Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Firdaus, S.Kp, M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Amirah Ersa Damaiyanti P07120118048
Marisa Fitriana P071201180
Rafika Auralita P07120118106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala


kemampuan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
ini dengan lancar pada mata kuliah Keperawatan Dasar.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman
kegelapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah
agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna. Demikian yang
dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat
dan wawasan bagi kita semua.

Banjarbaru Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kejang Demam ..........................................................................3

2.2 Klasifikasi……………………………........................................................3

2.3 Etiologi.........................................................................................................3

2.4 Patofisiologi …………………………………………………...……………..4

2.5 Manifestasi Klinis .......................................................................................5

2.6 Komplikasi…...............................................................................................5

2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................6

2.8 Pemeriksaan Diagnosistik............................................................................7

BAB III

3.1 Pengkajian…...............................................................................................8

3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................11

3.3 Intervensi....................................................................................................11

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan………………………………………………………………….....17
4.2 Saran………………………………………………………………………….17
DARFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kejang demam pada anak adalah kondisi yang terjadi ketika seorang anak
menderita kejang saat sedang demam tinggi. Kejang demam merupakan
penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam disebut juga
febrile seizure atau step pada anak.

Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan. Jika orang tua


pernah mengalami kejang deman maka anak mereka berpotensi sangat besar
untuk mengalaminya. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang
tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada
awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu
tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali
berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umumnya tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) saat kejang terjadi dan
pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna.

Menurut konsensus dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejang


demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 °C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah makalah ini adalah


bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam.

1.3 Tujuan

Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan apa pengertian kejang demam.


2. Mengetahui klasifikasi kejang demam.
3. Mengetahui etiologi kejang demam yang terjadi.
4. Mengetahui patofisiologi kejang demam.
5. Mengetahui manifestasi klinik kejang demam.
6. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada kejang demam.
7. Menjelaskan penatalaksanaan pada pasien kejang demam.
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien kejang demam.
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien kejang demam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan


suhu 38°C. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi
pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang demam dapat terjadi karena proses
intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.

2.2 Klasifikasi

1. Kejang demam sedehana


Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang tipe kejangnya
umum, singkat dan hanya sekali dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks (complexor complited febrile convulsion)
Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang memenuhi
kriteria berikut:
a. Kejang demam yang tipe kejangnya fokal, artinya kejangnya tidak
seluruh tubuh misalnya kejangnya cuma tangan kiri saja atau kaki
kanan saja.
b. Kejangnya berlangsung lebih dari 15 menit.
c. Kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam
3. Kejang sistomatik (symptomatic febrile seizure)
Kejang demam ini memiliki sifat yaitu umur dan sifat demam adalah
sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak telah
mengalami kelainan neurologi atau penyakit akut.

2.3 Etiologi

Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan
suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8° dan terjadi disaat suhu tubuh
naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh.

5
2.4 Patofisiologi

Pada demam, kenaikan suhu 10°C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O² meningkat 20 %. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran
listrik dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-
tiba ini dapat menimbulkan kejang.

6
2.5 Manifestasi Klinik

Menurut, Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009), manifestasi klinik yang


muncul pada penderita kejang demam :

a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.


b. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
kinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan
reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar
kembali tanpa ada kelainan persarafan.
c. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti
panggilan, cahaya (penurunan kesadaran)

Selain itu pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone


juga dapat kita jadikan pedoman untuk menetukan manifestasi klinik
kejang demam. Ada 7 kriteria antara lain:

1. Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.


2. Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada otot
rahang saja ).
4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan sistem persarafan sebelum dan setelah kejang tidak ada
kelainan.
6. Pemeriksaan elektro Enchephalography dalam kurun waktu 1 minggu
atau lebih setelah suhu normal tidak dijumpai kelainan
7. Frekuensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,


berlangsung singkat dengan sifat kejang dapat berbentuk tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal atau kinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.(Judha
& Rahil, 2011)

2.6 Komplikasi

Komplikasi pada kejang demam anak :


a. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh
terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan
kejang yang terjadi pada epilepsi kejang akibat lepasnya muatan listrik
yang berlebihan di sel neuron saraf pusat.
b. Kerusakan jaringan otak

7
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl
D Asparate (MMDA) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke
sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.
c. Retardasi mental
Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus.
d. Aspirasi
Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.
e. Asfiksia
Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan atau
teratur.

2.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
a) Menghentikan kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab

Pengobatan rumah profilaksis intermitten. Untuk mencegah kejang


berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
d) Monitor suhu tubuh
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC.
f) Berikan Kompres Hangat
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap
atau lap khususbadan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat
(30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh
terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu,
anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau
didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah
kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Sebenarnya
mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam.

8
Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun
demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya
tidak memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu
(ASI atau atau susu formula) dan air harus tetap diberikan atau
bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau
buah-buahan yang banyak mengandung air.
h) Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya
tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak
sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau
aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Bisa dilakukan pemeriksaan darah perifer,
elektrolit, dan gula darah.

2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%.Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
a) Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
b) Bayi 12 – 18 bulan : dianjurkan
c) Bayi > 18 bulan : tidak rutin
Bila yakin bukan meningtis secara klinis, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.

3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.

9
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.

4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT Scan atau MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM

3.1Pengkajian Keperawatan

1.  Anamnesa

a. Aktivitas atau Istirahat

Keletihan, kelemahan umum

Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain

b. Sirkulasi

Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis

Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan

penurunan nadi dan pernafasan

c. Intergritas Ego

Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan

keadaan dan atau penanganan

Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak

berdaya Perubahan dalam berhubungan

10
d. Eliminasi

1) Inkontinensia epirodik

2) Makanan atau cairan

3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejang

e. Neurosensori

1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan,

pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal

2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)

3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis

f. Kenyamanan

1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)

2) Nyeri abnormal proksimal  selama fase iktal

g. Pernafasan

1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun

cepat peningkatan sekresi mulus

2) Fase posektal : Apnea

h. Keamanan

1) Riwayat terjatuh

2) Adanya alergi

i. Interaksi Sosial

Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga

lingkungan sosialnya

2. Pemeriksaan Fisik

11
a. Aktivitas

1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot

2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot

b. Integritas Ego

1) Pelebaran rentang respon emosional

c. Eleminasi

Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter

Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia

d. Makanan atau cairan

1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)

2) Hyperplasia ginginal

e. Neurosensori (karakteristik kejang)

1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau

respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada

fase area.

2) Kejang umum

Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag

peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine

3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa

jam, lemah kalau mental dan anesia

4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau

makanan

5) Kejang parsial

12
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,

berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan

ersifat konvulsif

f. Kenyamanan

1.) Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati

2.) Perubahan pada tonus otot

3.) Tingkah laku distraksi atau gelisah 

g. Keamanan

Trauma pada jaringan lunak dan penurunan kekuatan atau tonus

otot secara menyeluruh

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

4. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh


5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan
dengan kurangnya informasi.

3.4 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh sesering

berhubungan asuhan keperawatan mungkin

dengan proses selama 2x24 jam 2. Monitor warna kulit

infeksi diharapkan tidak terjadi 3. Monitor tekanan darah, nadi

13
hipertermi atau dan RR

peningkatan suhu tubuh 4. Monitor penurunan tingkat

dengan kriteria hasil: kesadaran

a. Suhu tubuh dalam 5. Tingkatkan sirkulasi udara

rentan normal (36,5- dengan membatasi

37oC) pengunjung

b. Nadi dalam rentan 6. Berikan cairan dan elektrolit

normal 80- sesuai kebutuhan

120x/menit 7. Menganjurkan

c. RR dalam rentan menggunakan pakaian yang

normal 18-24x/menit tipis dan menyerap keringat

d. Tidak ada perubahan 8. Berikan edukasi pada

warna kulit dan tidak keluarga tentang kompres

ada pusing. hangat dilanjutkan dengan

kompres dingin saat anak

demam

9. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat

penurun panas
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan 1. Monitor TD, nadi, suhu

jaringan cerebral asuhan keperawatan dan RR

berhubungan selama 2x24 jam 2. Catat adanya penginkatan

dengan kerusakan diharapkan pasien TD

neuromuskular tampak tidak lemah, 3. Monitor jumlah dan irama

otak tidak pucat, kulit tidak jantung

14
kebiruan dengan kriteria 4. Monitor tingkat kesadaran

hasil: 5. Monitor GCS

a. TD sistole dan

diastole dalam batas

normal 80-100/60

mmHg

b. RR normal 20-30

x/menit

c. Nadi normal 80-90

x/menit

d. Suhu normal 36-37

derajat celcius

e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan

cedra berhubungan tindakan keperawatan yang aman untuk

dengan spasme selama 2x24 jam pasien

otot ekstermitas diharapkan masalah 2. Identifikasi kebutuhan

tidak menjadi aktual dan keamanan pasien

dengan kriteria hasil: 3. Menghindarkan

a. Tidak terjadi lingkungan yang

kejang berbahaya

b. Tidak terjadi 4. Memasang side rail

cedra tempat tidur

5. Menyediakan tempat

tidur yang nyaman dan

15
bersih

6. Membatasi pengunjung

7. Memberikan

penerangan yang cukup

8. Menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien

9. Mengontrol lingkungan

dari kebisingan

10. Edukasi tentang

penyakit kepada

keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan
imunitas tubuh terkontrol, status imun pasien secara benar setiap
adekuat setelah digunakan pasien
KRITERIA HASIL : 3.  Cuci tangan sebelum dan
a. Bebas dari tanda sesudah merawat pasien,
dangejala infeksi. dan ajari cuci tangan yang
b. Keluarga tahu benar
tanda-tanda infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga
c. Angka leukosit untuk selalu menjaga
normal (9000– kebersihan klien
12.000/mm3) 5.  Tingkatkan masukkan
gizi yang cukup
6. Tingkatkan masukan
cairan yang cukup
7. Anjurkan istirahat
8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta

16
tentang tanda dan
gejala infeksi dan segera
untuk melaporkan
keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan
aseptic semua daerah IV
(intra vena)
10. Kolaborasi dalam
pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan
anjurkan untuk minum
obat sesuai aturan.
5. Kurangnya Setelah di lakukan 1. Informasi keluarga tentang

pengetahuan tindakan keperawatan kejadian kejang dan

keluarga tentang selama 2x24 jam dampak masalah, serta

penanganan keluarga mengerti beritahukan cara perawatan

penderita selama maksud dan tujuan dan pengobatan yang

kejang dilakukan tindakan benar.

berhubungan perawatan selama 2. Informasikan juga tentang

dengan kurangnya kejang. kriteria hasil : bahaya yang dapat terjadi

informasi. a. Keluarga akibat pertolongan yang

mengerti cara salah.

penanganan 3. Ajarkan kepada keluarga

kejang dengan untuk memantau

b. Keluarga perkembangan yang terjadi

tanggap dan akibat kejang.

dapat 4. Kaji kemampuan keluarga

melaksanakan terhadap penanganan

17
peawatan kejang.

kejang.

c.  Keluarga

mengerti

penyebab tanda

yang dapat

menimbulkan

kejang.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi
karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 38°C yang sering di jumpai pada
usia anak dibawah lima tahun.

18
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada
saatseorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudiankaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak
responsif untuk beberapa waktu, napasakan terganggu, dan kulit akan tampak
lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akansegera normal kembali.
Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat
terjadi selama lebih dari 15 menit.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan
pemeriksaansedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan
dapat diketahui secara dinisehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin

B. Saran

Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan


dengan cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada
klien lebih baik, khusunya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dalam proses
pemberian asuhan keperawatan pada anak kejang demam.

DAFTAR PUSTAKA

Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Jakarta:


Sagung Seto

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC,


Jakarta

Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO,


Edisi:10.EGC ,Jakarta

19
WIKIPEDIA. (27 Agustus 2019). Kejang Demam. Diakses pada 20 Februari
2020, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kejang_demam

Hello SEHAT. (14 Februari, 2017 ). Kejang Demam (Febrile Seizure). Diakses
pada 20 Februari 2020, dari
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kejang-demam-febrile-seizure/

Irdawati. 2009. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Berita Ilmu


Keperawatan ISSN 1979-2697. 2(3): 143-146

20

Anda mungkin juga menyukai