Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha pengsih lagi maha
penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dan asuhan
keperawatan Keperawatan Anak dengan judul THALASEMIA PADA ANAK ini tepat pada
waktunya.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada yang terhormat dan yang kami hormati yaitu
yang telah memberikan tugas ini sebagai refrensi bagi kami.
Makalah ini merupakan hasil dari tugas individu, untuk belajar dan mempelajari lebih
lanjut tentang mata kuliah Keperawatan Anak. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menumbuhkan proses belajar kami para mahasiswa/i, agar kreativitas dan penguasaan materi
dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan .
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi kriteria penilaian dalam perkuliahan
karena makalah ini sangat berhubungan dengan profesi kami dibidang kesehatan. Untuk itu,
makalah ini disusun untuk dipelajari demi tuntutan pendidikan.
Mega Amelia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
2.2 Tanda & Gejala
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
B. ASUHAN KEPERAWATAN
2.8 Pengkajian
2.9 Diagnosa
2.10 Intervensi
2.11 Implementasi
2.12 Evaluasi
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di
Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun.
Walupun begitu, masyarakat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap
penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini
disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-
muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani
secara akurat, cepat, dan tepat. Hemoglobin (Hb) terbentuk dari heme dan globin yang
terdiri dari 4 rabtal polipeptida (α β γ δ) atau biasa yang disebut tentramen. Orang
dewasa normal membentuk Hb A (Adult A) kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari
seluruh Hemoglobin. Sisanya terdiri dari Hb A2 yang kadarnya tidak lebih dari 2%.
Sedangkan HbF (foetus) setelah lahir senantiasa kadar menurun dan pada usia 6 bulan ke
atas mencapai kadar seperti pada orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4% pada keadaan
normal. Tentramenglobin. Hb A1 terdiri atas rantal polipeptida : 2 rantai α dan 2 rantai β,
sedangkan polipeptida Hb A2 terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai δ (delta). Pada HbF
terdiri atas 2 rantai α dan 2 rantai γ.
Genetik paling umum dari talasemia melibatkan gangguan produksi rantai β
(talasemia β). Gen ini prevelen pada golongan etnis dari aerah sekeliling laut Tengah
terutama Itali, Yunani dan juga di temukan di India dan Asia Tenggara. 3%-8% orang
Amerika keturunan Italia,Yunani dan 0,5% kulit hitam Amerika membawa gen talasem.
Insidens talasemia pada orang-orang yang bukan berasal dari laut tengah sangat rendah
tetapi kasus tipikal ditemukan pada berbagai golongan ras. Banyak kasus dapat
diklasifikasikan sebagai talisemia mayor atau minor yang umumnya berkaitan dengan
genotip homozigoot dan heterozigot.
Sampai hari ini, talasemia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan
100 persen. Penyakit ini ditandai dengan anemia atau kekurangan darah berat akibat
kerusakan sel darah merah. Padahal sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. Dengan kekurangan oksigen maka seluruh organ tubuh tidak bekerja baik.
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
hari) ( Williams, 2005)
1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan thalasemia.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi talasemia
b. Dapat menjelaskan tanda dan gejala thalasemia
c. Dapat mengetahui etiologi dari thalasemia.
d. Dapat mengetahui klasifikasi talasemia
e. Dapat menjelaskan patofisiologi talasemia
f. Dapat mengetahui pathway dari thalaemia
g. Dapat mengetahui penatalaksanaan thalasemia
h. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada penderita thalasemia
TALASEMIA
A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Talasemia merupakan sindrom kelainan yang di wariskan dan masuk ke dalam
kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang di sebabkan oleh gangguan sintesis
hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin.
Talasemia merupak penyakit anemia hemolitik periditel yang di turunkan secara
resesif, secara molekuler dibedakan menjadi talasemia alfa dan beta, sedanhkan
secara klinis dibedakan menjadi mayor dan minor (Mansjoer, 2000: 497).
Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun, yaitu:
a. Lemah
b. Pucat
c. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
d. Berat badan kurang
e. Tidak dapat hidup tanpa transfuse
Thalasemia intermedia
ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
Thalasemia minor/thalasemia trait
ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot.
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
Pada keadaan normal, disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2
rantai alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dari seluruh
hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2
rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada keadaan normal.
Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Fetus senantiasa menurun dan pada usia 6 bulan
mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal.
Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Pada thalasemia, satu atau
lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi sehingga terdapat kelebihan rantai
globin karena tidak ada pasangan dalam proses pembentukan hemoglobin normal
orang dewasa (HbA). Kelebihan rantai globin yang tidak terpakai akan mengendap
pada dinding eritrosit. Keadaan ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan
eritrosit memberikan gambaran anemia hipokrom, mikrositer.
Pada Thalasemia beta produksi rantai beta terganggu, mengakibatkan kadar Hb
menurun sedangkan produksi HbA2 dan atau HbF tidak terganggu karena tidak
memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak dari pada keadaan normal,
mungkin sebagai usaha kompensasi. Eritropoesis didalam susunan tulang sangat giat,
dapat mencapai 5 kali lipat dari nilai normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis
ekstra medular hati dan limfa. Destruksi eritrosit dan prekusornya dalam sumsum tulang
adalah luas (eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup eritrosit memendek dan hemolisis.
(Soeparman, dkk, 1996).
2.6 Pathway
PATHWAY THALASEMIA
Mutasi DNA
Pengikatan O2 berkurang
Hb defectif
Ketidakseimbangan polipeptida
Kelelahan MK:
MK: MK: MK: kerusakan
Keterlambatan Resiko Nyeri integritas kulit
MK: Intoleransi pertumbuhan dan cidera akut
aktivitas perkembangan
Malas makan
Intake
nutrisi <<
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.7 Penatalaksanaan
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan thalasemia. Namun
terdapat cara penanganan yang secara umum untuk menangani penyakit Talasemia,
diantaranya :
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin
serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-
20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan
melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut
setiap selesai transfusi darah.Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi
besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat.Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan
dapat memperpanjang umur sel darah merah.
II. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupturHipersplenisme
ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi
eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
III. Suportif
Transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl.
Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,
menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan
perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red
cell), 10 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. Ada beberapa cara transfusi :
A. Low Transfusion : transfusi bila Hb < 6 g/dl.
B. High Transfusion : Hb dipertahankan pada 10 g/dl.
C. Super Transfusion : Hb dipertahankan pada 12 g/dl.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Thalasemia :
An.F 10 tahun dibawa oleh keluarga ke RS karena keluhan pusing, lemas dan terlihat
sangat pucat. Ibu pasien khawatir karena pasien memiliki riwayat thalasemia dan
transfusi rutin.
PENGKAJIAN ANAK
KEPERAWATAN ANAK
NIM : 18.036
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SD
2. Keluhan Utama :
Saat MRS : ibu pasien mengatakan anaknya pucat, pusing dan lemas.
2. Natal :
Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan normal di bidan, saat lahir kondisi
pasien sehat, menangis spontan, BB lahir 3 kg 3 ons, PB lahir : 49 cm,
jenis kelamin : laki-laki.
3. Post Natal :
Ibu pasien mengatakan setelah lahir pasien dapat menetek ASI ibunya dan tidak ada
keluhan apapun pada pasien.
4. Pernah dirawat di RS :
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah dirawat di rumah sakit sekali dikarenakan
Thalasemia
5. Pemakaian obat-obatan :
Ibu klien mengatakan setiap kali kontrol di poli thalasemia, anaknya mendapatkan
obat vitamin E, asam folat, dan ferriprox sirup.
6. Riwayat imunisasi :
Tidak Lengkap (ibu klien mengatakan setiap mau imunisasi pasti anaknya sedang
sakit)
X X
X
Keterangan :
: Perempuan : Laki-laki : tinggal serumah
4. Pola Konsep Diri (Gambaran diri, Ideal Diri, Harga Diri, Peran Diri, Identitas diri )
Keluarga pasien mengatakan masih bersyukur karena masi dilindungi allah, pasien
percaya ini hanya cobaan Allah, pasien ingin segera pulang karena ingin kembali ke
sekolah dan bertemu teman-temannya
7. Pola Rekreasi :
Bermain, nonton tv, bermain sepedahan bersama teman-temannya
H. PEMERIKSAAAN FISIK
PEMERIKSAAN HASIL
GCS E = 4 M = 6 V = 5 = 15
TD = 93/54 mmHg
TANDA-TANDA VITAL Suhu = 36,2 ºC
Nadi = 117 x/menit
RR = 25 x/menit
Paru-paru
Suara napas normal,napas tidak menggunakan otot
tambahan
DADA : Jantung
Pola pergerakan regular,ridak ada relaksi,vena pada dada
rata dan relative datar,interkosta dan klavikula
datar/rata
Paydara
Bentuk simetris, warna kulit kuning langsat,tidak ada lesi
pola penyebaran vena sama banyak di kedua
sisi(bilateral) tampak tidak ada kelainan.
BERAT BADAN BB = 25 Kg
TB = 128 cm
TINGGI BADAN
NUTRISI
CAIRAN
ELIMINASI
ELIMINASI BAB
ELIMINASI BAK
ISTIRAHAT - TIDUR
Mandi
Mandiri Di bantu
Gosok gigi
3 x sehari 2x sehari
Cuci rambut
3x dlm semiggu Tidak mencuci rambut
Ganti pakaian
3x sehari 1x sehari
Kebersihan kuku
1 minggu sehari Tidak ada
( ) Pergerakan tubuh
( ) Makan minum
Tidak ada Dibantu
( ) Mandi
( ) Toiletting
( ) Tingkat Ketergantungan
Orang tua pasien Orang tua pasien
mengatakan anaknya mengatakan anaknya
AKTIFITAS BERMAIN hanya bermain bersama hanya bermain bersama
anggota keluarga dan anggota keluarga saja dan
teman temannya. perawat.
SEKSUALITAS
SPIRITUALITAS
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6.9 11.7-15.5 g/dl
Lekosit 3.05 3.60 – 11.00 x10^3/ul
Hematokrit 20 35-47 %
Trombosit 123 140 –440 x10^3/ul
Eritrosit 2.72 3.80-5.20 ul
MCV 72 80-100 fl
MCH 25 26-34 pg
MCHC 35 32-36 g/dl
RDW >45.0 11.5-14.5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 2 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 58 50-70 %
Limfosit 34 25-40 %
Monosit 6 2-8 %
K. ANALISA DATA (lampirkan)
1. 7/2/2020 DS :
Klien mengatakan
09:10 WIB pusing
Klien mengatakan
badannya lemas
DO :
2. 7/2/2020 DS :
Klien mengeluh
10:02 WIB tidak dapat bermain
lama
Keluarga klien
mengatakan
anaknya suka
mengeluh cepat
lemas saat Kelemahan Intoleransi
beraktifitas Aktivitas
DO :
Hb : 6.9 gr/dl
Kekuatan otot :
Ta.Ka:5 Ka.Ka: 5
Ta.Ki:5 Ka.Ki: 5
Ds :
3. 7/2/2020 Ibu klien mengatakan
terjadi perubahan
10:51
warna kulit menjadi
hitam setelah dilakukan
transfuse
Perubahan Resiko Gangguan
Do :
Pigmentasi Integritas Kulit
Warna kulit sedikit
kehitaman
Turgor kulit normal
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
P. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
● TD : 96/58 mmHg
P : intervensi dilanjutkan
● Kekuatan otot :
Ta.Ka: 5 Ka.Ka: 5
Ta.Ki: 5 Ka.Ki: 5
P : intervensi dilanjutkan
3.1 KESIMPULAN
1. Thalasemia adalah penyakit genetik (turunan) yang menyerang sel darah merah
sehingga sel darah merah menjadi mudah rusak dan rapuh
2. Thalasemia merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan DNA dan penyakit
turunan.
3. Gejala thalasemia jenis satu dengan jenis yang lain mirip tetapi beratnya bervariasi,
yang paling umum adalah mengalami anemia ringan, tetapi pada beta-thalasemia mayor
terdapat gejala-gejala berikut:
a. Sakit kuning (jaundice)
b. Luka terbuka di kulit (ulkus, borok)
c. Batu empedu dan pembesaran limpa.
4. Cara pendeteksian penyakit thalasemia sejak dini yaitu:
a. Ketika seorang ibu mengandung dengan melakukan tes darah di laboratorium untuk
memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau tidak.
b. Mengamati ketika si anak telah lahir dan mulai tumbuh, gejala dini thalasemia dapat
dilihat dari kulit dan wajah yang tampak pucat, pertumbuhan lebih lambat, dan
terjadi pembengkakan pada perut akibat pembengkakan limpa.
5. Penyakit thalasemia tidak dapat disembuhkan, akan tetapi bisa ditangani dengan
transfusi darah dan suntikan desferal (deferoxamine).
6. Pencegahan thalasemia dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan darah rutin, sehingga
tidak terjadi pernikahan antara pembawa gen thalasemia.
3.2 SARAN
Saran yang dapat saya berikan berdasarkan penulisan makalah ini adalah :
1. Kepada Pemerintah :
a. Pemerintah hendaknya berperan aktif dalam mensosialisasikan tentang penyakit
thalasemia kepada masyarakat, untuk mengurangi angka kematian akibat thalasemia.
b. Pemerintah diharapkan mencanangkan program cek darah gratis dalam pendeteksian
thalasemia secara dini guna mengurangi angka penderita thalasemia.
c. Pemerintah diharapkan memberikan subsidi biaya pengobatan bagi para penderita
thalasemia.
2. Kepada Masyarakat :
a. Masyarakat diharapkan selektif dalam memilih pasangan, untuk mengurangi
kemungkinan penyebaran thalasemia.
b. Masyarakat hendaknya membantu menyukseskan program pemerintah yang
ditujukan untuk mengurangi angka penderita thalasemia.
c. Masyarakat hendaknya peduli terhadap penderita penyakit thalasemia untuk
memberikan motivasi kepada para penderita thalasemia tersebut
DAFTAR PUSTAKA