. Agar klien bisa

pathogen infeksi beristirahat dengan


Lingkungan meningkat 13. Batasi pengunjung
nyaman
- Wabah 14. Mencegah parahnya
14. Pertahankan teknik asepsis
Prosedur invasif
infeksi
malnutrisi pada pasien yang beresiko
15. Untuk menghindari
15. Pertahankan teknik isolasi
penyakit yang menular
k/p
16. Supaya menjaga
16. Berikan perawatan kulit
kelembaban kulit
pada area epidema
17. Melihat tanda dan
17. Inspeksi kulit dan membrane
gejala infeksi
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase 18. Memantau

39
18. Inspeksi kondisi luka / insisi perkembangan luka
19. Untuk memenuhi
bedah
19. Dorong masukan nutrisi kebutuhuan nutrisi
yang cukup tubuh
20. Memenuhi kebutuhan
20. Dorong masukan cairan
cairan tubuh
21. Agar klien cepat
21. Dorong istrahat
sembuh
22. Instruksikan pasien untuk 22. Mencegah penyakit
minum antibiotic sesuai agar tidak mudah
resep masuk dalam tubuh
23. Mengetahui sedini
23. Ajarkan pasien dan keluarga
mungkin tanda dan
tanda dan gejala infeksi
gejala infeksi
24. Membantu klien untuk
24. Ajarkan cara menghindari tidak mudah terkena
infeksi infeksi
25. Laporkan kecurigaan infeksi 25. Agar klien bisa
mengetahui infeksi
yang bisa menyerang
tubuh klien

40
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherted) dan
masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin.
Klasifikasi thalasemia seperti Thalasemia- , Thalasemia- (Thalasemia mayor
Thalasemia minor, Thalasemia- , Thalasemia intermedia ). Manifestasi dari
thalasemia misalnya anemia berat yang bergantung pada transfuse darah, gagal
berkembang, infeksi interkuren, pucat, ikterus ringan, pembesaran hati dan limpa,
ekspansi tulang, defek pertumbuhan/endokrin, anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita thalasemia ini adalah asal
keturunan / kewarganegaraan, umur, riwayat kesehatan anak, pertumbuhan dan
perkembangan, pola makan, pola aktivitas. riwayat kesehatan keluarga, riwayat
ibu saat hamil, data keadaan fisik anak thalasemia. Dan diagnose keperawatan
yang mungkin muncul sepertiPerubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi
nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal, Resiko
terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis,
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat,
penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit, Kurang pengetahuan
tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan interpretasi
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

41
3.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca demi
terciptanya makalah lain yang lebih baik lagi.

42
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan edisi 10.


Jakarta: EGC.
Kusuma, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: MediAction.
Sarwiji, B. (2011). Nursing : Memahami berbagai macam penyakit. Jakarta barat:
Indeks.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
( Keperawatan Dewasa ). Yogyarkarta: Nuha Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2014). Buku saku Diagnosis Keperwatan Edisi
9. jakarta: EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai