Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERSPEKTIF KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :

1. Putu Candra Pradnyasari P07120216041


2. Ni Putu Rika Umi Krismonita P07120216042
3. Komang Sutha Jaya P07120216043

PROFESI NERS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa

kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-

hari

.Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 27 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3

A. Perspektif Keperawatan Gerontik.................................................................3

B. Batasan / Pengelompokan Usia Lansia.........................................................4

C. Proses menua.................................................................................................6

D. Faktor - faktor yang mempengaruhi ketuaan..............................................10

E. Lingkup Peran Dan Tanggung jawab perawat............................................11

F. Teknik dalam berkomunikasi......................................................................16

BAB III SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................17

A. Simpulan.....................................................................................................17

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu

kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan

proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Menua

(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kondisi kesehatan fisik

dan mental pada orang lansia biasanya mulai menurun. Beberapa

perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas

oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada

beberapa lansia lebih dari yang lain.

Saat ini, jumlah masyarakat Indonesia hampir sekitar 250 juta dan

komposisi masyarakatnya juga sangat beragam. Dan Indonesia dikenal

sebagai negara yang memiliki komposisi masyarakat yang disebut “Triple

Burden”, dimana jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih

dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat.

Seiring meningkatnya jumlah lansia, berbagai macam gangguan kesehatan

juga dapat dialami para lansia. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan

kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn lansia, diantaranya dengan

tindakan keperawatan.

1
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang membahas fenomena biologis,

psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan promosi kesehatan

sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi lanjut usia.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Perspektif dari Keperawatan gerontic?

C. Tujuan

Untuk mengetahui Perspektif Keperawatan Gerontik

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perspektif Keperawatan Gerontik

Perspektif adalah cara pandang dengan menggunakan 3 dimensi

atau cara pandang seseorang yang melihat suatu objek, fenomena dari

berbagai sisi/ cara pandang sehingga muncul gambaran 3 dimensi. Kata

Gerontik berasal dari kata gerontologi + geriatric, Gerontologi berasal

dari Geros = lansia dan logos = ilmu yang berarti adalah cabang ilmu

yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul

pada orang yang berusia lanjut (S. Tamher,2009). Geriatrik berasal dari

kata Geros dan Eatriea. Geros = lansia, Eatriea = kesehatan, yang

berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang

berusia lanjut.

Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah

spesialiskeperawatan lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung

jawabnyaterhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan

ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam

merawatuntuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara

komprehensif (Kushariyadi, 2010).

Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah

suatupelayanan professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik

keperawatanyang berbentuk bio-psiko-sosial- spiritual dan cultural yang

3
holistic yangditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit

pada tingkat individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.

B. Batasan / Pengelompokan Usia Lansia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda – beda,

umumnya berkisar antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli

tentang batasanusia adalah sebagai berikut :

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan

yaitua.

1. Usia pertengahan (middle age ) usia 45 – 59 tahun

2. Lanjut usia (elderly ) usia 60 – 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old ) usia 75  – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old ) usia > 90 tahun

Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru

besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis

perkembangan manusia dibagi menjadi :

1. Masa bayi (usia 0-1 tahun)

2. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)

3. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

4. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

5. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)

6. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)

Menurut Nugroho ( 2000 ) lansia dapat dikelompokan dalam beberapa

tipe yang tergantung kepada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan

4
kondisi fisik, mental, social dan ekonominya. Dalam pembagian ini

dibedakan menjadi 4 tipe :

1. Tipe optimis, santai dan riang ( the rocking chairman/women =tipe

kursi goyang )

2. Tipe militan dan serius ( the armoured man)

3. Tipe marah-frustasi ( the angry man )

4. Tipe putus asa, benci pada diri sendiri dan ingin mati saja (the

selfhating man/women)

DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:

1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa

VIRILITAS

2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM

3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas,

terdapatDidalam Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Usia digolongkan

atas 3 :

1. Usia biologis, usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak

lahirnya berada dalam keadaan hidup.

2. Usia psikologis, menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada situasi yang dihadapinya.

5
3. Usia sosial, usia yang menunjuk pada peran-peran yang

diharapkan/diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan

dengan usianya

C. Proses menua

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantanides, 1994). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik

dan tingkah laku yang dapatdiramalkan yang terjadi pada semua orang

pada saat mereka mencapai usiatahap perkembangan kronologis tertentu.

Proses Penuaan dibagi menjadi 2 Penuaan Primer : perubahan pada

tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses

penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu

mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat

kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan

imunologi dan mudah terjadi infeksi. Dan Penuaan Skunder : proses

penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan social.

Selain itu terdapat juga beberapa Teori – teori yang menjelaskan

bagaimana dan mengapa penuaanterjadi biasanya dikelompokkan ke

dalam dua kelompok besar, yaitu teoribiologis dan psikososial.

1. Teori biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,

termasukperubahan fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia

6
dankematian. Perubahan - perubahan dalam tubuh termasuk perubahan

molecular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh

untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

a. Teori genetic

Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan

terutamadipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh

pembentukkan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan

kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah suatu

prosesyang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu

kewaktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain,

perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukansebelumnya.

Teori genetik terdiri dari teori asam deoksiribo nukleat (DNA), teori

ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teoriglikogen.

b. Teori wear and tear

Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan

bahwaakumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusaksintesis

DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular danakhirnya malfungsi

organ tubuh. Pendukung teori ini percayabahwa tubuh akan mengalami

kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari

produk sampah metabolism yang menyebabkan kerusakan ketika

akumulasi terjadi. Radikal bebasadalah molekul atau atom dengan suatu

elektron yang tidakberpasangan. Ini merupakan jenis yang sangat relative

yangdihasilkan dari reaksi selama metabolisme.

7
c. Teori imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

sistemimun berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah

tua,pertahanan mereka terhadap organism asing mengalamipenurunan,

sehingga mereka lebih rentan untuk menderitaberbagai penyakit seperti

kanker adan infeksi. Seiring denganberkurangnya fungsi system imun,

terjadilah peningkatan dalamrespon autoimun tubuh. Seiring dengan

bertambahnyan usia beratdan ukuran kelenjar timus menurun, seperti

halnya kemampuantubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena hilangnya

prosesdiferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan

tidakberaturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh

kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnyaterhadap se

lasing, terutama bila menghadapi infeksi.

d. Teori neuroendokrin

Teori - teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal

sepertiyang terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul

dansel. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan

secarauniversal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukanuntuk

menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai

perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterprestasikan

sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan.

2. Teori psikososiologis

8
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap

danperilaku yang menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari

implikasibiologi pada kerusakan anatomis.

a. Teori kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang

suburdalam tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian

menyebutkan aspek - aspek pertumbuhan psikologis tanpa

menggambarkanharapan atau tugas spesifik lansia. Jung (1994),

mengembangkansuatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa

yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.

(Stanley,2006).

b. Teori tugas perkembangan

Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses

maturasidalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada

berbagaitahap sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan

adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang

padatahap- tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan

yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu

melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani

denganintegritas. Dikutip dari Stanley, Mickey (2006).

c. Teori aktivitas

Havighurst (1989), menulis tentang pentingnya tetap aktif secara

social sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat. Penelitian

menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif

9
mempengaruhi kepuasan hidup. Dan penelitian baru menunjukkan

pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan

untukmencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang

masa kehidupan manusia.

D. Faktor - faktor yang mempengaruhi ketuaan

1. Hereditas (keturunan/ genetik)

2. Nutrisi / makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stress

Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses

menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang

hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi

tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe

A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya. Secara umum

perubahan proses fisiologis proses menua adalah:

1. Perubahan terjadi dalam sel seperti Mikro

a. Berkurangnya cairan dalam sel

b. Berkurangnya besarnya sel

c. Berurangnya jumlah sel

10
Perubahan yang jelas terlihat seperti Perubahan Makro

a. Mengecilnya mandibula

b. Menipisnya discus intervertebralis

c. Erosi permukaan sendi-sendi

d. Osteoporosis

e. Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak

tetapi kemampuannya menurun)

f. Emphysema Pulmonum

g. Presbyopi

h. Arterosklerosis

i. Manopause pada wanita

j. Demintia senilis

k. Kulit tidak elastis

l. Rambut memutih

E. Lingkup Peran Dan Tanggung jawab perawat

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat

proses penuaan.

1. Lingkup askep gerontik meliputi:

a. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan

11
b. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses

penuaan.

c. Pemulihan ditunjuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

2. Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya

sebagai berikut:

a. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung

b. Sebagai Pendidik klien lansia

c. Sebagai Motivator

d. Sebagai Advokasi

e. Sebagai Konselor

3. Tanggung jawab Perawat Gerontik

a. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal

b. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya

c. Membantu klien lansia menerima kondisinya

d. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara

manusiawi sampai dengan meninggal.

4. Sifat Pelayanan Gerontik

a. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)

b. Interdependent

c. Humanistik (secara manusiawi)

d. Holistik (secara keseluruhan)

12
5. Peran Perawat Pada Klien Sesuai Proses Penuaan

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang

membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga

diperlukan suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai

proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih

maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia

memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari

peran perawat sebagai unsur pelaksana.

Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan

untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu

a. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).

Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang

memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn

dialami oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,

tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta

penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.

Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya

sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.

2) Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan

bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah

peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang berhubungan

13
dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya,

dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien

lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat

penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat

sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat  perhatian.

Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar.

Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing

mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,

kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir,

hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke

tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan

sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan

yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan penurunan

fungsi.

b. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.

Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial

sebagai salat satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul

dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran

dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau

bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hfasil

kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut

adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.

14
c. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi,

memerlukan bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter,

interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia

pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu

pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang

memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk

menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.

Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta

kasih lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus

menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia

melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya.

Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan

kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah

diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan

karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis

yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja

terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di

siang hari dan pengeseran libido. Mengubah tingkah laku dan pandangan

terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan seketika. Seorang

perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap serta

mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh

15
pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap

memberikan rasa puas dan bahagia.

F. Teknik dalam berkomunikasi

1. Menggunakan bahasa yang bias dimengerti oleh klien lansia

2. Gunakan verbal yang jelas dan tepat

3. Gunakan dengan body language

4. Mimik wajah harus memancarkan penuh kesabaran

5. Menghadap secara tepat

16
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Perspektif adalah cara pandang dengan menggunakan 3 dimensi

atau cara pandang seseorang yang melihat suatu objek, fenomena dari

berbagai sisi/ cara pandang sehingga muncul gambaran 3 dimensi.

Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah

spesialiskeperawatan lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung

jawabnyaterhadap tatanan pelayanan kesehatan

B. Saran

Hasil penulisan makalah ini memberikan informasi mengenai

perspektif keperawatan gerontik. Sehingga asuhan keperawatan kepada

lansia dapat dimaksimalkan. Jika ditemukan artikel/jurnal/sumber yang

terbaru dengan kualitas penelitian yang lebih baik maka makalah ini

dapat di upgrade sebagai jurnal dalam ilmu keperawatan gerontik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. ( 2010 ). Merawat manusia lanjut usia : suatu pendekatan proses


keperawatangerontik. Jakarta : TIMMaryam. RS, dkk. ( 2008).
Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : SalembaMedika.
https://www.academia.edu/37490962/Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik
Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.Jakarta : Salemba
Medika
Modul Pembejaran.Akademi Keperawatan Harum Jakarta23.
Nugroho. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3.Jakarta :
EGCTamher, dkk. (2009).
Watson. R. (2003).Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai