Disusun Oleh :
Kelompok 9
Amirah Ersa Damaiyanti P07120118048
Marisa Fitriana P071201180
Rafika Auralita P07120118106
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman
kegelapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi……………………………........................................................3
2.3 Etiologi.........................................................................................................3
2.6 Komplikasi…...............................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................6
BAB III
3.1 Pengkajian…...............................................................................................8
3.3 Intervensi....................................................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan………………………………………………………………….....17
4.2 Saran………………………………………………………………………….17
DARFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam pada anak adalah kondisi yang terjadi ketika seorang anak
menderita kejang saat sedang demam tinggi. Kejang demam merupakan
penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam disebut juga
febrile seizure atau step pada anak.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan
suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8° dan terjadi disaat suhu tubuh
naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh.
5
2.4 Patofisiologi
6
2.5 Manifestasi Klinik
2.6 Komplikasi
7
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl
D Asparate (MMDA) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke
sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.
c. Retardasi mental
Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus.
d. Aspirasi
Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.
e. Asfiksia
Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan atau
teratur.
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a) Menghentikan kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
d) Monitor suhu tubuh
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC.
f) Berikan Kompres Hangat
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap
atau lap khususbadan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat
(30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh
terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu,
anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau
didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah
kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Sebenarnya
mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam.
8
Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun
demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya
tidak memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu
(ASI atau atau susu formula) dan air harus tetap diberikan atau
bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau
buah-buahan yang banyak mengandung air.
h) Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya
tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak
sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau
aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Bisa dilakukan pemeriksaan darah perifer,
elektrolit, dan gula darah.
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%.Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
a) Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
b) Bayi 12 – 18 bulan : dianjurkan
c) Bayi > 18 bulan : tidak rutin
Bila yakin bukan meningtis secara klinis, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
9
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT Scan atau MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
3.1Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
b. Sirkulasi
c. Intergritas Ego
10
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
e. Neurosensori
f. Kenyamanan
g. Pernafasan
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
lingkungan sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
11
a. Aktivitas
b. Integritas Ego
c. Eleminasi
2) Hyperplasia ginginal
fase area.
2) Kejang umum
makanan
5) Kejang parsial
12
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
ersifat konvulsif
f. Kenyamanan
g. Keamanan
13
hipertermi atau dan RR
37oC) pengunjung
120x/menit 7. Menganjurkan
demam
penurun panas
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan 1. Monitor TD, nadi, suhu
14
kebiruan dengan kriteria 4. Monitor tingkat kesadaran
a. TD sistole dan
normal 80-100/60
mmHg
b. RR normal 20-30
x/menit
x/menit
derajat celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
kejang berbahaya
5. Menyediakan tempat
15
bersih
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan
8. Menganjurkan keluarga
9. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
penyakit kepada
keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan
imunitas tubuh terkontrol, status imun pasien secara benar setiap
adekuat setelah digunakan pasien
KRITERIA HASIL : 3. Cuci tangan sebelum dan
a. Bebas dari tanda sesudah merawat pasien,
dangejala infeksi. dan ajari cuci tangan yang
b. Keluarga tahu benar
tanda-tanda infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga
c. Angka leukosit untuk selalu menjaga
normal (9000– kebersihan klien
12.000/mm3) 5. Tingkatkan masukkan
gizi yang cukup
6. Tingkatkan masukan
cairan yang cukup
7. Anjurkan istirahat
8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta
16
tentang tanda dan
gejala infeksi dan segera
untuk melaporkan
keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan
aseptic semua daerah IV
(intra vena)
10. Kolaborasi dalam
pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan
anjurkan untuk minum
obat sesuai aturan.
5. Kurangnya Setelah di lakukan 1. Informasi keluarga tentang
17
peawatan kejang.
kejang.
c. Keluarga
mengerti
penyebab tanda
yang dapat
menimbulkan
kejang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi
karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 38°C yang sering di jumpai pada
usia anak dibawah lima tahun.
18
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada
saatseorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudiankaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak
responsif untuk beberapa waktu, napasakan terganggu, dan kulit akan tampak
lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akansegera normal kembali.
Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat
terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan
pemeriksaansedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan
dapat diketahui secara dinisehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
WIKIPEDIA. (27 Agustus 2019). Kejang Demam. Diakses pada 20 Februari
2020, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kejang_demam
Hello SEHAT. (14 Februari, 2017 ). Kejang Demam (Febrile Seizure). Diakses
pada 20 Februari 2020, dari
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kejang-demam-febrile-seizure/
20