Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Arthritis Reumatoid (AR)


Arthritis merupakan istilah medis perdangan pada sendi .arthritis berasal dari
bahasa yunani ,arthrotos (sendi )dan it is (inflamasi).inflamasi adalah reaksi tubuh
terhadap benda asing yang di tandai oleh panas ,bengkak ,nyeri,dan gangguan
funiorgan tubuh .artrithis juga menunjukkan sebuah sendi yang cedera ,teregang
,terinfeksi dan rusak atau aus(susut karena terlalu sering di gunakan).(priehati
&dr.Mumpuni,2017).
Artritis adalah suatu bentuk penyakit sendi yang sering dijumpai meliputi
bermacam macam kelainan dengan penyebab yang berbeda .jadi artritis adalah
inflamasi yang terjadi pada sendi dengan kausa yang berbeda beda dan dapat
mengenai semua usia.(kholid rosyidi,2018).

B. Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
sepertibakteri,mikoplasma&virus(SylviaPrice,2016).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1.Infeksi Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus..
2.Endokrin
3.Autoimmun
4.Metabolik
5.Faktorgenetiksertapemiculingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor injeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteriod yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Kelainan
yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Pada jaringan ekstra-artikuler akan
terjadi perubahan patologis, yaitu:
a. Pada otot terjadi miopati
b. Nodul subkutan c. Pembuluh darah perifer terjadi
c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada pembuluh darah
perifer dan lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa
d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf
e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi
faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid
adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Herdman, Heather.2015).

C. Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid


Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit ini
akan berkembang menjadi empat tahap :
1. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan
produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada
radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Pasien
mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan
kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan
kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan
terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada
jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin terjadi. (Mansjoer, arif. Dkk.2015)

D. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan
CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan
interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya
inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor
ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi
kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui
pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan
osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi.
Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid
artritis. .(kholid rosyidi,2018).

E. Woc
(Sumber:Kholid Rosyidi, 2013)

F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor
Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah
sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP)
dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis
akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning
gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen
.Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan
memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit
tersebut (priehati &dr.Mumpuni,2017).

G. Kompilkasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat. (priehati
&dr.Mumpuni,2017).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a. Termoterapi
b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
c. Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada
dosis yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn
salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat
mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
2. Keperawatan
 Pendidikan :meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
 Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
 Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien. (kholid
rosyidi,2018)
I. ASKEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan,keletihan.
Tanda:Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3. Integritas ego
4. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan
pada orang lain).
5. Makanan/cairan
6. Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat:mual,anoreksia Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ)
Tanda:Penurunan berat badan ,Kekeringan pada membran mukosa.
7. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
8. Neurosensori
Tanda: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi )
10. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat ,tegang ,nodul sub kutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
11. Interaksisosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi (Morhead, Sue. 2018).

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
2. Resiko infeksi
3. Resiko gangguan integritas kulit b/d keterbatasan mobilitas
4. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
5. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Defisit perawatan NOC : NIC :


diri b/d kelemahan
fisik  Self care : Activity of Self Care
Daily Living (ADLs) assistane : ADLs
Kriteria Hasil :
 Monitor
 Klien terbebas dari bau kemempuan
badan klien untuk
 Menyatakan perawatan diri
kenyamanan terhadap yang mandiri.
kemampuan untuk  Monitor
melakukan ADLs kebutuhan
 Dapat melakukan klien untuk
ADLS dengan bantuan alat-alat bantu
untuk
kebersihan diri,
berpakaian,
berhias,
toileting dan
makan.
 Sediakan
bantuan sampai
klien mampu
secara utuh
untuk
melakukan
self-care.
 Dorong klien
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
yang normal
sesuai
kemampuan
yang dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan
secara mandiri,
tapi beri
bantuan ketika
klien tidak
mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien
tidak mampu
untuk
melakukannya.
 Berikan
aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas
sehari-hari.

2. Resiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status Infection Control
 Risk control (Kontrol infeksi)
Kriteria Hasil :
 Bersihkan
 Klien bebas dari tanda lingkungan
dan gejala infeksi setelah dipakai
 Menunjukkan pasien lain
kemampuan untuk  Pertahankan
mencegah timbulnya teknik isolasi
infeksi  Batasi
 Jumlah leukosit dalam pengunjung
batas normal bila perlu
 Menunjukkan perilaku  Instruksikan
hidup sehat pada
pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung
dan setelah
berkunjung
meninggalkan
pasien
 Gunakan
sabun
antimikrobia
untuk cuci
tangan
 Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
tindakan
kperawtan
 Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan
alat
 Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan
petunjuk
umum
 Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung
kencing
 Tingktkan
intake nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
Infection
Protection
(proteksi
terhadap infeksi)

 Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
 Monitor hitung
granulosit,
WBC
 Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
 Batasi
pengunjung
 Saring
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
 Partahankan
teknik aspesis
pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan
teknik isolasi
k/p
 Berikan
perawatan
kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi
luka / insisi
bedah
 Dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
 Dorong
masukan
cairan
 Dorong
istirahat
 Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari
infeksi
 Laporkan
kecurigaan
infeksi
 Laporkan
kultur positif

3. Resiko gangguan NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure


integritas kulit b/d and Mucous Membranes Management
keterbatasan
mobilitas Kriteria Hasil :  Anjurkan
pasien untuk
 Integritas kulit yang menggunakan
baik bisa dipertahankan pakaian yang
 Melaporkan adanya longgar
gangguan sensasi atau  Hindari
nyeri pada daerah kulit kerutan padaa
yang mengalami tempat tidur
gangguan  Jaga
 Menunjukkan kebersihan
pemahaman dalam kulit agar tetap
proses perbaikan kulit bersih dan
dan mencegah kering
terjadinya sedera  Mobilisasi
berulang pasien (ubah
 Mampumelindungi posisi pasien)
kulit dan setiap dua jam
mempertahankan sekali
kelembaban kulit dan  Monitor kulit
perawatan alami akan adanya
kemerahan
 Oleskan lotion
atau
minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
 Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
 Monitor status
nutrisi pasien
 Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan bertujuan untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil sesuai dengan harapan yang dilakukan oleh perawat (Potter & Perry, 2006). Perawat

harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan

interpersonal dan keterampilan dalam melakukan tindakan untuk kesuksesan pelaksanaan

implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor- faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan

kegiatan komunikasi (Potter & Perry, 2006).

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien


secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Nanda, 2017). Menurut

Potter & Perry (2006) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan

keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

prilaku klien yang tampil.


DAFTAR PUSTAKA

Prieharti & dr.Yekti Mumpuni.2017.Deteksi Osteoarthritis vs osteoporosis seluk


beluk&penangannya .Yogyakarta.Penerbit Rapha Publishing.
Kholid ,Rosyidi .2018 buku aja ilmu penyakit dalam Muskuloskeletal.Jakarta .Penerbit
Buku Mahasiswa Kesehatan.
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6
volume II. ECG. Jakarta : 2016
Herdman, Heather.2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mansjoer, arif. Dkk.2015, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Anda mungkin juga menyukai