Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MATA KULIAH SITOLOGI DARAH

Dosen Pengampu: Dr. Yuni Kusuma Hartatik, M.Sc,Sp.Pk

Disusun Oleh Kelompok 4 ;

1. Vika Sinta Ningrum (1813453052)


2. Sofa Abrori ( 1813453065)
3. Sherrin Adelia Febrina (1813453075)
4. Triya Utami Ramadiantaru (1813453080)
5. Maulidia Wahidatun Arrohmah (1813453088)
6. Clarissa Yonika Febrianti (1813453093)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III REGULER 2 TINGKAT 2

POLTEKKES TANJUNG KARANGTAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Hidayat, Rahmat, serta Inayah-nya sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Sitologi Darah dengan judul ”Leukimia”
tepat pada waktunya.

Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini dapat
senantiasa bisa di aplikasikan oleh para mahasiswa/I kesehatan khususnya dengan
tetap pada bimbingan dari para dosen pengajar. Upaya pembuatan makalah ini di
harapkan dapat mengoptimalkan penguasaan mahasiswa/i kompetensi yang di
persyaratkan.

Penguasaan makalah ini sudah saya lakukan semaksimal mungkin dan


semampu saya.Tetapi tidak lepas dari semua itu, saya sadar sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.Maka dari itu, dengan
lapang dada saya menerima kritik dan sarannya jika ada pembacaan yang ingin
menyempurnakan makalan ini.

Bandar Lampung, 23 Maret 2020

Penulis

2
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

3
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-
reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel
darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit leukimia seperti


kita telah tahu bersama bahwa penyakit ini adalah penyakit mematikan.
2. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penanganan leukimia kemudian
terapi2 apa saja yang harus dilakukan apabila sudah terkena lekimia.

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. DEFINISI LEUKIMIA

Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang


beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau
abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi
hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh
penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan


banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak
banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang
semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang


sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi
tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,


Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi
kembali.

5
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas,


progresif pada organ - organ  pembentukan darah yang ditandai dengan
proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di
dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal,
jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan
diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).

Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan


limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar ,
pembagian leukemia adalah sebagai berikut  yaitu :Leukemia limfoid
:Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)Merupakan kanker  yang paling sering
menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi
antara umur 3 sampai 4 tahun. Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi
limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular.
Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan perempuan,  LLA jarang
terjadi (Smeltzer dan Bare, 2001). Gejala pertama biasanya terjadi karena
sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang
memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah
merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel
darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

B. PATOFISIOLOGI

6
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian
sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi
sel darah merah . Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan
selular karena penggantian sel darah putih oleh sel lekemik, yang
menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel
leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik
yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut . ( Cawson,
1982 ).
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistempertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
Yuliani R, 2001: hal. 175)

C. MANIFESTASI KLINIK

 Hematopoesis normal terhambat


 Penurunan jumlah leukosit
 Penurunan sel darah merah

7
 Penurunan trombosit

Leukimia diklasifikasikan dalam 4 bagian

1. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan


adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih)
matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening.
Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali
lebih sering  menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah
limfosit matang yang  ganas  terjadi di kelenjar getah bening.
Kemudian menyebar ke hati dan  limpa, dan kedua nya mulai
membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan
menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh
terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan
menghancurkan jaringan tubuh yang normal.

Manifestasinya adalah :

 Adanya anemia
 Pembesaran nodus limfa
 Pembesaran organ abdomen
 Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
 Terjadi  penurunan  jumlah    limfosit (limfositopenia)

2. Leukemia Mieloid Akut

LMA mempunyai insidensi tahunan 5-6 kasus tiap juta


anak kurang dari 15 tahun. Di Amerika ,350-500 kasus baru tiap

8
tahun .LMA merupakan 15-20% dari leukimia anak tetapi terutama
sebagai leukimia neonatal atau congenital .Tidak ada perbedaan
insidensi dalam hal jenis kelamin atau ras dan, kecuali sedikit
kenaikan selama remaja ,disitribusi kasus menurut umur konsisten
selama masa anak .

Insidensi LMA melebihi angka perkiraan pada kelainan


genetic, termasuk trisomi 21,anemia Fanconi ,anemia Diamond
Blackfan ,sindrom kostmann, dan sindrom Bloom. Anak yang
mendapatkan terapi keganasan sebelumnya juga mengalami rikiso :
insidensi LMA sekunder mendekati 5% seteelah terapi beberapa
malignitas. Insidensi itu mencapai puncak dalam 10 setahun dari
keganasan awal. Kejadian berkaitandengan terapi spesifik { obat
alkilasi seperti siklofosfamid, obat yang menghambat reparasi
DNA seperti etoposid}. Terapi radiasi yang diberikan bersama
kemoterapi juga meningkatkan risiko leukimia sekunder.

3. Leukemia Mielositik akut (LMA)

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini


mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua
sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi. Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu
;terdapat peningkatan leukosit,  pembesaran pada limfe, rasa lelah,
pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri
tulang, Infeksi

4. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)

Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik,


LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum

9
tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar
granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.

Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun


lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di
bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai
pertambahan umur.

Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya


lebih ringan yaitu; Pada stadium awal, LMK bisa tidak
menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami:
kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh
di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001).

D. ETIOLOGI

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti

Radiasi

Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada


laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan
yang mendukung:

 Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia


 Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
 Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang

Faktor leukemogenik

10
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:

 Racun lingkungan seperti benzena


 Bahan kimia industri seperti insektisida
 Obat untuk kemoterapi

Virus

Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia


feline, HTLV-1 pada dewasa.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia


tidak diketahui, presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi
pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun
kemudian. Zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang
meningkat khususnya agen-agen alkil. Leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing).
Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai
virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang
jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan
terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan
sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

Faktor Lingkungan

Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab leukemia,


berikut adalah beberapa yang paling masuk akal:

11
 Merokok - merokok ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari
kasus leukemia akut yang berhubungan dengan merokok, leukemia juga
terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu tidak dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;
 Berkepanjangan paparan radiasi - Radiasi dianggap memfasilitasi
pengembangan leukemia. Hal ini diyakini bahwa paparan sinar-X dapat
menyebabkan leukemia;
 Pemaparan berkepanjangan untuk benzena - statistik mengungkapkan
bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk
leukemia, seperti leukemia myelogenous;
 Kemoterapi dan pengobatan kanker - pengobatan kanker dan kemoterapi
sebelumnya dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan pengembangan
leukemia dan dapat dianggap sebagai penyebab leukemia masuk akal.
Dalam beberapa tahun dari penyelesaian kemoterapi dan perawatan
lainnya untuk beberapa bentuk kanker, kebanyakan orang dapat
mengembangkan leukemia.

Diantara faktor-faktor genetik yang dianggap penyebab leukemia, yang


berikut ini dianggap paling penting:

 Kelainan kromosom - beberapa sindrom genetik jarang diketahui


berkontribusi pada penyebab leukemia.
 Sistem kekebalan masalah genetik - sistem kekebalan tubuh lemah sangat
mungkin untuk memfasilitasi terjadinya leukemia dan karenanya dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia;
 Down syndrome - anak yang lahir dengan sindrom ini mempunyai risiko
yang tinggi mengembangkan leukemia akut.

Daftar kemungkinan penyebab leukemia dapat melanjutkan lebih lanjut,


tetapi ini adalah faktor yang paling umum yang dianggap terkait dengan
leukemia. Sementara beberapa dari mereka dapat dicegah, yang lain berada

12
dalam gen dan sekarang tidak dapat diperbaiki. Di masa depan, Namun,
berkat kemajuan medis, kami mungkin akan dapat mencegah leukemia dan
bentuk lain dari kanker.

E. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan  kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel lekemia memblok produksi sel  darah putih yang normal , merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak


pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan
leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel
yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom)
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke

13
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah) Penyakit Leukemia dapat


dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan,
magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar
puncture.

Menurut Doengoes dkk  (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan


penunjang mengenai leukemia adalah :

 Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.


 Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
 Retikulosit : jumlah biasanya rendah
 Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
 SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
 PT/PTT : memanjang
 LDH : mungkin meningkat
 Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
 Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut
dan mielomonositik.
 Copper serum : meningkat
 Zinc serum : meningkat
 Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan
prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.

14
 Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan

Penatalaksanaan pengobatan Leukimia Mielogenus Kronik

Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya


memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil
apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari
50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa
menghancurkan semua sel leukemik. Satu-satunya kesempatan penyembuhan
adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif
jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada fase
akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali
sumsum tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan)
merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini.
Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka
pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa
kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus
diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak
nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi kemungkinan
dilakukannya tranfusi.

Leukemia Limfoblastik Akut :

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan


menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali
di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat
di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung
kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang. Sebelum sumsum
tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan: transfusi
sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat

15
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau
beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan)
dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase
intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.
Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan
(kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik.
Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali
muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan
kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat
serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan
sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini.
Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan
ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel
leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.

Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik

Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak


penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai
jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi
penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi
darah dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel
darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi
trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik. Terapi penyinaran digunakan
untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat
antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah
limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa
menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar.
Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka

16
panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel
B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan
mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon
alfa dan pentostatin.

Manifestasi klinik

Manifestasi leukemia akut merupakan akibat dari komplikasi yang


terjadi pada neoplasma hematopoetik secara umum. Namun setiap leukemia
akut memiliki ciri khasnya masing-masing. Secara garis besar, leukemia akut
memiliki 3 tanda utama yaitu:

 Jumlah sel di perifer yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya


infiltrasi jaringan atau leukostasis
 Penggantian elemen sumsum tulang normal yang dapat menghasilkan
komplikasi sebagai akibat dari anemia, trombositopenia, dan leukopenia
 Pengeluaran faktor faali yang mengakibatkan komplikasi yang signifikan

Alat diagnosa

 Leukemia akut dapat didiagnosa melalui beberapa alat, seperti:


 Pemeriksaan morfologi: darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi
sumsum tulang
 Pewarnaan sitokimia
 Immunofenotipe
 Sitogenetika
 Diagnostis molekuler

Pengobatan Leukimia dengan Tahitian Noni Juice

Tahitian Noni Juice bermanfaat untuk Leukimea karena Tahitian Noni


Juice bekerja ditingkat selular. Lebih jauh lagi dipercaya bahwa Tahitian Noni
Juice meningkatkan struktur selular yang di hancurkan oleh kanker

17
darah.Beberapa penelitian lain telah dilakukan di laboratorium-laboratorium
untuk menegaskan kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker .
Dalam suatu penelitian, empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel
ras (sel yang menjadi pemicu bagi pertumbuhan yang merusak) dengan
substansi yang disebut damnacanthal yang ditemukan dalam Tahitian Noni
Juice.Mereka mengobservasi bahwa pemberian damnachantal ternyata
menghambat reproduksi sel ras secara signifikan. Damnachantal adalah suatu
substansi didalam Tahitian Noni Juice yang di percaya sebagai agen anti
kanker.

Sebagai tambahan, riset telah membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice


merangsang tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan
kanker seperti nitrix oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat
oleh dan mempengaruhi limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah
terjadinya super infeksi oleh virus lain ? red), faktor nekrosis tumor,
lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh alami.

Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai fungsi pencegahan


dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang merupakan fase
pertama pada pembentukan kanker. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas Kedokteran Universitas Illionis,
Rockford, menunjukan bahwa tikus yang diberikan 10% Tahitian Noni Juice
selama seminggu dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab
kanker) , mempunyai bercak tambahan DNA (suatu tes untuk melihat
keabnormalan DNA) yang secara signifikan lebih sedikit di bandingkan
dengan tikus yang juga disuntukan DMBA namun hanya diberi air. Semakin
sedikit jumlah bercak tambahan DNA, semakin tinggi perlindungan terhadap
kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni Juice mempunyai 50% bercak DNA
lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di jantung, 70% lebih sedikit di
lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian Noni Juice telah terbukti
memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti dapat mengikat radikal

18
bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan
membentuk sel kanker.

Banyak yang berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting
dari Tahitian Noni Juice dan salah satu alasan mengapa begitu banyak orang
sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian Noni Juice. Dari 27.000
pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey saya 2.365 orang menderita
berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami
kemajuan kesehatan yang luar biasa.Dosis Minum Tahitian Noni untuk
penderita kanker darah atau leukimiaDosis penggunaan Tahitian Noni Juice
untuk Terapi Kanker : jumlah konsumsi rata-rata dari 64% responden yang
mengalami kemajuan kesehatan adalah 105 cc setiap hari.Dalam riset Dr.Neil
Solomon juga menemukan ?RESEP NONI? yang telah digunakan oleh para
pasien penderita kanker untuk meningkatkan energi tubuh mereka secara
maksimal. Resep ini datang dari rekan sejawat dari profesional media,
Orlando Pile, M.D. Resepnya sebagai berikut:

 Liter Tahitian Noni Juice perhariselama 4 haripertama


1. Penyakit Leukemia Akut dan Kronis Leukemia akut ditandai dengan
suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan
memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat
menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari.
Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak
begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama,
hingga lebih dari 1 tahun.
2. Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel Ketika pada
pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau
sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia
yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil, disebut leukemia mielositik.

19
G. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT LEUKIMIA

Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal


dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum pasien
leukemia yaitu

 Demam atau keringat malam


 Sering mengalami infeksi
 Merasa lemah atau capai
 Pucat
 Sakit kepala
 Mudah berdarah atau memar.Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat
gigi, muda memar saat terbentur ringan)
 Nyeri pada tulang dan/atau sendi
 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut, akibat pembesaran limpa
 Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak
 Penurunan berat badan

Pada stadium dini leukemia kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir
seperti sel normal. Mungkin tidak ada gejala yang dirasakan selama beberapa
waktu. Diagnosis pada tahap ini mungkin ditentukan saat pemeriksaan check
up rutin. Jika muncul gejala, umumnya ringan dan perlahan-lahan semakin
memberat.

Pada leukemia akut gejala akan timbul dan memberat secara cepat. Gejala
leukemia akut lainnya yaitu muntah, penurunan konsentrasi, kehilangan
kendali otot, dan kejang. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar
dan menyebabkan pembengkakan.

20
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,
namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

 Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas


cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam
tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
 Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan
wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit).
 Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel
darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga
tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan
keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan
batuk.
 Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari
sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
 Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala
leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati
dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini
dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu
makan penderita leukemia.
 Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah
lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring
darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.

21
 Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala
kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis.

Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh.


Tergantung pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul,
pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:

 Demam atau keringat malam


 Infeksi yang sering terjadi
 Merasa lemah atau letih
 Sakit kepala
 Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit,
atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
 Nyeri di tulang atau persendian
 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa)
 Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
 Kehilangan berat badan

H. PENANGANAN DAN PENGOBATAN LEUKIMIA

Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang


muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar
penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara single
ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:

1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

22
Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita
leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan
pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah
putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan
terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh
penderita dengan monitor yang komprehensive.

Dapat juga dengan pengobatan :

 Protokol pengobatan

 Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu : Protokol half


dose metothrexate (Jakarta 1994)  dan Protokol Wijaya Kusuma (WK-
ALL 2000)

 Pengobatan suportif ; Terapi suportif misalnya transfusi komponen


darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial.

Riwayat penyakit
Leukemia limfoblastik akut merupakan leukemia yang paling sering
dijumpai pada anak-anak. Dapat mengenai baik anak-anak laki-laki maupun
wanita dengan frekunsi yang sama. Gambaran penyakitnya bervariasi, pada anak
kecil ditandai dengan mendadak panas, pucat dan memar dikulit. Pada anak yang
lebih besar sering didahului dengan nyeri ditulang beberapa minggu/bulan
sebelum timbulnya ecchymosis, pucat dan panas badan. Perasaan lemah dan berat
badan yang tidak bertambah atau nafsu  makan yang sangat menurun, kadang-
kadang epistaksis dan perdarahan  gusi dapat merupakan keluhan-keluhan
tambahan.

Kelainan fisik

23
Anak biasanya terlihat pucat, tampak sakit berat, takikardi adalah merupakan
tanda yang selalu ditemukan demikian pula perdarahan fundus oculi.
Limfadenopati terdapat di leher, axila dan inguinal, biasanya bersifat simetris.
Terdapat hepatosplenomegali, demikian pula tonsil membesar.
Akan dapat ditemukan ptechiae dan ecchymosis. pada stadium  awal
penyakit,  susunan saraf pusat  tidak akan terkena proses. Baru stadium lanjut 
akan terlihat gejala rangsangan menigeal dan gejala cerebral dengan timbulnya
refleks-refleks patologis. Dapat terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian
mendadak.

Kelainan hematologis
Anemia normokrom normositer dengan jumlah eritrosit yang menurun sekitar
1-3 juta. Tidak terlihat polikromasi dan jumlah retikulosit menurun. Lekositosis
dengan jumlah leukosit dapat mencapai rata-rata 100.000. Lekosit terdiri dari
limfoblas ( reaksi peroksidase negatif) dan jumlah granulosit sangat berkurang.
Kira-kira 10% leukemia limfoblastik akut memberikan gambaran leukemia
aleukemik dan limfoblas sangat jarang djumpai dalam darah tepi. Pada kasus
leukemia yang aleukemik limfosit yang tampak pada darah tepi biasanya
berbentuk limfosit yang atipik. Trombositopenia dengan jumlah trombosit rata-
rata 75.000/mm3
Kira-kira 10 % kasus mempunyai  trombosit yang normal. Sum-sum tulang
hiperseluler disebabkan infiltrasi  masif dengan limfoblas, megakarioblast dan
pronormoblas sangat jarang.

I. PROGNOSIS
Prognosis.Banyak gambaran klinis telah dipakai sebagai indicator
prognosis, tetapi kehilangan arti karena keberhasilan terapi. Misalnya
imunofenotip penting dalam mengarahan terapi kearah risiko ,tetapi arti
prognostiknya telah lenyap berkat regimen terapi kontemporer .Karena itu ,
terapi merupakan factor prognostic tunggal yang paling penting .Hitung
leukosit awal mempunyai hubungan linier terbalik dengan kemungkinan

24
sembunyi.Umur pada waktu diagnosis juga merupakan peramal yang dapat di
percaya {reliable}. Penderita berumur lebih dari 10 tahun dan yang kurang
dari 12 bulan yang mempunyai penyusunan kembali {rearrangement}
kromosom yang meyangkut region 11q23, jauh lebih buruk dibanding anak
dari kelompok umur pertengahan {intermediate}. Beberapa kelainan
kromosom mempengaruhi hasil terapi .Hiperploidi lebih dari 50 kromosom
berkaitan dengan hasil terapi baik dan member respon terhadap terapi
berbasis antimetabolit. Dua translokasi kromosom-t { 9:22}, atau kromosom
Philadelphia ,dan t{ 4:11}- mempunyai prognosis buruk .Beberapa peneliti
menganjurkan CST selama remisi inisial pada penderita dengan translokasi
tersebut . LLA progenitor sel-B dengan t { 1:19} mempunyai prognosis
kurang baik dibanding kasus lain dengan imunofenotip ini:hanya 60% dari
penderita akan remisi setelah 5 tahun jika tidak mendapat terapi sangat
intensif.

Prognosis ditentukan  oleh  beberapa  faktor,  yaitu :Umur anak-anak 


memiliki prognosis yang  lebih baik darpada  umur dewasa dan tua.Respons
terhadap  khemoterapi. Mereka  yang  berespons baik  terhadap Khemo-terapi
mempunyai  prognosis yang  lebih baik.leukemia myeloid akut adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, kemungkinan obat untuk pasien tertentu
tergantung pada sejumlah faktor prognosis.

Sitogenetika

Faktor prognosis yang paling penting dalam AML Sitogenetika, atau


struktur kromosom dari sel leukemia. sitogenetika kelainan tertentu yang
berhubungan dengan hasil yang sangat baik (misalnya, (15, 17) translokasi
pada leukemia promyelocytic akut). Sekitar setengah dari pasien AML
memiliki "normal" Sitogenetika; mereka jatuh ke dalam kelompok risiko
menengah. Sejumlah kelainan sitogenetika lain yang dikenal untuk
berasosiasi dengan prognosis buruk dan risiko tinggi kambuh setelah
pengobatan.

25
Publikasi pertama untuk alamat Sitogenetika dan prognosis merupakan
pengadilan MRC tahun 1998:

Kategori Kelainan 5 tahun Tingkat


Risiko kelangsungan Relapse
hidup
Baik t (8; 21), t (15, 17), inv (16) 70% 33%
Menengah Normal, +8, +21, +22, del (7q), 48% 50%
del (9q), Abnormal 11q23, semua
perubahan struktural atau numerik
lainnya
Miskin -5, -7, Del (5Q), Abnormal 3q, 15% 78%
Kompleks Sitogenetika

Kemudian, Southwest Oncology Group dan Timur Onkologi Koperasi


Group dan, kemudian masih, Kanker dan Leukemia Grup B dipublikasikan lain,
kebanyakan tumpang tindih daftar ramalan Sitogenetika pada leukemia.

Myelodysplastic sindrom

AML yang timbul dari sindrom myelodysplastic yang sudah ada


sebelumnya atau penyakit myeloproliferative (apa yang disebut''sekunder''AML)
memiliki prognosis lebih buruk, seperti halnya''AML terkait pengobatan''timbul
setelah kemoterapi keganasan yang lain sebelumnya. Kedua perusahaan ini
berhubungan dengan tingkat tinggi kelainan sitogenetika kurang baik.

Lain penanda prognostik

26
Dalam beberapa penelitian, usia> 60 tahun dan peningkatan tingkat laktat
dehidrogenase juga dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk. Seperti kebanyakan
bentuk kanker, kinerja status (yaitu kondisi fisik umum dan tingkat aktivitas
pasien) memainkan peran utama dalam prognosis juga.

Duplikasi tandem FLT3''''internal (ITDs) telah terbukti memberikan


prognosis yang lebih buruk di AML. Mengobati pasien dengan terapi yang lebih
agresif, seperti transplantasi stem-sel di remisi pertama, belum terbukti untuk
meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga fitur ini prognosis
adalah signifikansi klinis tidak pasti pada saat ini. ITDs dari FLT3 dapat
berhubungan dengan leukostasis.

Para peneliti sedang menyelidiki signifikansi klinis KIT''''c-mutasi pada


AML. Ini adalah lazim, dan secara klinis relevan karena ketersediaan inhibitor
tirosin kinase, seperti imatinib dan sunitinib yang dapat memblokir aktivitas
KIT''''c-farmakologi.

gen lain yang sedang diteliti sebagai faktor prognosis atau target terapeutik
termasuk''''CEBPA,''''BAALC,''''ERG, dan''NPM1''.

Secara keseluruhan harapan penyembuhan

Tingkat Cure dalam uji klinis telah berkisar 20-45%, namun perlu dicatat
bahwa uji klinis sering termasuk pasien yang hanya muda dan orang yang mampu
mentolerir terapi agresif.

Tingkat menyembuhkan keseluruhan untuk semua pasien dengan AML


(termasuk orang tua dan mereka yang tidak mampu mentoleransi terapi agresif)
cenderung lebih rendah. Tingkat penyembuhan leukemia promyelocytic dapat
setinggi 98%.

27
J. DIAGNOSIS

Petunjuk pertama diagnosis AML biasanya hasil abnormal pada hitung darah
lengkap. Sementara kelebihan abnormal sel-sel darah putih (leukositosis) adalah
penemuan yang umum, dan ledakan leukemia kadang-kadang terlihat. AML juga
dapat hadir dengan penurunan terisolasi di trombosit, sel darah merah, atau bahkan
dengan jumlah''''sel darah putih rendah (leukopenia). Sementara diagnosis dugaan
AML dapat dilakukan melalui pemeriksaan apusan darah tepi bila ada ledakan
beredar leukemia, diagnosis pasti biasanya membutuhkan aspirasi sumsum tulang
yang memadai dan biopsi.
Sumsum atau darah diperiksa melalui mikroskop cahaya maupun flow cytometry
untuk mendiagnosis adanya leukemia, untuk membedakan AML dari jenis lain
leukemia (misalnya leukemia lymphoblastic akut), dan untuk mengklasifikasikan
subtipe penyakit (lihat di bawah).
Contoh sumsum atau darah biasanya juga diuji untuk translokasi kromosom oleh
Sitogenetika rutin atau neon hibridisasi in situ. Studi Genetika juga dapat dilakukan
untuk mencari mutasi spesifik dalam gen seperti FLT3, nucleophosmin, dan KIT,
yang dapat mempengaruhi hasil dari penyakit. Cytochemical noda pada noda darah
dan sumsum tulang sangat membantu dalam pembedaan AML dari SEMUA dan
dalam subklasifikasi AML. Kombinasi dari myeloperoxidase atau Sudan noda hitam
dan noda esterase non spesifik akan memberikan informasi yang diinginkan dalam
banyak kasus. The myeloperoxidase atau reaksi Sudan hitam yang paling berguna
dalam membangun identitas AML dan membedakan dari SEMUA. The esterase non-
spesifik noda digunakan untuk mengidentifikasi komponen monocytic di AMLs dan
untuk membedakan leukemia monoblastic buruk dibedakan dari SEMUA.
Diagnosis dan klasifikasi AML dapat menantang, dan harus dilakukan oleh
hematopathologist memenuhi syarat atau hematologi. Dalam kasus sederhana,
kehadiran fitur morfologi tertentu (seperti batang Auer) atau hasil aliran tertentu

28
cytometry dapat membedakan AML dari leukemia lain, namun tanpa adanya fitur
tersebut, diagnosis mungkin lebih sulit. Menurut banyak digunakan kriteria WHO,
diagnosis AML ditetapkan dengan menunjukkan keterlibatan lebih dari 20% dari
darah dan / atau sumsum tulang oleh myeloblasts leukemia. AML harus hati-hati
dibedakan dari "pra-leukemia" kondisi seperti sindrom myelodysplastic atau
myeloproliferative, yang diperlakukan berbeda. Karena promyelocytic leukemia akut
(APL) memiliki hal dpt sembuh tertinggi dan membutuhkan bentuk unik
pengobatan, penting untuk segera mendirikan atau mengeluarkan diagnosis ini
subtipe leukemia.
Fluorescent hibridisasi in situ dilakukan pada sumsum tulang darah atau sering
digunakan untuk tujuan ini, karena mudah mengidentifikasi translokasi kromosom (t
[15, 17]) yang menjadi ciri khas APL

Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke


penyakit leukemia, dokter harus mengetahui apakah gejala tersebut berasal
dari kanker atau dari kondisi kesehatan yang lain. Anda akan diminta untuk
menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:

 Pemeriksaan fisik – dokter akan memeriksa pembengkakan di kelenjar


getah bening, limfa, limpa dan hati.
 Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia
menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan
jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun.
Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau ginjal.
 Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau
tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di
bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut biopsi,
yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-sel
leukemia di dalam sumsum tulang.

29
 Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel
darah tepi, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
 Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis,
dokter perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang
mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini
berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien
harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing.
Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau
tanda-tanda penyakit lainnya.
 Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di
dada.

Diagnosa banding
Limfositosis dapat terjadi  akibat infeksi oleh virus yang terjadi pada anak-
anak oleh karena itu perlu dibuat diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik
akut. Pada infeksi biasanya tidak disertai  dengan anemia dan trombositopenia.
Mononukleosis infeksiosa  yang juga disertai dengan limfositis harus dibuat
diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik akut. Limfosit pada
mononukleosis infeksiosa berbentuk limfosit atipik  bukan limfoblas, pada
mononukleosis  tidak ada anemia dan trombositopenia.
Apabila gejala  trombositopeni yang sangat menonjol  maka harus dibuat
diagnosa banding dengan purpura  trombositopeni idiopatik (P.T.I). Pada PTI 
tidak terdapat limfositosis  akan tetapi terdapat  granulositosis. Juga pada PTI
tidak terdapat anemia, kecuali apabila disertai dengan perdarahan  yang cukup
banyak.

Dua hal yang perlu diingat yaitu :


1) Apabila  seorang anak terkena  suatu infeksi  maka sering disertai dengan
limfositosis.
2) Dalam hal yang menyulitkan diagnosa banding  diselesaikan dengan
pemeriksaansum-sum tulang, oleh karena  kelainan pada  sumsum tulang

30
berupa infiltrasi limfoblas telah  terjadi sejak  stadium awal dari leukemia
limfoblastik akut.

Secara klinis leukemia limfoblastik akut dapat menyerupai demam rheumatik


karena  adanya  nyeri di tulang dan sendi, anemia, febris, dan tachykardia.
Pemberian obat salisilat kan menyembuhkan sakit sendi pada demam Rheumatik
dan tidak pada  leukemia.
Mononukleosis infeksiosa yang  selalu disertai dengan  limfadenopati 
hepatoslenomegali juga  harus  dibuat  diagnosa  banding  secara  klinis  dengan 
leukemia  limfoblstik  akut.

Diagnosa pasti
Anemia,  trombositopenia dan  limfoblastoma disertai  dengan infiltrasi
limfoblas dalam  sumsum  tulang.

Komplikasi
Komplikasi  dibagi  menjadi  dua  macam  yaitu  akibat  dari  penyakitnya 
sendiri dan akibat  dari  pengobatan. Komplikasi dari  penyakit : Perdarahan
akibat  dari trombositopenia yang  sering berakibat  fatal apabila  terjadi 
perdarahan otak. Infiltrasi sel  leukemia  ke otak pun dapat  menyebabkan  gejala-
gejala peninggian tekanan intrakranial.
Komplikasi terapi adalah  terjadinya  gejala  akibat pemberian  kortikosteroid
dalam jangka  waktu  lama berupa : mooface. hipertensi, osteoporosis , diabetes ,
gangguan  keseimbangan  elektrolit dan  masking effect terhadap adanya  infeksi.
Komplikasi akibat  pemberian  terapi  dengan terapi  dengan  antimetabolik
menimbulkan  ulserasi  traktus  digestivus  sehingga  mengakibatkan lebih  mudah
infiltrasi dengan berbagai  macam  bakteri  dan  jamur.

Terapi
Pertama-tama  perbaiki dahulu keadaan  umum dengan  memperbaiki kondisi
anemia, trombsitopenia yang  mengancam. Perbaikan  keadaan  umum  tentu 

31
hanya  dengan  transfusi darah.  Dapat diberikan transfusi  dengan  darah  lengkap
atau  dengan  transfusi  dengan  darah  merah  saja.
Apabila trombositopenianya  berat, maka  kemungkinan perdarahan alat
dalam tinggi  maka  diberikan transfusi darah  merah saja. Terapi  terhadap 
leukemia  terdiri  dari  beberapa  tahap. Tahap  pertama adalah  tahap  induksi 
dengan  pemberian :
 Vincristin dosis satu  minggu  satu kali.
 Prednison
Apabila  telah  terjadi remisi yang  ditandai dengan  perbaikan  keadaan
umum dan  status  hematologis  maka  dilanjutkan  dengan  tahap  konsolidasi
.Remisi klinis adalah :  perbaikan  keadaan  umum,  tidak  ada  febris lagi.
Remisi hematologis dimana  kadar  hemoglobin naik, mencapai kadar normal,
jumlah lekosit menurun demikian juga  trombosit menjadi  normal. Jumlah
limfoblas dalam sumsum  tulang kurang dari 10% tahap  konsolidasi ini  ditujukan
terhadap sel-sel leukemia yang  bersarang  di susunan saraf pusat yaitu  dengan 
pemberian metotrexat intratechal + radiasi susunan saraf pusat.
Setelah  selesai  tahap  konsolidasi dilanjutkan  dengan  tahap  pemeliharaan 
dengan  pemberian  purinethol (antagonis purin ). Kemoterapi  di  atas  adalah
salah satu  protokol yang  banyak  dipergunakan . Apabila  respon terapi  di atas
tidak  berhasil  dapat  diberikan protokol lain.
Tindakan  yang  juga  dapat  dilakukan  adalah  cangkok sumsum tulang.
Mengingat  bahwa  respon  terhadap  khemoterapi  pada  umumnya  cukup baik
maka terapi  dengan  tindakan  cangkok sumsum tulang dilaksanakan pada  remisi
kedua.

Data WHO

Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah,
sel darah putih, dan keping-keping darah.

32
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru.? Keping-
keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.

Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang


abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal
tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia
akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti
layaknya sel darah normal.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian


yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria dibandingkan
kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan dengan
orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal tersebut
dapat terjadi.

Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab leukemia misalnya tubuh sering
terpapar oleh bahan kimia tertentu, sinar radiasi, serta obat-obatan (seperti pada
pengobatan kanker), atau karena adanya kromosom yang abnormal (seperti pada
Down syndrome). Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya mutasi
dan akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan atau proses pembelahan sel darah
putih.

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi


akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi
dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering
terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan
leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang


beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari
sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di
dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini
keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel
leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal
dan imunitas tubuh penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel
darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel
yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat
mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang
atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah
diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel
darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil
sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-
reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu

34
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel
darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan
dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan perdarahan.

Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas, progresif


pada organ - organ  pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan
perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan
sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat
,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.

Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan


limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar ,
pembagian leukemia adalah sebagai berikut  yaitu : Leukemia limfoid
:Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Merupakan kanker  yang paling sering
menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara
umur 3 sampai 4 tahun. Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi
limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular.
Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan perempuan,  LLA jarang
terjadi (Smeltzer dan Bare, 2001). Gejala pertama biasanya terjadi karena
sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang
memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah
merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel
darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

B. Saran

35
Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar dapat mengetahui tanda dan
gejala leukimia dan segera melakukan terapi bagi yang telah menderita
leukimia. Kemudian bagi yang belum terkena leukimia dapat mengetahui
pencegahan-pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, gary dkk.2006.Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu Kesehatan


Anak Edisi 15 Volume 3.Jakarta : EGC

Viethanurse,2009.Leukimia.diakses

19 april 2011 http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-


keperawatan-anak-dengan-leukemia/

News-medical,2011.Leukimia.diakses

20 april 2011 http://www.news-medical.net/health/Acute-Myeloid-


Leukemia-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu Kesehatan


Anak Edisi 15 Volume 2.Jakarta : EGC

36
37

Anda mungkin juga menyukai