Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, serta
Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan modul Keperawatan Manajemen dengan baik,
walaupun masih ada kekurangan. Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk memotivasi
mahasiswa mengenai modul yang disajikan dengan berbagai bidang ilmu keperawatan mulai dari
tingkat dasar sampai ketingkat lanjut melalui belajar mandiri. Modul ini berdasarkan dengan
pencapaian kompetensi pada mata kuliah ini, terdapat latihan soal dan format dalam penilaian.
Modul ini diharapkan sebagai bahan untuk diskusi lebih terarah untuk mencapai kompetensi
minimal yang diharapkan, untuk itu peran dosen sangat penting dalam memberikan pengarahan
pada mahasiswa.
Besar harapan kami modul ini dapat membantu mahasiswa untuk memecahkan masalah-
masalah dalam manajemen keperawatan. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan, dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan. Terimakasih.
.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN............................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DESKRIPSI MATA KULIAH .............................................................................ix
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH.................................................x
UNIT I KONSEP MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
DALAM KEPERAWATAN
A. Pengertian Manajemen....................................................................................1
B. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan.............................1
C. Lingkup Manajemen Keperawatan..................................................................3
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan.......................................................4
E. Pengertian Kepemimpinan ..............................................................................5
F. Syarat Pemimpin..............................................................................................6
G. Peran Pemimpin ..............................................................................................6
H. Ciri-Ciri Pemimpin Yang Efektif ....................................................................6
I. Teori Perilaku.....................................................................................................7
Ringkasan ...........................................................................................................14
Latihan ............................................................................................................... 15
Kunci Jawaban ...................................................................................................17
Daftar Pustaka ................................................................................................... 18
UNIT II PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SESUAI
PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI PELAYANAN
A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan..............................19
B. Jenis Perencanaan Yang Disusun Kepala Ruang Rawat................................26
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen.................29
D. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat dan Puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional
dan Internasional...........................................................................................39
Ringkasan ...........................................................................................................47
Latihan ...............................................................................................................48
Kunci Jawaban ...................................................................................................49
Daftar Pustaka ...................................................................................................50
UNIT III FUNGSI PENGORGANISASIAN
A. Konsep Dasar, Tujuan, dan Prinsip Pengorganisasian...................................51
B. Jenis Struktur Organisasi dalam Keperawatan..............................................61
C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi.......................................................62
D. Implementasi Pengorganisasian Keperawatan di Ruang Rawat
dan Puskesmas: kewenangan klinik perawat.................................................63
Ringkasan ...........................................................................................................66
Latihan ............................................................................................................... 67
Daftar Pustaka ................................................................................................... 69
A.Pengertian Manajemen
Manajemen biasanya untuk mengatur beberapa hal secara baik dan sesuai
dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan
seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen adalah
proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Nursalam, 2014).
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi, sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen
adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan proses mengorganisir
sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.
B. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai
tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan inginikan. Kepuasan pasien merupakan
1
point utama dari seluruh tujuan keperawatan. Manajemen keperawatan
harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuan.
5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
6) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi
staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.
8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
9) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
C. Lingkup Manajemen Keperawatan
Manajer keperawatan yang efektif seharusnya memahami dan mampu
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi : menggunaan proses
keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan
intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan,
menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan
yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan
praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan senantiasa di inisiasi oleh
para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
Manajemen operasional/ menajemen layanan dan manajemen asuhan
keperawatan.
1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial
tersebut yaitu : yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah:
kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,
kemampuan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan melaksanakan
fungsi manajemen.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Konsep manajemen antara lain : perencanaan, pengorganisasan, implementasi,
pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuha keperawatan ini menekankan
pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang
perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses
Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan
pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Selanjutnya mari Anda pahami tentang tujuan manajemen keperawatan.
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu:
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama
dalam manajemen (the first function of management). Semua fungsi
manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses
berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan
(forecasting). Perencanaan harus berorientasi kemasa depan dan
memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg &Swansburg,
1999). Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan
pembiayaan yang efektif.
2.Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang
tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya
tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat
dikendalikan.
3.Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah
suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa
pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan
oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4.Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang
mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan
merupakan sumber daya yang sangat menentukan.
5.Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan
yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6.Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan
sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg
& Swansburg, 1999).
7.Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang
lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di
dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat
layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda
layani.
E. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies,
1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak
menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster,
1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies,
1996). Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu
bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang orang tertentu,
biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa
adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang
memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi".
F. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal hatus mempunyai syarat-syarat (karakteristik) tertentu
yang menunjukkan kecakapan yaitu:
1)Kekuasaan : merupkaan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memimpin suatu kelompok
2)Kewibawaan : merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang
yang membuat orang lain bersedia melakukan perbutaan tertentu
3)Kemampuan : merupakan kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi
kemampuan anggota kelompok lainnya.
G. Peran Pemimpin
1) Interpersonal role : peranan yang berkiatan dengan hubungan antar pribadi
2) Information role : peranan yang berhubungan dengna informasi, baik
informasi yang diterima maupun harus disampaikan
3) Decisional role : peranan terkiat dengan pembuatan keputusan
b. Suportif.
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
c. Partisipatif.
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi tujuan.
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin.
5. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard.
a. Instruksi:
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan;
2) Komunikasi sejarah
3) Pengambilan Keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan
sangat minimal
4) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifik serta mengawasi dengan ketat.
b. Konsultasi:
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan;
2) Komunikasi dua arah;
3) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi
masukan, dan menampung keluhan.
c. Partisipasi:
1) Tinggi hubungan tapi rendah tugas;
2) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam
pengambilan keputusan.
d. Delegasi:
1) Rendah hubungan dan rendah tugas;
2) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara
pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan pemecahan
masalah.
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White.
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu:
otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas
Iowa.
a. Otoriter.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahan dilakukan secara ketat
6) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
7) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
8) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
9) Lebih banyak kritik daripada pujian
10) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
11) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
12) Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman;
13) Kasar dalam bersikap
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan.
b. Demokratis.
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam memengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama
antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang pimpinan tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
3) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakukan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatandari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
8) tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif;
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan
salingmenghargai
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama.
c. Liberal atau Laissez Faire.
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai
kegiatan kepada bawahan.
Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:
1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan;
6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang.
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat.
a. Otoriter.
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.
Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.
b. Demokratis.
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap
staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide
dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri.
Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif.
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik
staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap usulannya. Keputusan
akhir yang diambil bergantung pada kelompok.
d. Bebas tindak.
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendalian secara minimal.
RINGKASAN
Setelah selesai mempelajari topik di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Manajemen keperawatan merupakan pengkhususan pengaturan di bidang
keperawatan, juga menggunakan dasar-dasar pengertian manajemen umum
2. Manajemen Keperawatan terdiri dari manajemen operasional dan manajemen
asuhan keperawatan
3. Manajemen keperawatan operasional digunakan untuk mengatur dan mengelola
staf keperawatan dan sumber daya lainnya, sedangkan manajemen asuhan
keperawatan diterapkan untuk mengatur dan mengelola pasien
4. Seorang manajer keperawatan diharapkan memiliki kemampuan leadership
(kepemimpinan )
5. Penggunaaan gaya kepemimpinan tidak sama pada masing-masing individu,
mempertimbangkan karakteristik pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin
dan situasi, sehingga pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda
6. Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain atau
kelompok dalam mencapai tujuan. Keberhasilan pemimpin menjalankan
tugasnya tergantung dengan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam
upaya mempengaruhi bawahannya. Pemimpin dalam menjalankan tugasnya
diperlukan kepiawaian menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Untuk itu
seorang pemimpin harus paham betul bagaimana sifat dan karakteristik
bawahannya. Sehingga dapat dibuat satu keputusan yang tepat untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
LATIHAN :
1. Gaya kepemimpinan kepala ruang Arimbi saat ada rapat diruangan tidak ada
jarak antara pimpinan dengan perawat lain, saat memberikan arahan secara
santai, menganggap bawahan adalah rekan kerja, jika ada kepentingan diluar
ruangan mendelegasikan tugasnya kepada perawat lain dengan pengarahan
minimal. Apakah gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala ruang
tersebut?
A. Demokrasi
B. Paternalistik
C. Laissez Faire
D. Kharismatik
E. Autokratif
2. Kepala ruang ICU sedang merencanakan pengembangan staf melalui
pendidikan dan pelatihan selama 6 bulan untuk meningkatkan kemampuan
serta keterampilan staf yang berada di ICU tersebut. Apakah fungsi
manajemen keperawatan yang sedang dijalankan oleh kepala ruang tersebut?
A. Perencanaan
B. Pengorganisasian
C. Pengaturan staf
D. Pengarahan
E. Pengawasan
3. Perawat manajer melkaukan rapat pertamanya . diawal rapat menyapa semua
staf danmenyampaikan bahwa beliau ditunjuk untuk meningkatan mutu
keperawatan. Manajer menunjukkan rencana yang dibuat dan menyusun
daftar tugas dan aktifitas yang dilaksanakan. Sebagai tambahan memimta
seluruh staf untuk melaporkan adanya masalah secara langsung. Apakah tipe
kepemimpinan dan pendekatan yang dilakukan oleh perawat manajer
tersebut?
A. Autokratik
B. Situasional
C. Demokratis
D. Laissez-free
E. Kombinasi otokratik dan demokratik
4. Seorang manajer keperawatan bertemu dengan staf keperawatan dan
mengumumkan bahwa manajer keperawatan telah mengeluarkan peraturan
dan prosedur baru yang berbeda dengan yang lama. Pernyataan mana dari
manajer keperawatan yang menunjukkan penggunaan kekuasaan legitimasi
dari manajer?
A. “Sistem pelayanan kesehatan memberikan pelyanaan pada populasi ynag
selalu penuh tantangan. Perubahan yang terjadi akan meningkatkan
keselamatan klien dan mengurangi kesalahan”
B. “Jika anda tidak mengikuti prosedur, saya tidak mempunyai pilihan selain
memberi anda surat peringatan tentang penampilan kerja anda yang
buruk yang akan menyebabkan andadiberhentikan dari pelkerjaan anda”
C. “Setiap manajer mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa
peraturan dan prosedur baru ini selalu ditaati 100%, sya ingin anda semua
bergabung dengan saya dalam usaha organisasi untuk meningkatkaan
kualitas perawatan”
D. “Anda semua hanya harus percaya saya dalamhal ini, saya adalah
anggota komite yang menulis peraturan dan prosedur, serta ada lasan
yang sangat baik mengapa tindakan keperawatan spesifik harus
dilaksnaakan dengan cara yang baru ini”
E. “Ini sudah keputusan kepemimpinan maka harus anda laksanakan”
5. Seorang kepala ruang memberikan keebebasan kepada anggotanya untuk
melakukan perubahan atau ide untuk dijalankan dengan tidak dikontrol oleh
kepala runag tersebut. Kepala runag hanya memberikan arahan apabila
diminta, karena kepala runag menilai bahwa bawahannya mampu dan
mempunyai motivasi dan komitmen yang tinggi.
A. Demokrasi
B. Paternalistik
C. Laissez Faire
D. Kharismatik
E. Autokratif
DAFTAR PUSTAKA
1. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2012). Leadership roles & management
functions innursing: Theory & Application (7th ed., p. 642). Philadelphia:
LippincottWilliams & Wilkins.
2. Robbins, S., & Timothy, J. (2013). Organizational Behavior (15th ed., p.
711). Boston: Pearson.
3. Hariyati, RT (2014). Perencanaan, utilisasi, dan pengembangan tenaga
keperawatan. Jakarta: Raja Grafindo
4. Huber, D. (2014). Leadership & Nursing Care Management. 5th edition.
Saunders: Elsevier Inc.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Perencanaan Manajemen Keperawatan Sesuai Perencanaan
Dan Standar Akreditasi Pelayanan
A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan
1. Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari penetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh
untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka pikir
keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah
keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah
praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan
adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting
tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan,
bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan
apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji,
2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan
yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan
sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara
efektif dan efisien. (Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan
yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana
teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan
dalam piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan
lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen
perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas
lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.
4. Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.
b. Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
c. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e. Memudahkan koordinasi.
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h. Menghemat waktu dan dana.
5. Syarat perencanaan
Persyaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a. Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal
ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk
dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b. Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini
berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga
dapat dijalankan.
c. Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan
dengan kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan
dapat diubah seenaknya.
d. Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan
organisasi.
e. Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung
maupun tidak langsung dalam organisasi.
6. Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu
sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem
prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
c. Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan
ruangan.
d. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar
dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses
keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi
masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985 ).
f. Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen
Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan
ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
7. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi
merupakan dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus
disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan
waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi
tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk.
Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional
Tahun 2015”.
8. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi
ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada
klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi
keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh
perawat profesional.
9. Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan
keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik
keperawatan dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan
pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang mereka
yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini
mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan
dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk
klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan
sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi
pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas
dimana pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan kekuatan
pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan
tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi,
departemen atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah
manusia sebagai individu yang unik bermartabat.
10. Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan
memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara
menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang
baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji,
2014).
Tabel 2.1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat di ruangan W Jumlah anggota
saat ini memiliki yang besar
jumlah anggota menurunkan tingkat
yang sangat besar. efektivitas
koordinasi dan
komunikasi antar –
anggota
Tabel 2.2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya T Lulusan perawat
pendidikan yang di hasilkan
keperawatan tidak sesuai dengan
membuat makin kompetensi yang di
banyak perawat harapkan dari
yang bersekolah seorang perawat.
hingga perguruan
tinggi.
Tabel 2.3 Contoh analisis SWOT model kualitatif
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi W 1. Budaya
memiliki anggota organisasi
yang banyak. adalah budaya
2. Organisasi
tradisional
memiliki
yang
cadangan dana
menghambat
yang besar.
tercapainya
3. Organisasi
kondisi kerja
memiliki
yang efisien.
peraturan yang
2. Keinginan
lengkap.
anggota untuk
4. Organisasi
belajar dari
memiliki
kesalahan
sekertariat yang
sangat rendah.
representatif.
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
layanan keperawatan di masa depan.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula
beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya
bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing
subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing
komponen, seperti komponen Strength mungkin memiliki 12
subkomponen, komponen weakness mungkin memiliki 8
subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT yang
umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model
kuantitatif dan model kualitatif.
a. Model kualitatif
Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan
ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan,
selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap
kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus di
waspadai. Ini berartibahwa setiap satu rumusan Srength (S),
harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W), dan setiap
satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu
Threat (T).
b. Model kualitatif,unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak
berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan besar di
antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing –
masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S
memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen T. Akan tetapi,
dalam model kualitatifhal tersebut tidak terjadi. Selain itu, subkomponen
pada masing – masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak
memiliki hubungan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of
Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3rd ed. Wolter
Kluwer, Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set).
Edisi Bahasa Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In
Media
6. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier
( Singapore) Pte.Ltd
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Fungsi Pengorganisasian
4) Cefto Samuel C
The proccess of establishing ordrly uses for all oeganizational's
resources. (pengorganisasian merupakan proses mengatur semua
kegiatan secara sistematis dalam mengelola sumber daya)
5) Williams Chuck
Deciding where decision will be made, who will do that jobs and
task, and who will work for whom. (memutuskan dimana
keputusan akan dibuat, siapa yang akan melakukan pekerjaan dan
tugas itu, dan siapa yang akan bekerja serta untuk siapa
mempekerjaan itu dilakukan)
6) Menurut Daft Richard
Pengorganisasian merupakan sebuah kegiatan pemanfaatan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan stategis.
Secara umum pengorganisasian merupakan proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab,
dan koordinasi kegiatan baik vertical maupun horizontal yang di
lakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan.
Pengorganisasian ada dalam berbagai bidang salah satunya
dalam keperawatan. Pengertian pengorganisasian dalam keperawatan
ialah sistem yang mengatur personil atau staff yang ada dalam rencana
tersebut supaya berlagsung sesuai dengan rencana dan tujuan yang di
capai guna mencapai tujuan dalam organisasi.
b. Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1) Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2) Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari
manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan
dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup
sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi
mudah yang tangguh dan ksatria.
3) Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan.Jika kita menginginkan karier
untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4) Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu
berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena
organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat
dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah:
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi
2) Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara
logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh
sekelompok orang.
3) Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang
logis dan efisien
4) Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis
5) Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan
efektivitas.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi pengorganisasian
Faktor yang mempengaruhi pengorganisasian di bedakan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Berikut penjelasan dua faktor
tersebut :
1) Faktor Intern
Pengaruh internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
organisasi itu sendiri baik dari pimpinan, karyawan, dan aspek yang
menjadi internal suatu organisasi. Faktor internal merupakan faktor
yang sangat crucial karena dapat berdampak besar bagi organisasi,
dampaknya dapat berupa kemajuan maupun keruntuhan dan
kegagalan organisasi tersebut.
a) Perubahan kebijakan pemimpin
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang
lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam
menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan,
maupun atasan pimpinan itu sendiri.
b) Perubahan tujuan
c) Pemekaran atau perluasan wilayah organisasi
d) Volume kegiatan yang bertambah banyak
e) Tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota
organisasi
f) Sikap dan Perilaku dari para anggota organisasi
g) Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku
dalam organisasi.
2) Faktor ekstern
Pengaruh Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
organisasi. Faktor eksternal juga dapat memberikan dampak bagi
organisasi tersebut, namun apabila internal organisasi dapat
mempertahankan konsep pemikiran serta pandangan terhadap
tujuan organisasi, faktor eksternal tidak begitu berpengaruh.
a) Budaya
Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar
oraganisasi menjadi bagian yang erat kaitannya dengan
aspek-aspek pengembangan organisasi.Maka muncullah
istilah “Budaya Organisasi”.secara sederhana budaya
organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai dan cara
bertindak yang dianut organisasi (beserta para anggotanya)
dalam hubungannya dengan pihak luar. Secara umum,
perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang dengan
latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang
beragam.Hasil penjumlahan dan interaksi berbagai orang
tersebut membentuk budaya organisasi.
b) Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi
mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling tidak
memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya
finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau
jasa.
c) Lingkungan
Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan
selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan
yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka
yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada
terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak
banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang
mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain
menghadapi lingkungan yang sangat dinamis - peraturan
pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka,
pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku,
preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan
semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis
memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer
dibanding lingkungan yang dinamis.
d) Pemerintah
Pemerintah juga mempengaruhi organisasi terhadap aturan dan
regulasi yang membatasi organisasi tentang apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Aturan-aturan
dan regulasi tersebut meliputi berbagai hal, misalnya regulasi
tentang ketentuan upah minimum pada suatu daerah,
perlindungan terhadap lingkungan hidup, hubungan burah dan
majikan, dan berbagai regulasi lainnya.
d. Hal yang Diperlukan pada Pengorganisasian
1) Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja.
Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang
ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota.
2) Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight
atauflight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan,
secara nalurimanusia akan melakukan suatu tindakan untuk
menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight).
Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu
rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan
tersebut justru merupakan motivator. Namun demikian tidak semua
pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Pertanyaannya adalah
bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang
menantang dalam interval. Salah satu kriteria yang dapat dipakai
sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat
kesulitan dari tugas tersebut. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka
team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak
akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
3) Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama
lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota
team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan
dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal
menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan
antara sesama anggota team.
4) Tanggung jawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu
tanggung jawab. Tanggung jawab mengimplikasikan adanya suatu
otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan.
Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional
cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.
5) Kesempatan Untuk Maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat
mengembangkan diri,mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta
melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah
team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan
peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka
akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting
mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah
bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
6) Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang
berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota
team.Leader berperan dalam menciptakan kondisi kondusif bagi team
untuk bekerja dengan tenang dan harmonis.Seorang leader yang baik
juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi
seperti yang disebutkan diatas.
2. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah pelaksanaan tugas.
b. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
c. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
d. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas
yang ada.
3. Prinsip pada Pengorganisasian
Berikut ini adalah prinsip dari pengorganisasian :
a. Perumusan Tujuan. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan
jelas. Tujuan yang akan memandu setiap orang dalam organisasi.
Semakin jelas tujuan yang akan diraih maka semakin mudah pula
organisasi menentukan langkah yang tepat.
b. Departementasi. Penyusunan bagian-bagian yang akan menjalankan
tugas-tugas sesuai bidang tertentu. Dapat dilakukan dengan
mengelompokkan tugas-tugas sejenis.
c. Pembagian kerja. Setelah dilakukan departemetasi perlu pengisian
aktifitas kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing Koordinasi.
Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan dalam
organisasi
d. Kesatuan perintah. Masing-masing pejabat dalam hirarki yang
berlaku hanya bertanggungjawab kepada satu atasan tertentu dan
hanya menerima perintah darinya.
e. Fleksibilitas. Organisasi semestinya menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut antara lain mencakup
revisi tujuan, teknologi, SDM yang spesialis.
f. Berkesinambungan. Organisasi setelah dibentuk diharapkan terus
beroperasi dan memenuhi kebutuhan stakeholders-nya.
g. Keseimbangan. Bagian atau satuan dalam organisasi yang memiliki
peran yang sama pentingnya harus ditempatkan pada level yang sama
pula.
h. Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan
dalam organisasi.
i. Pelimpahan wewenang. Pelimpahan kewenangan dari pejabat yang
lebih tinggi ke pejabat yang lebih rendah atau antar pejabat yang
setara.
j. Rentang kendali (span of control). Merupakan jumlah bawahan yang
dipimpin dengan baik oleh seorang pemimpin di atasnya.
k. Jenjang organisasi/hiraki. Menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan
yang perlu dilewati dalam menentukan sebuah keputusan.
l. Pemisahan fungsi lini dan staf.Fungsi lini seharusnya dipisahkan
dengan fungsi staff walaupun mereka memiliki karakter yang
mirip.Fungsi lini langsung terhubung dengan kegiatan operasi
sedangkan fungsi staf adalah pelengkap dari fungsi lini.Fungsi ini
harus dikoordinaiskan jika dibutuhkan tetapi secara normal harus
dipisahkan.
m. Efisiensi. Struktur organisasi seharusnya mampu untuk
meningkatkan fungsi secara lebih efisien.Untuk itu, struktur harus
sesuai dengan nature, ukuran, aktifvitas, dll dari organisasi.
n. Prinsip pengecualian. Eksekutif pada level yang level lebih tinggi
sibuk dengan hal-hal yang penting dan memiliki batas waktu untuk
mempelajari hal-hal administratif rutin. Masalah yang sangat rumit
dan luar biasa kompleks harus diselesaikan oleh top management dan
masalah rutin harus dihadapi oleh eksekutif yunior pada tingkat yang
lebih rendah. Lebih dari itu, waktu dari top management ditabung.
Mereka dapat mempergunakan waktu mereka untuk menghadapi
masalah yang lebih penting dan kompleks.
o. Chain of command. Prinsip dari chain of command adalah batas
kewenangan dari kepala eksekutif kepada atasan level pertama sudah
didefinisikan dengan jelas. Batas kewenangan harus didefinisikan
dengan wajar untuk menghindari kebingungan.
p. Simple/sederhana. Struktur organisasi harus dibuat sederhana untuk
pemahaman yang lebih jelas dari karyawan. Struktur juga seharusnya
lebih mudah untuk diatur. Komunikasi internal akan lebih mudah jika
struktur organisasi lebih sederhana. Struktur organisasi harus
sesederhana mungkin.
B. Jenis Struktur Organisasi Dalam Keperawatan
Menurut Keith Davis ada 6 bagan bentuk struktur organisasi yaitu :
1. Bentuk Vertikal
Dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai organisasi atau
pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara vertikal.
2. Bentuk Mendatar / Horizontal
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai
dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun atau
digariskan dari kiri kearah kanan atau sebaliknya.
3. Bentuk Lingkaran
Dalam bentuk lingkaran, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinana
sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari
pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.
4. Bentuk Setengah Lingkaran
Bagan Setengah lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran
wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau
pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran kea rah bidang bawah
lingkaran atau sebaliknya.
5. Bentuk Elliptical
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai
dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah digambarkan dengan
pusat Elips kearah bidang elips
6. Bentuk Piramid terbalik
Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai
dengan organisasi atau pejabat terendah digambarkan dalam susunan
berbentuk piramid terbalik.
Setiap bentuk bagan organisasi yang ada menggambarkannya
dapat dibalik, kecuali bagan lingkaran, bagan elips dan bagan sinar.
Bagan pyramid dapat disusun dari bawah kea rah atas, bagan mendatar
dapat disusun dari kanan kea rah kiri, bagan menegak (Vertikal) dapat
disusun dari bawah ke atas, bagan setengah lingkaran dapat di susun dari
pusat lingkaran ke arah bidang atas lingkaran, bagan setengah elips dapat
disusun dari pusat elip kea rah bidang atas elip. Dalam bagan lingkaran,
bagan elip dapat pula digambar satuan organisasi atau pejabat yang lebih
rendah kedudukannya terletak di atas, tetapi ini semua tidak mengubah
jenjang ataupun kedudukan yang sesungguhnya. Hal ini dikemukakan
pula oleh Keith Davis sebagai berikut :
“Perubahan-perubahan penggambaran bagan kadang-kadang
diterima untuk menggalakan pertalian kedudukan atasan bawahan dari
kebiasaan bagan-bagan organisasi, tetapi perubahan-perubahan ini tidak
mengubah keadaan kedudukan yang sebenarnya. Termasuk di dalamnya
perubahan-perubahan bagan mendatar, lingkaran, setengah lingkaran,
elips dan piramida terbalik.”
C. Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi
Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi berkenaan
dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma prilaku, ideology, sikap,
kebiasaan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini
termasuk organisasi universitas swasta).
Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas
lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi
perilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik
organisasi.
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan
keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu
pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-
norma, asumsi-asumsi dan keyakinan (Owens, 1991).
Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yang
tidak mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan
kualitas pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkan agar seseorang lebih
mudah melaksanakan tugasnya. (Ariani, 2009)
2. Variabel Organisasi
P Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang
lebih rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah
untuk meningkatkan kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis
dengan peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan. (Ariani, 2009)
Q Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial
penghargaan, karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan
atas prestasi atau jasa seseorang ditinjau dari segi kebutuhan merupakan
salah satu kebutuhan manusia yang menurut teori Maslow (1984) terletak
pada urutan keempat yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan
dari orang lain. (Ariani, 2009)
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus, lembur juga
perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan
karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya apabila
pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu memenuhi
kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka.
(Nurcahyo, 2011)
3. Variabel Psikologis
Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang meciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
(Ariani, 2009)
Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik
motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan
dapat meningkatkan kinerja karyawan. (Nurcahyo, 2011)
Penilaian Kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Ada berbagai macam teknik mendisiplinkan karyawan, organisasi harus
memilih mana yang paling tepat diterapkan diorganisasi. . (Nurcahyo, 2011)
4. Douglas.
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut.
a. Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
b.Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6 jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Kategori I: perawatan mandiri.
1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian.
2) Makan, dan minum dilakukan sendiri.
3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
4) Observasi tanda vital setiap sif.
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6) Persiapan prosedur pengobatan.
b.Kategori II: perawatan intermediate.
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
3) Pengobatan lebih dari satu kali.
4) Pakai kateter Foley.
5) Pasang infus intake-output dicatat.
6) Pengobatan perlu prosedur.
c. Kategori III: perawatan total.
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
3) Pemakaian slang NG.
4) Terapi intravena.
5) Pemakaian suction.
6) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.
Catatan: dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan
oleh perawat yang sama selama 22 hari: setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria
berdasarkan klasifikasi pasien, bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.
Di ruang X RS Y dirawat 36 orang pasien dengan kategori sebagai berikut: 30
pasien dengn perawatan minimal, 4 pasien dengan perawatan parsial dan 2 pasien
dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut.
6. Metode Gillies.
a. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu
sebagai berikut.
1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Rata-rata
kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun
waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
a) Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam.
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis
dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian
RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young =
60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60
menit/pasien (Gillies, 1996).
7. 7. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit (Depkes, 2011).
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah
sakit sebagai berikut.
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan:
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien
3) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
4) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi dengan
hari libur/cuti/hari besar (loss day).
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas nonkeperawatan (non-
nursing jobs), seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihanruangan
kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan. (Jumlah tenaga keperawatan + loss day ) × 25%
Jumlah tenaga: tenaga yang tersedia + faktor koreksitingkat ketergantungan pasien:
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan
terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
a) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan
Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif
Pengobatan minimal, status psikologis stabil
b) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu;
Observasi tanda-tanda vital setiap empat jam
Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
c) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
Sebagian besar aktivitas dibantu;
Observasi tanda-tanda vital setiap 2–4 jam sekali;
Terpasang kateter Foley, intake dan output dicatat;
terpasang infus;
Pengobatan lebih dari sekali;
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
d) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua jam;
Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
Gelisah/disorientasi.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan di ruangan/ hari
Jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan:
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day = x jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
Jumlah hari kerja efektif
+jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas nonkeperawatan (non-
nursing jobs) seperti contohnya: membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dan lain-lain diperkirakan 25% dari
jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) × 25%
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi:
1) Jumlah dan jenis operasi;
2) Jumlah kamar operasi;
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja;
4) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/tim);
5) Tingkat ketergantungan pasien:
Operasi besar: 5 jam/ operasi;
Operasi sedang: 2 jam/operasi;
Operasi kecil: 1 jam /operasi.
Rumus:
(Jumlah jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim x 2 jam
kerja efektif / hari)
Jam kerja efektif/ hari
c. Jumlah tenaga di ruang penerimaan
1) Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menit
2) Ketergantungan di RR: 1 jam
Rumus :
= Jumlah jam perawatan x rata-rata jumlah pasien/ hari
Jam kerja efektif/ hari
Catatan :
Perhitungan di atas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh
CSSD
d. Jumlah tenaga di instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
1) Rata-rata jumlah pasien per hari
2) Jumlah jam perawatan per hari
3) Jam efektif per hari
Rumus :
= Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/ hari
Jam kerja efektif/ hari
Ditambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
e. Critical Care
1) Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
2) Jumlah jam perawatan/hari = 12
= Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/ hari
Jam kerja hari
Ditambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
f. Rawat Jalan
1) Jumlah pasien/hari = 100 orang
2) Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit
= Rata-rata jumlah pasien/ hari x jumlah jam perawatan/ hari
Jam efektif/ hari (7 jam) x 60 menit
Ditambah koreksi 15%
g. Kamar Bersalin
1) Waktu pertolongan kala I−IV = 4 jam/pasien
2) Jam kerja efektif = 7 jam/hari
3) Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
= Jumlah setiap hari rata-rata x 4 jam
7 jam/ hari
Ditambah lost day
D. Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Setiap Shift
1. Pengertian
Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu
tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya
yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia:Online).
Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan
masing-masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga
tercapainya hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU). Salah satu layanan dalam
rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam layanan ini terdapat alur
tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap pasien., diagnosis
hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit tersebut
membutuhkan penjadwalan yang optimal. Optimal artinya keutungan harus
sebesar-besarnya dan kerugian harus sekecil-kecilnya (Suyadi 2005 dalam
setiawan dkk).
Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama
kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara
seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat
penjadwalan perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).
2. Permasalahan Penjadwalan
Agar tujuan tercapai seperti yang diinginkan oleh semua manajemen
perusahaan maka perlu Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.
Masalah penjadwalan tenaga kerja memiliki karakteristik yang spesifik, antara
lain kebutuhan karyawan yang berfluktuasi, kapasitas tenaga kerja yang tidak bisa
disimpan, dan faktor kenyamanan pelanggan. Berbagai permasalahan pasti akan
dihadapi setiap perusahaan dalam membuat jadwal untuk memenuhi semua
kebutuhan jam kerja sesuai dengan jumlah pekerja yang ada. Terlebih lagi jika
dalam suatu organisasi atau perusahaan jumlah pekerja sangat banyak, jumlah jam
kerja sangat panjang (misal 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam seminggu) dan
variasi pekerjaan banyak. Contoh nyata yang dapat diambil pada kasus ini adalah
penjadwalan perawat dan penjadwalan dokter yang ada di sebuah rumah sakit.
Banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan sangat kontras
dengan jumlah perawat dan dokter yang ada pada rumah sakit. Hal ini
mengakibatkan pihak rumah sakit perlu melakukan pengaturan jadwal yang
efisien untuk setiap sumber daya manusia yang ada (termasuk perawat dan pasien)
agar semua pasien dapat terlayani dengan baik.(Atmasari 2014)
3. Penjadwalan perawat
Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu
halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada
tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan
kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:
a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan
perawat prakualifikasinya.
b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka
memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia
c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke
shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand
yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.
Masalah penjadwalan kariayan banyak di jumpai pada Industri jasa, salah
satunya dirumah sakit. Sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang No
44 tahun 2009 tentang Rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan
rumah sakit adalah meninggkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayananan kesehatan. Untuk peningkatan mutu dan standar itu rumah sakit harus
memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas karena padatnya system memberi
pelayanan yang ada di dalamnya baiknya atau tidaknya system pelayanan yang
ada dalam rumah sakit dapat menentukan sistem penjadwalan perawat yang ada
pada umumnya perawat di Indonesia di klaifikaskan dalam sistem penjadwalan
dinas jaga atau shift, yaitu dinas pagi, jaga sore, dan jaga malam. Namun bagi
sebagian perawat,di tuntut bekeja di malam hari, liburan dan akhir pekan sering
membuat stress dan frustasi. oleh karena itu, penjadwalan merupakan factor yang
paling penting dalam penentuan ketidak puasan atau kepuasan kerja. manager
sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun jadwal kerja sebaiknya
secara berkala melakukan evaluasi kepuasan pegawai terhadap system
penjadwalan yang sedang berlaku. Dengan mempertimbangkan keuntungandan
kerugian. karena beberapa penjadwalan mengharuskan pembayaran uang lembur,
hasil kepuasan perawat dalam peningkatan biaya. Selain itu, Perpanjangan dinas
jaga dari 8 jam – 10/12 jam Dapat menyebakan peningkatan kesalahan penilaian
klinis Karena perawat keletihan.untuk alasan ini, banayk organisaasi membatasi
jumlah hari berturut-turut seorang perawat dapat bekerja di perpanjangan dinas
jaga. (USU 2015)
4. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam
Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun
2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di
tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13
tahun 2003).
b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari
40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per
shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di
perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun
2003)
d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang
dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis
dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan
lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.
5. Karakteristik Penjadwalan Perawat
Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a. Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal
berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.
b. Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan
bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten,
seperti weekend policy, rotation policy.
d. Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti
pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e. Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f. Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014)
6. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan
Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang
sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada
ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat,
kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan.
Misalkan pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam
sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan
untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut :
a. Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00
pagi s.d 14.00 sore
b. Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00
sore s.d 21.00 malam
c. Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul
21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah
mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya
batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada
solusi yang benar-benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti
terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh
karena itu, batasan-batasan model dibagi kedalam dua jenis yaitu :
a. Kendala utama
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja
yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang perawat
tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut.
Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif
kerja berturut-turut.
b. Kendala tambahan
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja
yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran
terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan
adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-
turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-
turut. (Atmasari 2014)
E. Peningkatan Kualitas Ketenagaan Yang Efektif Sesuai Standar Akreditasi
Pengaturan Ketenagaan Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai kompetensi dan potensi pengembangan
untuk terlaksananya pelayanan keperawatan yang bermutu.
Rasional :
Pengelolaan manajemen keperawatan dapat terlaksana secara efektif dan efisien
apabila didukung dengan pengaturan tenaga keperawatan yang memadai dan
berkualitas
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan tentang pendayagunaan tenaga keperawatan
2. Adanya standar tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
keperawatan.
3. Adanya pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan
Kriteria Proses :
1. Mengidentifikasi jenis dan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan keperawatan.
2. Menetapkan jumlah dan jenis tenaga keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan pola tenaga keperawatan.
3. Menjadi anggota tim rekruitment tenaga keperawatan
4. Melaksanakan program orientasi bagi tenaga baru.
5. Melaksanakan model penugasan
6. Menyusun jadwal dinas yang fleksibel
7. Melaksanakan program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan (retention)
tenaga keperawatan.
8. Menyusun program pengembangan staff keperawatan
9. Melaksanakan penilaian kinerja.
Kriteria hasil :
1. Adanya dokumen pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan
2. Adanya jadwal dinas yang menggambarkan komposisi tenaga keperawatan yang
seimbang kompetensinya pada setiap tugas gilir (shift).
3. Adanya dokumen hasil penilaian kinerja tenaga keperawatan
4. Adanya dokumen pelaksanaan program pengembangan staf.
5. Adanya dokumen pelaksanaan program orientasi
6. Adanya dokumen pelaksanaan program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan
(retention).
7. Adanya dokumen model penugasan asuhan pelayanan keperawatan.
RINGKASAN
1. Ketenagaan didefinisikan sebagai rencana sumber daya manusia untuk mengisi posisi
dalam sebuah organisasi dengan personil yang berkualitas.
2. Prinsip ketenagaan : Unit perawatan pasien(analisis kebutuhan pasien individual dan
agregat, Staf (Kebutuhan khusus dari berbagai pasien harus memenuhi kompetensi
klinis yang sesuai dengan praktik perawat di wilayah tersebut), Organisasi (harus
mencerminkan organisasi yang menghargai perawat terdaftar dan karyawan lainnya
sebagai aset strategis dan menunjukkan komitmen sejati untuk mengisi posisi yang
dianggarkan pada waktu yang tepat)
3. Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang
efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat
memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal
sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya
4. Variabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan adalah Variabel Individu (jenis
kelamin, umur, masa kerja, pelatihan), Variabel Organisasi (supervisi dan imbalan),
variabel Psikologis (motivasi dan penilaian kinerja)
LATIHAN
1. Rencana sumber daya manusia untuk mengisi posisi dalam sebuah organisasi dengan
personil yang berkualitas disebut dengan tahap …
A. Ketenagaan
B. Perencanaan
C. Pengorganisasian
D. Pengendalian
E. Pengarahan
2. Kebutuhan khusus dari berbagai pasien harus memenuhi kompetensi klinis yang
sesuai dengan praktik perawat di wilayah tersebut merupakan prinsip ketenagaan
kategori …
A. Staf
B. Organisasi
C. Ruang Rawat
D. Prencanaan
E. Pengendalian
3. Tujuan ketenagaan adalah …
A. mendayagunakan tenaga keperawatan agar dapat menerapkan asuhan
keperawatan
B. mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayananbermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
C. mendayagunakan tenaga keperawatan agar tercipta tenaga keperawatan yang
kompeten dalam segala bidang
D. mendayagunakan tenaga keperawatan agar tugas dapat terselesaikan dengan
cepat dan mudah
E. mendayagunakan tenaga keperawatan yang dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan yang lain
4. Yang tidak termasuk dalam variabel individu yang mempengaruhi ketenagaan adalah
A. Jenis Kelamin
B. Umur
C. Masa kerja
D. Pelatihan
E. motivasi
5. Metode penghitungan dengan menggunakan jumlah tempat tidur sebagai pembanding
dari kebutuhan perawat yang diperlukan disebut dengan metode perhitungan tenaga
keperawatan …
A. Douglas
B. Gillies
C. Rasio
D. Demand
E. Depkes RI
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pengarahan
92
C. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT
1. Pengendalian karyawan
2. Pengendalian keuangan
3. Pengendalian produksi
4. Pengendalian waktu
5. Pengendalian teknis
6. Pengendalian kebijaksanaan
7. Pengendalian penjualan
8. Pengendalian inventaris
9. Pengendalian pemeliharaan
93
RINGKASAN
1. Pengendalian /Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut
2. Tahapan dalam proses pengendalian yaitu proses penentuan standar, proses evaluasi dan
penilaian, proses perbaikan
3. Tujuan pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi dan memberi semangat
kepada para anggota organisasi, dan selanjutnya mencapai tujuan organisasi.
4. Jenis pengendalian ruang rawat yaitu pengendalian karyawan, keuangan, produksi,
waktu, teknis, kebijaksanaan, penjualan, inventaris, pemeliharaan
LATIHAN
1. Proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut disebut dengan …
A. Pengarahan
B. Perencanaan
C. Pengorganisasian
D. Pengendalian
E. Ketenagaan
2. Yang bukan termasuk maksud tujuan pengendalian manajemen adalah …
A. Untuk memotivasi dan memberi semangat kepada para anggota organisasi
B. Agar bertambah imbalan yang diberikan instansi terkait
C. Untuk mencapai tujuan organisasi.
D. proses mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja
E. proses mendeteksi dan memperbaiki ketidakberesan yang disengaja
3. Penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta
tercapainya tujuan yang diharapkan disebut dengan …
A. Pelayanan
B. Kompeten
C. Mutu
D. Kualitas
E. Terakreditasi
4. Yang bukan termasuk dalam jenis pengendalian adalah …
A. Pengendalian karyawan
B. Pengendalian kebijaksanaan
C. Pengendalian inventaris
D. Pengendalian Pencapaian Hasil
E. Pengendalian pemeliharaan
94
5. Tahapan dalam proses pengendalian yaitu …
A. Proses penentuan standar , Proses evaluasi dan penilaian, Proses perbaikan
B. Proses penentuan standar , Proses perencanaan, Proses evaluasi dan penilaian
C. Proses penentuan standar , Proses pelaksanaan, Proses evaluasi dan penilaian
D. Proses perencanaan, Proses evaluasi dan penilaian, Proses perbaikan
E. Proses pelaksanaan, Proses evaluasi dan penilaian, Proses perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept,
Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 rd ed. Wolter Kluwer,
Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier ( Singapore)
Pte.Ltd
95
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Penyelesaian Konflik Dalam Asuhan Pelayanan Keperawatan
Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara
pandang diantara beberapa orang, kelompokatauorganisasi.
1. Intrapersonal. Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi hal
ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer
mungkin merasa mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi
keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas terhadap pasien
2. Interpersonal. Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer
sering mengalami konflik dengan teman sesame manajer, atasan dan bawahannya.
3. Antarkelompok (intergroup). Konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang,
depertemen atau organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai
kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana.
konflik yang terjadi pada suatu organisasi merefleksikan konflik intrapersonal,
interpersonal, dan antarkelompok. Tetapi didalam organisasi, konflik dipandang secara
vertical dan horizontal (Marquis dan Huston, 1998). Konflik vertical terjadi antara staf
dengan posisi dan kedudukan yang sama, misalnya, konflik horizontal ini meliputi
wewenang, keahlian dan praktik.
B. TAHAPAN KONFLIK
Menurut Pondi sendiri tahapan tahapan konflik terbagi menjadi lima yaitu sebagai berikut:
1. Konflik laten yaitu tahap dimana munculnya faktor faktor penyebab konflik dalam
organisasi atau kelompok. Tahap ini merupakan tahap awal terjadinya konflik yang
biasanya menimbulkan persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas,
perebutan posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi.
96
2. Konflik yang di persepsikan, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang pihak
lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. Dalam tahap ini salah
satu pihak tidak memandang pihak lain sebagai kawan, melainkan sebagai musuh yang
akan mengancam tujuan mereka. Terdapat persaingan yang ketat antara pihak pihak yang
bersangkutan.
3. Konflik yang di manifestasikan, yaitu tahap dimana perilaku tertentu sebagai
indikator konflik sudah mulai ditunjukan seperti adanya sabotase antar pihak. Misalnya
salah satu pihak melakukan tindakan pengrusakan yang dilakukan secara terencana dan
juga tersembunyi, berhubungan dengan peralatan, aktivitas, dan personel dari bidang
sasaran yang ingin dihancurkan dalam tengah tengah kehidupan masyarakat.
4. Resolusi konflik, yaitu tahap dimana konflik yang terjadi diselesaikan dengan
berbagai macam cara dan pendekatan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan.
Pihak yang berkonflik berusaha mencari jalan keluar atas konflik yang terjadi dengan
berbagai macam cara seperti musyawarah atau jalan damai, mendatangkan pihak ketiga
atau mediasi, melalui meja hijau atau pengadilan, maupun cara cara lainnya yang
menjadikan konflik tersebut selesai.
5. Konflik aftermath, yaitu dimana pihak yang berkonflik sudah tidak ada persaingan
dan perbedaan, sehingga konflik tersebut dapat meningkatkan hubungan baik,
meningkatkan solidaritas dengan pihak pihak yang bersangkutan. Begitu juga sebaliknya,
apabila tidak dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat dan baik dapat
menimbulkan konflik yang baru.
Sedangkan menurut Smith proses terjadinya konflik sebagai berikut:
1. Tahap antisipasi, yaitu tahap dimana munculnya tanda tanda akan terjadinya sebuah
konflik, biasanya terjadi dengan adanya gejala perubahan yang mencurigakan. Seperti
perubahan sikap yang semula tidak baik menjadi baik karena ada tujuan tertentu.
2. Tahap menyadari, yaitu tahap dimana mulai di lakukan sesuatu hal dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakkan. Misalnya seseorang yang mempunyai masalah dengan
orang terdekat, kemudian ia melakukan suatu tindakan yang negatif, padahal dahulu ia
sering bermain bersama, dan saling berhubungan.
3. Tahap pembicaraan, yaitu tahap dimana pendapat pendapat antar pihak mulai
bermunculan dan biasanya terdapat dalam sebuah forum atau perkumpulan. Seperti
dalam perkumpulan terdapat sebuah perbedaan pendapat antar anggota, kemudian dia
menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan
sebuah konflik dalam forum tersebut.
4. Tahap perdebatan terbuka, yaitu tahap dimana perbedaan pendapat ditunjukkan dengan
nyata dan terbuka, biasanya terdapat pada sebuah seminar seminar nasional bahkan
internasional, mereka saling menuangkan ide atau pendapat nya, agar dapat diterima
dalam forum tersebut.
97
5. Tahap konflik terbuka, yaitu tahap dimana masing masing pihak memaksakan
kehendaknya kepada pihak lain. Misalnya kita memaksa orang lain untuk mengikuti apa
pendapat kita. Pada tahap ini konflik dilakukan tidak secara sembunyi sembunyi, melainkan
secara terbuka dan tidak menimbulkan kekerasan, jika pihak pihak yang bersangkutan saling
memahami.
C. Teknik Manajemen Konflik Dalam Pengelolaan Ruang Rawat
3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik
dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk
mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah
memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
para pegawai sebagai tanda bahwa mereka.
Strategi Konflik
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak
terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2. Mengakomodasi
98
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan member kesempatan pada mereka untuk membuat
keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak
lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda.Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa
jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromiatau Negosiasi
1. Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara
pandang diantara beberapa orang, kelompokatauorganisasi.
2. Konflik dapat dibedakan menjadi 3 jenis yakniIntrapersonal (konflik yang terjadi pada
individu sendiri), Interpersonal (terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan
dan keyakinan, antarkelompok/ intergroup (terjadi antara dua atau lebih dari kelompok
orang, depertemen atau organisasi)
a. Konflik laten yaitu tahap dimana munculnya faktor faktor penyebab konflik dalam
organisasi atau kelompok
99
b. Konflik yang di persepsikan, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang
pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya.
d. Resolusi konflik, yaitu tahap dimana konflik yang terjadi diselesaikan dengan
berbagai macam cara dan pendekatan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan.
e. Konflik aftermath, yaitu dimana pihak yang berkonflik sudah tidak ada persaingan
dan perbedaan, sehingga konflik tersebut
4. Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan disiplin, pertimbangan pengalaman dalam
tahapan kehidupan, komunikasi, mendengarkan secara aktif
LATIHAN
1. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara
beberapa orang, kelompokatauorganisasi adalah …
A. Pertentangan
B. Konflik
C. Bergaining
D. Berlawanan
E. Denial
2. Konflik dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan
loyalitas terhadap pasien termasuk konflik …
A. Personal
B. Interpersonal
C. Intrapersonal
D. Antarpersonal
100
E. Independen
3. Mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan
hidupnya merupakanpencegahan atau pengelolaan konflik dengan cara …
A. Disiplin
C. Komunikasi
E. Memahami
4. Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain merupakan strategi konflik …
A. Kompetisi
B. Kompromi
C. Memecahkan Masalah
D. Mengakomodasi
E. Kolaborasi
A. Kompetisi
B. Kompromi
C. Memecahkan Masalah
D. Mengakomodasi
E. Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
101
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept,
Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3rd ed. Wolter Kluwer,
Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In Media
5. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier ( Singapore)
Pte.Ltd
MANAJEMEN KEPERAWATAN
102
Proses Konferens & Timbang Terima Sesuai Konsep Manajemen
A. Konferensi Keperawatan
1. Pengertian
Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan pada pasien.
2. Tujuan
Secara umum tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana
pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,
kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997).
3. Pedoman pelaksanaan conference :
a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi
dan memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan
4. Pembagian Conference
Conference di bagi menjadi 2 macam :
1. Pre Conference
2. Post Conference
Pre Conference
1. Definisi
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka
pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim.
103
Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan
pada pasien.
2. Tujuan pre conference:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
3. Syarat pelaksanaan:
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
(Jean, et.Al, 1973)
4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pre Conference
No Tindakan Ya Tidak
1. Persiapan
a. Ruangan
b. Staff
2. Tatalaksana
a. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
b. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
a. Rencana tiap asuhan (rencana harian)
b. Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
c. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
d. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh
dinas malam
e. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
1) Keluhan pasien
2) TTV dan kesadaran pasien
3) Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
4) Masalah keperawatan
5) Rencana keperawatan hari ini
104
6) Perubahan keadaan terapi medis
7) Rencana medis
f. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan pasien
yang meliputi :
1) Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan
pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
a) Ketepatan pemberian infuse
b) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
c) Ketepatan pemberian obat / injeksi
d) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
e) Ketepatan dokumentasi
g. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
h. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
i. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang
tidak dapat diselesaikan.
Post Conference
1. Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan
setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi,
sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
2. Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Syarat Post Conference
a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
4. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Post Conference
105
A. Nama Jabatan :
B. Unit Organisasi :
C. Ringkasan Tugas :
1. Ketua tim atau Pj membuka acara.
2. Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala yang dialami dalam memberikan
asuhan pasien.
3. Ketua tim atau Pj tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4. Ketua tim atau Pj menutup acara.
D. Hasil Kerja :
1. Terlaksananya pembukaan acara.
2. Terdeteksinya kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3. Terlaksananya tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat
shift berikutnya.
4. Terlaksananya penutupan acara.
E. Rincian Tugas :
1. Ketua tim atau Pj tim membuka acara
a. Memberikan salam dengan sopan dan hormat
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan langkah prosedur
2. Ketua tim atau Pj menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
a. Menanyakan kepada setiap Pj apa yang telah dilakukan kepada pasien
b. Menanyakan kepada setiap Pj apa yang menjadi kendala dalam
memberikan setiap asuhan kepada pasien
c. Menanyakan kepada setiap Pj apa yang dapat dihasilkan dari setiap
tindakan
3. Ketua tim atau Pj tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
a. Menanyakan kepada Pj apa yang belum dilaksanakan
b. Menanyakan kepada Pj apa yang akan dilaksanakan selanjutnya
c. Menanyakan kepada Pj apa yang harus dioperkan pada perawat shift
selanjutnya
d. Mengevaluasi keefektifan dan keefisienan tindakan yang akan diberikan
selanjutnya.
4. Ketua tim atau Pj menutup acara.
a. Memberikan kesimpulan Post Conference
b. Menanyakan apakah ada pertanyaan atau saran kepada setiap Pj
c. Mengucapkan terimakasih dan salam
B. TIMBANG TERIMA
1. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain yaitu handover, overhand,
report nursing, operan, dan serah terima. Timbang terima merupakan suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat
perawat melakukan pergantian shift dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
106
mengkomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan
sebelumnya (Triwibowo, 2013)
2. Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Healthcare Hospital Association 2009 tujuan National
Clinical Initative Handover adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan
(Triwibowo, 2013).
Tujuan umum dilakukan timbang terima adalah mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan informasi yang penting. Tujuan khususnya adalah :
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b. Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2011)
Timbang terima memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja (Putra, 2017).
3. Manfaat Timbang Terima
Manfaat timbang terima bagi perawat adalah meningkatkan komunikasi
antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat,
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat
dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna, sedangkan manfaat
timbang terima bagi pasien adalah pasien dapat menyelesaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap (Nursalam, 2011).
4. Metode dalam Timbang Terima
Metode dalam timbang terima terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Timbang terima dengan metode tradisional
1) Dilakukan hanya di meja perawat
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi
3) Ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date
C. RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis
ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat assosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
110
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c. Meningkatkan validitas data klien.
d. Menilai kemampuan justifikasi.
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Peran dalam Ronde Keperawatan
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2) Menjelaskan masalah keperawata utama.
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
1) Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjutnya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2) Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
4. Kelemahan Ronde Keperawatan
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta
privasinya terganggu.
Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada prosedur keperawatan
b. Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
c. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
d. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan
111
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Ronde Keperawatan
PELAKS KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU
ANA KLIEN
Pra Pra Ronde Nurse KARU, - Sehari sebelum
Ronde 1. Menetapkan kasus Station PP, PA pelaksanaan ronde
dan topik
2. Menentukan tim
ronde.
3. Mencari sumber dan
literatur.
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
klien
6. Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5 Menit
1. Salam pembukaan Station Ruangan
2. Memperkenalkan
klien dan tim ronde
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
4. Mempersilahkan PP
menyampaikan
kasusnya
Penyajian data/masalah PP
1. Menyampaikan Nurse 20 Menit
dasar pertimbangan Station
dilakukan ronde
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
3. Menjelaskan PP
masalah klien yang
belum terselesaikan
dan tindakan yang
112
telah dilaksanakan
4. Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
5. Klarifikasi data
yang telah
disampaikan
RINGKASAN
1. Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi
2. Tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif
3. Conference terbagi menjadi 2 yaitu Pre Conference dan post conference. Pre conference
adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Sedangkan Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien.
4. Tujuan pre conference:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
5. Timbang terima memiliki beberapa istilah lain yaitu handover, overhand, report nursing,
operan, dan serah terima. Timbang terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan pergantian shift dan
memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengkomunikasikan informasi tentang keadaan
pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya (Triwibowo, 2013)\
6. Timbang terima memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereabilisasi komunikasi tentang
tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja (Putra, 2017).
7. Metode dalam timbang terima terbagi menjadi 2 yaitu timbang terima dengan metode
tradisional dan metode bedside handover
114
8. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
LATIHAN
1. Berikut yang bukan termasuk tujuan dari conference adalah …
A. menganalisa masalah-masalah secara kritis
B. menjabarkan alternatif penyelesaian masalah
C. terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan
D. mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusun rencana antisipasi
E. dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
2. Komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
disebut dengan …
A. Timbang terima
B. Handover
C. Ronde keperawatan
D. Pre Conference
E. Post Conference
3. Diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
yaitu …
A. Timbang terima
B. Handover
C. Ronde keperawatan
D. Pre Conference
E. Post Conference
4. Suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien disebut dengan …
A. Timbang terima
B. Ronde keperawatan
C. Conference
D. Pre Conference
E. Post Conference
5. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
115
perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim disebut dengan …
A. Timbang terima
B. Ronde keperawatan
C. Conference
D. Pre Conference
E. Post Conference
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept,
Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
3. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In Media
5. Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta: CV Trans Info Media
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Konferensi Keperawatan
A. DEFINISI
Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan
pada pasien.
Conference di bagi menjadi 2 macam :
1. Pre Conference
2. Post Conference
B. TUJUAN
Secara umum tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
116
kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi
bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997).
C. KONTRAINDIKASI
-
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pre conference dilakukan sebelum pemberian asuhankeperawatan, dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 sampai 15 menit.
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan dan data data yang diperlukan.
4. Yang terlibat dalam pre dan post conference adalah kepala ruang, perawat primer
atau ketua tim dan perawat pelaksana.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan Pre dan post Conference
2. Catatan medis pasien
3. SOP Pre dan post Conference
F. PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pre Conference
No Tindakan Ya Tidak
1. Persiapan
a. Ruangan
b. Staff
2. Tatalaksana
a. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
b. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
a. Rencana tiap asuhan (rencana harian)
b. Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
c. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
d. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh
dinas malam
e. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
1) Keluhan pasien
2) TTV dan kesadaran pasien
117
3) Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
4) Masalah keperawatan
5) Rencana keperawatan hari ini
6) Perubahan keadaan terapi medis
7) Rencana medis
f. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan pasien
yang meliputi :
1) Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan
pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
a) Ketepatan pemberian infuse
b) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
c) Ketepatan pemberian obat / injeksi
d) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
e) Ketepatan dokumentasi
g. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
h. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
i. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang
tidak dapat diselesaikan.
5. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Post Conference
a. Nama Jabatan :
b. Unit Organisasi :
c. Ringkasan Tugas :
119
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Timbang Terima
A. DEFINISI
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain yaitu handover, overhand, report
nursing, operan, dan serah terima. Timbang terima merupakan suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan
pergantian shift dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengkomunikasikan informasi
tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya (Triwibowo, 2013)
B. TUJUAN
Menurut Australian Healthcare Hospital Association 2009 tujuan National
Clinical Initative Handover adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan (Triwibowo,
2013).
Tujuan umum dilakukan timbang terima adalah mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan informasi yang penting. Tujuan khususnya adalah :
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b. Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada
pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2011)
Timbang terima memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereabilisasi komunikasi
tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan
dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja (Putra, 2017).
C. KONTRAINDIKASI
-
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
120
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasein
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station
(Nursalam, 2011)
E. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan timbang terima
2. Catatan medis pasien
3. SOPtimbang terima
F. PROSEDUR
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaa
n
Persiapa 1. Timbang terima dilakukan 5 menit Nurse PP dan PA
n setiap pergantian shift station
2. Prinsip timbang terima,
terutama pada semua pasien
baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima
khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang
belum/ dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. Perawat Pelaksana (PP)
menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya
mengenai halyang perlu
disampaikan dalam timbang
terima :
1. jumlah pasien
2. Identitas klien dan diagnosa
medis
3. Data (keluhan/ subjektif dan
objektif
4. Masalah keperawatan yang
121
masih muncul
5. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
6. Intervensi kolaborasi dan
dependen
Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang,
dan lain-lain)
Pelaksan 1. Kedua kelompok dinas siap 20 Nurse Karu, PP
aan (shift jaga) menit Station dan PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
5. Kepala ruangan atau PP
menanyakan kebutuhan dasar
pasien
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat
7. Perawat yang melaksanakan
timbang terima mengikuti
secara penuh terhadap
masalah keperawatan,
kebutuhan dan tindakan yang
telah/ belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya Ruang
122
selama masa perawatan Perawata
8. Hal-hal yang sifatnya khusus n
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya
9. Lama timbang terima untuk
tiap pasien tidak lebih dari
lima menit kecuali pada
kondisi khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya
Post 1. Diskusi 5 menit Nurse Karu, PP,
Operan 2. Pelaporan untuk timbang Station PA
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang
jaga saat itu dan PP yang
jaga berikutnya diketahui
oleh Kepala Ruang
3. Ditutup oleh Karu
G. JADWAL
Terlampir
H. REFRENSI
123
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Refleksi Diskusi Kasus
A. DEFINISI
Suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat dan bidan yang mengacu kepada
pemahaman terhadap standar.
B. TUJUAN :
1. Untuk mengembangkan profesionalisme perawat
2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat
3. Membangkitkan motivasi untuk belajar.
C. KONTRAINDIKASI :
1. Keluarga tidak bersedia
2. Pasien tidak bersedia
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Informed concent pasien dan keluarga
2. Melakuan reflesi diskusi kasus berdasarkan evidance based yang mendukung
pencapaian tujuan dan manfaat
3. Kasus yang diambil Merupakan pengalaman tenaga keperawatan
E. ALAT DAN BAHAN
1. Dokumentasi asuhan keperawatan
2. Resume informasi kausus yang dibuat berdasarkan analisis
3. Standar asuhan keperawatan sesuai kasus
4. SPO sesuai kasus
5. Hasil audit keperawatan
6. Tools/refleksi
F. PROSEDUR
1. Mencari kasus yang akan dilakukan RDK
2. Informed concent pada pasien dan keluarga
3. Menyusun resume/sinposis kasus
4. Kepala ruang memimpin kegiatan diskusi
5. Manajer kasus bertindak sebagai nara sumber dalam diskusi
6. Membuat rencana tindak lanjut
G. JADWAL
Terlampir
H. REFRENSI
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
3. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In Media
124
5. Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta: CV Trans Info Media
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Aplikasi nilai-nilai profesional dalam
Praktik keperawatan
DESKRIPSI MODUL
Modul ini membahas tentang nilai–nilai professional praktik keperawatan dalam
upaya meningkatkan citra diri pribadi, meliputi: prinsip dan nilai etik serta aspek
125
legal keperawatan, caring, holistic care yang dapat diaplikasikan dalam upaya
peningkatan mutu asuhan dan praktik keperawatan professional.
KOMPETENSI
Mampu menerapkan prinsip etika dan legal dalam praktik keperawatan
Mampu bertanggung jawab dan bertanggunggugat gugat terhadap keputusan
dan tindakan praktik keperawatan profesional
Mampu menerapkan dan menyelesaikan masalah etika keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan secara holistik.
TUJUAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah menyelesaikan pelatihan pada modul ini peserta dapat mengaplikasikan
prinsip dan nilai-nilai etik profesional dalam praktik keperawatan.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta mampu:
IX. LAMPIRAN
Lembar Bacaan
Penugasan
127
KONSEP PRINSIP DAN NILAI ETIKA KEPERAWATAN
BERDASARKAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Dalam materi konsep keperawatan akan dibahas secara singkat beberapa pengertian
keperawatan sebagai penyataan yang telah disepakati oleh para pakar keperawatan di
Indonesia (2007) tentang: pengertian keperawatan, pengertian praktik keperawatan,
pengertian asuhan keperawatan dan pengertian nilai-nilai keperawatan.
Konsep nilai keperawatan dibahas berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia yang
mengacu pada Internasional Council of Nursing (ICN). Pembahahasan akan
difokuskan pada pengertian etik keperawatan, prinsip-prinsip etik, menganalisa
masalah yang berkaitan dengan etika keperawatan.
Kode Etik Profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
praktek dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan klien, keluarga,
masyarakat dan teman sejawat, profesi, serta diri sendiri.
A PENGERTIAN KEPERAWATAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensip, ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
128
Pendekatan proses keperawatan yang dinamis meliputi; pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif ditujukan untuk
mengenal masalah dan penyebab masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Ketepatan mengenal masalah dan penyebabnya akan mendasari penyusunan
rencana untuk penanggulangan agar efektif dan efisien. Rencana tindakan
keperawatan disusun berdasarkan kebutuhan klien. Pelaksanaan praktik
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama
antara klien dan keluarganya dengan perawat pelaksana. Pelaksanaan praktik
keperawatan dilakukan oleh perawat dengan tingkat kewenangan dan perpedoman
pada kode etik keperawatan.
Proses dan hasil asuhan keperawatan harus di evaluasi dan di monitor secara terus
menerus serta berkesinambungan, kemudian diadakan perbaikan dan modifikasi
sesuai dengan hasil evaluasi dan monitoring serta tujuan yang telah ditetapkan
bersama klien. Tujuan yang telah ditetapkan berupa hilangnya gejala, menurunnya
resiko, terhindar dari komplikasi, meningkatnya pengetahuan dan atau
keterampilan kesehatan serta meninggalnya klien dengan damai dan bermartabat.
Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau menghargai
pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien
seperti hak untuk pencegahan bahaya dan mendapatkan penjelasan secara
benar.
129
Perawat adalah tenaga yang mempunyai kontak paling lama dengan pasien,
dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan dengan cara yang relevan, tepat,
empati dan mudah dimengerti
Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memasak dan
bertindak secara rasional. Dalam membuat keputusan individu akan
menggunakan konsep diri dalam menentukan, atau mempertanggung jawabkan
dirinya sendiri. Dalam praktek keperawatan otonomi direfleksikan pada saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil, apakah lebih
baik, menopang dan memperpanjang hidup dalam menghadapi semua
ketidakmampuan atau lebih baik memperbolehkan seseorang untuk meninggal
atau mengakhiri penderitaannya.
Konfidensialitas /Kerahasiaan
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi
tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima
bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan kepada pihak lain secara tidak tepat.
6. Keadilan /Justice
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang.
Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah. Azas ini
bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi dan
130
pelayanan/perlakuan antar individu pasien/klien, berarti setiap orang harus
mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
7. Kesetiaan
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja,
pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat konflik diantara berbagai
tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada.
2. Pilihan
Perawat mendukung dan menghargai otonomi klien serta membantunya
mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan serta mendapatkan informasi
pelayanan yang tepat.
3. Martabat
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan kehormatan diri
manusia. Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab terhadap
kebutuhan, nilai-nilai dan pilihan klien. Perawat juga mempunyai perhatian
terhadap kelompok risiko serta mengadvokasi martabat klien dalam
penggunaan teknologi di tatanan pelayanan kesehatan. Perawat mengobservasi
kondisi kesehatan dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup
bermartabat sepanjang hidupnya dan selama proses kematian.
4. Akuntabilitas
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar praktik dan tanggung
jawab profesi. Perawat klinik, manajer, pendidik maupun peneliti, harus
menyadari tanggung jawab profesinya dan akuntabel dalam mengawal mutu
131
asuhan keperawatan. Walaupun tanggung jawabnya berbeda namun semua
berorientasi pada praktik keperawatan yang aman, kompeten dan berlandaskan
etik profesi.
STUDI KASUS
Dibawah ini ada beberapa kasus yang berkaitan dengan ketidakdasesuaian dari
prinsip dan nilai etik keperawatan, dapat terjadi di tatanan pelayanan kesehatan
Kasus 1
Kasus 2
Di suatu RS Cemerlang, perawat A, sedang serah terima di depan pasien dan tiba-
tiba perawat B menceritakan bahwa kemarin habis membeli baju murah dan
discountnya 75% murah banget. Perawat A menanggapi, ”discountnya sampai
kapan? Ada perhiasan nggak? Dan apalagi?” Dan pasien terus menyimak
pembicaraan perawat tersebut. Perawat A, kembali ke ruang jaga perawat dan
bertanya kepada perawat C, bapak Z yang akan di Chest X Ray yang mana ya?
Perawat C menjawab, ”Itu Bapak di bed 3 yang botak dan cerewet itu.”
Saat pulang Perawat D menceritakan pasien di depan lift bahwa pasien yang
dirawatnya cerewet, punya istri lebih dari satu dst. Sehingga orang
disekitarnyapun mendengar tentang pasien tersebut.
Kasus 3
132
KONSEP ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
a. INFORMED CONCENT
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian ijin atas dasar
pengertian terhadap prosedur tertentu dalam tatanan pelayanan kesehatan (Aikin,
2004). informed concent dapat diartikan sebagai persetujuan prosedur tindakan
medik dan atau invasif yang bertujuan untuk melindungi tenaga medik jika terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan akibat dari tindakan tersebut. Selain itu dapat
melindungi pasien terhadap intervensi/tindakan yang akan dilakukan
Tindakan medik adalah tindakan yang bersifat diagnostik-teuraputik yang
dilakukan terhadap pasien. Tindakan invasif adalah tindakan medik langsung yang
dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh
2. Dokter
Berperan sebagai pemberi penjelasan/informasi jika berhalangaan dapat
diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengatahuannya
b. HAK PASIEN
Beberapa hak pasien secara umum adalah: mempunyai hak untuk dinformasikan
(to be informed) , mempunyai hak untuk didengarkan (to be heard), mempunyai
133
hak untuk memilih (to be choice) dan mempunyai hak untuk diselamatkan (to be
safety).
Dalam tatanan pelayanan kesehatan hak pasien berdasarkan Undang-Undang
Rumah Sakit No. 44 /2009, pasal 32 antara lain;
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yag berlaku di RS
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi adil jujur dan tanpa diskriminasi.
4. Pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
5. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Meminta konsultasi Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar procedure operasional.
7. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
8. Mengajukan tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai surat izin praktik.(SIP) baik didalam maupun diluar RS.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita, termasuk data-
data medisnya.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tatacara tindakan, resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta prakiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau pepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
16. Menolak pelaynanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
atau secara pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
peyananan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
134
Tn Z, 65 tahun, dirawat di RS Indah dengan diagnosa medis stroke non
hemoragik, dirawat sudah lebih dari satu bulan dengan berbagai terapi dan
terpasang beberapa alat bantu seperti ventilator, syringe pump dengan obat titrasi
intravena, dll. Namun tidak ada kemajuan dan diduga harapan hidupnya sudah
tidak ada, mungkin Brain Death? Keluarga meminta apabila terjadi sesuatu tidak
perlu dilakukan tindakan apapun. Dalam instruksi dokter ditulis DNR.
Kasus 2
Ny A, 35 tahun, dirawat di RS Sabar Hati dengan diagnosa medis fracture femur
dextra/ Patah tulang paha kanan, dengan perdarahan hebat. Hb: 7
gr%. Rencana dilakukan transfusi darah 500 cc. Sementara ada pasien Ny. A, 36
thn yang dirawat di rumah sakit tersebut yang mendapat tranfusi darah juga.
Perawat A, dengan terburu-buru langsung meminta darah ke bank darah RS tanpa
memberikan identifikasi yang lengkap seperti No. Med Rec, dll hanya
menyebutkan nama pasien saja. Darah lansung diberikan karena setelah di darah
cek namanya sesuai dengan nama pasien. Namun setelah 50 cc darah tersebut
masuk, pasien mengalami reaksi anafilaktik.
Kasus 3
Seorang perawat pelaksana di ruang rawat Anak, memberikan cairan tanpa
memperhatikan kebutuhan cairan pada anak. Dalam catatan terapi medik
dituliskan kebutuhan cairan via intra vena 1200 cc/ 24 jam, tetapi dalam
pelaksanaannya anak tersebut mendapatkan cairan 2000cc/ 24 jam. Dari data
catatan perawatan ditemukan catatan pemberian cairan hanya ditulis jumlah cairan
masuk selama 24 jam, tetapi tidak terdapat catatan secara rinci seperti jumlah,
waktu, jenis cairan dan cairan keluar.
135
CARING DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat merupakan kelompok profesi yang paling depan dan terdekat dengan
penderitaan orang lain, kesakitan, dan kesengsaraan yang dialami masyarakat.
Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang menggunakan ungkapan
caring yang konsisten , sering dan terus menerus.
Praktik caring dalam keperawatan menunjukan bahwa perawat bekerja dengan hati
dan jiwa, tanpa caring keperawatan hanya kumpulan keterampilan tinggi yang hanya
mengenal fisik tanpa Jiwa. Menurut para pakar keperawatan, apabila caring
ditempatkan sebagai titik pusat praktik keperawatan, maka profesi keperawatan akan
memperoleh pengakuan yang lebih tinggi dari klien
I. PENGERTIAN
"Theory of Human Care" (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien
untuk sembuh.
Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring
juga sebagai suatu "affect" yang digambarkan sebagai suatu emosi atau perasaan
kasihan. atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Caring juga sebagai suatu
therapeutic intervention. Dalam hal ini kondisi-kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan caring perlu dijelaskan seperti mendengarkan dengan
aktif, mendidik pasien, menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien
dan kemampuan teknik mengenai prosedur atau intervensi keperawatan.
136
2. Competence (kemampuan)
Competence (kemampuan), memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap
profesi.
137
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan dalam
rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi fenomenologikal dan spiritual,
cara penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh & ilmiah melalui
pemikiran masyarakat modern
STUDI KASUS
Kasus 1
Tn. A, 56 tahun dipindahkan dari ICU ke ruang kelas tiga. Saat ini kondisi klien
cukup tenang, sekitar jam 22.00 WIB istri klien datang dengan membawa
seperangkat peralatan tidur. Perawat jaga malam menegur dengan nada tinggi,
”Apakah ibu tidak tahu peraturan Rumah Sakit?” Siapa yang mengijinkan ibu
masuk ? Pasiennya marah pada perawat jaga dengan ungkapan kasar, ”Suster
tidak punya perasaan” dan menyebabkan perawat semakin marah serta
memanggil keamanan untuk mengusir istri pasien untuk segera membawa
peralatan tidurnya keluar dari ruang perawatan.
Kasus 2
Ny. MM, 60 tahun, masuk ke Rumah Sakit karena keluhan kelumpuhan pada sisi
kanan tubuh. Selama ini pasien tinggal sendirian di rumahnya, sementara anak-
anaknya tinggal di luar kota. Setiap satu jam pasien memanggil perawat dengan
menggunakan bel. Perawat TT saat dinas malam mendapat panggilan merasa
kesal dan marah serta mematikan bel, dan mengatakan seharusnya ibu saatnya
tidur dengan nada tinggi. Saat serah terima jaga pagi hari, pasien melaporkan
bahwa bahwa perawat TT tidak mau membantunya saat ingin BAK dan minum
serta marah-marah.
138
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HOLISTIK
(HOLISTIC CARE)
A. PENGERTIAN
Perawatan holistik merupakan asuhan keperawatan komperhensif didasarkan pada
perawatan pasien secara total dan mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi,
sosial, ekonomi dan spiritual seseorang (Anderson dan Glaze, 1994).
139
4. Holistic communication, therapeutic environment and cultural
competency
Menekankan pada kebutuhan perawat untuk bekerja sama dengan klien untuk
menentukan tujuan bagi kesehatan penyembuhan
140
Kasus 1:
An.K, 5 tahun dirawat sudah 6 hari perawatan dengan diagnosa Tetralogy of
Fallot/sakit jantung bawaan cyanotic. Rencana akan dilakukan tindakan
pembedahan jantung, dan saat ini sedang dilakukan persiapan operasi. Anak
terlihat sangat cemas dan rewel, menolak semua prosedur yang akan dilakukan,
tidak mau ditinggal oleh orang tuanya terutama dengan ibunya, sehingga perawat
merasa kesulitan untuk melakukan pendekatan karena saat akan didekati anak
sudah meronta menunjukan ketakutannya.
Kasus 2 :
Tn R. 42 th pasca tindakan pembedahan Laparatomi hari perawatan ke-20 di unit
perawatan intensif care, saat ini pasien mengalami masalah penurunan fungsi
ginjal sehingga memerlukan terapi Hemodialisa. Keluarga bingung, stress
sehubungan dengan apakah terapi yang akan dilakukan membuat keadaan pasien
menjadi lebih baik? Disamping itu kelurga pasien menghadapi dilema dalam
finansial sedangkan untuk terapi tersebut kemngkinannya tidak hanya sekali.
141
SOSIALISASI PROFESIONAL
1. PENGERTIAN
Sosialisasi profesional adalah proses internalisasi nilai-nilai keyakinan,
menerima pengetahuan, keterampilan, sikap, keyakinan, norma-norma, budaya,
dan standar etik dalam keperawatan serta membuat hal ini sebagai bagian dari
“self image” dan perilaku yang dimiliki dirinya
142
Tahap III : Dependency/mutuality, mahasiswa lebih rasional dan
mengevaluasi ide orang lain. Mereka mengembangkan proses penilian yang
realistik dan belajar menguji konsep-konsep, fakta ide-ide dan model
objektif, Mahasiswa pada tahap ini lebih jujur, adil dan netral serta
menerima beberapa ide-ide dan menolak yang lain.
Tahap V : Vacillation, Keinginan berpegang teguh pada image dan ide lama
tentang keperawatan, ketika mengenal ide baru berdasarkan kenyataan,
image lama muncul dan konflik dengan image profesional baru. Lulusan
baru merasa bersalah ketika mereka tidak mampu memberikan asuhan
143
keperawatan pada pasien secara intens karena banyaknya pasien, bebabn
kerja dan keterbatasan waktu.
Kramer (1974) menyatakan bahwa perasaan tidak berdaya dan tidak efektif
dialami oleh lulusan baru yang mengalami syok realitas di tempat kerja. Hal ini
akan menurunkan kemampuan individu untuk koping secara efektif dengan
peran baru. Sangat disayangkan beberapa perawat baru gagal pada tahap ini
sebelum mereka lanjut pada tahap berikutnya untuk menyelesaikan syok
realitas.
144
1. Mengatasi syok realita di tempat kerja dengan tahapan:
Menguasai keterampilan profesional dari pelajaran di tatanan nyata
realitas
Integrasi sosial
Penghayatan moral, tidak semua tugas dan kemauan dapat dilaksanakan,
karena sudah komitmen dengan tempat kerja. Hubungan perawat dengan
profesi dan pasien menyebabkan konflik, frustasi dan mengakibatkan
marah. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu dibahas dalam rapat.
Penyelesaian konflik dilakukan dengan cara; o
Mengubah perilaku,
o Mempertahankan nilai-nilai,
o Meninggalkan nilai-nilai profesional,
o Menerima nilai-nilai birokrasi/berorientasi pada tugas-tugas/hanya
untuk mencoba bertahan dalam sistem,
o Bekerja mengikuti arus saja untuk bertahan dan menjadi perawat
“bicultural”.
Rumah sakit menyediakan program precetorship dalam rangka
mempersiapkan perawat profesional.
145
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. PENDAHULUAN
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan
kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antara
profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data
untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
asuhan keperawatan, dan sarana untuk pemantauan asuhan keperawatan.
146
Sebagai cataan tetap untuk dokumentasi yang sah dan untuk tujuan finansial.
Pencatatan ini membantu dalam tindakan hukum dan untuk
147
meyakinkan bahwa tindakan, obat, terapi telah diberikan dan dihubungkan
dengan pembayaran.
Menjamin kelanjutan perawatan di masa mendatang sehingga klien
mendapatkan pelayanan yang tepat.
ISI (Content)
a. Mengandung nilai administrasi, menyangkut masalah kebijaksanaan,
tindakan atau tanggung jawab yang dilakukan oleh yang berwenang.
b. Mengandung nilai hukum : Bila isinya menyangkut masalah jaminan
adanya kepastian hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakan keadilan bagi klien, anggota tim kesehatan dan bagi rumah
sakit.
c. Mengandung nilai keuangan : bila isinya menyangkut urutan masalah
kegiatan pelayanan kesehatan sehingga pelayanan yang telah diberikan
dapat dikalkulasi dalam bentuk uang. Di samping itu dokumentasi tersebut
juga dapat digunakan sebagai sumber perencanaan keuangan rumah sakit
bagi masa mendatang.
d. Mengandung nilai penelitian, bila isinya mengandung data/bahan yang
dapat digunakan sebagai objek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
e. Mengandung nilai edukasi, bila isinya mengandung data/bahan tentang
perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan pada klien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan
referensi pengajaran di bidang profesi pemakai.
f. Mengandung nilai dokumentasi : karena isinya menjadi sumber ingatan
yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
g. Mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
TEKNIK PENCATATAN
a. Ditulis dengan tinta, dapat dibaca dengan jelas, bila terjadi kesalahan
jangan di hapus tetapi coret, tulis perbaikan di atasnya serta beri tanda
tangan yang merevisi
b. Menulis nama klien dan tanggal pada setiap lembaran catatan perawatan
c. Tulis catatan segera setelah melakukan tindakan
d. Tulis dengan tepat bagaimana, bilamana & dimana aktivitas dilakukan
dan respon klien
e. Selalu memberi tanda tangan dan nama setelah menyelesaikan suatu
kegiatan
f. Membedakan observasi dan interpretasi
g. Jangan meninggalkan kolom kosong, beri tanda jika tidak ada yang
perlu ditulis
h. Pergunakan istilah/simbol yang telah disepakati:Hindari kata-kata
yang tidak dapat ditukar seperti : normal, baik, jelek negatif, karena
setiap pembaca akan memberi nilai yang berbeda
i. Gunakan perkataan klien sendiri untuk menjelaskan apa yang
dimaksud
3. METODE PENULISAN
Metode dokumentasi keperawatan bervariasi, tergantung pada kebijaksanaan
masing-masing institusi pelayanan kesehatan.
Adapun jenis metode dokumentasi adalah :
a. Berorientasi pada sumber, dimana masing-masing profesi kesehatan
menuliskan catatan perkembangan klien pada format yang sama sehingga
148
perkembangan kondisi kesehatan klien dapat terlihat secara
berkesinambungan
b. Berorientasi pada masalah
c. Setiap profesi kesehatan yang tergabung dalam tim kesehatan menuliskan
catatan klien di lembar format yang sama sehingga perkembangan kondisi
kesehatan klien dapat terlihat secara berkesinambungan
d. Berorientasi pada masalah, intervensi dan evaluasi
e. Pencatatan data fokus
f. Informasi yang ditulis berdasarkan data dari respon klien terhadap
perubahan tingkah laku maupun kondisi kesehatan klien selama dirawat
g. Pencatatan model manajemen kasus
h. Pencatatan dengan cara komputerisasi
4. TAHAP PENDOKUMENTASIAN
1. Format Pengkajian
Format pengkajian keperawatan berisi pengkajian awal perawat terhadap klien
yang baru masuk ruangan. Dibuat berdasarkan wawancara langsung dengan
klien dan keluarga. Serta pemeriksaan fisik head to toe. Pengkajian dilakukan
oleh perawat yang menerima klien pada saat masuk ke ruangan dan
dikonfirmasikan kepada perawat primer atau ketua tim sebagai
penanggungjawab.
a. Standar Rencana Keperawatan
Setelah dibuat pengkajian, perawat atau ketua tim bertanggungjawab untuk
membuat rencana keperawatan berdasarkan analisa data. Rencana
keperawatan dibuat mengacu pada standar rencana keperawatan
b. Format Tindakan Keperawatan
Format tindakan keperawatan menggambarkan rangkaian tindakan
keperawatan.
Format tersebut memungkinkan perawat untuk mencatat semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Jenis-jenis tindakan keperawatan mandiri
dan tindakan keperawatan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain
c. Format Evaluasi (Catatan Perkembangan)
Catatan perkembangan klien SOAP atau SOAPIER meliputi :
S = Subyektif : keluhan-keluhan klien atau apa yang dikatakan klien
O = Obyektif : apa yang diamati, diauskultasi, dipalpasi, dan diukur
A = Analisa : kesimpulan perawat tentang kondisi klien
R = Plan of Care / rencana tindakan
I = Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada
E = Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R = Revisi
d. KARDEKS OBAT
Format ini berisi informasi tentang obat-obatan yang diberikan pada klien, diet
makanan, macam-macam pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
e. RESUME KLIEN
Resume klien adalah dokumentasi keperawatan yang menggambarkan keadaan
klien saat keluar dari ruang rawat (pulang, pindah ke ruang rawat lain, dan
meninggal).
149
f. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGHAMBAT
PENDOKUMENTASIAN
Kurangnya pemahaman tentang dasar-dasar dokumentasi keperawatan
Kurangnya kesadaran tentang pentingnya dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dianggap sebagai kualitas maupun kuantitas
Keterbatasan tenaga baik dari segi kualitas maupun kuantitas
Format yang tersedia kurang memadai
KESIMPULAN
Peran perawat dalam dokumentasi keperawatan sangat penting, dan untuk
melakukan dokumentasi dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang
keperawatan dan ilmu lain yang terkait sehingga dapat mendokumentasikan
dengan tepat.
Dokumentasi keperawatan yang tepat dan lengkap merupakan standar pemberian
asuhan keperawatan yang profesional serta menjamin asuhan keperawatan yang
berkualitas dan berkesinambungan. Indikator keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan akan tergambar dalam dokumentasi keperawatan. Untuk
mewujudkan hal tersebut di atas, juga dibutuhkan kerjasama yang baik di antara
perawat.
150
MANAJEMEN DAN PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI UNIT RUANG RAWAT
RUMAH SAKIT
DESKRIPSI MODUL
Modul II ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Modul pertama yaitu manajemen
pelayanan keperawatan yang menguraikan tentang fungsi-fungsi manajemen
dalam asuhan keperawatan, supervisi klinik, audit keperawatan serta
manajemen unit ruang rawat. Modul kedua menguraikan tentang pengelolaan
asuhan keperawatan di unit ruang rawat mencakup: sistem klasifikasi pasien,
kebutuhan perawat dan sistem penjadwalan, metode pemberian asuhan
keperawatan, kebutuhan sarana-prasarana serta keterampilan spesifik dalam
pemberian asuhan keperawatan.
Modul ini bermanfaat dalam memberikan kompetensi bagi perawat manajer
unit ruang rawat tentang pengelolaan sumber-sumber untuk terlaksananya
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien.
KOMPETENSI
← Mengaplikasikan konsep manajemen dalam pelayanan dan asuhan
keperawatan.
← Melakukan supervisi dalam mengarahkan asuhan keperawatan
Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum:
Mampu mengelola dan memberikan asuhan keperawatan pada unit ruang rawat
151
Mengaplikasikan cara-cara melakukan advokasi pada berbagai situasi
yang dihadapi dilingkungan kerja masing-masing.
VIII. REFERENSI
IX. LAMPIRAN
Lembar Bacaan
Penugasan berupa kasus-kasus
152
PERAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN DALAM PELAYANAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGANTAR
Manajemen adalah merupakan proses kerjasama melalui orang lain untuk mencapai
tujuan. Manajemen keperawatan adalah proses kerjasama melalui personel perawat
untuk menyediakan asuhan, terapi dan kenyamanan bagi sekelompok pasen. Tugas
perawat manajer mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan terhadap ketersediaan financial, material dan sumber daya manusia
sehingga asuhan sekelompok pasen menjadi efektif dan efisien. Proses manajemen
keperawatan secara parallel memfasilitasi terlaksananya asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan. Bagaimana gambaran tentang manajemen unit ruang
rawat akan diuraikan berikut ini, mencakup: fungsi manajemen mendukung proses
keperawatan, manajemen unit ruang rawat, peran pemimpin dan manajer, serta tugas
manajer di unit ruang rawat.
153
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang melakukan penilaian, monitoring
terhadap pengelolaan pelayanan/asuhan keperawatan. Fungsi ini mencakup
pengendalian dan peningkatan mutu, audit pasen, penilaian penampilan kinerja,
disiplin juga termasuk sistem informasi .
Seluruh fungsi manajemen keperawatan ini saling berhubungan dan memiliki sistem
umpan balik dan merupakan proses yang komplek. Agar seluruh fungsi ini dapat
optimal dilaksanakan maka perawat manajer harus memiliki inteligensia, percaya diri,
diplomasi, fleksibel dan imaginatif . Persyaratan ini diperoleh melalui pelatihan
spesifik tentang kepemimpinan dan manajemen. Tidak kalah penting, perawat
manajer memerlukan dukungan staf perawat untuk memahami proses manajemen.
Tahap proses
No Fungsi manajemen Aktifitas manajer
keperawatan
1. Pengkajiaian Pengumpulan data 1.Formulir
2.Juknis/juklak
3.Supervisi Kelengkapan
& ketepatan
Catatan:
155
G Bagaimana kekuatan dan strategi tersebut mempengaruhi perawat di unit
ruang rawat?
Bagaimana ukuran unit ruang rawat dan tatanannya, maka manajer unit
harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
a. Dimana lokasi ruang jaga perawat (“nurse station“) ?
b. Apakah lokasi ruang jaga perawat ada ditengah ruang rawat ?
c. Dimana area pasen terhadap ruang jaga perawat?
d. Bagaimana rute / jalan / arus lalu lintas, apakah melalui ruang jaga
perawat?
e. Bagaimana bentuk unit, T atau oval ?
f. Apakah unit yang ada saat ini sudah memenuhi persyaratan?
g. Berapa besar kapasitas ruangan? 25, 30, atau 40 tempat tidur ?
h. Bagaimana kondisi sirkulasi, pencahayaan dan penerangan ?
i. Apakah terdapat ruang untuk diskusi ?
j. Apakah fungsi-fungsi ruangan sesuai kondisi dan kebutuhan pasen ?
156
Manajemen ruang rawat mencakup komponen ketenagaan yaitu : manajer
unit dan perawat pelaksana, metode/ sistem pemberian asuhan keperawatan,
fasilitas & sarana, proses keperawatan sebagai metode asuhan keperawatan,
serta keterampilan manajemen dalam pemberian asuhan keperawatan di unit
ruang rawat.
Manajer unit dalam mengelola staf, material dan sistem bertanggung gugat
untuk :
a. Menyediakan sumber tenaga yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan di unit.
b. Menyediakan material melalui manajemen pembiayaan untuk
meyakinkan apakah kelengkapan alat-alat tersedia dan dapat digunakan.
c. Mengelola sistem (pola tenaga, jumlah tenaga, pencapaian tujuan dan
sasaran unit, hubungan dengan unit lain) untuk menghasilkan alur kerja
yang kondusif dan produktif.
d. Mendukung ” shared governance models ”
Fungsi-Fungsi Manajemen:
a. Merencanakan kegiatan untuk pencapaian tujuan unit ruang rawat
b. Membuat perubahan dalam merancang kegiatan kerja sehingga sistem
organisasi di unit secara total difasilitasi
c. Mengorganisir aktivitas kerja untuk pencapaian tujuan unit ruang
rawat.
d. Mengorganisir kerja dengan memfasilitasi komunikasi.
e. Mengorganisir kerja sehingga pembiayaan sedapat mungkin efektif.
f. Mengkoordinir Aktifitas kelompok dalam hal memfasilitasi koordinasi
di dalam dan diantara unit
g. Mempergunakan sistem pemberian asuhan keperawatan dengan
memaksimalkan sumber-sumber, orang, material dan waktu
Peran Kepemimpinan :
a. Evaluasi secara periodik efektifitas dari struktur organisasi pada unit
ruang rawat dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.
b. Menentukan sumber-sumber adekuat sebelum membuat perubahan
dalam pengorganisasian asuhan pasen.
c. Menilai elemen manusia dalam merancang ulang kerja dan dukungan
personil selama penyesuaian perubahan.(mengevaluasi SDM
keperawatan untuk merencanakan kebutuhan tenaga dalam pemberian
asuhan keperawatan profesional)
d. Membangun kerja kelompok dengan semangat tim (kerja tim)
e. Mengkaji filosofi unit untuk meyakinkan apakah masih sesuai dengan
perubahan dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
f. Mempergunakan penelitian ilmiah untuk mendukung perubahan dalam
model SP2KP.
g. Meyakinkan apakah model pemberian asuhan keperawatan merupakan
praktik keperawatan professional.
KASUS
Apakah saudara mengelola unit ruang rawat sesuai dengan visi, misi serta sasaran
RS ? jika ya , tuliskan visi, misi dan sasaran tersebut. Jika tidak sebutkan alasannya.
Uraikan bagaimana implementasi pengelolaan unit ruang rawat yang pernah menjadi
tanggung jawab saudara.
Uraikan kendala kendala utama yang saudara hadapi selama saudara mengelola unit
ruang rawat berdasarkan fungsi 2 manajemen.
Menurut saudara komponen manajemen apa yang prioritas perlu dilakukan perubahan
sehingga asuhan keperawatan di unit rawat menjadi lebih efektif dan efisien.
Tuliskan tugas saudara sehari hari sebagai manajer unit ruang rawat atau ketua tim
asuhan pasen.
PENUTUP
158
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN
PENDAHULUAN
Penggunaan proses keperawatan mempunyai dampak bagi pasien, perawat, dan
profesi keperwatan. Klien mendapat keuntungan karena dengan menggunakan proses
keperawatan menjamin kwalitan asuhan yang diberikan kepada individu serta
melibatkan partisipasi pasien pada setiap fase proses keperwatan. Keuntungan bagi
perawat meningkatkan kepuasan kerja dan menumbuhkan sikap professional. Bagi
profesi keperawatan, penggunaan proses keperawatan mendefinisikan ruang lingkup
praktek keperawatan dan berkontribusi pada otonomi dari suatu profesi.
Secara ringkas, berikut dibawah ini akan diuraikan tahap-tahap proses keperawatan
dan bahasan yang dalam dan luas dari tiap tahap akan diuraikan dalam bab berikut.
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan tahap yang paling penting
dalam proses keperawatan. Pengkajian adalah proses sistematis dan terorganisir
dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (pasien, keluarga,catatan
medis,staf keperawatan,dan tenaga kesehatan lain) dalam rangka mengevaluasi
status kesehatan pasien.pengkajian dimulai dari kontak pertama dengan
pasien.Pengkajian data dikumpulkan melalui interviu,observasi, pemeriksaan
fisik,dan pemeriksaan penunjang.
Lima tahap proses keperawatan tidak terpisah-pisah tetapi saling tumpang tindih,
sebagai contoh: pengkajian merupakan tahap pertama proses keperawatan selalu
terdapat juga selama tahap implementasi dan evaluasi.
Setiap tahap mempengaruhi tahap yang lain, sangat berhubungan, contoh: jika data
yang dikumpulkan pada tahap pengkajian tidak adekuat maka tidak lengkap atau
tidak benar. Hal ini juga akan mempengaruhi tahap perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
160
Proses keperawatan menyediakan kerangka kerja dimana perawat-perawat
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menyatakan asuhan
manusia = human caring dan membantu klien memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kesehatannya (Wilkinson 1992, pp. 4-5).Proses keperawatan dicirikan oleh properties
unik yang mampu berespon terhadap perubahan status perubahan klien, sehingga
proses keperawatan merupakan siklus dan dinamis, bukan statis.
161
Keuntungan proses keperawatan bagi klien adalah meningkatkan kualitas
asuhan yang diterima.Tingginya tingkat partisipasi, bersama dengan evaluasi
terus menerus, yakin dengan asuhan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien yang unik.Karena proses keperawatan diorganisasi,
pendekatan sistematis, memungkinkan perawat-perawat mempergunakan
waktu dan sumber-sumber secara efisien yang menguntungkan baik pasien
atau perawat.
A. Tahap pengkajian :
Melakukan pengumpulan data.
Mengumpulkan informasi berdasarkan teori dan pola pertimbangan
yang diyakini.
Validasi data yang dikumpulkan oleh perawat/tenaga kesehatan lain.
Memastikan data fokus yang menggambarkan masalah pasien.
Mendokumentasikan dan cek hasil pengkajian pada format
pengkajian data dasar dan data fokus.
162
C. Tahap perencanaan :
1. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
2. Mempergunakan tehnik-tehnik komunikasi untuk membangun
kerjasama dalam perencanaan keperawatan
3. Menulis intervensi keperawatan.
4. Membagi tugas pada anggota tim atau perawat pelaksana sesuai
kewenangannya.
5. Mendokumentasikan rencana pada format rencana keperawatan.
D. Tahap implementasi :
E. Tahap evaluasi :
163
SUPERVISI DALAM MENGARAHKAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENDAHULUAN
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta
keseluruhan tanggung jawab seorang pemimpin. Hal ini juga berlaku dalam
manajemen keperawatan dan untuk itu dibutuhkan kemampuan manajemen dari
seorang perawat profesional atau manajer keperawatan dalam hal supervisi atau
evaluasi.
B. KONSEP DASAR
Definisi Supervisi
Tujuan Supervisi
← mengorientasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
← melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Sasaran Supervisi
pelaksanaan tugas sesuai dengan pola struktur dan hirarki sesuai dengan
rencana staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue dan
sistematis penggunaan alat yang efektif dan ekonomis sistem dan prosedur
yang tidak menyimpang pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan
objektif atau rasional tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan.
164
Prinsip – prinsip Supervisi
Supervisi dalam Keperawatan
Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi Kegiatan
direncanakan secara matang Bersifat edukatif, suportif
Memberikan perasaan aman pada staf dalam pelaksanaan perawatan
Membentuk suatu kerjasama yang demokratis antara supervisor
dengan staf dalam pelaksanaan keperawatan
Obyektif dan harus mampu melakukan self evaluation
Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan
masing-masing staf dalam pelaksanaan keperawatan
Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan
dengan kebutuhan
Meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan Prinsip Ilmiah Supervisi Keperawatan
Kegiatan supervisi dilaksanakan atasdasar data obyektif yang
diperoleh dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan
Menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data agar
memperoleh hasil yang baik ( angket, observasi, pedoman
wawancara, dll.)
Dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terus menerus
Karakteristik Supervisi
← Model Ilmiah
← Dilaksanakan secara berencana dan terus menerus Sistematis dan
menggunakan prosedur Ada data yang obyektif yang diperoleh dari
keadaan yang riil/ nyata Menggunakan rating scale, check list, pedoman
wawancara, dsb. Ada upaya perbaikan dan umpan balik hasil
← Berkaitan erat dengan penelitian
← Model Klinis
Supervisi klinik adalah satu cara untuk mensupport perawat dimana
mereka harus mempertahankan kompetensi sebagai perawat.
165
b) Bagaimana pemahaman perawat terhadap profesi perawat, peran mitra dan
profesi kesehatan lain, dan sikap profesional dalam pelayanan keperawatan
adalah merupakan masalah utama yang harus dimengerti kemudian diatasi
melalui supervisi klinik
3. Group Supervision
Group supervision adalah “Clinical Supervision” dimana group perawat
bertemu bersama. Keuntungan tipe ini adalah masukan dari sejumlah orang, pertukaran
pengalaman juga berorientasi pada konseling dan pendekatan keperawatan, menerima
support dari mereka sendiri terutama perawat baru.
4. Team of Staff Supervision
Team of staff supervision melibatkan kelompok yang bekerja sebagai tenaga
kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan mendapatkan supervisor dari luar institusi
untuk membantu meningkatkan kemampuannya.
166
Kompetensi Supervisi (Bittel, 1996)
a. Pengetahuan
Seorang manajer akan lebih sukses bila dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang
cukup.
b. Kompetensi Entrepreneurial
Kompetensi supervisor meliputi orientasi yang terdiri dari suatu keinginan untuk
mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik.
c. Kompetensi Intelektual
Bagaimana supervisor berpikir logis misalnya mencari penyebab suatu kejadian,
ketrampilan mendiagnosa serta mengaplikasikan konsep dan teori dalam situasi nyata,
d. Kemampuan Sosioemosional
Kompetensi supervisor dalam hal emosi dan sosialisasi mencakup kepercayaan diri,
mengembangkan rasa tanggung jawab dan menanamkan kedisiplinan.
e. Kemampuan Berinteraksi
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain mencakup kepercayaan diri,
pengembangan diri, mempertahankan dan mempelajari semua perilaku atau respon
terhadap kebijakan/ keputusan organisasi serta mengelola proses kelompok.
Supervisor Keperawatan
a. Kepala Ruang
Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk pasien. Merupakan
ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan dan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Pengawas Perawatan
Beberapa ruang atau unit pelayanan berada dibawah unit pelaksana funsional (UPF),
pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada areanya
yaitu bebrapa kepala ruang yang di UPF yang bersangkutan
c. Kepala Seksi
Bebrapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi (Kasie). Kepala seksi
mengawasi pengawas UPF dalam melaksanakan tugasnya secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
d. Kepala Bidang
Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara langsung dan
semua perawat tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan struktur organisasi
yang menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan
siapayang disupervisi.
167
Sistem yang mendukung penerapan Supervisi
a. Preceptorship
Preceptorship adalah dosen atau instruktur dan memiliki arti yaitu cara belajar perawat
yang dinamik sebagai interaktif proses yang tidak bisa direncanakan karena banyak hal
tidak terduga karena menekan kebutuhan individu. Preceptorship juga
mengidentifikasi pengalaman perawat dengan tanggung jawabnya pada sekelompok
klien, dimana melakukan pembelajaran seperti mengajar, instruktur, supervise dan role
model.
b. Mentorship
Mentor adalah perawat profesional yang berpengalaman memelihara dan menuntun
perawat baru untuk menjadi atau berkembang menjadi perawat profesional.
Mentoring adalah fenomena yang kompleks dan menyenangkan, natural dan sangat
berarti untuk keuntungan individu dalam membagi pengalaman dan pengetahuan
dengan teman.
Peran mentor:
1) Peran sebagai inspirasi
2) Peran sebagai investor
3) Peran sebagai supporter
Cara Supervisi
a. Langsung
Supervisor terlibat dalam kegiatan agarpengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah. Agar efektif yaitu:
Pengarahan harus lengkap
Mudah dipahami
Menggunakan kata-kata yang tepat
Berbicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis
Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
Pastikan bahwa araha anda dipahami
Yakinlah bahwa arahan anda dilaksanakan/ perlu tindak lanjut
b. Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta dan dapat dilakukan secara tertulis
Kegiatan Rutin Supervisor (Bettel, 1997)
a. Sebelum pertukaran shif (15-30 menit)
1) Mengecek kecukupan fasilitas/ sarana/ peralatan hari itu
2) Mengecek jadwal kerja
b. Pada waktu mulai shif (15-30 menit)
1) Mengecek personil yang ada
2) Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaannya.
3) Mengatur pekerjaannya
4) Mengidentifikasi kendala yang muncul, dan
5) Mencari jalan agar pekerjaan dapat diselesaikan
c. Sepanjang Hari (6-7 jam)
1) Mengecek pekerjaan personil
2) Mengarahkan sesuai kebutuhan
3) Mengecek kemajuan pekerjaan personil
4) Mengecek pekerjaan rumah tangga
5) Menciptakan kenyamanan kerja khususnya personil baru
6) Berjaga-jaga ditempat apabila ada pertanyaan atau permintaan
bantuan
168
7) Mengatur istirahat jam personil
8) Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul saat itu serta
solusinya
9) Mengecek kecukupan alat/ sarana/ fasilitas sesuai kondisi
operasional
10) Mencatat fasilitas/ sarana yang rusak kemudian melaorkannya
11) Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
d. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
1) Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinyu untuk
15 menit
2) Melihat dengan seksama hal-hal yang terjadi misal: keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
e. Sebelum pulang kerumah(15 menit)
1) Membuat daftar masalah yang belum diselesaikan
2) Berusaha menyelesaikan persoalan tersebut besok harinya
3) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dan hasilnya
4) Lengkapi laporan harian sebelum pulang
5) Membuat daftar pekerjaan untuk besok
6) Membawa pulang dan mempelajarinya dirumah sebelum pergi
bekerja
IV. PENUTUP
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan
tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisor perlu membuat rencana supervisi dengan dilengkapi standar
acuanagar dapat dianalisa untuk tindak lanjut perbaikan atau pemeliharaan
169
perilaku dari staf keperawatan. Supervisor diharapkan mempunyai hubungan
interpersonal yang memuaskan dengan staf agar
170
tujuan supervisi dapat tercapai guna meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan
perawat yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
10. Isilah aspek positif atau negatif dari perawat yang bersangkutan selama proses
supervisi
11. Supervisor memberi kesempatan pada perawat yang bersangkutan
untuk mengajukankomplain atau alasannya atas hasil penilaiansupervisor
12. Supervisor memberikan kesempatan pengarahan langsung bagi perawat yang
bersangkutan dan merencanakan tindak lanjut atas supervisi tersebut
13. Apabila hasil supervisi sudah disetujui olehkedua belah pihak maka keduanya
wajib menandatangani hasil tersebut
14. Format supervisi ini kemudian dilanjutkan atau diketahui oleh atasan
supervisor untuk dikoreksi dan ditandatangani
171
INSTRUMEN SUPERVISI
ASUHAN KEPERAWATAN LANGSUNG
RS BHAKTI YUDHA
172
AUDIT KEPERAWATAN
I. PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dalam tatanan pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan
diberikan sesuai dengan dasar-dasar ilmu yang menunjang dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien namun dalam penerapannya masih banyak
kendala – kendala serta hambatan yang dapat mempengaruhi standar keperawatan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit perlu
mengevaluasi kelayakan terhadap asuhan yang diberikan kepada pasien yaitu
dengan audit keperawatan apakah telah sesuai dengan standar dan kriteria asuhan
keperawatan.
b. Bagi Supervisi
1. Mengidentifikasi area keperawatan yang diperlukan
2. Memberikan landasan rencana Diklat
3. Mengidentifikasi kebutuhan ilmu pengetahuan
173
c. Bagi Kepala Ruangan dan Perawat pelaksana
1. Sebagai Evaluasi dan introspeksi berkenaan dengan asuhan
keperawatan yang diberikan
2. Identifikasi jenis asuhan keperawatan yang diberikan
3. Identifikasi kebutuhan sebagai dasar untuk imlu pengetahuan di bidang
kesehatan
b. Audit Proses
1. Merupakanpenilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah sudah
sesuia dengan standar
2. Proses audit menggunakan pendekata retrospektif dengan cara mengukur
kualitas asuhan keperawatan
c. Audit Hasil
Audit hasil dapat dilakukan secara concurrent atau restrospektif yang
berdasar pada konsep 14 pola palayanan . Sehingga asuhan Keperawatan
akan memberikan dampak terhadap :
1. Kebutuhan pasien terpenuhi
2. Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
3. Pasien memiliki ketrampilan dan kemampuan
4. Pasien memiliki motivasi.
174
INSTRUMEN EVALUASI
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.Data demografi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien
2. Masalah psikososial yang berhubungan dengan penyakitnya
3. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan asuhan keperawatan
175
IDENTIFIKASI SISTEM KLASIFIKASI PASIEN PADA
UNIT RUANG RAWAT
Definisi :
Suatu sistem yang dibangun untuk untuk menentukan beban kerja dan
kebutuhan jumlah perawat.
Tujuan :
Menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan
Perencanaan staf menjadi pasti yang disesuaikan kondisi pasien pada unit,
seperti perbandingan kebutuhan perawat antara register, staf nurse dan
asisten nurse
Menentukan sistem penugasan yang efektif
Tenaga perawat menjadi lebih dapat ditentukan sesuai dengan
kemampuan dan beban kerjanya
Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawatan yang sebenarnya
Menggambarkan waktu yang akan digunakan untuk menentukan biaya
perawatan. Keuntungan dan kerugian dapat dipastikan
Memberikan kemampuan pada menejer keperawatan untuk mengendalikan dan menguasi
pelayanan Sistem klaifikasi pasien menjadikan menejer keperawatan dapat membuat
standar mutu sesuai kondisi pasien dan hal ini menjadikan keputusan untuk
mengurangi kualitas dari berkurangnya waktu dan biaya personal (perawat) secara
terus menerus dan dapat meningkatkan prosedur secara efektif,efisien sesuai protokol.
Keberimbangan produktivitas out put dan in put
Sistem klasifikasi pasien dapat membantu menentukan produktivitas fungsi
perawat agar sesuai antara pemasukan dan pengeluaran. Mengurangi biaya
pemasukan sama dengan mengurangi biaya keluar.dalam sistim perpektif
pembiayaan, sistem pengeluaran menjadi ukuran pasien keluar, pengeluaran
menjadikan kriteria dalam produktifitas kualitas perawatan.
Douglas (1992, dalam Sitorus, 2006) bahwa derajat ketergantungan klien dibagi
dalam tiga katagori:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam, Kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulansi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )
e) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
176
2) Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24jam, Kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake
output
cairan dicatat / dihitung.
e) Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan
prosedur
178
PENGELOLAAN KEBUTUHAN LOGISTIK KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat sehingga
manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan banagaimana cara mencapai
tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan
dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya, 1994).
B. TUJUAN LOGISTIK
Adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam
jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan dan dengan total biaya yang terendah
(manajemen bangsal keperawatan, 2004).
Tujuan manajemen logistik mencakup :
1. Tujuan operasional
Agar tersedia barang dan bahan-bahan dalam jumlah yang tepat dengan
mutu yang memadai.
2. Tujuan keuangan
Difokuskan pada upaya agar operasional kegiatan dapat terlaksana dengan
biaya yang serendah-rendahnya.
3. Tujuan pengamatan
Agar persediaan materi tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan,
penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar.
C. MANAJEMEN LOGISTIK
Kegiatan manajemen logistik meliputi berbagai fungsi: perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan dan
pengendalian.
a. Fungsi Perencanaan
b. Penganggaran
Pengukuran penyelenggaraan bidang logistik dan merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar sesuai dengan standar yang
berlaku.
c. Pengadaan
Merupakan proses pemenuhan kebutuhan barang atau jasa dengan kualitas
yang terbaik dan harga yang minimal
180
Alat penyimpanan barang
Rak terbuka, rak tertutup,kotak-kotak dan sebagainya. Alat
penyimpanan ini disusun dalam gudang sesuai dengan layout yang
dipergunakan dan diberi alamat.
e. Pendistribusian
Merupakan proses dimana dilakukan pengurusan, penyelenggaraan dan
pengaturan pemindahan barang dari tempat penyimpanan ke tempat pemakai
(user).
f. Penghapusan
Merupakan kegiatan penelitian dan pelaksanaan penghapusan barang dari
pertanggung jawaban yang berlaku, sehingga barang tersebut dihapuskan
dari tata usaha material
g. Pengendalian
Merupakan tindakan yang memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencana
yang ditentukan dengan menggunakan umpan balik untuk meyakinkan
bahwa tujuan tercapai.
D. PERALATAN KEPERAWATAN
Peralatan keperawatan meliputi :
1. Alat tenun
Dalam pengadaan alat tenun harus mempertimbangkan aspek:
a. Menyerap keringat
b. Mudah dibersihkan
c. Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
d. Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
e. Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
f. Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
181
E. STANDAR PERALATAN KEPERAWATAN & KEBIDANAN DISARANA
KESEHATAN (DEPKES 2001)
182
Contoh:
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan
183
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN DAN DOKUMENTASI
I. PENGERTIAN
Proses keperawatan adalah : metode rasional yang sistimatis untuk
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Hal ini mempunyai tujuan
mengidentifikasi status kesehatan klien, masalah kesehatan baik actual maupun
potensial, menyusun rencana untuk memenuhi kebutuhan yang telah
diidentifikasi, dan memberikan intervensi keperawatan yang spesifik sesuai
dengan kebutuhan.
Secara ringkas berikut ini akan diuraikan tahap-tahap proses keperawatan dan
bahasan yang dalam dan luas dari tiap tahap akan diuraikan dalam bab berikut.
184
3. Perencanaan mencakup satu rangkaian langkah-langkah dimana perawat dan
klien : menyusun proiritas, tujuan atau hasil yang diharapkan untuk
memecahkan atau mengurangi masalah-masalah klien yang telah
teridentifikasi.
Setiap tahap mempengaruhi tahap yang lain, sangat berhubungan, contoh: jika
data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian tidak adikuat maka lengkap atau
tidak benar. Hal ini juga akan mempenaruhi tahap perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
185
setiap pemenuhan kebutuhan pasien, perawat harus melakukan kolaborasi
dengan setiap individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
186
ini memegang tanggung gugat dan tanggung jawab perawat untuk pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan klien.
3. Tahap perencanaan :
- Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
- Mempergunakan tehnik-tehnik komunikasi untuk membangun
kerjasama dalam perencanaan keperawatan
- Menulis intervensi keperawatan.
- Membagi tugas pada anggota tim atau perawat pelaksana sesuai
kewenangannya.
- Mendokumentasikan rencana pada format rencana keperawatan.
4. Tahap implementasi :
- Mengorganisir dan mengelola asuhan pasien dengan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan.
- Melaksanakan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Sesuai dengan SOP di unit ruang rawat.
b. Memperhatikan keselamatan pasien.
c. Mempersiapkan pasien dengan mempertimbangkan hak-haknya
d. Menerapkan prinsip moral-etik sesuai kondisi pasien.
e. Memberikan dukungan dan perlindungan terhadap pasien.
f. Melakukan pengkajian lanjutan selama implementasi.
- melakukan penilaian hasil dan setiap intervensi keperawatan.
- Mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
- Mendokumentasikan implementasi pada format catatan keperawatan.
187
188
5. Tahap evaluasi :
189
KETERAMPILAN SPESIFIK MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN: KOMUNIKASI YANG EFEKTIF, DELEGASI,
KOORDINASI, KONSULTASI, COACHING, ADVOKASI DAN
KOLABORASI
Kolaborasi merupakan suatu bentuk kerja sama dengan individu atau profesi kesehatan lain
(baik sesama profesi/berbeda profesi) atau kelompok sebagai mitra kerja untuk tujuan yang
sama, yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada klien dan masyarakat secara optimal.
Pengertian
Baily & Snyder (1995) kolaborasi sebagai hubungan kemitraan yang bergantung satu
sama lain dan memerlukan perawat, dokter dan profesi lain untuk melengkapi satu sama
lain alih-alih berperan secara hirarki.
American Nurses Association (1994) definisiokan kolaborasi sebagai proses komunikasi,
koordinasi dan kerja sama yang terjadi antara perawat-klien, keluarga dan profesi
kesehatan lain.
Prinsip-prinsip dasar kolaborasi dalam praktik keperawatan
Terdapat beberapa prinsip dasar atau komponen penting dalam praktik kolaboratif,
(National Joint Comission, 1981), yaitu :
a. Adanya saling pengertian
Yang dimaksud pengertian disini adalah saling mengakui/memahami perbedaan peran
dan fungsi serta kontribusi yang diberikan oleh masing-masing profesi kesehatan dalam
satu tim, sehingga dalam pelaksanaan kolaborasi masing-masing profesi kesehatan
tidak akan merasa terancam kekuasaannya dalam memberikan kontribusinya terhadap
klien.
d. Kompetensi
Kompetensi yang dimaksud disini adalah latar belakang pendidikan. Praktik kolaboratif
dapat berjalan dengan baik bila pendidikan diantara anggota tim kesehatan relatif
sejajar. Adanya persamaan pandangan/ persepsi dan pemahaman tentang ilmu kesehatan
dan pelayanan kesehatan pada klien dan masyarakat akan memudahkan komunikasi
yang terjadi dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini akan
berdampak pada kontribusi yang diberikan oleh masing-masing profesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan klien. Disamping itu sebagai suatu profesi, masing-
masing mempunyai otonomi, tanggung jawab dan tanggung gugat dalam menjalankan
fungsinya sesuai dengan standar dan kode etik profesi.
e. Persepsi
Persepsi tentang kolaborasi merupakan pandangan/ pemahaman mendasar perawat-
dokter tentang kolaborasi, sehingga diharapkan pelaksanaan kolaborasi dapat
dilaksanakan terhadap pelayanan kesehatan klien, kaarena masing-masing profesi
kesehatan mempunyai pandangan yang sama tntang apa, manfaat a/ keuntungan dan
tujuannya
f. Tujuan bersama
Adanya tujuan bersama diantara masing-masing profesi kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan, yaitu klien sebagai fokus utama. Adanya perbedaan orientasi/
tujuan dalam pelayanan kesehatan klien merupakan sumber konflik utama dalam
hubungan perawat-dokter (Bradly, 1982). Dengan adanya tujuan yang sama maka
perbedaan peran, fungsi dan kontribusi yang diberikan tidak akan menjadi masalah
karena orientasinya sama.
Multiple provider : Kerja sama yang meliputi satu atau lebih pemberi pelayanan
kesehatan dan dapat lebih dari satu jenis grup profesi
Service koordinasi : Pendekatan umum yang digunakan untuk menjamin asuhan
dan pelayanan dalam disiplin ilmu yang sama dan beberapa disiplin ilmu dalam
bidang kesehatan
Communication : Berkomitmen untuk saling memberikan informasi pada grup
pemberi pelayanan kesehatan.
Kolaborasi keperawatan adalah bekerja sama dalam tim kesehatan dalam upaya perawat
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan keperawatan selanjutnya.
191
Prinsip prinsip kolaborasi:
Menguasai/memahami masalah pasien
Mampu melakukan komunikasi efektif
Memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pasien
Mampu berpikir kritis
Mampu mengambil keputusan
Pengertian
Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan
perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan
balik segera.
Tujuan Coaching
Coaching mempunyai tujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memantapkan
kualitas khususnya ketrampilan dan sikap dalam melaksanakan atau menerapkan materi
pembelajaran atau prosedur, missal : Prosedur tindakan keperwatan
193
11. Mendengar dan memperhatikan
III. ADVOKASI
Pengertian Advokasi
1. Advokasi adalah usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian terhadap
suatu masalah atau isu yang penting dan mengarah pada para pembuat keputusan
untuk langsung membuat penyelesaian.
2. Advokasi adalah dukungan terhadap suatu permasalahan dan mengajak lainnya ikut
mendukungnya.
3. Advokasi adalah upaya terencana untuk mendapatkan dukungan dan keputusan dari
para pembuat keputusan untuk penyelesaian suatu masalah.
4. Adovokasi adalah penyampai informasi yang berupa ide, gagasan dan konsep
terhadap pihak pihak terkait (stakeholder) sehingga mereka mau dan mampu
berkontribusi dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan atau program.
5. Adovokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan public melalui bermacam macam
bentuk komunikasi persuasive (Jonh Hopkins University 1999)
Tujuan Adovokasi:
1. Untuk memperoleh dukungan politis terhadap perubahan kebijaksanaan dan
implementasi upaya kesehatan masyarakat
2. Memperoleh komitmen dari semua stakeholder terhadap penanggulangan masalah
kesehatan yang diprioritaskan termasuk program dan anggaran yang disusun
melalui proses perencanaan dan penganggaran kesehatan terpadu (P2KT)
3. Meningkatkan jumlah kebijakan public berwawasan kesehatan yang dapat
diimplementasikan
4. meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung program kesehatan
2. Layak (feasible)
Program tersebut secara teknik, politik maupun ekonomi dimungkinkan atau layak.
Secara teknik layak artinya program tersebut dapat dilaksanakan, petugas cukup
kemampuannya, sarana dan prasarana pendukung cukup tersedia. Secara politik
layak artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik yang negatif
pada masyarakat. Sedangkan secara ekonomi layakl artinya didukung oleh dana
yang cukup.
4. Penting (Urgent)
Program yang diajukan harus mempunyai urgent tinggi, yakni harus segera
dilaksanakan dan kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih
besar lagi. Oleh sebab itu program yang diajukan adalah yang paling baik diantara
alternatif alternatif yang lain.
Strategi Advokasi:
A. Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder diperlukan karna sangat penting peranannya dalam
pengembangan rencana advokasi selanjutnya. Dalam analisis tersebut setiap potential-
stakeholder perlu dijajaki seberapa besar perananya dalam isu yang akan diadvokasi.
Contoh analisis stakeholder;
1. Untuk pengambil keputusan
Hal yang perlu didefinisikan adalah:
a) Siapa (jabatan/posisi, jumlah dan jenis klamin), sosial budaya
b) Pengetahuan tentang masalah atau isu (topik) advokasi
c) Saluran untuk mencapai pengambilan keputusan
d) Keahlian keahlian khusus misalnya; pembicara atau negosiator dll
e) Seberapa jauh pengaruhnya terhadap isu (topik) adviokasi
f) Apakah mendukung atau menentang masalah/isu(topik0 advokasi dan
alasannya
5. Singkat
Kegiatan advokasi yang diselenggarakan dalam bentuk seminar atau pertemuan
harus berlangsung singkat. Pengelaman melakukan advokasi kesehatan dengan
kalangan eksekutif dan legeslatif dibeberapa daerah menunjukan bahwa sebaiknya
seminari advokasi diselenggaraka tidak lebih dari 3 jam.
Hal yang sam berlaku kalau advokasi dilakukan dalam bentuk siaran radio lokal
atau surat kabar lokal. Untuk penulisan media cetak lokal sangat penting
membangun jaringan kemitraan dan wartawan lokal yang umumnya mampu
menulis berita atau artikel singkat yang menarik.
Melobi bisa langsung (pertemuan pribadi, percakapan lewat telpon, surat tertulis
pribadi,surat terbuka/massal, email dan pernyataan) atau tidak langsung
(kampanye).
197
Penting untuk diperhatikan dalam melobi:
Persiapkan dengan baik pertemuan. Berlatilah dahulu untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Bila bentuknya kunjungan dalam
kelompok, tentukan siapa yang akan bicara/memulai penbicaraan.
Rumuskan apa yang akan disampaikan dengan singkat, jelas, padat, dan
runtut tanpa membuat orang yang dilobi merasa teracam.
Datanglah tepat waktu sesuai dengan perjanjian, bahkan kalau bisa lebih
awal, jangan putus asa kalau janji dibatalkan atau harus menunggu berjam
jam.
Segera perkenalkan diri di awal pertemuan.
Konsentrasi dan fokuskan pikiran pada tujuan.
Gunakan cara cara yang persuasif, hindari perdebatan.
Bersikaplah tebuka pada gagasan yang muncul dalam acara lobi.
Berikan lembar fakta yang berisi rangkum permasalahan/isu yang
diperjuangkan beserta usulan solusinya
Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Tawaran bantuan, khususnya informasi yang relevan dengan
permalasan/isu.
Mintalah nama dan alamat orang yang akan menjadi contact person.
2. Petisi
Merupakan pernyataan tetulis dan resma untuk menyampaikan isu masalah
yang sedang hangat diperbincangkan.
Mewakili statu pandangan kolektif dan tidak hanya individu atau kelompok
tertentu.
Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu/permasalahan pokok,
dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti dengan nama dan alamat dari
sejumlah besar individu yang mendukung petisi tersebut.
3. Negosiasi
Negosiasi akan menolong untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan
dalam situasi konflik.
Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing
masing pihak mempunyai kepentingan yang sama yang perlu diamankan,
sekaligus kepentingan yang berbeda/bertentangan yang perlu dipertautkan.
Negosiasi memerlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan
alternatif yang cukup terbuka.
5. Berdebat
Debat adalah kontes (kompetisi) dimana dua ataau lebih pembicara
mempresentasikan argumentasi mereka dalam mempengaruhi pihak lain. Debat
digunakan bila terdapat dua atau lebih pendapat yang berbeda tentang masalah
tertentu dan merupakan kesempatan untuk menekankan aspek positif dan negatif
dari seluruh pendapat. Untuk melakukannya diperlukan persiapan secara
mendalam dengan pengetahuan tidak hanya dalam perspektif drir sendiri tetapi
juga tentang situasi serta mengetahui dimana sikap/pendirian dari anggota debat
lainnya. Perlu juga diantisipasi pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan dan
dikatakan oleh anggota debat lainnya.
199
dan argumentasi yang kuat, dalam presentasi juga dipentingkan kemampuan
dalam menggunakan media dan alat bantu penyajian.
d. Media cetak: cenderung sebagai instrumen yang elit, sebaiknya mencapai orang
orang yang berpengaruh, politikus dan membuat kebijaksanaan.
e. Radio: cenderung sebagai instrumen untuk audensi yang luas, tetap digunakan
walaupun ada TV, sebaiknya untuk penyebaran informasi, misalnya berita,
wawancara.
f. Televisi: cenderung sebagai alat hiburan, berfungsi sebagai hiburan tetapi juga
berguna untuk penyebaran informasi.
4. Konferensi pers
Adalah bentuk pertemuan singkat dengan sejumlah wartawan, media massa
yang diundang untuj menjelaskan suatu isu penting yang segera perlu diketahui
masyerakat. Konferensi pers sebaiknya dilakukan secara cepat (wktu pendek),
didahului dengan penjelasan singkat dan diikuti dengan tanya jawab/klarifikasi.
E. Langkah-langkah Advokasi
1. Definisi Isu Strategis
2. Menentukan tujuan
3. Mengembangkan pesan advokasi
4. Penggalangan Sumber Daya termasuk Dana
5. Menggembangkan rencana kerja
Kejadian pleitis di ruang rawat : Menurunkan kejadian plebitis pasien tirah baring
dari 5% menjadi 3% pada bulan September 2008
Pentingnya kawasan merokok ditempat kerja : Meningkatnya Kawasan Tanpa
rokok ditempat kerja dari 10% menjadi 30% sampai tahun 2004 di kabupaten A.
Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi tujuh criteria
sebagai berikut :
Command Attention
Kembangkan suatu isu/ide yang merefleksikan desain suatu pesan. Bila terlalu
banyak ide akan membingungkan penentu kebijakan sehingga mudah mudah
untuk dilupakan
Clarify the Message
Buatlah pesan advokasi mudah, sederhana, dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi ppenentu kebijakan sebab, bila
diremehkan oleh mereka secara otomatis pesan tersebut gagal.
Create Trust
Pesan advokasi harus dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta yang
akurat.
Communicate a Benefit
Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sebagai penentu kebijakan
termotivasi untuk menerapkan kebijakan Kawasan tanpa Rokok yang dikeluarkan
202
pimpinan Perusahaan merupakan suatu tindakan nyata untuk menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan di tempat kerja.
Pengemasan Pesan
Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan
Sebuah prestasi yang berhasil adalah prestasi yang menarik, didukung oleh
fakta yang sahih dan tayangan/tampilan yang menarik
Pengemasan mencakup cetakan, materi audio visual
Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan photo.
Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring dan
perlengkapan lain) untuk melaksanakan kampanye advokasi.
IV. KOMUNIKASI
1. Pengertian
Komunikasi interpersonal adalah Proses penyampaikan informasi dari
komunikator (sender) kepada komonikan (reciever) dengan harapan bahwa
informasi yang disampaikan dapat dimengerti oleh oleh (komunikan) penerima
informasi
Tujuan Contoh
Inform (Informasi) Rapat berikutnya akan diadakan pada hari
Rabu jam 14.00
Entertain (Hiburan) Mari kita adakan pesta (perayaan) untuk
menyambut perawata baru
Inquare (permintaan) Karena ada yang sakit, saya minta anda
untuk melanjutkan dinas sore
Persuade Anda akan setuju bahwa alat monitor ini
(meyakinkan) sudah sangat kuno.
Command Ambil trolly emerjensi !, Bapak . B di kamar
(Komando) 702 sedang gawat
3. Jenis komunikasi
1) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang mempergunakan lambang
bahasa dalam penyampaian pesan kepada penerima
2) Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang mempergunakan lambang
bukan bahasa dan dapat berwujud gambar, intonasi, penampilan personal.
4. Tahap-tahap komunikasi
a. Tahap interaksi bidang kepribadian umum ( public areas )
b. Tahap pertukaran eksplorasi ( exploratory exchange ) mencakup pengembangan
kepribadian umum ( Publik )
c. Tahap interaksi sosial efektif komunikasi berfokus pada saling belajar satu sama lain.
d. Tahap hubungan stabil keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat.
8. Diskusi kasus
Gunakan 4 langkah dasar menjadi pendengar aktif untuk bermain peran dengan partner
dengan mengikuti situsi berikut ini : Dokumentasikan setiap tahap. Respon dari
204
pengirim pesan (pasien) sampai pesan tersebut jelas dan anda berdua setuju bahwa anda
telah mengajarkan 4 tahap dalam mendengar.
Contoh pendelegasian:
Dari kepala ruangan kepada ketua Tim:
1. Menyusun daftar dinas staf pelaksana
2. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
3. Melakukan audit proses keperawatan
4. Memantau mutu pelayanan keperawtan (BOR,ALOS,TOI)
5. Memantau mutu asuhan keperawtan khusus: angka kejadian infeksi
luka infuse, infeksi luka operasi, kejadian dekubitus, pasien jatuh, kenyamanan
dankepuasan, injuri akibat restrain,dll)
Dari ketua tim kepada perawat pelaksana:
1. Memimpin pre dan post conferensi
2. Pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan
3. Presentasi kasus
4. Mengkoordinir asuhankeperawatan dalam tim yang menjadi tanggung jawabnya
Dari perawat pelaksana kepada perawat pelaksana:
205
Mendelegasikan asuhan keperawatan pasien yang dikelola
Keuntungan:
1. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus menerus oleh
ahlinya.
2. Komunikasi antara perawat – pasien dan dokter dengan anggota staf lainnya
berlangsung terus menerus.
3. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang menjadi
wewenangnya.
Kerugian:
206
4. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shift atau hari kehari karena
perubahan dalam penugasan.
5. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab mengkoordinasikan asuhan
selama 24 jam.
b. Metode Tim
Metode tim merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan yang umum
digunakan. Dalam metoda ini seorang perawat profesional yang berijazah,
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Dalam memberikan asuhan kepada sekelompok klien dilakukan melalui
upaya kooporatif dan kolaboratif (Douglas, 1992).
207
1). Mengkaji setiap klien dan mempertimbangkan intervensi rencana asuhan
keperawatan. yang tepat.
2). Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medis
3). Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
4). Mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
Keuntungan:
1). Memanfaatkan semua kekuatan anggota tim.
2). Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
3). Pengambilan keputusan organisasi mendekati ”groos root”
4). Komunikasi diantara anggota tim baik karena sering diskusi
mengenaiasuhan keperawatan pasien.
5). Perasaan turut berkontribusi dalam tim terpeliharaan baik.
6). Meningkatnya kepuasan pasien.
7). Biaya efektif.
Kerugian:
1). Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim.
2). Diperlukan staf yang adekuat.
3). Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat.
4). Dapat mengarah pada fragmentasi pelayanan bila konsep timtidak
diimplementasikan secara total.
5). Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu untuk konferensi
dan membuat rencana keperawatan.
Keperawatan Tim
208
Pasien Pasien
c. Metoda Primer
Metode keperawatan primer merupakan suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam
24 jam.
Dalam metoda keperawatan primer ini terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung
jawab dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan koordinasi asuhan
keperawatan klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar dari unit perawatan.
Keuntungan:
1). Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan diri melalui
implementasi imu pengetahuan.
209
2). Model praktek didasarkan pada pengetahuan.
3). Fokus pada kebutuhan pasien.
4). Meningkatnya otonomi perawat.
5). Memungkinkan asuhan keperawatan diberikan secara
komprehensif.
6). Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan.
7). Meningkatnya kesempatan untuk pengembangan hubungan antara perawat –
pasien/keluarga.
8). Peningkatan mutu asuhan, karena
Hanya ada 1(satu) perawat yang bertanggungjawab
dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan
Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.
Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
PP bertanggungjawab selama 24 jam
Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat
berjalan paralel.
9). Perbaiki retensi perawat.
10). Meningkatnya kepuasan perawat, dokter dan
pasien/keluarga.
Kerugian:
Keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan
perawat yang bermutu tinggi.
Keperawatan primer
perawatan
Perawat Primer
210
d. Metoda Moduler
Metoda keperawatan modul merupakan metoda modifikasi keperawatan tim -
primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim
melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners).
Kerugian.
211
berfokus pada populasi semua pasien . Manajemen kasus adalah model yang
digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi, dan monitoring implementasi
kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan dalam periode
waktu tertentu.
212
3). Menurunnya biaya
Manajemen Kasus I
Administrator Keperawatan
Manajemen Kasus II
Administrator Keperawatan
f. Partnership model
Model ini kombinasi antara perawat primer dengan perawat vokasi
(LPN/LVN) atau perawat pembantu (asisten nurse) untuk bekerja
bersama secara konsisten.
Keuntungan
1. Biaya lebih efektif dari keperawatan primer.
2. Perawat primer dapat mendorong peningkatan dan melatih partnernya.
Kerugian
1. Kemungkinan perawat primer mengalami kesulitan dalam
mendelegasikan pada partnernya.
2. Partnership yang konsisten sulit dipertahankan karena jadwal yang
bervariasi.
213
2. Perawat hanya bekerja di unit sehingga bisa menggunakan lebih banyak
waktu untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung.
3. Tim di supervisi oleh perawat profesional.
4. Perawat profesional bertanggung jawab dan gugat untuk pelayanan secara
luas dan berfungsi lebih tinggi.
Kerugian
1. Perubahan struktur organisasi yang besar.
2. Unit/deparatemen lain harus mengakui kepemimpinan keperawatan.
3. Kepala ruangan harus mensupervisi berbagai macam pegawai.
Pasien
214
PENGELOLAAN STAF
I. PENDAHULUAN
Tujuan pengelolaan tenaga keperawatan agar tersedia jumlah staf sesuai dengan
kebutuhan pasien, sehingga pemberian asuhan keperawatan menjadi lebih efisien
dan efektif.
215
Tetapkan metoda asuhan yang akan digunakan.
Tentukan katagori tenaga keperawatan yg dibutuhkan.
Prediksi jumlah dari setiap katagori tenaga keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan.
Rekrut tenaga perawat untuk mengisi kekosongan posisi.
Mengatur pemanfaatan tenaga keperawatan yang digunakan untuk setiap
unit dan shif.
Memberikan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan.
Kegiatan penempatan
4. Beban kerja ( jumlah hari kerja perawatan, jumlah jam kerja perawat, jumlah
dan klasifikasi klien dan jumlah jam perawatan). Kelebihan beban kerja atau
kekurangan beban kerja dapat mempengaruhi mutu asuhan yang diberikan.
Beban kerja berlebihan membuat perawat kelelahan, mudah sakit meyebabkan
menurunnya produktifitas dan kinerja.
216
sertifikat/kualfikasi khusus. Perawat yang bertugas di ICU dimana pasien yang
dirawat mempunyai masalah keperawatan kompleks (gangguan hemodinamik
atau pernapasan, dll), dipersyaratkan memiliki kompetensi khusus.
Beberapa cara perhitungan kebutuhan tenaga
Didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien:
3. Evaluasi faktor
Berdasarkan jumlah point, berdasarkan indikator kritikal (relative value
units)
217
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.
V Aktifitas/ mobilisasi 3
Berjalan dibantu 2 orang/ tukar posisi.
I Makan dan Minum 2
a. Makan / minum sendiri 4
b. Makan/minum dibantu ( JT ) tiap 4 jam
II Pengkajian 2
a. Tanda vital ( T,N,P,S ) tiap 4 jam 2
b. Cek keadaran ( saraf ) tiap 2 – 4 jam
III Hygien dan eliminasi. 3
a. Mandi dibantu penuh ( di TT ) 3
b. Bed pan dg dibantu 2 orang
IV Pengobatan. 3
a. Oksigen terus menerus/ intra vena. 4
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.
Misalnya:
26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5 jam sehingga rata – rata
jumlah jam keperawatan 5,3 jam
218
b. Dinas sore 7 jam.
c. Dinas malam 9 jam
Perawatan dilakukan oleh perawat RN 1,9 jam dan dilakukan perawat non
professional 2,4 jam.
Swansburg
Rawat Inap : Jumlah TT 40, BOR 80% ( 32 )
Total care 30% : 12 ps x 6,5 jam = 78 jam.
Partial care 50% : 20 ps x 5 jam = 100 jam.
Self care 20 % : 8 ps x 2,5 jam = 20 jam
Total = 198 jam
219
Komposisi dan proporsi tenaga perawat :
II. PENJADWALAN
Proses dimana ada personal staf keperawatan yang adekwat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan unit se hari – hari dan mencapai tujuan organisasi.
220
Keharusan jadwal kerja sore, malam , “week end “ dan hari libur sering menimbulkan
frustasi perawat (Capuano,Fox dan Green, 1992 dalam management decision making
for nurse, 1998) oleh karena itu pengaturan penjadwalan menjadi factor besar dalam
mengembangkan ketidak puasan kerja atau meningkatkan kepuasaan kerja dan
mengadakan retensi staf. Upaya yang dapat memberikan kepuasan pada staf adalah
mengembangkan persepsi diantara staf bahwa mereka dapat mengontrol penjadwalan,
memilih shif dan ikut terlibat dalam kebijakan staf.
Perawat tidak bekerja penuh, mereka bekerja beberapa hari dan libur
beberapa hari secara berurutan.
Kontinuitas asuhan terputus ketika perawat bekerja diantara shif /belahan shift
( 7 – 11 ; 11 – 15; 15 – 19 dst ).
Tantangan manajer untuk mengkomunikasikan jadwal pada semua staf dalam
waktu yang tepat.
Keuntungan
Terpenuhinya kebutuhan pasien selama waktu beban kerja
memuncak.
Perbaikan kepuasaan staf dan memaksimalkan pendayagunaan staf
PERMASALAHAN STAF
1. Absensi / mangkir
Banyak hal yang membuat staf absen dari jadwal smestinya
221
a. demografi,: kodrat sebagai wanita ( melahirkan, menyusui )
b. kehidupan pribadi ( pengalaman traumatik, masalah
keluarga )
c. Kebutuhan seseorang.
d. Kebijakan organisasi.
e. Perencanaan dan penjadwalan tidak sesuai dengan
keinginannya
Mengatasinya:
Cara mengatasi :
Perbaikan uraian kerja, perubahan sistem rekruitmen, penempatan yg tepat,
program orientasi dan penjadwalan.
PENGEMBANGAN STAF
Tujuan unit keperawatan adalah memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
bermutu kepada masyarakat, dan tingkat pengetahuan dan kemampuan dari perawat
berhubungan langsung dengan jumlah staf yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Oleh karena itu pengembangan dan pendidikan staf merupakann fungsi
penting bagi manajer keperawatan. Pelatihan yang baik dan tepat dapat mengurangi
kebutuhan staf, sehingga biaya pengembangan staf untuk meningkatkan produktifitas
222
menjadi efektif. Pengembangan ini diarahkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dari institusi rumah
sakit. Kegiatan pengembangan dapat berupa :
KESIMPULAN
223
dan spirit team dalam staf serta mencari metoda inovatif untuk mengatasi berbagai
permasalahan staf.
Catatan “
Referensi
224
PENUGASAN
PERAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Kasus
Unit pelayanan keperawatan di RS Ekapaksi, merupakan unit pelayanan perawatan
bedah. Jumlah kapasitas 40 TT dengan BOR 70 % . Kualifikasi pasien terdiri dari
total care 30%, partial care 30% dan self care 40%. Jumlah perawat 22 orang ( S1
2orang dan 12 D3 keperawatan, SPK 8 SPK). Ketika dokter mengadakan visit sore
hari, mengeluh bahwa perawat tidak menemaninya visit dengan alasan sibuk. Keluhan
pelayanan juga datang dari keluarga pasien bahwa perawat yang bertugas susah dicari
untuk diminta bantuannya. Ketika hal ini di konfirmasi kepada kepala ruang rawat,
dilaporkan bahwa perawat yang bertugas hanya 2 orang, karena dari 20 perawat, 2
tugas belajar ke D3 keperawatan dan 1 rang cuti melahirkan, 2 orang tidak efektif
karena sering tidak masuk kerja dengan berbagai alasan.
Tugas:
1. Membaca kasus diatas, apa sebenarnya masalah utama yang dihadapi oleh
kepala ruang rawat , jelaskan !
225