Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TREND DAN ISSUE PERSEPSI SENSORI


Dosen Pengampuh : Ns John Tangka.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.,
KMB

Disusun Oleh : Kelompok V

1. Regina Nurhamidin
2. Reza Meinanda Akontalo
3. Riska Mokoagow
4. Salsa Sasmita Ismail
5. Nesy Mokodongan
6. Eden Tombeng
7. Vichardo Stevano Mandagi

PRODI SI KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA
MEDIKA KOTAMOBAGU
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa yang
masih memberikan kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “Trand dan issu gangguan persepsi sensori”. Kami pun menyadari bahwa
didalam Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari demi perbaikan
Makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga Makalah ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan bagi para pembaca. Terima Kasih.

Kotamobagu, 15 September 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. RumusanMasalah...........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI .....................................................................................

A. Definisi Trand dan Issue................................................................................


B. Definsi persepsi sensori..................................................................................
C. Proses seseorang menggartikan sebuah stimulus...........................................
D. Perubahan sensori yang terjadi pada seseorang.............................................
E. Faktor yang mempengaruhi persepsi ............................................................
F. Pekerjaan dan aktifitas senggang yang menghadapi resiko perubahan sesori
G. Orang-orang yang berisiko terkena perubahan sensori..................................
H. Gejala gangguan pada proses sensori.............................................................
I. Peran perawat dalam menghadapi klien yang mengalami perubahan fungsi
pesepsi sensori................................................................................................

BAB III SOAL.....................................................................................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dala kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan
dari lingkungannya perilaku yang kita ketahui, Baik pengalaman kita sendiri
ataupun pengalaman orang lain diperoleh melalui indra karena indra mampu
menerima banyak rangsang untuk mengetahui dunia sekitar kita. namun
demikian manusia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya.
Individu biasanya hanya memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu
saja, oleh karenan itu objek-objek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil
kemuka sebagai objek.
upaya untuk mengetahui dunia sekitar merupakan suatu proses
diterimanya rangsang melalui pengindraan, denhgan demikian proses
pengindraan adalah hal yang sangat penting untuk menyadari adanya suatu
rangsang. Agar seseorang dapat memfokuskan pada satu stimulus atau proses-
proses menyeleksi input-input yang ada diperlukan kemampuan system sesori,
yaitu kemampuan untuk menyeleksi mana yang perlu dan tidak perlu di
perhatikan. Sistem persepsi sensori terseput biasa dikenal dengan indra, yakni
indra penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung),
pengecapan (lida), dan indra perasa (kulit).
Kelima indra ini masing-masing memiliki fungsi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia dan menentukan tingkat kualitas hidup seseorang.
Kerusakan atau gangguan yang menyebabkan hilangnya kemampuan salah satu
atau lebih dari system persepsi sensori tersebut dapat menganggu fungsi dan
berpengaruh pada indra lain. Tentunya akan menurunkan kualitas hidup
seseorang. Oleh karena itu tindakan pengobatan dan keperawatan di perlukan
untuk mengembalikan fungsi indra yang mengaklami gangguan ataupun untuk
menimalkan kerusakan yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Trand dan Issue
2. Apa definsi dari persepsi sensori
3. Apa saja proses seseorang menggartikan sebuah stimulus
4. Apa perubahan sensori yang terjadi pada seseorang
5. Apa faktor yang mempengaruhi persepsi
6. Apa pekerjaan dan aktifitas senggang yang menghadapi resiko perubahan
sesori
7. Orang-orang yang berisiko terkena perubahan sensori
8. Apa saja gejala gangguan pada proses sensori
Peran perawat dalam menghadapi klien yang mengalami perubahan fungsi
pesepsi sensori
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Trand dan Issue
2. Untuk mengetahui definsi dari persepsi sensori
3. Untuk mengetahui apa saja proses seseorang menggartikan sebuah stimulus
4. Untuk mengetahui perubahan sensori yang terjadi pada seseorang
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi
6. Untuk mengetahui pekerjaan dan aktifitas senggang yang menghadapi resiko
perubahan sesori
7. Untuk mengetahui orang-orang yang berisiko terkena perubahan sensori
8. Untuk mengetahui apa saja gejala gangguan pada proses sensori
Peran perawat dalam menghadapi klien yang mengalami perubahan fungsi
pesepsi sensori
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Trend dan Issue


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi padasaat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalahsesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini
dan kejadiannya berdasarkan fakta. Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat diperkirakan terjadi atau tidakterjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, issa, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupuntentang krisis. Issu adalah sesuatu
yang sedang di bicarakan oleh banyak namunbelum jelas faktannya atau
buktinya.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan
banyakorang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupuntidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etiskeperawatan. Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang
banynak dibicarakan orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ
manusia, tentunya semua issu tersebutmenyangkut keterkaitan dengan aspek
legal dan etis dalam keperawatan.

B. Definisi persepsi sensori

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori
(panca indera) ditambah dengan dua sistem lain, yaitu sistem vestibular
(sistem dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan,
postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan) dan sistem propioseptif
(kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan tubuhnya dalam ruang).
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. (Rahmat, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
mengartikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu
serapan/proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Jadi persepsi sensori adalah kemampuan setiap individu untuk menafsirkan
rangsang atau stimulus yang datang dari dalam maupun luar tubuh.

C. Proses Seseorang Mengartikan Sebuah Stimulus

Dalam keadaan normal, sistem saraf secara terus menerus menerima


ribuan informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui
saluran-saluran yang sesuai, dan mengintegrasi informasi menjadi respons
yang bermakna. Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan
reaksi yang segera atau informasi saat itu yang disimpan ke dalam otak untuk
digunakan di masa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori
mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensasi. Setelah
menginterpretasi makna sensasi maka orang dapat bereaksi secara stimulus
Penerimaan, persepsi, dan reaksi adalah tiga komponen setiap
pengalaman sensori. Persepsi aktual atau kesadaran sensasi unik tergantung
pada area penerimaan dari korteks serebral, tempat sel otak khusus
menginterpretasi kualitas dan sifat stimulus sensori. Jika seseorang sadar
terhadap stimulus dan menerima informasi maka akan terjadi persepsi. Tingkat
kesadaran seseorang akan mempengaruhi sejauh mana stimulus di persepsikan
dan diinterpretasikan. Setiap faktor yang menurunkan kesadaran merusak
persepsi sensori.Persepsi termasuk intergrasi dan interpretasi stimulus
berdasakan pengalaman seseorang.Jika sensasi tidak lengkap, seperti
pandangan kabur, atau jika pengalaman masa lalu tidak adekuat untuk
memahami stimulus seperti nyeri maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus
sensasi secara tidak tepat.
Mustahil untuk bereaksi pada setiap stimulus yang banyak masuk sistem
saraf. Otak mencegah pembenanan sensori oleh pembuangan atau
penyimpanan informasi sensori. Manusia biasanya akan bereaksi terhadap
stimulus yang paling bermakna atau penting pada suatu waktu, setelah
melanjutkan stimulus yang sama, bagaimana seseorang berhenti berespons dan
pengalaman sensori hilang tanpa dikenal. Sebagai contoh, seseorang yang
berkosentrasi membaca sebuah buku yang bagus tidak akan menyadari music
di sekelilingnya. Fenomena kemampuan adaptasi ini terjadi dengan stimulus
sensori yang paling besar kecuali sensori nyeri.

Keseimbangan antara stimulus sensori yang masuk otak dan mencapai


kesadaran seseorang secara aktual akan mempertahankan kesehatan seseorang
secara aktual akan mempertahankan kesehatan seseorang. Jika seorang
individu mencoba reaksi terhadap setiap stimulus di dalam lingkungan atau
jika ada ketidakcukupan ragam dan kualitas stimulus maka akan terjadi
perubahan sensori.
D. Perubahan sensori yang terjadi pada seseorang
Banyak faktor memgubah kapasitas untuk menerima atau
mepersepsikan sensasi, kemudian meyebabkan perubahan sensori. Jenis-jenis
perubahan sensori umum yang terlihat perawat adalah defisit sensori, deprivasi
sensori, dan beban sensori yang berlebihan. Jika seorang klien menderita lebih
dari satu perubahan sensori maka secara serius akan mengganggu kemampuan
untuk berfungsi dan berhubungan secara efektif di dalam lingkungan
1. Defisit Sensori
Suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori
adalah defisit sensori. Klien tidak mampu menerima stimulus tertentu
(misalnya kebutaan tau ketulian), atau stimulus mejadi ditorsi (misalnya
penglihatan kabur karena katarak). Kehilangan sensori tiba- tiba dapat
menyebabkan ketakutan, marah, dan perasaan tidak berdaya. Apabila indera
rusak maka perasaan terhadap diri juga rusak. Pada awalnya seseorang dapat
menarik diri dengan menghindari komunikasi atau sosialisasi dengan orang
lain dalam suatu usaha untuk mengatasi kehilangan sensori. Hal ini menjadi
sulit bagi seseorang untuk berinteraksi dengan aman pada lingkungan
sampai mempelajari keterampilan baru fungsi yang ada. Jika defisit terjadi
bertahap atau waktu yang dapat dipertimbangkan telah terlewati sejak
permulaan dari suatu kehilangan sensori yang akut, seseorang belajar untuk
bergantung pada indra bahkan mungkin menjadi lebih akut untuk
mengkompensasi terhadap suatu perubahan. Sebagai contoh, seorang klien
yang buta sering kali mengembangkan indera akut pendengaran.
Klien yang mengalami defisit sensori dapa mengubah perilaku dalam
cara-cara yang adaptif atau maladaptif. Sebagai contoh, seorang klien yang
mengalami kerusakan pendengaran dapat memutar telinga yang tidak
terganggu kearah pembicara untuk mendengar dengan lebih baik, sementara
kilen lain mungkin menghindar dari orang untuk mengindari malu karena
tidak mampu memahami pembicaraan mereka.
2. Deprivasi sensori
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebarkan semua
stimulus sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang
nyenyak, klien mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus cukup
kualitas dan kuantitasnya untuk mempertahankan kesadaran seseorang.
Deprivasi sensori yang paling bermakna dialami klien yang melaporkan
kurangnya sentuhan manusiawi (Mackellaig, 1986). Klien diruang ICU
seringkali terpapar pada sentuhan fisik, tetapi ini biasanya lebih
berhubungan dengan intervensi teknis daripada personal, sentuhan yang
nyaman.Jika seseorang mengalami stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan
kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka
terjadi deprivasi sensori. Tiga jenis deprivasi sensori adalah kurangnya
input sensori (defisit sensori dari kehilangan penglihatan atau pendengaran),
eliminasi perintah atau makna dari input (misal terpapar pada lingkungan
asing), dan retriksi dari lingkungan (misal tirah baring atau berkurangnya
variasi lingkungan) yang menyebabkan monoton dan kebosanan (Ebersole
dan Hess, 19994).

3. Beban sensori yang berlebihan


Jika seseorang menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat secara
perseptual tidak menghiraukan atau secara selektif mengabaikan beberapa
stimulus maka akan terjadi beban sensori yang berlebihan. Stimulasi sensori
yang berlebihan mencegah otak untuk berespons secara tepat pada atau
mengabaikan stimulus tertentu. Karena banyak stimulus mengarah pada
kelebihan sensori, orang tidak lagi mempersepsikan lingkungan sebagaimana
adanya yang masuk akal. Kelebihan sensori mencegah respons yang
bermakna oleh otak, pikiran seseorang berpacu, perhatian bergerak pada
banyak arah, dan menjadi lelah. Akibatnya, beban sensori yang berlebihan
menyebabkan suatu keadaan yang mirip dengan yang dihasilkan deprivasi
sensori. Akan tetapi, sebagai kebalikan deprivasi, kelebihan sensori adalah
individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk berfungsi sehat bervariasi
setiap individu. Seseorang mungkin lebih subjektif pada beban lingkungan
yang berlebihan pada suatu waktu daripada yang lain. Toleransi seseorang
pada beban sensori yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan,
sikap, dan kesehatan emosional dan fisik.

Klien yang sakit akut mungkin menjadi korban dari beban sensori yang
belebihan. Nyeri yang konstan dari proses penyakit, pemantauan tanda vital
yang sering oleh perawat, dan iritasi dari selang drainase yang keluar dari
tubuh bergabung untuk menyebabkan beban yang berat.

Jika perawat memberikan kata-kata yang menenangkan atau memberikan


gosokan punggung yang lembut, klien mungkin tidak mendapat manfaat
karena perhatian dan tenaga mereka terfokus pada stimulus yang lebih
menegangkan.
E. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
 Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi
terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
 Perhatian. Individu memerlukan sejumlah issal yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental
yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga
perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
 Minat persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak issal atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.
 Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
 Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-
kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
 Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood
ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari


linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau
menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini
menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
 Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived)
dibandingkan dengan yang sedikit.
 Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
 Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian
terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan obyek yang diam.
F. Faktor yang mempengaruhi
1. Usia
Usia sangat mempengaruhi stimulus sensori seseorang.
a. Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya
masih belum matang.
b. Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopi
(ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan
kacamata baca (biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun).
c. Pendengaran berubah, yang dimulai pada usia 30 tahun, termasuk
penurunan ketajaman pendengaran, kejelasan bicara, perbedaan pola
tinggi suara, dan ambang pendengaran. Tinitus sering kali menyertai
hilangnya pendengaran pendengaran sebagai efek samping obat. Lansia
mendengar suara pola rendah dengan baik tetapi mempunyai kesulitan
mendengar percakapan dengan latar belakang yang berisik.
d. Lansia mengalami penurunan lapang penglihatannya, peningkatan
sensivitas cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada malam
hari, penurunan akomodasi dan kedalaman persepsi dan penurunan
diskriminasi warna.
e. Suara bicara lansia bergetar, dan terdapat perpanjangan persepsi dan
reaksi bicara.
f. Perubahan issal s (indra pengecap/rasa) dan olfaktori (penciuman)
mencakup penurunan dalam jumlah ujung saraf pengecap dalam tahun
terakhir dan penurunan serabut saraf olfaktori pada usia 50 tahun.
Penurunan diskriminasi rasa dan sensivitas terhadap bau adalah umum.
g. Propriosetif berubah setelah usia 60 tahun termasuk kesulitan dengan
keseimbangan, orientasi mengenai tempat, dan koordinasi.
h. Lansia mengalami perubahan taktil, termasuk penurunan sensitivitas
terhadap nyeri, tekanan, dan suhu.
2. Medikasi
Beberapa antibiotika ( issal streptomisin, gentamisin) adalah oksitosik dan
secara permanen dapat merusak saraf pendengaran, kloramfenikol dapat
mengiritasi saraf issa. Obat-obat issal s narkotik, sedate dan antidepresan
dapat mengubah persepsi stimulus.
3. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan ( issal peralatan bising dan percakapan
staf di dalam unit perawatan intensif) dapat menghasilkan beban sensori
yang berlebihan, ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan
ketidakmampuan membuat keputusan. Stimulus lingkungan yang terbatas
( issal dengan isolasi) dapat mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas
lingkungan yang buruk ( issal penerangan yang buruk, lorong yang sempit,
latar belakang yang bising) dapat memperburuk kerusakan sensasi.
4. Tingkat kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpresepsi dan bereaksi
terhadap stimulus.
5. Penyakit yang ada sebelumnya
Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada
ekstremitas dan kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada
penurunan penglihatan, kebutaan atau neuropati perifer. Stroke seing
menimbulkan kehilangan kemampuan bicara. Beberapa kerusakan neurologi
merusak fungsi issal dan penerimaan sensori.
6. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung-ujung
saraf pengecap, mengurangi persepsi rasa.
7. Tingkat kebisingan
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi ( issal pada
lokasi pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.
8. Intubasi endotrakea
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang
endotrakea melalui mulut atau hidung ke dalam trakea.
G.Pekerjaan & Aktivitas Senggang yang Menghadapi Risiko Perubahan
Sensori

Perkerjaan seseorang dapat menempatkan mereka pada resiko perubahan saraf


penglihatan, pendengaran dan saraf perifer.Pekerjaan dan aktivitas waktu
senggang yang menghadapi resiko perubahan sensori adalah :

1. Pendengaran
a. Pekerja pabrik
b. Pekerja bandara
c. Musisi rock
d. Pekerja konstruksi yang menggunakan alat pelobang beton
2. Penglihatan
a. Terpapar dengan gas yang mengiritasi
b. Pengelasan
c. Terpapar dengan mesin kecepatan tinggi
d. Bola raket, pemain bola dan raket atau anggar
e. Pengendara sepeda motor
f. Menggunakan alat bertenaga
3. Cedera saraf perifer
a. Gerakan yang berulang-ulang
b. Progamer computer
c. Manikuris
d. Pekerja pabrik
4. Trauma
a. Peralatan industry
b. Pekerjaan kayu perumahan
H. Orang-orang yang Berisiko Terkena Perubahan Sensori
1. Lansia
Lansia adalah kelompok yang beresiko tinggi karena perubahan fisiologis
normal yang melibatkan organ sensori. Kehilangan pendengaran
sensorineural pada orang dewasa dapat disebabkan oleh lesi issal s ,
issal s, dan lesi sistemik lain.
2. Klien hospitalisasi
Klien yang hospitalisasi dapat beresiko terhadap perubahan sensori
disebabkan terpapar oleh stimulus lingkungan atau suatu perubahan dalam
input sensori. Klien imobilisasi disebabkan tirah baring atau halangan fisik
( issal grip atau traksi) beresiko sebab mereka tidak mampu
untuk mengalami semua sensasi normal dari pergerakan bebas.
3. Klien yang diisolasi dalam pelayanan kesehatan atau rumah.
Sebagai contoh, klien yang ditempatkan di ruang isolasi karena issal s e s,
sering kali dibatasi dalam suatu ruangan rumah sakit dan tidak dapat
menikmati interaksi normal dengan pengunjung. Lingkungan rumah sakit
penuh dengan stimulus sensori. Isolasi terapeutik, suara monitor listrik dan
peralatan, lampu penerangan yang terang, bau cairan tubuh dan lain-lain.
Seorang yang sehat dapat mengubah lingkungan atau mencari lingkungan
yang lain. Akibat dari penyakit atau hospitalisasi maka seorang klien sering
kali dihadapkan pada suatu lingkungan yang tidak dikenal dan tidak
issal s e. Hal ini tidak berarti bahwa semua klien yang dirawat akan
mengalami perubahan sensori. Oleh karena itu perawat harus mengkaji lebih
berhati-hati pada klien tersebut yang terus-menerus terkena issal s sensori
( issal klien ICU, hospitalisasi jangka panjang, banyak terapi dan lain-lain).

I. Gejala Gangguan pada Proses Sensori


1. Sensorik penciuman
Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium Gangguan
sensorik penciuman di antaranya adalah:
a. Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu seperti bau kamar mandi atau
peralatan kebersihan
b. Menolak masuk ke suatu lingkungan karena tidak menyukai baunya
c. Tidak menyukai makanan hanya karena baunya
d. Selalu menciumi barang-barang atau orang disekitarnya
e. Sulit membedakan bau.

2. Sensorik penglihatan
Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang ditangkap
oleh mata. Gangguan sensorik penglihatan di antaranya adalah:
• Menangis atau menutup mata karena terlalu terang karena ia terlalu peka
dengan sinar terang
a. Mudah teralih oleh stimulus penglihatan dari luar
b. Senang bermain dalam suasana gelap
c. Sulit membedakan warna, bentuk dan ukuran
d. Menulis naik turun di kertas tanpa garis.

3. Sensorik pengecapan
Inputnya didapatkan dari semua hal yang masuk ke mulut dan juga lidah.
Gangguan sensorik pengecapan di antaranya adalah:
a. Suka memilih-milih makanan (picky eater), menolak mencoba makanan
baru sehingga lebih senang dengan makanan yang itu-itu saja
b. Tidak suka atau menolak untuk sikat gigi
c. Suka mengemut makanan karena ada kesulitan dengan mengunyah,
menghisap dan menelan
d. Mengiler
e. Sering memasukkan barang-barang ke mulut.
4. Sensorik propioseptif (gerak antar sendi)
Input yang didapatkan berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan
sendi atau gerakan tubuh. Gangguan sensorik propioseptif di antaranya
adalah:
a. Sering menabrak atau menendang sesuatu
b. Menggigit atau menghisap jari
c. Memukul
d. Menggosokkan tangan pada meja
e. Tidak bisa diam
f. Kesulitan dalam naik turun tangga
g. Kurang keras atau terlalu keras memegang pensil
h. Cenderung ceroboh
i. Menggunakan tenaga berlebihan dalam mengangkat
j. Postur yang kurang baik
k. Menyandarkan kepala pada lengan ketika sedang belajar
l. Senang aktivitas lompat-lompat
m. Suka menabrakkan atau menjatuhkan badan ke kasur atau orang lain
n. Sering terserimpet kaki sendiri atau benda sekitar
o. Sering menggertak gigi
p. Pensil patah saat menulis karena terlalu kuat memberikan tekanan
q. Terlihat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan penuh.

8. Sensorik vestibular (keseimbangan)


Input yang didapatkan dari organ keseimbangan yang berada di telinga
tengah atau perubahan gravitasi, pengalaman gerak dan posisi di dalam
ruang. Gangguan sensorik vestibular di antaranya adalah:
a. Bersikap terlalu waspada atau cenderung ketakutan
b. Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di tempat bermain seperti berayun dan
berputar
c. Tidak bisa naik sepeda
d. Takut naik tangga
e. Selalu berputar-putar
f. Meloncat-loncat
g. Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
h. Mudah jatuh
i. Menghindari mainan ayunan, naik turun tangga dan perosotan
j. Tidak suka atau menghindari naik escalator
k. Takut dengan ketinggian
l. Senang diayun sampai tinggi
m. Senang dilempar ke udara.

9. Sensorik perabaan
Input yang didapatkan berasal dari reseptor di kulit yang bisa berupa
sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan gerakan bulu-bulu atau rambut.
Gangguan sensorik perabaan di antaranya adalah :
a. Tidak suka disentuh atau dipeluk
b. Sering marah bila dalam kerumunan dan cenderung mengisolir diri dari
orang lain
c. Tidak merasakan rasa sakit
d. Tidak suka bila dipotong kukunya
e. Berjalan berjinjit
f. Tidak mau menggosok gigi
g. Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
h. Tidak mau atau tidak suka disentuh
i. Menghindari kerumunan orang
j. Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
k. Tidak suka rambutnya disisir
l. Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
m. Tidak betah dengan segala hal yang kotor.
10. Sensorik pendengaran
Input yang didapatkan berasal dari suara-suara di luar tubuh. Gangguan
sensorik pendengaran di antaranya adalah:
a. Mudah teralih perhatiannya ke suara-suara tertentu yang bagi orang lain
dapat diabaikan
b. Takut mendengar suara air ketika menyiram toilet, suara vaccum cleaner,
hair dryer, suara gonggongan anjing dan bahkan suara detik jam
c. Menangis atau menjerit berlebihan ketika mendengar suara yang tiba-tiba
d. Senang mendengar suara-suara yang terlalu keras
e. Sering berbicara sambil berteriak ketika ada suara yang dia tidak sukai.

J. Peran Perawat dalam Menghadapi Klien yang Mengalami Perubahan Fungsi


Persepsi Sensori
Rencana perawatan bergantung pada penilaian perawatan tentang
persepsi dan penerimaan klien terhadap perubahan sensori. Hal ini juga
bergantung pada keluasan klien menyesuaikan diri untuk kehilangan sensori.
Perawat memberikan perawatan yang memungkinkan klien untuk beradaptasi di
lingkungan perawatan kesehatan dan di rumah. Klien harus secara aktif
berpatisipasi dalam menyeleksi terapi untuk rencana perawatan. Klien yang
mengalami perubahan sensori pada waktu masuk lingkungan perawatan
kesehatan biasanya lebih banyak diinformasikan tentang bagaimana beradaptasi
dengan intervensi pada gaya hidup mereka. Khusus pada kebutaan perlu
dikontrol bagian perawatan apakah yang dapat dilakukan mereka.
Prioritas perawatan harus diatur dengan mempertimbangkan mengenai
luasnya perubahan sensori yang berakibat pada klien. Keamanan merupakan
prioritas utama. Klien dapat membantu memprioritaskan aspek perawatan.
Misalnya, klien bisa berharap belajar cara-cara berkomunikasi yang lebih efektif
atau untuk berpatisipasi dalam hobi favorit.
1. Peningkatan kesehatan
a. Skrining
Pencegahan kerusakan penglihatan pada anak-anak memerlukan
skrining yang tepat (wong, 1995). Kerusakan penglihatan adalah umum
pada masa anak-anak. Masalah penglihatan yang paling umum adalah
kesalahan refraktif seperti ketidakdekatan mata.
Peran perawat adalah mendeteksi dan merujuk. Orang tua harus
mengetahui tanda yang menandai kerusakan penglihatan, misalnya
kegagalan bereaksi cahaya dan penurunan kontak mata dari bayi.
Tanda-tanda ini harus dilaporkan ke dokter segera. Skrining penglihatan
anak usia sekolah dan remaja dapat mendeteksi masalah lebih awal.
Sekolah taman kanak-kanak biasanya bertanggung jawab untuk tes
penglihatan.
Kerusakan pendengaran adalah salah satu ketidakmampuan yang
paling umum di Amerika. Hal ini diperkirakan lebih dari 24 juta orang
Amerika mengalami kerusakan pendengaran, bicara atau bahasa
(Silverstein dkk, 1993). Anak-anak yang berisiko meliputi adanya
riwayat keluarga terdapat kehilangan pendengaran pada masa kanak-
kanak infeksi perinatal (rubella, herpes, sitomegalovirus), berat lahir
rendah, infeksi telinga yang kronik dan sindrom Down. Perawat juga
menyarankan wanita hamil akan pentingnya perawatan prenatal awal
menghindari obat-obat ototoksik dan tes sifilis atau rubella.
Untuk orang dewasa, skrining rutin fungsi penglihatan dan
pendengaran adalah imperatif untuk mendeteksi masalah lebih awal.
Hal ini tepat khususnya untuk kasus glaukoma, yang jika tidak dideteksi
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. American
Academy of Ophtalmology (1993) merekomendasi skrining mata medis
yang teratur setiap 3-5 tahun jika klien berusia 39 tahun ataupun lebih.
Pemeriksaan harus dilakukan setiap 1-2 tahun jika terdapat riwayat
keluarga yang mengalami glaukoma, jika klien adalah turunan orang
Afrika, jika klien telah mengalami cedera mata serius di waktu lampau
atau sedang memperoleh medikasi steroid.
b. Keamanan preventif
Trauma merupakan penyebab umum kebutaan pada anak-anak.
Cedera yang tajam dari objek propulsif seperti petasan, ketapel, batu
atau luka yang tajam karena tongkat, gunting atau senjata mainan hanya
merupakan beberapa contoh. Orang dewasa berisiko cedera mata ketika
berolahraga dan bekerja dalam pekerjaan yang melibatkan pemaparan
zat-zat kimia atau objek yang terbang. Pengusaha diharuskan untuk
memiliki pekerja yang menggunakan kacamata debu dan menggunakan
peralatan yang mengurangi resiko cedera. Perawat dilingkungan
kesehatan pekerja dapat menguatkan penggunaan alat-alat pelindung.
Pencegahan kehilangan pendengaran memerlukan individu untuk
menghindari terpapar pada tingkat kegaduhan tinggi yang berkelanjutan
dan suara keras yang menghasilkan kegaduhan. Alat-alat pelindung
harus dipakai klien yang terpaksa bekerja sekitar kegaduhan.
Penyumbat telinga dan alat pendengar berguna untuk menutup suara
yang berdesibel tinggi.
c. Pemeliharaan kesehatan
Pembelajaran untuk beradaptasi pada kerusakan sensori dapat
terjadi pada usia awal. Terdapat tindakan untuk mempertahankan fungsi
sensori pada level tertinggi yang memungkinkan. Hal ini meyakinkan
stimulasi lingkungan untuk klien dan meningkatkan
derajat kesehatan.
Penggunaan alat-alat bantu. Pemeliharaan kesehatan memerlukan
tindakan higienis yang rutin pada penggunaan alat bantu yang tepat dan
baik. Klien yang memakai lensa kontak korektif, kacamata, atau alat
bantu pendengaran harus yakin peralatan itu tetap terjaga kebersihan,
kemudahan, dan fungsional. Berguna sekali mempunyai anggota
keluarga atau teman yang juga mengetahui bagaimana membersihkan
alat bantu. Pemakaian alat bantu pendengaran tidak lagi menjadi stigma
sosial. Ada beragam alat bantu yang berhasil meningkatkan
pendengaran seseorang. Cunningham dan Ganzel (1991)
mengidentifikasi tiga faktor yang menentukan pencalonan seseorang
untuk menggunakan alat bantu pendengaran yaitu kebutuhan yang
dirasakan untuk mendengar, sikap terhadap masalah pendengaran, dan
motivasi mencari jalan keluar. Pengakuan kebutuhan untuk
meningkatkan pendengaran merupakan langkah awal seseorang.
Perawat dapat memberikan informasi yang berguna tentang keuntungan
memakai alat bantu pendengaran.
d. Menciptakan lingkungan yang aman
Jika fungsi sensori rusak maka individu menjadi kurang aman
dan dunia sekitar merekan menjadi lebih kecil. Bagi klien yang
mengalami perubahan sensori penting sekali membuat mereka merasa
aman dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini perlu bagi klien karena
mereka akan memiliki rasa kebebasan. Perasaan aman mengakui
seseorang untuk berfungsi di dalam rumah. Perawat dapat membuat
rekomendasi untuk membantu klien dalam membuat lingkungan
mereka lebih aman tanpa membatasi kebebasan mereka.
Selama kunjungan rumah atau ketika menyelesaikan pemeriksaan
di klinik, perawat dapat menawarkan beberapa saran berguna untuk
keamanan rumah. Sifat dasar dari kehilangan sensori aktual atau
potensial menentukan keamanan tindakan pencegahan awal yang
diambil
e. Peningkatan komunikasi
Defisit sensori dapat menyebabkan seseorang merasa terisolasi
akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penting bagi individual untuk dapat berinteraksi dengan orang yang
mereka temui. Masalah ini dapat menyulitkan efektivitas perawat dalam
mengajarkan klien informasi dan keterampilan. Sifat dasar kehilangan
sensori mempengaruhi metode dan gaya komunikasi yang dapat
perawat gunakan. Metode komunikasi dapat juga diajarkan ke anggota
keluarga dan orang penting lainnya.
2. Penanganan defisit sensori akut
1. Orientasi lingkungan
Klien yang mengalami kerusakan sensori akhir-akhir ini memerlukan
orientasi lengkap untuk ingkungan yang dekat. Orientasi kembali
untuk lingkungan institusional dapat diberikan dengan memastikan
tanda pengenal pada seragam yang tampak, sebut klien dengan
nama, menjelaskan di mana mereka (terutama jika mereka
diantarkan ke daerah yang berbeda untuk penyembuhan), dan
menggunakan isyarat percakapan untuk waktu dan lokasi.
Kecenderungan klien meenjadi bingung dapat dikurangi dengan
menawarkan penjelasan singkat dan sederhana yang berulang kali
dan menetramkan. Anggota keluarga dan pengunjung juga dapat
membantu klien menyesuaikan diri dengan sekeliling rumah sakit.
Penting untuk menjaga semua objek pada posisi dan tempat yang
sama (Norris, 1989). Perawat harus menanyakan klien jika barang
apapun harus diatur untuk memudahkan ambulasi. Menjaga pola lalu
lintas jelas dan menghindari pemakaian furnitur dengan tepi tajam.
Pendekatan yang tenang, tidak terburu-buru selama kontak engan
klien memberikan peawatan kualitas waktu untuk membantu
menyesuaikan diri kembali dan membiasakan klien dengan aktivitas
perawatan. Klien yang cukup baik untuk membaca keuntungan-
keuntungan dari berbagi material bacaan.
2. Tindakan keselamatan
Klien yang mengalami kerusakan visual yang baru saja seringkali
memerlukan bantuan untuk berjalan. Keberadaan lapisan mata,
pemberian tetesan mata yang sering, atau struktur kelopak mata yang
bengkak setelah operasi hanya beberapa faktor yang menyebabkan
klien memerlukan bantuan yang lebih dari biasanya. Penuntun
pandangan dapat memberikan kepercayaan diri untuk kerusakan
secara visual dan menjamin mobilitas yang aman. Ketika berjalan
dengan klien jelaskan perjalanan dari pergerakkan dan yakinkan
bahwa segala rintangan telah dipindahkan. Klien yang kurang
kemampuan untuk berbicara tidak dapat memanggil bantuan. Klien
dengan afasia, laringotomi, atau jalan napas buatan harus berada
dekat dengan tangan. Di rumah sakit lampu pemanggil harus selalu
dekat dengan klien. Klien yang mengalami penurunan sensasi taktil
beresiko cedera ketika kondisi membuat mereka tempat berada di
tempat tidur karena mereka tidak mampu merasakan tekanan
tonjolan tulang atau kebutuhan perubahan posisi. Klien ini
bergantung pada perawat untuk perubahan posisi sesekali waktu,
memindahkan selang atau peralatan sehingga klien dapat berbaring,
dan bergerak untuk menghindari kerusakan kulit.
3. Komunikasi
Gangguan bahasa asing setelah stroke adalah afasia. Sebagai akibat
gangguan pada aliran darah ke otak, pusat berbicara menjadi rusak.
Bergantung pada tipe afasia, ketidakmampuan untuk berkomunikais
dapat menjasi frustasi dan menakutkan. Perawat harus membangun
dengan awal komunikasi yang paling dasar dan mengakui bahwa
afasia tidak mengindikasikan kerusakan dan degenerasi kepribadian.
Perawat menerangkan situasi dan penyembuhan yang penting bagi
klien seperti dia dapat memahami (Ebersole dan Hess, 1994). Klien
yang telah mengalami stroke biasanya memerlukan rujukan ke terapi
wicara untuk mengemabangkan rencana rehabilitasi yang tepat.
4. Pengontrolan stimulus sensori
Perawat mengontrol stimulus yang berlebihan bagi klien dengan
resiko beban sensori yang berlebihan. Klien memerlukan waktu
beristirahat dan bebas dari stress yang disebabkan pemantauan yang
sering dan pengulangan tes. Perawat dapat mengurangi beban sensori
yang berlebihan dengan mengatur rencana perawatan.
Mengkombinasikan aktivitas seperti mengganti pakaian, mandi, dan
mengukur tanda vital dalam satu kunjungan mencegah klien terjadi
kelelahan otot yang berlebihan. Klien juga memerlukan jadwal untuk
istirahat seringkali memerlukan jadwal untuk istirahat dan tenang.
Perencanaan untukperiode istirahat seringkali memerlukan
kerjasama dari keluarga dan pengunjung. Koordinasi dengan bagian
laboratorium dan radiologi dapat membantu meminimalkan jumlah
prosedur yang harus dijalani klien. Perawat dapat mendukung
anggota keluarga untuk duduk dengan tenang bersama klien atau
melibatkan klien dalam aktivitas yang berulang-ulang yang tidak
memerlukan banyak keterampilan seperti menyisir rambt atau
menggosok gigi. Membantu klien bergerak dan mandiri jika
memungkinkan batasan yang dianjurkan memberikan stimulasi yang
berarti. Ketika klien meninggalkan lingkungan perawat akut ke
lingkungan rumah, perawat harus berkomunikasi dengan anggota di
lingkungan perawatan rumah tentang intervensi yang membantu
klien beradaptasi pada masalah sensori. Demikian pula, informasi
yang menjelaskan terdapat defisit sensori klien harud dilaporkan.
Perawatan yang terus-menerus dicapai keirka klien diperlukan untuk
membuat perubahan minimal di lingkungan rumah.

3. Pemeliharaan gaya hidup sehat


a. Pemahaman kehilangan sensori
Klien yang mengalami kehilangan sensori akhir-akhir ini harus
memahami bagaimana beradaptasi sehingga lingkungan kehidupan
menjadi stimulasi yang aman dan sesuai. Semua anggota keluarga
harus memahami cara kerusaka sensori klien mempengaruhi
aktivitas normal sehari-hari. Keluarga dan teman lebih mendukung
ketika mereka memahani defisit sensori dan jenis-jenis elemen yang
memperburuk atau mengurangi masalah sensori. Misalnya, keluarga
dan teman perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan seseorang
yang memiliki kehilangan pendengaran. Terdapat sumber di
komunitas yang menyediakan informasi yang membantu klien
dengan kebutuhan manajemen pribadi.
b. Sosialisasi
Kemampuan berkomunikasi adalah hal yang menyenangkan. Hal
ini menguji intelektual kita, membuka kesempatan, dan membuat
kita bertukar perasaan yang kita miliki tentang yang lain. Ketika
interaksi dicegah oleh perubahan sensori, seseorang dapat merasa
tidak efektif dan kehilangan harga diri. Jika klien merasa tidak
diterima secara sosial mereka akan merasa kehilangan sensori seperti
kerusakan kualitas hidup serius. Perawat dapat mengenalkan terapi-
terapi untuk mengurangi kesepian, khususnya bagi klien yang lansia.
Selain itu, anggota keluarga harus belajar memfokuskan
kemampuan daripada ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi.
Hal ini jangan diasumsikan, misalnya seseorang yang sulit
mendengar tidak ingin berbicara. Orang yang buta dapat menikmati
berjalan di taman dengan teman pendamping yang menjelaskan
pemandangan di sekitarmmereka.
c. Peningkatan perawatan diri
Kemampuan untuk melakukan perawatan diri adalah penting
untuk harga diri. Seringkali, anggota keluarga dan perawat percaya
seseorang yang mnengalami kerusakan sensori memerlukan bantuan,
ketika kenyataannya mereka dapat menolong diri mereka sendiri.
Pedoman yang berguna membantu klien yang mengalami kerusakan
penglihatan atau taktil ketika bantuan diperlukan pada aktivitas
hidups sehari-hari. Baki makanan dapur diatur walaupun makanan di
baki dan bumbu-bumbu dan minuman di sekitar baki ada dihadapan
klien sesuai arah jam. Klien yang mengalami kerusakan penglihatan
dapat dengan mudah berorientasi dengan benda setelah perawat atau
anggota keluarga menjelaskan lokasi masing-masing benda.
BAB III

SOAL

1. Kelainan mata akibat kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi lensa
dan denaturasi protein lensa adalah…
a. Katarak
b. Konjugtifitis
c. Belefaritis
d. Kelilipan
2. Leukokoria adalah bercak putih yang di dapat sejak lahir akibat gangguan
metabolisme tubuh. Letak bercak tersebut berada di tubuh bagian
a. Lensa
b. Pupil
c. Kornea
d. Seluruh tubuh
3. Kematian sel-sel kornea akibat infeksi di sebut
a. Ulkus kornea
b. Infeksi kornea
c. Kebutaan
d. Uveitis
4. Gejala yang timbu akibat konjuktifitis adalah kecuali
a. Mata merah
b. Mata berair
c. Terasa panas
d. Terasa kelilipan
5. Penyebab utama glaucoma adalah
a. Bertambahnya volume cairan ocular
b. Meningkatnya input cairan
c. Alergi
d. Infeksi
6. Penyebab utama dari trakoma adalah
a. Bakteri trachoma
b. E.colli
c. Herpes
d. Asap
7. Fakto yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi..Kecuali
a. Radiasi sinar ultrafiolet
b. Diabetes militus
c. Genetik
d. Proses penuaan
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada psaien dengan katarak
preoperasi adalah…Kecuali
a. Gangguan sensori persepsi penglihatan
b. Resiko cedera
c. Resiko infeksi
d. Ansietas
9. Berikut adalah sifat dari bakteri penyebab hordeolum, Kecuali…
a. Positive gram
b. Berpigmen kuning
c. Hidup di tempat lembab
d. Hidup berkelompok
10. Peningkatan konsentrasi lensa yang di akibatkan oleh
a. peningkatan TIO
b. peningkatan tekanan darah
c. peningkatan kadar glukosa orbita
d. kelainan saraf
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berbagai macam gangguan system persepsi sensori dapat terjadi
pada setiap orang, mulai dari gangguan kecil yang tidak menimbulkan
efek pada kehidupan sehari-hari hingga kerusakan atau gangguan atau
penyakit yang dapat menggagu fungsi organ sensori itu sendiri atau
bahkan pada fungsi organ lainnya.
Ganggaun system persepsi sensori ini dapat berupa katarak,
glaucoma, gangguan pendengaran, otalgia, ca nasofaring, dan masi
banyak lainnya, gangguan-gangguan system persepsi sensori ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor baik faktor instrnsik maupun
faktor ekstrisik, faktor instrinsik seperti infeksi pendengaran ataupun
keganasan, serta faktor ekstrinsik seperti lingkungan gaya hidup ataupun
akibat kecelakaan
Tindakan pengobatan dan asuhan keperawatan yang professional
diperlukan apabila gangguan dan kerusakan terjadi agar dapat segera
disembutkan ataupun untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan
yang terjadi sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup seseorang.

b.Saran
Gaya hidup yang bersih dan sehat dapat mencegah timbulnya penyakit
pada system persepsi sensori. Oleh karena itu di harapkan pembaca dapat
lebih menahami mengenai penyakit-penyakit yang dapat timbul pada
system persepsi sensori.Tindakan pengobatan dan asuhan keperawatan
yang professional dibutuhkan jika terjadi masalah pada system-sistem
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/428704694/Makalah-
Trend-dan-Issue-dalam-Keperawatan-docx
https://id.scribd.com/document/374504916/Trend-Dan-Isu-
Persepsi-Sensori-
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/tren-dan-issue-
keperawatan/
https://www.academia.edu/40766275/MAKALAH_TREN
D_DAN_issu

Anda mungkin juga menyukai