DISUSUN OLEH :
NOOR HASANAH
RAHMATIN HASANAH
RISKI MAULANA
SILVIA SARI
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam
minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6
jam, 2 jam - 6 hari, 2 jam – 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu).
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis
dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan
prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan
dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai
dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Post partum blues dan depresi post partum memiliki gejala yang hampir sama,
perbedaan keduanya tertelak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya
gejala-gejala yang timbul. Ibu yang mengalam depresi post partum akan merasakan
berbagai gejala yang ada pada Post partum blues, namun dengan intensitas yang lebih
hebat, lebih sering dan bertahan lebih lama.
Kondisi kehamilan dan proses melahirkan membutuhkan perhatian tersendiri. Jika
individu yang bersangkutan atau anggota keluarga kuranga mempersiapkan diri dengan
baik, mungkin saja muncul gangguan kesehatan pada ibu yang sedang hamil, atau ibu
mengalami hambatan dalam proses melahirkan, periode pasca persalinan juga
membutuhkan perhatian tersendiri, setelah melahirkan, seorang ibu harus berusaha untuk
memulihkan dirinya ke kondisi normal dan bayi membutuhkan perawatan serta perhatian
yang baik dari orang tua.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu post partum blues dan depresi post partum
2. Bagaimana etilogi dari post partum blues dan depresi post partum
3. Bagaimana gejala dari post partum blues dan depresi post partum
1
4. Bagaimana masalah dari post partum blues dan depresi post partum
5. Bagaimana cara penanganan post partum blues dan depresi post partum
6. Bagaimana pencegahan dari post partum blues dan depresi post partum
7. Bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues dan depresi post partum
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari post partum blues dan depresi post partum
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah Keperawatan Maternitas tentang
asuhan keperawatan pada kasus post partum blues dan depresi post partum.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Postpartum blues
a. Pengertian
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau
bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis.
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya
tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis,
salah satunya yang disebut Postpartum Blues.
b. Etiologi
1. Perubahan Hormon
Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.
3
persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem
dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya, wanita lebih mungkin
mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan
emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan. Ibu
mengalami ketakutan pada bayinya tentang adanya ketidaksempurnaan pada
bayinya.
c. Gejala/Tanda-tanda
1. Perasaan sedih yang menyeluruh
2. Ketidakmampuan berhenti menangis
3. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya)
4. Rasa tidak aman
5. Kelelahan yang berlebihan
6. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
7. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
8. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri
4
12. Adanya masalah dengan ibu
13. Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
14. Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi
ibu.
15. Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
16. Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
17. Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada
didekat ibunya.
e. Penanganan postpartum blues
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb:
5
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:
6
i. Bergabung dengan kelompok ibu
Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari
Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan
mengurangi resiko tersebut dari dalam diri. Sikap proaktif untuk mengetahui
penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga
dapat dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga
dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum
Blues yaitu :
c. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa
lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
7
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah
atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah
dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan
atau orang terdekat.
h. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka
8
bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih
baik setelahnya.
2. Etiologi
9
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Berikut 4 faktor
lainnya penyebab depresi post partum:
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
3. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
10
a. Berkurangnya energi
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan
spesifik antara lain:
a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
b. Kelelahan dan perubahan mood
c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
4. Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
Beristirahat dengan baik
Berolahraga yang ringan
Berbagi cerita dengan orang lain
Bersikap fleksible
Bergabung dengan orang-oarang baru
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Ada cara-cara menghindari atau mengatasi depresi:
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu
istirahat anda.
Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang
berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi.
Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks
disarankan musik-musik yang menenangkan.
Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi
depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh.
Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah.
11
Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik
wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
12
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan
pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
4) Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua
bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
5) Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas
dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual
setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru.
Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan
seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
6) Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
13
orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan
anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat
segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir
dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
8) Perubahan Mood
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah
marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan
fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah
dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk
mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori
kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
14
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi
bayinya.
9) Kebiasaan sehari-hari
a) Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang)
b) Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah
c) Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi
rendah
d) Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain,
cemas, menari diri.
15
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa
kering
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat
2. Pathway
16
d. Diagnosa
I. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
II. Keletihan berhubungan dengan depresi
III. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap
kemampuan diri mengatasi masalah dan ketidakadekuatan sistem
pendukung
IV. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan disorganisasi keluarga
V. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
VI. Risiko bunuh diri berhubungan dengan masalah sosial
Edukasi :
17
1. Anjurkanposisiduduk,
jikamampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasipemberianmedik
asisebelummakan (mis.
Peredanyeri, antiemetik),
jikaperlu
2. Kolaborasidenganahligiziun
tukmenentukanjumlahkalori
danjenis nutrient yang di
butuhkan, jikaperlu
II. (D.0057) Keletihan KONSERVASI MANAJEMEN ENERGI
b/d depresi ENERGI (L.05040) (I. 05178)
18
kpasifdan / atauaktif
3. Berikanaktivitasdistraksi
yang menanangkan
4. Fasilitasiduduk di
sisitempattidur,
jikatidakdapatberpindahatau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkantirah baring
2. Anjurkanmelakukanaktivita
ssecarabertahap
3. Anjurkanstrategikopinguntu
kmengurangikelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasidenganahligizite
ntangcarameningkatkanasu
panmakanan
III. (D.0096) Koping STATUS KOPING DUKUNGAN
tidak efektif b/d (L.09086) PENGAMBILAN
ketidakpercayaanterh KEPUTUSAN (I.09265)
adapkemampuandiri 1. Kemampuanmemenu
mengatasimasakahda hiperansesuaiusiame Observasi :
nketidakadekuatan mbaik 1. Identifikasipresepsimengen
system pendukung 2. Perilakukopingadaptif aimasalahdaninformasi
membaik yang memicukonflik
3. Verbalisasikemapuan
mengatasimasalahme Terapeutik :
mbaik 1. Fasilitasimengklarifikasinil
4. Verbalisasipengakuan aidanharapan yang
masalahmembaik membantumembuatpilihan
5. Verbalisasikelemahan 2. Diskusikankelebihandankek
19
dirimembaik urangansetiapsolusi
6. Perilakuasertifmemba 3. Fasilitasimelihatsituasisecar
ik a realistic
7. Verbalisasimenyalahk 4. Motivasimengungkapkantuj
an orang lain uanperawatan yang
menurun diharapkan
5. Fasilitasipengambilankeput
usansecarakolaboratif
6. Hormatihakpasienuntukmen
erimaataumenolakinformasi
Edukasi :
1. Informasikan alternative
solusisecarajelas
2. Berikaninformasi yang
dimintapasien
Kolaborasi :
1. Kolaborasidengantenagakes
ehatanlaindalammemfasilita
sipengambilankeputusan
IV. (D.0097) DUKUNGAN DUKUNGAN KOPING
Penurunankopingkel KELUARGA KELUARGA (I.09260)
uarga b/d (L.13112)
disorganisasikeluarg 1. Verbalisasikeinginanu Observasi :
a ntukmendukunganggo 1. Identifikasiresponsemosion
takeluarga yang alterhadapkondisisaatini
sakitmeningkat 2. Identifikasibeban prognosis
2. Menanyakankondisip secarapsikologis
asienmeningkat 3. Identifikasipemahamantenta
3. Mencaridukungan ngkeputusanperawatansetel
social ahpulang
bagianggotakeluarga 4. Identifikasikesesuaianantara
yang sakitmeningkat harapanpasien, keluarga,
20
4. Mencaridukunganspir dantenagakesehatan
itualbagianggotakelua
rga yang Terapeutik :
sakitmeningkat 1. Dengarkanmasalah,
perasaan,
danpertanyaankeluarga
2. Terimanilai-
nilaikeluargadengancara
yang tidakmenghakimi
3. Diskusikanrencanamedisda
nperawatan
4. Fasilitasipengungkapanpera
saanantarapasiendankeluatg
aatauantaranggotakeluarga
5. Fasilitasianggotakeluargada
lammengidentifikasidanme
nyelesaikankonfliknilai
Edukasi :
1. Informasikankemajuanpasie
nsecaraberkala
2. Informasikanfasilitasperawa
tankesehatan yang tersedia
Kolaborasi :
1. Rujukuntukterapikeluarga,
jikaperlu
V. (D.0109) PERAWATAN DUKUNGAN
Defisitperawatandiri DIRI (L.11103) PERAWATAN DIRI
bdgangguanpsikolog (I.11348)
is 1. Kemampuanmandime
ningkat Observasi :
2. Kemampuanmengena 1. Identifikasikebiasaanaktivit
kanpakaianmeningkat asperawatandirisesuaiusia
21
3. Kemampuanmakanme 2. Monitor tingkatkemandirian
ningkat 3. Identifikasikebutuhanalat
4. Kemampuanke toilet bantu kebersihandiri,
(BAB/BAK) berpakaian, berhias,
meningkat danmakan
5. Verbalisasikeinginan
melakukanperawatand Terapeutik :
irimeningkat 1. Sediakanlingkungan yang
6. Minatmelakukanpera terapeutik (mis.
watandirimeningkat Suasanahangat, rileks,
privasi)
2. Siapkankeperluanpribadi
(mis. Parfume, sikatgigi,
dansabunmandi)
3. Damping
dalammelakukanperawatan
dirisampaimandiri
4. Fasilitasiuntukmenerimakea
daanketergantungan
5. Fasilitasikemandirian, bantu
jikatidakmampumelakukan
perawatandiri
6. Jadwalkanrutinitasperawata
ndiri
Edukasi :
1. Anjurkanmelakukanperawat
andirisecarakonsistensesuai
kemampuan
VI. (D.0135) KONTROL DIRI PENCEGAHAN BUNUH
Risikobunuhdiri b/d (L.09076) DIRI (I.14538)
masalahsosial
1. Verbalisasiancamanke Observasi :
pada orang lain 1. Identifikasigejalarisikobunu
22
meningkat hdiri (mis. Gangguan mood,
2. Verbalisasiumpatanm halusinasi, delusi, panik,
eningkat penyalahgunaanzat,
3. Perilakumenyerangm kesedihan,
enurun gangguankepribadian)
4. Perilakumelukaidirisn 2. Identifikasikeinginandanpik
ediri/ orang lain iranrencanabunuhdiri
menurun 3. Monitor
5. Perilakuagresif / lingkunganbebasbahayaseca
amukmenurun rarutin (mis. Barangpribadi,
6. Suarakerasmenurun pisaucukur, jendela)
7. Bicaraketusmenurun 4. Monitor adanyaperubahan
mood atauperilaku
Terapeutik :
1. Libatkandalamperencanaan
perawatanmandiri
2. Libatkankeluargadalampere
ncanaanperawatan
3. Lakukanpendekatanlangsun
gdantidakmenghakimisaatm
embahasbunuhdiri
4. Tingkatkanpengawasanpada
kondisitertentu (mis. Rapat
staff, pergantian shift)
5. Berikanlingkungandenganp
engamatanketatdanmudahdi
pantau (mis.
Tempattidurdekatdenganrua
ngperawat)
Edukasi :
1. Anjurkanmendiskusikanper
asaan yang dialamikepada
23
orang lain
2. Anjurkanmenggunakansum
berpendukung (mis.
Layanan spiritual,
penyediaanlayanan)
3. Jelaskantindakanpencegaha
nbunuhdirikepadakeluargaa
tau orang terdekat
4. Informasikansumberdayam
asyarakatdan program yang
tersedia
Kolaborasi :
1. Kolaborasipemberianobatan
tiansietasatauantipsikotik,
sesuaiindikasi
2. Kolaborasitindakankeselam
atankepada PPA
3. Rujukkepelayanankesehata
n mental, jikaperlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak
kelahiran bayi. Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
24
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1
tahun kedepan.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi
depresi /sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas
perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu
makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada
beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang
lebih berat menjadi depresi postpartum.
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah
“Keperawatan Maternitas”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam
penyusunan makalah ini agar lebih baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-gangguan-psikososial.html
http://askep-askeb.cz.cc/2010/07/depresi-postpartum.html
Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep Dasar dan
Askep Postpartum Blues.
http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-konsep-
dasar.html. diakses tanggal 19 maret 2021.
Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa
Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES.
diakses tanggal 19 maret 2021.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika ADITAMA
iv