oleh
Rizky Firman Stiawan
NIM 2212B1508
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan
muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al, 2019).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
a. Tingkat I
b. Tingkat II
c. Tingkat III
2) Muntah berhenti
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh
faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat
lain akibat inanisi.
a) Sakit kepala
b) Konstipasi
e) Inkontinensia urine
f) Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia
kehamilan 4- 6 minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan
14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil
cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan
meningkatkan kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah.
Masalah psikologis juga berperan pada parahnya mual dan
muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah
psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung
mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau
memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu
ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa
bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik
secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan
memperberat keadaan mual dan muntah yang dialaminya
sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut
menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum (Tiran, 2008).
5. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi
mual dan muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi.
CT2
Nausea
Nyaman
a) Dehidrasi berat
b) Ikterik
c) Takikardia
d) Suhu meningkat
e) Alkalosis
f) Kelaparan
g) Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
h) Menarik diri
i) Depresi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit
hiperemesis gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma,
2016) :
1) Obat-obatan
a) Sedativa : Phenobarbital
b) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
c) Anti histamine : dramamin, avomin
d) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) :
Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
tetapi cerah danperedaran udara yang baik, catat
cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat
yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai
muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman dan selama 24
jam.
3) Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik.
4) Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3
liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin
(vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara
intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah
dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
5) Menghentikan kehamilan
a. Biodata
Data ini meliputi: nama klien dan suami, usia, suku bangsa,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta
alamat (Manurung, 2011). Usia, 20 tahun dan > 35 tahun lebih
berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum (Anasari,
2012). Pekerjaan, ibu yang bekerja lebih berisiko terhadap
kejadian hiperemesis gravidarum (Soekanto, 2006). Pendidikan,
mempunyai pengaruh dalam berperilaku kesehatan (misalnya
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil (Umboh, 2014).
e. Riwayat Menstruasi
f. Riwayat perkawinan
i. Data Psikologi
dan perawat.
j. Paritas
Paritas banyak (lebih dari 4) mempunyai risiko tinggi
terjadinya hiperemesis gravidarum (Annisa, 2012).
k. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
d) Keadaan abdomen
Meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan
normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan, adanya
distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murphy dan tanda
Mc.Burney's.
e) Genitourinaria
Seperti nyeri kostovertebral dan nyeri suprapubik
f) Eliminasi
Seperti perubahan pada konsistensi feces, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih
g) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik
h) Aktivitas istirahat
j) Keadaan janin
Meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan
perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
4. Intervensi Keperawatan
1. Perasaan Identifikasi
ingin muntah dampak mual
menurun terhadap kualitas
(skala 5) hidup (mis. nafsu
makan, aktivitas,
2. Nafsu makan kinerja, tanggung
membaik jawab peran, dan
(skala 5) tidur)
Monitor asupan
nutrisi dan kalori
2. Terapeutik
Kendalikan faktor
lingkungan
penyebab mual
( mis. bau tak
sedap, suara, dan
rangsangan visual
yang tidak
menyenangkan)
Kurangi atau
kendalikan
keadaan penyebab
mual (mis.
kecemasan,
ketakutan,
kelelahan)
Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik
3. Edukasi
Anjurkan istirahat
dan tidur yang
cukup
Anjurkan sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual
Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual (mis.
biofeedback,
hipnosis, relaksasi,
relaksasi musik,
akupresur)
4. Kolaburasi
Kolaburasi
pemberian
antimetik, jika
perlu
Managemen Muntah
(1.03118)
1. Observasi
Identifikasi
karakteristik
muntah (mis.
warna, konsistensi,
adanya darah,
waktu, frekuensi,
dan durasi)
Periksa volume
muntah
Identifikasi
riwayat diet (mis.
makanan yang
disuka, tidak
disuka, dan
budaya)
Monitor
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
2. Terapeutik
Berikan dukungan
fisik saat muntah
(mis. membantu
membungkukkan
atau menundukkan
kepala)
Berikan
kenyamanan saat
muntah (mis.
kompres dingin di
dahi, atau sediakan
pakaian kering dan
bersih
3. Edukasi
Anjurkan
membawa kantung
plastik saat
muntah
Anjurkan
memperbanyak
istirahat
Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang menganggu
tidur
Ajarkan relaksasi
otot autogenik
attau cara
nonfarmakologi
lainnya
4. Perawatan Pertahankan
sesuai postur tubuh yang
kebutuhan benar
meningkat
Lakukan
(skala 5)
kebersihan gigi
5. Rileks dan mulut secara
meningkat teratur
(skala 5)
Jaga kuku tetap
(SLKI L.08064) pendek dan bersih
Tinggikan kaki
saat istirahat
3. Edukasi
Anjurkan
menghindari
kelelahan
Anjurkan
menggunakan
pakaian berbahan
katun dan tidak
ketat
Anjurkan
menggunakan bra
yang meyokong
Anjurkan
menggunakan
sepatu dan kaos
kaki yang
nyaman
Ajarkan teknik
relaksasi
4. Kolaburasi
Kolaburasi
pemeriksaan USG
5. Implementasi Keperawatan