Abstrak
Waktu pulih yang cepat dan lancar telah menjadi kebutuhan yang penting bagi unit pembedahan, khususnya bagi
unit yang memiliki beban jadwal operasi yang banyak. Kecepatan waktu pulih diperlukan untuk meningkatkan
turn-over-rate unit tersebut. Efek sinergis kombinasi opioid dan gas anestesi telah digunakan secara umum untuk
mempertahankan kedalaman anestesia intraoperatif. Hanya saja tidak terlalu banyak data mengenai waktu pulih
kombinasi opioid dan gas inhalasi, khususnya kombinasi sevofluran-fentanil. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan waktu pulih antara rumatan kombinasi sevofluran 1,2 vol% - fentanil 1,2 mcg/kg/jam
dengan rumatan sevofluran 2 vol%. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal terhadap pasien yang
menjalani operasi elektif vitrektomi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode bulan Mei–Juli 2015 sebanyak
30 sampel subjek penelitian diambil dengan metode konsekutif. Waktu pulih pascaoperasi dicatat dan data waktu
pulih dianalisis dengan uji independent sample t-test. Waktu pulih antara rumatan kombinasi sevofluran 1,2
vol%-fentanil 1,2 mcg/kg/jam dengan rumatan sevofluran 2 vol% memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,005
kombinasi rumatan sevofluran 1,2 vol%-fentanil 1,2 mcg/kg/jam memiliki waktu pulih (6,47±1,727 detik) yang
lebih singkat dibanding dengan rumatan sevofluran 2 vol% (11,87±1,846 detik). Waktu pulih pascavitrektomi pada
kelompok rumatan kombinasi sevofluran 1,2 vol%-fentanil 1,2 mcg/kg/jam lebih singkat secara bermakna dari
pada waktu pulih pada kelompok rumatan sevofluran 2 vol%.
A fast and smooth anesthesia recovery time is desiredin surgical units, especially in units with tight operation
schedules. Faster recovery time creates a high turn over rate. Opioid – volatile anesthetic combination has been
used widely to maintain the depth of anesthesia because of their synergistic effect. But there was lack of data about
recovery time of opioid-inhalation combination maintenance, particularly sevoflurane-fentanyl combination,
whereas sevofluran and fentanyl has been used widely in anesthesia practice. The study aimed to compare the
recovery time between combination of sevoflurane 1.2 vol% - fentanyl 1.2 mcg/kg/hour maintenance and sevoflurane
2 vol% maintenance. Methods. This was a single blind randomized study in patients underwentvitrectomy at
Cipto Mangunkusumo hospital between May and July 2015. A total of 30 subjects were included in this study.
The recovery time after surgery wwas recorded. Data was analyzed by independent sample t-test. There was a
significant difference of recovery time between combination of sevoflurane 1.2 vol% - fentanyl 1.2 mcg/kg/hour
as maintenance (6.47±1.727 seconds) and sevoflurane 2 vol% as maintenance (11.87±1.846 seconds) (p<0.005.
Postvitrectomy anesthesia recovery time was significantly faster in combination of sevoflurane 1,2 vol% - fentanyl
1,2 mcg/kg/hour maintenance group compared tosevoflurane 2 vol% maintenance group.
93
94
kelamin, usia, tanggal lahir, berat badan, tinggi bila terjadi peningkatan titrasi konsentrasi
badan, IMT, dan status fisik sesuai ASA. Pasien sevofluran 0,5% bila MAP meningkat >10% atau
berbaring di atas meja operasi dan dipasang alat laju nadi meningkat. Pemberian atracurium 0,1
monitor pengukur tekanan darah, irama jantung, mg/kg bila TOF count 2. Jika MAP turun >20%
suhu, saturasi perifer oksigen (SpO2), ETCO2, mmHg maka konsentrasi gas dapat diturunkan
bispectral index, dan train of four. Pada kedua 0,5% titrasi. Setelah prosedur selesai, tepatnya
kelompok diberikan koinduksi midazolam 0,05 saat jahitan penutupan luka terakhir sudah
mg/kg. Satu menit kemudian, pada kelompok dilakukan maka fentanil kontinu pada kelompok
1 diberikan fentanil 3 mcg/kg, sedangkan pada 1 dihentikan. Saat retraktor palpebra dilepas
kelompok 2 diberikan fentanil 2 mcg/kg. Induksi dan TOF count 2, maka rumatan gas di kedua
dilakukan dengan pemberian propofol 1–2 mg/ kelompok dapat dihentikan.
kg hingga BIS mencapai 50, kemudian dilakukan Manajemen nyeri pascaoperatif dilakukan
insersi LMA difasilitasi atrakurium 0,5 mg/kg. dengan pemberian injeksi ketorolak 30 mg IV.
Rumatan O2: air sebanyak 1:2. Dengan pola Pasien diberikan reversal dengan neostigmin
ventilator diatur dengan mode volume control 0,04 mg/kg IV dan atropin 0,4 mg IV tiap 1 mg
8 mL/kgBB, laju napas 12 kali/menit. Pada neostigmin setelah TOF count 2. Setelah mata
kelompok 1, dilakukan pemberian rumatan selesai diperban dan napas spontan sudah muncul,
berupa sevofluran 1,2 vol % dan fentanil 1,2 maka dilakukan pencabutan LMA dalam keadaan
mcg/kg, sedangkan pada kelompok 2 dilakukan anestesia yang masih dalam. Pasien distimulasi
pemberian rumatan berupa sevofluran 2 vol %. dengan dipanggil namanya dan diberikan
Manipulasi intraoperasi dilakukan berdasarkan rangsang taktil berupa tepukan di pipi, pasien
perubahan tekanan arterial rata-rata (MAP), nadi, diminta untuk membuka mulut. Rangsangan ini
dan nilai TOF count. Pada kelompok 1 intervensi dilakukan sebanyak tiga kali setiap menit. Waktu
operatif dilakukan sebagai berikut : Pemberian antara rumatan gas dihentikan hingga pasien
bolus tambahan fentanil 1 mcg/kg titrasi bila menuruti perintah untuk membuka mulut dicatat
terdapat minimal 1 tanda klinis di antara MAP sebagai waktu pulih. Analisis statistik digunakan
meningkat >10% atau laju nadi meningkat. uji-t tidak berpasangan dengan alternatif Uji
Pemberian atrakurium 0,1 mg/kg bila TOF count Mann Whitney.
2. Pada kelompok 2 intervensi operatif dilakukan
Penilaian Eligibility
n=35 Masuk kriteria pengeluaran: 0)
Tidak memenuhi kriteria inklusi (n=5)
Menolak berpartisipasi (n=0)
Randomisasi (n=30) Lain-lain (n=0)
hingga pasien bangun dan mengikuti perintah. pressure/MAP) agar tidak terlalu rendah (<
Waktu pulih dari pemberian rumatan sevolfuran 20% MAP awal) dan tidak terlalu tinggi (>10%
2 vol% memiliki rata-rata 11,87 menit dengan MAP awal). Ventilasi juga diseragamkan dari
standar deviasi 1,846 menit. Hal ini tidak jauh awal pembiusan hingga akhir; aliran gas segar
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh oksigen 1 L/menit dan air 2 L/menit, volum
Ebert TJ, dkk. yang menyatakan bahwa waktu tidal 6 mL/kgBB dan frekuensi napas 12x/
pulih sevofluran 2,05 vol% memiliki rata- menit. Dengan demikian, faktor eliminasi gas
rata 13 menit sejak pemberian gas sevofluran antara dua kelompok telah disetarakan sehingga
tersebut dihentikan. Peneliti tidak menggunakan dapat meminimalisir bias waktu pulih yang akan
pengukuran konsentrasi end-tidal sevofluran dialami pasien.
karena ketidakmampuan mesin anestesia yang Penelitian ini juga menggunakan fentanil
tersedia. Konsentrasi anestesia inhalasi yang sebagai rumatan. Fentanil berfungsi sebagai
disebutkan oleh peneliti di atas merupakan angka analgesia yang bertugas untuk menghilangkan
jumlah pemberian yang tertera pada concentration rangsang nyeri yang dapat mengurangi kedalaman
control dial, bukan angka yang terbaca pada end anestesia dan bahkan membuat pasien terbangun
tidal sevofluran. dari keadaan terbius. Fentanil berfungsi
Saat pemberian sevofluran dihentikan maka sebagai ligand yang berikatan dengan reseptor
perlahan efek sedasi sevofluran pada saraf G-coupled pada reseptor µ sel saraf. Hal ini akan
sentral akan berkurang yang pada akhirnya akan mengaktivasi protein G spesifik pada membrane
berujung pada kesadaran dan pemulihan pasca- plasma yang pada akhirnya akan menghambat
anestesia berupa mengikuti secara sadar perintah adenil siklase, menurunkan konduksi voltage
untuk buka mulut. Kembalinya kesadaran dan gated calcium channel, dan menurunkan aktivitas
refleks yang terkait erat dengan mekanisme saraf. Penurunan kadar kalsium intrasel akan
eliminasi kadar anestesi inhalasi dari tubuh, menghasilkan supresi penglepasan substansi-P
yang berbanding lurus dengan berkurangnya dari serat nosiseptif, menghasilkan efek analgesia.
konsentrasi anestesi inhalasi di jaringan otak. Fentanil kontinu merupakan rumatan yang sering
Secara farmakokinetik, faktor yang memengaruhi digunakan karena fentanil dikenal baik dalam
eliminasi sevofluran adalah biotransformasi dan menekan rasa nyeri dan turut menjaga kedalaman
ekshalasi alveolus.15,17,18 anestesia.3,21
Pada penelitian ini, faktor seperti Fentanil juga mengurangi kebutuhan
biotrasformasi dan ekshalasi alveolus sudah sevofluran. Waktu pulih dari fentanil bergantung
ditetapkan batasannya di bagian cara kerja pada kecepatan konsentrasi obat tersebut di
penelitian. Sampel merupakan pasien yang tidak jaringan. Pada penggunaan kombinasi, pemulihan
memiliki gangguan hepar, hal ini diharapkan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh eliminasi
dapat meminimalisir perbedaan kemampuan fentanil, namun juga dipengaruhi oleh eliminasi
biotrasformasi yang dapat menjadi bias eliminasi. sevofluran. Ketika efek kedua obat habis maka
Pasien juga mendapatkan manajemen sedemikian kesadaran dan pernapasan akan kembali sehingga
rupa sehingga meminimalisir perbedaan ekshalasi akan terjadi pemulihan, tentu saja dengan
alveolus. Ekshalasi alveolus dipengaruhi oleh menyingkirkan pengaruh obat pelumpuh otot
beberapa faktor seperti rebreathing, aliran gas dengan menggunakan alat train of four (TOF).27,
segar, volum sirkuit, absorbsi anestesia inhalasi 28
oleh sirkuti dan mesin anestesia, aliran darah Pada penelitian ini, didapatkan waktu pulih
serebral, dan besar ventilasi.17,18 dengan rata-rata 6,47 menit dengan standar
Faktor seperti rebreathing, volum sirkuit, dan deviasi 1,72 menit. Belum ada penelitian
absorbsi telah diseragamkan dengan memakai sebelumnya tentang waktu pulih dari kombinasi
jenis mesin dan sirkuit napas yang sama pada sevofluran-fentanil. Perbedaan waktu pulih yang
sampel yang diuji, untuk mengupayakan terjadi antara dua kelompok bermakna secara
keseragaman aliran darah serebral dengan cara statistik (p<0,05). Pada tabel 2, waktu pulih
menjaga tekanan arteri rata-rata (mean arterial terlihat berbanding lurus dengan total penggunaan
obat gas sevofluran dibanding dengan total diberikan. Konsentrasi end-tidal sevofluran
penggunaan fentanil pada kedua kelompok. merupakan konsentrasi yang paling representatif
Waktu pulih kelompok kombinasi gas konsentrasi dengan konsentrasi alveolar maka sering dipakai
rendah - opioid dosis tinggi lebih singkat daripada sebagai pengukuran dan indikator konsentrasi
kelompok rumatan gas konsentrasi tinggi, sesuai anestesia inhalasi.17,18 Dibutuhkan penelitian
dengan studi Van Delden dan Munoz.8,9 lebih lanjut dengan sensor end tidal sevofluran
Hal ini dapat disebabkan oleh pemulihan dari agar konsentrasi gas yang diberikan pada pasien
anestesia umum yang menggunakan rumatan lebih relevan dengan konsentrasi pada alveolar
kombinasi inhalasi-opioid bergantung pada dan jaringan.
dua faktor.9 Faktor pertama adalah kembalinya Penelitian ini juga memiliki keterbatasan
kesadaran dan refleks yang terkait erat dengan karena dilakukan dengan uji acak tersamar
mekanisme eliminasi kadar anestesi inhalasi dari tunggal. Uji acak tersamar ganda sulit dilakukan
tubuh, berbanding lurus dengan berkurangnya pada penelitian ini karena perlakuan dan
konsentrasi anestesi inhalasi di jaringan otak. parameter (angka skala konsentrasi anestesia
Faktor kedua adalah kembalinya napas spontan inhalasi) harus diketahui oleh pemantau guna
pasien. Kemampuan pasien untuk bernapas menjamin keamanan pasien.
spontan ditentukan oleh hilangnya pengaruh BIS tidak digunakan untuk pemantauan
pelumpuh otot dan berkurangnya konsentrasi intraoperatif karena adanya manipulasi
opioid, mengingat peran opioid yang juga pembedahan pada lapangan operasi di dekat
mendepresi napas.3,9,23 Opioid secara tidak elektroda BIS dan adanya drapping di kepala
langsung juga mendepresi kesadaran dengan cara pasien. BIS digunakan hanya pada awal pembiusan
menghalangi stimulus nyeri, namun anestesia guna menjamin tercapainya kedalaman anestesia
inhalasi lebih mendepresi kesadaran dibanding sebelum manipulasi pembedahan.
dengan opioid. Hal ini menyebabkan kelompok
sevofluran konsentrasi rendah dan fentanil dosis Simpulan
tinggi lebih cepat pulih sadar dibanding dengan
kelompok sevofluran konsentrasi tinggi dan Pemberian rumatan kombinasi sevofluran 1,2
fentanil dosis rendah.8,9 vol% dan fentanil 1,2 mcg/kgBB/jam sebagai
Fentanil kontinu digunakan sebagai opioid rumatan anestesia umum memberikan waktu
rumatan. Peneliti membatasi durasi operasi pulih yang lebih cepat secara bermakna dibanding
sampel agar tidak lebih dari dua jam23 terkait dengan sevofluran 2 vol% pada pasien vitrektomi.
dengan context sensitive half time fentanil yang
berlaku selama dua jam. Daftar Pustaka
Penelitian tentang waktu pulih sebelumnya
memiliki beberapa bias seperti pengaruh 1. Charles S, Fanning GL. Anesthesia
pelumpuh otot yang tidak diukur sesaat sebelum considerations for vitreoretinal surgery.
pasien dibangunkan. Pada penelitian ini kami Ophthalmol Clin North Am. 2006;19(2):239–
mencoba menghilangkan bias tersebut dengan 43
mengukur TOF pasien yang akan dibangunkan.9 2. Lad EM, Egbert PR, Moshfeghi DM, Jaffe
Pasien yang akan dibangunkan harus dipastikan RA. Ophtalmic surgery. Dalam: Jaffe RA,
sudah tidak berada dalam pengaruh obat pelumpuh Samuels SI, Schmiesing CA, Golianu B,
otot (residual effect) dan dapat bernapas spontan penyunting. Anesthesiologist’s manual of
adekuat ketika dibangunkan, sehingga waktu surgical procedures. Edisi ke-4. Philadelphia:
pemulihan pasien benar-benar berasal dari Lippincott Williams and Wilkins; 2009. Hlm.
kombinasi dan interaksi antara sevofluran dan 170.
fentanil. 3. Fukuda K. Opioids. Dalam: Miller RD,
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak Eriksson L, Fleisher L, Wiener-Kronish J,
adanya mesin anestesia yang mampu mengukur Young W, penyunting. Miller’s Anesthesia.
konsentrasi end-tidal anestesia inhalasi yang Edisi ke-7. Philadelphia: Churchill Livingston