1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Hidayat, Rahmat, serta Inayah-nya sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Sitologi Darah dengan judul ”Leukimia”
tepat pada waktunya.
Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini dapat
senantiasa bisa di aplikasikan oleh para mahasiswa/I kesehatan khususnya dengan
tetap pada bimbingan dari para dosen pengajar. Upaya pembuatan makalah ini di
harapkan dapat mengoptimalkan penguasaan mahasiswa/i kompetensi yang di
persyaratkan.
Penulis
2
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-
reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel
darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. DEFINISI LEUKIMIA
5
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
B. PATOFISIOLOGI
6
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian
sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi
sel darah merah . Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan
selular karena penggantian sel darah putih oleh sel lekemik, yang
menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel
leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik
yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut . ( Cawson,
1982 ).
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistempertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
Yuliani R, 2001: hal. 175)
C. MANIFESTASI KLINIK
7
Penurunan trombosit
Manifestasinya adalah :
Adanya anemia
Pembesaran nodus limfa
Pembesaran organ abdomen
Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
8
tahun .LMA merupakan 15-20% dari leukimia anak tetapi terutama
sebagai leukimia neonatal atau congenital .Tidak ada perbedaan
insidensi dalam hal jenis kelamin atau ras dan, kecuali sedikit
kenaikan selama remaja ,disitribusi kasus menurut umur konsisten
selama masa anak .
9
tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar
granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.
D. ETIOLOGI
Radiasi
Faktor leukemogenik
10
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
Virus
Faktor Lingkungan
11
Merokok - merokok ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari
kasus leukemia akut yang berhubungan dengan merokok, leukemia juga
terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu tidak dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;
Berkepanjangan paparan radiasi - Radiasi dianggap memfasilitasi
pengembangan leukemia. Hal ini diyakini bahwa paparan sinar-X dapat
menyebabkan leukemia;
Pemaparan berkepanjangan untuk benzena - statistik mengungkapkan
bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk
leukemia, seperti leukemia myelogenous;
Kemoterapi dan pengobatan kanker - pengobatan kanker dan kemoterapi
sebelumnya dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan pengembangan
leukemia dan dapat dianggap sebagai penyebab leukemia masuk akal.
Dalam beberapa tahun dari penyelesaian kemoterapi dan perawatan
lainnya untuk beberapa bentuk kanker, kebanyakan orang dapat
mengembangkan leukemia.
12
dalam gen dan sekarang tidak dapat diperbaiki. Di masa depan, Namun,
berkat kemajuan medis, kami mungkin akan dapat mencegah leukemia dan
bentuk lain dari kanker.
E. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel lekemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
13
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
14
Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
15
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau
beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan)
dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase
intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.
Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan
(kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik.
Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali
muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan
kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat
serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan
sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini.
Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan
ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel
leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.
16
panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel
B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan
mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon
alfa dan pentostatin.
Manifestasi klinik
Alat diagnosa
17
darah.Beberapa penelitian lain telah dilakukan di laboratorium-laboratorium
untuk menegaskan kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker .
Dalam suatu penelitian, empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel
ras (sel yang menjadi pemicu bagi pertumbuhan yang merusak) dengan
substansi yang disebut damnacanthal yang ditemukan dalam Tahitian Noni
Juice.Mereka mengobservasi bahwa pemberian damnachantal ternyata
menghambat reproduksi sel ras secara signifikan. Damnachantal adalah suatu
substansi didalam Tahitian Noni Juice yang di percaya sebagai agen anti
kanker.
18
bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan
membentuk sel kanker.
Banyak yang berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting
dari Tahitian Noni Juice dan salah satu alasan mengapa begitu banyak orang
sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian Noni Juice. Dari 27.000
pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey saya 2.365 orang menderita
berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami
kemajuan kesehatan yang luar biasa.Dosis Minum Tahitian Noni untuk
penderita kanker darah atau leukimiaDosis penggunaan Tahitian Noni Juice
untuk Terapi Kanker : jumlah konsumsi rata-rata dari 64% responden yang
mengalami kemajuan kesehatan adalah 105 cc setiap hari.Dalam riset Dr.Neil
Solomon juga menemukan ?RESEP NONI? yang telah digunakan oleh para
pasien penderita kanker untuk meningkatkan energi tubuh mereka secara
maksimal. Resep ini datang dari rekan sejawat dari profesional media,
Orlando Pile, M.D. Resepnya sebagai berikut:
19
G. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT LEUKIMIA
Pada stadium dini leukemia kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir
seperti sel normal. Mungkin tidak ada gejala yang dirasakan selama beberapa
waktu. Diagnosis pada tahap ini mungkin ditentukan saat pemeriksaan check
up rutin. Jika muncul gejala, umumnya ringan dan perlahan-lahan semakin
memberat.
Pada leukemia akut gejala akan timbul dan memberat secara cepat. Gejala
leukemia akut lainnya yaitu muntah, penurunan konsentrasi, kehilangan
kendali otot, dan kejang. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar
dan menyebabkan pembengkakan.
20
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,
namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
21
Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala
kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis.
1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.
22
Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita
leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan
pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah
putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan
terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh
penderita dengan monitor yang komprehensive.
Protokol pengobatan
Riwayat penyakit
Leukemia limfoblastik akut merupakan leukemia yang paling sering
dijumpai pada anak-anak. Dapat mengenai baik anak-anak laki-laki maupun
wanita dengan frekunsi yang sama. Gambaran penyakitnya bervariasi, pada anak
kecil ditandai dengan mendadak panas, pucat dan memar dikulit. Pada anak yang
lebih besar sering didahului dengan nyeri ditulang beberapa minggu/bulan
sebelum timbulnya ecchymosis, pucat dan panas badan. Perasaan lemah dan berat
badan yang tidak bertambah atau nafsu makan yang sangat menurun, kadang-
kadang epistaksis dan perdarahan gusi dapat merupakan keluhan-keluhan
tambahan.
Kelainan fisik
23
Anak biasanya terlihat pucat, tampak sakit berat, takikardi adalah merupakan
tanda yang selalu ditemukan demikian pula perdarahan fundus oculi.
Limfadenopati terdapat di leher, axila dan inguinal, biasanya bersifat simetris.
Terdapat hepatosplenomegali, demikian pula tonsil membesar.
Akan dapat ditemukan ptechiae dan ecchymosis. pada stadium awal
penyakit, susunan saraf pusat tidak akan terkena proses. Baru stadium lanjut
akan terlihat gejala rangsangan menigeal dan gejala cerebral dengan timbulnya
refleks-refleks patologis. Dapat terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian
mendadak.
Kelainan hematologis
Anemia normokrom normositer dengan jumlah eritrosit yang menurun sekitar
1-3 juta. Tidak terlihat polikromasi dan jumlah retikulosit menurun. Lekositosis
dengan jumlah leukosit dapat mencapai rata-rata 100.000. Lekosit terdiri dari
limfoblas ( reaksi peroksidase negatif) dan jumlah granulosit sangat berkurang.
Kira-kira 10% leukemia limfoblastik akut memberikan gambaran leukemia
aleukemik dan limfoblas sangat jarang djumpai dalam darah tepi. Pada kasus
leukemia yang aleukemik limfosit yang tampak pada darah tepi biasanya
berbentuk limfosit yang atipik. Trombositopenia dengan jumlah trombosit rata-
rata 75.000/mm3
Kira-kira 10 % kasus mempunyai trombosit yang normal. Sum-sum tulang
hiperseluler disebabkan infiltrasi masif dengan limfoblas, megakarioblast dan
pronormoblas sangat jarang.
I. PROGNOSIS
Prognosis.Banyak gambaran klinis telah dipakai sebagai indicator
prognosis, tetapi kehilangan arti karena keberhasilan terapi. Misalnya
imunofenotip penting dalam mengarahan terapi kearah risiko ,tetapi arti
prognostiknya telah lenyap berkat regimen terapi kontemporer .Karena itu ,
terapi merupakan factor prognostic tunggal yang paling penting .Hitung
leukosit awal mempunyai hubungan linier terbalik dengan kemungkinan
24
sembunyi.Umur pada waktu diagnosis juga merupakan peramal yang dapat di
percaya {reliable}. Penderita berumur lebih dari 10 tahun dan yang kurang
dari 12 bulan yang mempunyai penyusunan kembali {rearrangement}
kromosom yang meyangkut region 11q23, jauh lebih buruk dibanding anak
dari kelompok umur pertengahan {intermediate}. Beberapa kelainan
kromosom mempengaruhi hasil terapi .Hiperploidi lebih dari 50 kromosom
berkaitan dengan hasil terapi baik dan member respon terhadap terapi
berbasis antimetabolit. Dua translokasi kromosom-t { 9:22}, atau kromosom
Philadelphia ,dan t{ 4:11}- mempunyai prognosis buruk .Beberapa peneliti
menganjurkan CST selama remisi inisial pada penderita dengan translokasi
tersebut . LLA progenitor sel-B dengan t { 1:19} mempunyai prognosis
kurang baik dibanding kasus lain dengan imunofenotip ini:hanya 60% dari
penderita akan remisi setelah 5 tahun jika tidak mendapat terapi sangat
intensif.
Sitogenetika
25
Publikasi pertama untuk alamat Sitogenetika dan prognosis merupakan
pengadilan MRC tahun 1998:
Myelodysplastic sindrom
26
Dalam beberapa penelitian, usia> 60 tahun dan peningkatan tingkat laktat
dehidrogenase juga dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk. Seperti kebanyakan
bentuk kanker, kinerja status (yaitu kondisi fisik umum dan tingkat aktivitas
pasien) memainkan peran utama dalam prognosis juga.
gen lain yang sedang diteliti sebagai faktor prognosis atau target terapeutik
termasuk''''CEBPA,''''BAALC,''''ERG, dan''NPM1''.
Tingkat Cure dalam uji klinis telah berkisar 20-45%, namun perlu dicatat
bahwa uji klinis sering termasuk pasien yang hanya muda dan orang yang mampu
mentolerir terapi agresif.
27
J. DIAGNOSIS
Petunjuk pertama diagnosis AML biasanya hasil abnormal pada hitung darah
lengkap. Sementara kelebihan abnormal sel-sel darah putih (leukositosis) adalah
penemuan yang umum, dan ledakan leukemia kadang-kadang terlihat. AML juga
dapat hadir dengan penurunan terisolasi di trombosit, sel darah merah, atau bahkan
dengan jumlah''''sel darah putih rendah (leukopenia). Sementara diagnosis dugaan
AML dapat dilakukan melalui pemeriksaan apusan darah tepi bila ada ledakan
beredar leukemia, diagnosis pasti biasanya membutuhkan aspirasi sumsum tulang
yang memadai dan biopsi.
Sumsum atau darah diperiksa melalui mikroskop cahaya maupun flow cytometry
untuk mendiagnosis adanya leukemia, untuk membedakan AML dari jenis lain
leukemia (misalnya leukemia lymphoblastic akut), dan untuk mengklasifikasikan
subtipe penyakit (lihat di bawah).
Contoh sumsum atau darah biasanya juga diuji untuk translokasi kromosom oleh
Sitogenetika rutin atau neon hibridisasi in situ. Studi Genetika juga dapat dilakukan
untuk mencari mutasi spesifik dalam gen seperti FLT3, nucleophosmin, dan KIT,
yang dapat mempengaruhi hasil dari penyakit. Cytochemical noda pada noda darah
dan sumsum tulang sangat membantu dalam pembedaan AML dari SEMUA dan
dalam subklasifikasi AML. Kombinasi dari myeloperoxidase atau Sudan noda hitam
dan noda esterase non spesifik akan memberikan informasi yang diinginkan dalam
banyak kasus. The myeloperoxidase atau reaksi Sudan hitam yang paling berguna
dalam membangun identitas AML dan membedakan dari SEMUA. The esterase non-
spesifik noda digunakan untuk mengidentifikasi komponen monocytic di AMLs dan
untuk membedakan leukemia monoblastic buruk dibedakan dari SEMUA.
Diagnosis dan klasifikasi AML dapat menantang, dan harus dilakukan oleh
hematopathologist memenuhi syarat atau hematologi. Dalam kasus sederhana,
kehadiran fitur morfologi tertentu (seperti batang Auer) atau hasil aliran tertentu
28
cytometry dapat membedakan AML dari leukemia lain, namun tanpa adanya fitur
tersebut, diagnosis mungkin lebih sulit. Menurut banyak digunakan kriteria WHO,
diagnosis AML ditetapkan dengan menunjukkan keterlibatan lebih dari 20% dari
darah dan / atau sumsum tulang oleh myeloblasts leukemia. AML harus hati-hati
dibedakan dari "pra-leukemia" kondisi seperti sindrom myelodysplastic atau
myeloproliferative, yang diperlakukan berbeda. Karena promyelocytic leukemia akut
(APL) memiliki hal dpt sembuh tertinggi dan membutuhkan bentuk unik
pengobatan, penting untuk segera mendirikan atau mengeluarkan diagnosis ini
subtipe leukemia.
Fluorescent hibridisasi in situ dilakukan pada sumsum tulang darah atau sering
digunakan untuk tujuan ini, karena mudah mengidentifikasi translokasi kromosom (t
[15, 17]) yang menjadi ciri khas APL
29
Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel
darah tepi, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis,
dokter perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang
mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini
berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien
harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing.
Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau
tanda-tanda penyakit lainnya.
Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di
dada.
Diagnosa banding
Limfositosis dapat terjadi akibat infeksi oleh virus yang terjadi pada anak-
anak oleh karena itu perlu dibuat diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik
akut. Pada infeksi biasanya tidak disertai dengan anemia dan trombositopenia.
Mononukleosis infeksiosa yang juga disertai dengan limfositis harus dibuat
diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik akut. Limfosit pada
mononukleosis infeksiosa berbentuk limfosit atipik bukan limfoblas, pada
mononukleosis tidak ada anemia dan trombositopenia.
Apabila gejala trombositopeni yang sangat menonjol maka harus dibuat
diagnosa banding dengan purpura trombositopeni idiopatik (P.T.I). Pada PTI
tidak terdapat limfositosis akan tetapi terdapat granulositosis. Juga pada PTI
tidak terdapat anemia, kecuali apabila disertai dengan perdarahan yang cukup
banyak.
30
berupa infiltrasi limfoblas telah terjadi sejak stadium awal dari leukemia
limfoblastik akut.
Diagnosa pasti
Anemia, trombositopenia dan limfoblastoma disertai dengan infiltrasi
limfoblas dalam sumsum tulang.
Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi dua macam yaitu akibat dari penyakitnya
sendiri dan akibat dari pengobatan. Komplikasi dari penyakit : Perdarahan
akibat dari trombositopenia yang sering berakibat fatal apabila terjadi
perdarahan otak. Infiltrasi sel leukemia ke otak pun dapat menyebabkan gejala-
gejala peninggian tekanan intrakranial.
Komplikasi terapi adalah terjadinya gejala akibat pemberian kortikosteroid
dalam jangka waktu lama berupa : mooface. hipertensi, osteoporosis , diabetes ,
gangguan keseimbangan elektrolit dan masking effect terhadap adanya infeksi.
Komplikasi akibat pemberian terapi dengan terapi dengan antimetabolik
menimbulkan ulserasi traktus digestivus sehingga mengakibatkan lebih mudah
infiltrasi dengan berbagai macam bakteri dan jamur.
Terapi
Pertama-tama perbaiki dahulu keadaan umum dengan memperbaiki kondisi
anemia, trombsitopenia yang mengancam. Perbaikan keadaan umum tentu
31
hanya dengan transfusi darah. Dapat diberikan transfusi dengan darah lengkap
atau dengan transfusi dengan darah merah saja.
Apabila trombositopenianya berat, maka kemungkinan perdarahan alat
dalam tinggi maka diberikan transfusi darah merah saja. Terapi terhadap
leukemia terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap induksi
dengan pemberian :
Vincristin dosis satu minggu satu kali.
Prednison
Apabila telah terjadi remisi yang ditandai dengan perbaikan keadaan
umum dan status hematologis maka dilanjutkan dengan tahap konsolidasi
.Remisi klinis adalah : perbaikan keadaan umum, tidak ada febris lagi.
Remisi hematologis dimana kadar hemoglobin naik, mencapai kadar normal,
jumlah lekosit menurun demikian juga trombosit menjadi normal. Jumlah
limfoblas dalam sumsum tulang kurang dari 10% tahap konsolidasi ini ditujukan
terhadap sel-sel leukemia yang bersarang di susunan saraf pusat yaitu dengan
pemberian metotrexat intratechal + radiasi susunan saraf pusat.
Setelah selesai tahap konsolidasi dilanjutkan dengan tahap pemeliharaan
dengan pemberian purinethol (antagonis purin ). Kemoterapi di atas adalah
salah satu protokol yang banyak dipergunakan . Apabila respon terapi di atas
tidak berhasil dapat diberikan protokol lain.
Tindakan yang juga dapat dilakukan adalah cangkok sumsum tulang.
Mengingat bahwa respon terhadap khemoterapi pada umumnya cukup baik
maka terapi dengan tindakan cangkok sumsum tulang dilaksanakan pada remisi
kedua.
Data WHO
Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah,
sel darah putih, dan keping-keping darah.
32
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru.? Keping-
keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.
Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab leukemia misalnya tubuh sering
terpapar oleh bahan kimia tertentu, sinar radiasi, serta obat-obatan (seperti pada
pengobatan kanker), atau karena adanya kromosom yang abnormal (seperti pada
Down syndrome). Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya mutasi
dan akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan atau proses pembelahan sel darah
putih.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel
darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel
yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat
mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang
atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah
diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel
darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil
sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-
reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu
34
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel
darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan
dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan perdarahan.
B. Saran
35
Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar dapat mengetahui tanda dan
gejala leukimia dan segera melakukan terapi bagi yang telah menderita
leukimia. Kemudian bagi yang belum terkena leukimia dapat mengetahui
pencegahan-pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Viethanurse,2009.Leukimia.diakses
News-medical,2011.Leukimia.diakses
36
37