Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh :
Cindy Novrita Malkam
2114901007

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Rischa Hamdanesti, M. Kep) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24
jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari - hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi ( Mansjoer, 2010).
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-zion, 2010).
Hiperemesis gravidanum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan uimester pertama
(Sarwono,2011).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, Frekuensi kejadian
adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang dikemukakan
1. Faktor organic
Karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi maternal dan peubahan metabolic akibat
kehamilan serta resustensi yang menurunkan dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan,
yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2. Faktor psikologik
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
3. Faktor endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain (Mansjoer, 2010).
C. Tingkatan dan tanda gejala hiperemesi gravidarum
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu
1. Tingkat I ( Ringan)
a. Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
b. Ibu merasa lemah.
c. Nafsu makan tidak ada.
d. Berat badan menurun.
e. Merasa nyeri pada epigastrium.
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
g. Tekanan dar ah menunun.
h. Turgor kulit berkurang.
i. Mata cekung.

2. Tingkat II ( Sedang)
a. Penderita tampak lemah dan apatis.
b. Turgor kulit mulai jelek.
c. Lidah mengering dan tampak kotor.
d. Nadi kecil dan cepat.
e. Suhu badan naik (deh idrasi).
f. Mata mulai ikteris
g. Berat badan turun dan mata cekung
h. Tensi tunun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
i. Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

3. Tingkat III (Berat)


a. Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
b. Dehidrasi berat.
c. Nadi kecil, cepat dan halus.
d. Suhu meningkat dan tensi turun.
e. Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopati
wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan penurunan mental.
f. Timbul ikterus yang meunjukkan adanya payah hati.

D. Patofisio logi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempuma, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolic yang toksit. Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
(Sarwono, 2008).

E. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada
organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan
organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis; pada jantung
menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak menyebabkan perdarahan bercak dan
pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontroli (Kusuma, 2015).
F. WOC

Faktor endokrin Faktor organik Faktor psikologis

Peningkatan hormone Vili khriales masuk


estrogen dan progesteron kesirkulasi maternal

Stres kurang
Peningkatan
suport
HCG

Penurunan peristaltic
gaster

Peningkatan tekanan gaster

Hiperemesis gravidarum

Kehilangan cairan Sekresi asam Intake nutrisi


yang berlebihan lambung bikarbonat menurun
tidak seimbang
Metabolisme tubuh
menurun
Penurunan volume
cairan Iritasi mukosa Pemecahan
cadangan protein
dan lemak tidak
Merangsang SSP sempurna
Dehidrasi
Ketosis

Kelemahan
Defisit volume Nyeri
cairan
Intoleransi
aktivitas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibody Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya memunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa (Mochtar, 2008).

H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara:
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan mun tah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makana dalam jumlah
kecil tapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Hindari makanan berminyak dan
berbau lemak.
d. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu
dingin.
e. Usahakan defekasi teratur.
2. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang
diperlukan pengaobatan :
a. Tidak memberikan obat yang teratogen
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan be rat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride atau khlorpromasin.
3. Hiperemesis gravidanum tingkat an II dan III harus dirawat inap dirumah sakit. Adapun
terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut
a. Isolasi : Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran
darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja
yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan
gejala ini tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan
fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi
latar belakang penyakit ini.
c. Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena
(Kusama, 2015)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkaj ian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.
b. Keluhan utama:biasanya pada pasien dengan HG pasien mual muntah yg hebat pada
pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
2. Diagnosa dan Informasi medic yang penting waktu masuk seperti : no MR, ruang rawat,
diagnosa medic, yang mengirim/merujuk, alasan masuk.
3. Riwayat kesehatan : keluhan utama masuk, keluhan saat ini, riwayat kesehatan yang lalu,
riwayat kesehatan keluarga.
4. Riwayat Obstetri
A. Reprodukdi
1) Riwayat menstruasi : menarche pertama, siklus, lamanya, banyaknya, konsistensi,
dismenorrhoe, PHT
2) Taksiran persalinan
B. Perkawinan : lamanya perkawinan, berapa kali kawin.
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : G P A H
6. Data keluarga berencana : pernah ikut kb/tidak, rencana kb sekarang
7. Kehamilan sekarang ; hamil muda, hamil tua
8. Data psikologi : kehamilan diinginkan/tidak, anak yang akan lahir sekarang disusui/tidak,
dukungan suami, interaksi antara ibu dan bayi
9. Data spiritual
10. Data social ekonomi
11. Aktivitas sehari-hari dirumah : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
12. Pemeriksaan Head toe toe
a. Kepala dan rambut
Inspeksi : Penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit samakah dengan kulit sekitar,
bagaimana kebersihannya
Palpasi : Adakah nyeri tekan, keadaan rambut klien, benjolan abnormal
b. Hidung
Inspeksi : Melihat ada tidaknya pernafasan cuping hidung, warna kulit dan kesimetrisan
lubang hidung. polip dll
Palpasi : Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : Kesimetrisan telinga dextra dan sinistra, ada tidaknya tanda -tanda inflamasi
dan hygiene telinga
Palpasi : Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
d. Mata
Inspeksi : Melihat konjungtiva klien anemis/tidak, kesimetrisan dan keadaan sclera
klien, pupil isokor/ anisoko, mata cowong atau tidak
Palpasi : Mengkaji adakah nyeri tekan dan benjolan abnormal
e. Mulut, gigi, lidah tonsil dan pharing
Inspeksi : Mengkaji mukosa bibir klien, stomatitis, hygiene lidah dan pembesaran tonsil
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
f. Leher dan tenggorokan
Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid tanda -tanda inflamasi dan
penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
g. Dada/thorak ( pemeriksaan paru)
Inspeksi : Bentuk, postur dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan kulit, dan untuk
melihat frekuensi pernafasan
Palpasi : Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit dinding dada adanya
nyeri tekan, masa peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil fremitus
Perkusi : Biasanya suara/bunyi pada paru - paru orang normal adalah resonan yang
terdengar dug.dug.dug
Auskultasi : Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkial dan mengetahui adanya sumbatan aliran udara dengan mendengarkan
suara nafas tambahan ex. Ronchi, wheezing
h. Dada/'thorak (pemeriksaan jantung )
Inspeksi : Mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan ictus kordis misalnya tidak
Nampak pada ICS V midclavikula sinistra namun teraba
Palpasi : ictus kordis nampak pada ICS V midclavikula linea sinistra
Perkusi : Batas kanan atas ICS II linea para sternalis dextra, Batas kanan bawah ICS IV
linea para sternalis dextra, Batas kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra, Batas kanan
atas ICSIV linea midclavikula sinistra.
Auskultasi : Normal BJI dan BJ II "lup dup"
i. Payudara
Inspeksi : Keadaan payudara simetris atau tidak, terdapat hiperpigmentasi atau tidak
pada areola mamae, putting mamae menonjol atau tidak
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan , benjolan abnormal atau tidak, bonjolan
abnormal pada palpasi kemungkinan adanya ca mamae
j. Pemeriksaan obdomen
Inspeksi : Untuk mengetahui bentuk, wana, adanya strie serta adakah luka bekas operasi
atau tidak
Auskultasi : Dilakukan untuk mendengarkan DDJ, bising usus
Perkusi : Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/ mendeteksi adanya gas, cairan atau
masa didalam abdomen
Palpasi : Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ serta struktur di
dalam abdomen
k. Genetalia dan anus
Inspeksi : Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, perhatikan bila ada tanda
kemerahan bengkak nodular, lochea
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal pada genetalia

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, peningkatan asam lambung
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan

C. Intervensi keperawatan
1. Dx: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea
dan vomitus yang menetap.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil
- Klien mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
- Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
- Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi
a. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak : Dapat menstimulasi mual dan muntah
b. Anjurkan makan sedikit namun sering : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan
pertumbuhan janin
c. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah :
Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
d. Observasi keluhan mual muntah klien : untuk mengetahui frekuensi mual dan intake
output klien
e. Pantau TFU dan DJJ : Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan
mengakibatkan kemunduran perkembangan janin
f. Timbang BB tiap hari : penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
D. Implementasi
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat dalam rencana.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta: Penerbit Media
Aesculapius FKUI
Mochtar, Rustam. 2008. Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta: EGC
Ben-Zion. 2010.Ohstetri Fisiologi. Bandung: Elstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. IImu Kebidanan Edisi IV Cet. 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Kusama, Hardhi dkk. 2015. Aplikasi Askep NIC NOC. Jilid 2. Jogjakarta: Medi Action

Anda mungkin juga menyukai