Anda di halaman 1dari 12

Jenis anestesi dan kualitas pemulihan pasien : sebuah uji coba acak yang

membandingkan anestesi total i.v propofol-remifentanil dengan anestesi desfluran


W.-K. Lee, M.-S. Kim, S.-W. Kang, S. Kim dan J.-R. Lee

Poin utama editor Latar belakang. Dua metode anestesi umum yang sering
digunakan adalah total i.v. anestesi (TIVA) dan anestesi
 Pengukuran hasil inhalasi, tetapi tidak jelas apakah perbedaan metode ini
yang berpusat pada mempengaruhi persepsi pasien tentang kualitas pemulihan
mereka. Kuesioner Quality of Recovery-40 (QoR-40) adalah
pasien yang metode yang valid dan andal untuk mengevaluasi tingkat
dilakukan setelah pemulihan fungsional setelah operasi dengan anestesi umum.
Oleh karena itu penelitian ini membandingkan pemulihan
operasi dapat pasien menggunakan QoR-40 pada pasien bedah yang
meliputi kualitas menerima TIVA dengan mereka yang menerima anestesi
desfluran.
skor pemulihan. Metode. Delapan puluh perempuan (20-65 tahun) yang
 Pasien wanita menjalani operasi tiroid secara prospektif diikutsertakan dalam
penelitian ini dan dibagi secara acak kedalam dua kelompok,
biasanya memiliki TIVA (infus dengan target lokasi efek terkendali
kualitas pemulihan menggunakan propofol dan remifentanil) atau DES (inhalasi
desfluran dengan infus remifentanil manual). QoR-40
yang lebih buruk diberikan kepada pasien oleh peneliti yang tidak mengetahui
setelah operasi. alokasi kelompok saat sebelum operasi, dan hari ke-1 dan 2
pasca operasi (POD1 dan POD2). Data tambahan seperti
 Anestesi total i.v kejadian mual atau muntah, konsumsi agen antiemetik dan
dapat analgesik di unit perawatan pasca-anestesi, dan lama
perawatan di rumah sakit, dikumpulkan dalam semua kasus.
meningkatkan Hasil. Skor QoR-40 pada POD1 secara signifikan lebih tinggi
karakteristik pada kelompok TIVA dibandingkan dengan kelompok DES
(masing-masing 174 vs 161; P=0,004), menunjukkan kualitas
pemulihan pada pemulihan yang lebih baik pada kelompok TIVA. Diantara
beberapa kondisi. kelima dimensi QoR-40, kenyamanan fisik dan kemandirian
fisik secara signifikan lebih baik pada POD1 dan POD2 dalam
 Pemberian obat kelompok TIVA.
anestesi yang Kesimpulan. Studi ini menunjukkan bahwa kualitas
pemulihan untuk pasien wanita yang menjalani operasi tiroid
dititrasi secara secara signifikan lebih baik dengan menggunakan TIVA
individu dapat dibandingkan dengan anestesi desfluran.
Daftar uji coba klinis. www.clinicaltrials.org; ref.:
meningkatkan NCT01760018.
kualitas pemulihan Kata kunci. Anestesi i.v, propofol, anestesi volatil, desfluran,
pemulihan, pasca operasi
setelah operasi
Anestesi dan pembedahan memiliki dampak negatif tertentu yang tak terhindarkan
pada kualitas hidup pasien, yang bermanifestasi sebagai berbagai ketidaknyamanan
setelah operasi bahkan tanpa adanya komplikasi spesifik. Selain itu, pemanjangan masa
pemulihan setelah operasi dapat menyebabkan lama perawatan di rumah sakit yang
lebih lama dan meningkatnya biaya yang dikeluarkan, yang juga dapat berdampak pada
pemanfaatan sumber daya dan mengurangi kepuasan pasien.1,2 Ketika praktek klinis
saat ini mulai melakukan lebih banyak operasi sebagai prosedur rawat jalan dengan
tingkat pemulangan yang lebih cepat, ahli anestesi harus mempertimbangkan teknik
yang menyediakan pemulihan yang cepat dan berkualitas tinggi serta meminimalkan
morbiditas minor dan waktu untuk dapat kembali melanjutkan kegiatan sehari-hari.3

Dua teknik anestesi umum yang paling sering digunakan adalah total i.v. anestesi
(TIVA) dan anestesi inhalasi.4 Namun, sebagian besar studi, telah menganalisis
sebagian besar faktor-faktor utama seperti waktu pemulihan, gangguan kardiorespirasi,
nyeri, mual dan muntah, lama rawat di rumah sakit, atau berbagai gejala sisa yang
merugikan lainnya.5,6 Faktor-faktor kecil seperti itu tidak cukup mencerminkan
pemulihan pasien dari anestesi umum. Pengukuran yang menyelidiki kualitas hidup dari
perspektif pasien merupakan faktor penting dalam studi klinis yang ingin menyelidiki
efek anestesi dan pembedahan terhadap pemulihan dan kepuasan pasien.5

Kuesioner Quality of Recovery-40 (QoR-40) menyelidiki pemulihan pasien dari


anestesi umum menggunakan lima dimensi kesehatan: kenyamanan fisik, kemandirian
fisik, keadaan emosi, dukungan psikologis, dan rasa sakit. Validitas, reliabilitas,
kemudahan penggunaan, dan respon QoR-40 telah dikonfirmasi dalam penelitian
sebelumnya,2,6 dan telah berhasil digunakan untuk menilai tingkat pemulihan setelah
dilakukan beberapa teknik bedah dan anestesi yang berbeda. Hanya sedikit penelitian
yang menggunakan QoR-40 untuk menyelidiki hasil pemulihan setelah pemberian
TIVA dibandingkan dengan anestesi volatil. Oleh karena itu kami membandingkan hasil
pemulihan antara pasien yang menerima infus dengan lokasi-target efek dikendalikan
(TCI) dari propofol dan remifentanil (mis. TIVA) dan pasien yang menerima anestesi
desfluran ditambah dengan remifentanil. Kuesioner QoR-40 diberikan sebelum operasi
dan pada hari ke-1 dan 2 pasca operasi (POD1 dan POD2, masing-masing) pada pasien
wanita yang dijadwalkan untuk tiroidektomi yang secara acak dibagi kedalam dua
kelompok yaitu yang menerima propofol dan remifentanil (kelompok TIVA) atau
desfluran dan remifentanil (kelompok DES).

METODE

Uji coba acak tersamar ganda ini disetujui oleh Institutional Review Board di
Rumah Sakit Severance (4-2012-0748) dan terdaftar dalam ClinicalTrials.gov
(NCT01760018). Informed consent tertulis diperoleh dari semua peserta.

Kami mendaftarkan pasien wanita berusia 20-65 tahun dengan status fisik ASA I-
II yang menjalani operasi tiroid karena neoplasma. Pasien yang menggunakan obat
penenang, opioid, atau obat tidur, yang memiliki riwayat alergi terhadap obat studi,
yang mengalami obesitas sebagaimana didefinisikan oleh BMI lebih dari 30 kg m-2, atau
mereka yang sedang hamil atau menyusui, dikeluarkan dari studi ini.

Setiap pasien secara acak dibagi ke kelompok TIVA atau DES. Pasien dalam
kelompok TIVA diberikan anestesi menggunakan TCI propofol dan remifentanil, dan
pasien dalam kelompok DES diberikan anestesi menggunakan desfluran dan infus
remifentanil yang dikendalikan secara manual. Pengacakan dilakukan pada pagi hari
sebelum operasi menggunakan generator pengacakan nomor berbasis web yang tersedia
di www.random.org. Karena perbedaan yang signifikan antara kedua teknik anestesi,
identitas kelompok pasien tidak dapat disamarkan untuk ahli anestesi yang hadir.
Namun pasien dan peneliti tidak mengetahui identitas kelompok.

Pasien dalam studi ini tidak minum obat apa pun sebelum operasi. Pemantauan
rutin, termasuk SpO2, elektrokardiogram, tekanan arteri non-invasif, suhu nasofaring,
dan pengukuran indeks bispektral (BIS VISTA Monitoring System; Aspect Medical
Systems, Inc., Norwood, MA, USA) dimulai saat pasien tiba di ruang operasi. Setiap
ukuran dicatat tiap 1-5 menit. Pasien yang diacak ke kelompok TIVA menerima TCI
propofol dan remifentanil dengan pompa TCI komersial (Orchestraw Base Primea,
Fresenius Vial, Brezins, Prancis). Prosedur pompa TCI didasarkan pada model
farmakokinetik Schnider untuk propofol dan model Minto untuk remifentanil.7,8 Induksi
dan pemeliharaan dicapai dengan TCI propofol, 2-6 μg ml-1, dan remifentanil, 2–6 ng
ml-1. Sebaliknya, induksi anestesi pada kelompok DES dicapai dengan pemberian bolus
1,5–2 mg kg-1 propofol dan 1-2 μg kg-1 remifentanil, dan anestesi dipertahankan
menggunakan desfluran 4–7% dengan adjuvan infus i.v 0,05-0,2 μg kg-1 min-1
remifentanil. Rocuronium, 0,6 mg kg-1, disuntikkan saat melakukan intubasi trakea pada
semua pasien. Intubasi trakea dilakukan pada semua pasien menggunakan tabung trakea
6.5 mm (diameter internal). Tekanan manset dipertahankan pada 20-25 cm H2O selama
prosedur operasi. Ventilasi mekanik dipertahankan dengan volume tidal 8mlkg-1 dan
frekuensi ventilasi disesuaikan untuk mempertahankan konsentrasi tidal-akhir karbon
dioksida 4,6-5,3 kPa dengan campuran udara / oksigen (fraksi oksigen inspirasi 0,5).
Suhu tubuh dipertahankan pada 36–37oC. Pada kedua kelompok, kedalaman anestesi
dititrasi untuk mempertahankan kisaran BIS antara 40 dan 55, dan rerata tekanan arteri
pada 20% dari nilai pra-induksi.

Ramosetron, 0,3 mg, digunakan untuk profilaksis antiemetik dan ketorolak, 0,5
mg kg-1, digunakan untuk analgetik, diberikan secara i.v 30 dan 10 menit masing-
masing sebelum akhir operasi. Setelah selesai operasi, semua anestesi dihentikan, dan
0,07 mg kg-1 neostigmin dengan 0,05 mg kg-1 glikopirrolat diberikan untuk
membalikkan kemungkinan sisa pemblokiran neuromuskular. Selang trakea diangkat
setelah kesadaran kembali dan respirasi spontan yang cukup dikonfirmasi. Setelah
tanda-tanda vital yang stabil dan respirasi dikonfirmasi, pasien dipindahkan ke unit
perawatan pasca-anestesi (PACU).

Nyeri, serta mual dan muntah pasca operasi (PONV), diukur menggunakan 11
poin skor numerik pada saat kedatangan di PACU dan setiap 5 menit sesudahnya.
Fentanyl, 50 μg, atau metochropromide, 10 mg, masing-masing diberikan untuk nyeri
atau PONV, jika tingkat masing-masing gejala melebihi 4. Para pasien dipulangkan ke
bangsal pasca-pemulihan ketika skor Aldrete adalah 9 atau lebih.9

Kualitas pemulihan fungsional pasca operasi dinilai menggunakan kuesioner


QoR-40, yang menilai lima dimensi pemulihan: kenyamanan fisik (12 item), keadaan
emosi (9 item), kemandirian fisik (5 item), dukungan psikologis (7 item), dan rasa sakit
(7 item). Setiap item dinilai menggunakan skala Likert lima poin: tidak, kadang-kadang,
sering, sangat sering, dan selalu. Skor total pada QoR-40 berkisar dari 40 (kualitas
pemulihan terburuk) hingga 200 (kualitas pemulihan terbaik). QoR-40 diberikan tiga
kali, sehari sebelum operasi, POD1, dan POD2, antara pukul 6 dan 8 malam. Hasil
utama yang menarik difokuskan pada skor QoR-40 POD1. Data berikut dikumpulkan
sebagai hasil tambahan yang menarik: tanda vital intraoperatif dan segera pasca operasi,
jumlah total remifentanil yang digunakan selama operasi, durasi waktu antara
penghentian agen anestesi dan respons terhadap perintah verbal (waktu respons), durasi
waktu antara penghentian agen anestesi dan ekstubasi (waktu ekstubasi), durasi
perawatan di PACU, dan kejadian mual di bangsal.

Analisis statistik

Hasil utama studi ini adalah skor QoR-40 global pada POD1. Perhitungan ukuran
sampel kami didasarkan pada asumsi bahwa perbedaan dalam skor QoR-40 sebesar 10
atau lebih akan signifikan secara klinis karena perbedaan 10 poin mewakili peningkatan
15% dalam kualitas pemulihan.10 Perhitungan ukuran sampel mengungkapkan bahwa
34 subjek per kelompok diminta untuk mencapai kekuatan 90% dengan kesalahan tipe 1
sebesar 0,05. Untuk memungkinkan tingkat drop-out hingga 20%, kami mendaftarkan
80 subjek. Data kategorial dibandingkan menggunakan uji Fisher's exact. Data ordinal
dan data kontinu non-Gaussian (disajikan sebagai median dan rentang) dibandingkan
antara kelompok yang menggunakan uji tingkat-jumlah Wilcoxon. Data yang
didistribusikan secara normal (disajikan sebagai mean dan SD) dibandingkan antara
kelompok menggunakan uji-T dua sampel independen. Nilai-P <0,05 dianggap
signifikan secara statistik.

HASIL

Sebanyak 96 pasien diperiksa untuk uji kelayakan dan 80 pasien disetujui dan
secara acak dimasukkan ke dalam penelitian. Empat dari 80 pasien ini ditarik dari
penelitian. Karena itu kami mengumpulkan dan menganalisis data dari 76 pasien.
Diagram alur pada Gambar 1 menguraikan jumlah pasien pada setiap tahap penelitian
dan termasuk alasan untuk eksklusi pada setiap tahap. Karakteristik pasien dari pasien
yang dimasukkan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1. Durasi penggunaan anestesi
sebanding antara kedua kelompok (Tabel 1).

Skor QoR-40 pra-operasi, POD1, dan POD2 disajikan pada Tabel 2. Skor QoR-40
pra-operasi serupa antara kedua kelompok (P=0.46). Perbedaan yang signifikan
(P=0.004) dalam skor QoR-40 diamati antara kedua kelompok pada POD1 (174 vs 161
antara kelompok TIVA dan DES, masing-masing). Perbedaan ini tampaknya bertahan,
tetapi secara statistik tidak signifikan (P = 0,056), pada POD2 (185 vs 176 antara
kelompok TIVA dan DES, masing-masing). Di antara lima dimensi QoR-40,
kenyamanan fisik dan skor kemandirian fisik secara signifikan lebih tinggi pada
kelompok TIVA dibandingkan dengan kelompok DES pada POD1 dan POD2.

Gambar 1. Sebuah diagram alur yang menggambarkan seleksi pemilihan pasien, proses
pengacakan, dan analisis

Pada kelompok TIVA, skor kemandirian fisik dan dimensi nyeri secara statistik
berkurang pada POD1 dibandingkan dengan skor sebelum operasi; Namun, angka ini
kembali ke skor pra operasi mereka pada POD2. Tiga dimensi lainnya tidak berubah
secara signifikan setelah operasi pada kelompok TIVA. Pada kelompok DES, skor pada
semua dimensi, kecuali dukungan psikologis, berkurang secara signifikan pada POD1
dibandingkan dengan skor pra operasi, dan penurunan ini bertahan pada POD2.
Tabel 1. Karakteristik pasien pada kelompok TIVA dan kelompok DES. Data
ditampilkan dalam bentuk rerata (rentang) untuk usia, rerata (SD), atau jumlah pasien
(%) yang sesuai. TIVA, total i.v. anaesthesia; DES, desfluran; MBP, mean blood
pressure; PR, pulse rate

Data perioperatif disajikan pada Tabel 3. Heart rate dan BIS sesaat dan selama
waktu ekstubasi trakea secara signifikan lebih tinggi pada kelompok DES, dan jumlah
remifentanil yang diberikan lebih tinggi pada kelompok TIVA. Waktu respons
pemulihan dan waktu ekstubasi trakea serupa antara kedua kelompok. Selama menjalani
perawatan di PACU, 7 pasien dalam kelompok DES dan 1 pasien dalam kelompok
TIVA mengeluh mual, dan 5 pasien dalam kelompok DES mendapat antiemetik
tambahan. Di bangsal, 26 pasien dari kelompok DES mengeluh mual pada POD1
dibandingkan dengan 17 pasien dalam kelompok TIVA (P=0.037); perbedaan ini
berkurang pada POD2.

DISKUSI

Penelitian ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam persepsi kualitas


pemulihan pasien pada mereka yang menerima TIVA dibandingkan dengan mereka
yang menerima anestesi desflurane. TIVA menghasilkan pengurangan skor QoR-40
yang jauh lebih rendah pada POD1 dibandingkan dengan skor pra operasi, dan dikaitkan
dengan skor yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan anestesi
desflurane. Perbedaan ini tampaknya bertahan pada POD2, tetapi perbedaannya tidak
lagi signifikan secara statistik.

Tabel 2. Skor QoR-40 antara kelompok TIVA dan DES sebelum operasi, dan pada
hari ke-1 pasca operasi (POD1) dan hari ke-2 pasca operasi (POD2). Data disajikan
sebagai rerata (SD). QOR-40, Kuesioner Kualitas Pemulihan 40-item; TIVA, total i.v.
anestesi; DES, desfluran

Beberapa perbandingan antara TIVA dan anestesi volatil telah dilakukan


sebelumnya. Secara tradisional, ahli anestesi menganggap pemulihan yang diinginkan
sebagai suatu keadaan dimana kesadaran dipulihkan dengan cepat dengan tanda-tanda
vital yang stabil, dan semua dokter perioperatif menganggap pemulihan yang diinginkan
untuk dapat bebas dari komplikasi serius dengan waktu keluar dari rumah sakit yang
lebih awal. Pasien, bagaimanapun, menganggap pemulihan yang baik adalah kondisi
dimana terjadi peningkatan kenyamanan dan dampak pada kualitas hidup mereka pada
periode awal pasca operasi.11,12 Pengukuran konvensional yang biasanya digunakan
oleh ahli anestesi dan ahli bedah sering tidak membahas kualitas pemulihan pasien,
waktu untuk dapat kembali beraktivitas normal, dan kepuasan pasien secara
keseluruhan. Beberapa penelitian telah membandingkan kualitas pemulihan keseluruhan
antara TIVA dan agen anestesi volatil desfluran dari perspektif pasien. Hasil kami
menunjukkan bahwa metode anestesi mempengaruhi kualitas pemulihan yang dirasakan
pasien.

Tabel 3. Perbandingan data perioperatif antara kelompok TIVA dan DES. Data
disajikan sebagai rerata (SD). TIVA, total i.v. anestesi; DES, desfluran; PR, pulse rate;
BIS, indeks bispektral; Response time, waktu dari penghentian anestesi utama hingga
respons pasien terhadap perintah verbal; tracheal extubation time, waktu dari
penghentian anestesi hingga ekstubasi trakea; remifentanil usage, jumlah total
remifentanil selama periode intraoperatif; PACU, unit perawatan pasca anestesi; POD1,
hari pertama pasca operasi; POD2, hari kedua pasca operasi

Perbedaan paling signifikan antara kelompok TIVA dan DES adalah pada
kenyamanan fisik dan dimensi kemandirian fisik. Item pada dimensi ini meliputi
bernapas, tidur, makan, kelelahan, mual / muntah, menggigil, dan kemampuan untuk
melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti bekerja, menulis, berkomunikasi, dan
mencuci. Dimensi kenyamanan fisik diketahui dapat menangkap informasi tambahan
tentang efek samping dan dapat memberikan wawasan berharga mengenai kapan
masalah ini mereda pada pasien yang menjalani operasi rawat jalan.13 Sebagai contoh,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa TIVA mengurangi PONV
dibandingkan dengan anestesi volatil.14-17 Mual dan muntah yang lebih sedikit diamati
di antara pasien yang menerima TIVA dalam penelitian kami, yang mungkin telah
meningkatkan persepsi mereka tentang kenyamanan fisik dibandingkan dengan
kelompok DES.

Bersamaan dengan dampak dari PONV, alasan lain mengapa kenyamanan fisik
dinilai lebih tinggi pada kelompok TIVA dalam penelitian kami adalah bahwa setiap
metode anestesi dapat secara berbeda mempengaruhi modulasi respon stres.4 Anestesi
dan pembedahan secara traumatis pasti merangsang respons imunologis dan inflamasi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan deksametason sebelum operasi
meningkatkan kepuasan pasien dan kualitas pemulihan, yang menunjukkan bahwa
modulasi respon inflamasi dan stres terkait dengan peningkatan kualitas pemulihan.
Dibandingkan dengan anestesi volatil, anestesi i.v. dengan propofol dapat membatasi
hormon yang berhubungan dengan stres dan sitokin proinflamasi serta menghasilkan
peningkatan yang nyata pada sitokin antiinflamasi. Selain itu, peningkatan glukosa
serum yang diinduksi oleh stres akibat pembedahan juga dilemahkan dalam TIVA.18
Secara bersama, perbedaan dalam modulasi hormon stres dan respons inflamasi antara
propofol dan anestesi volatil menunjukkan efek pada pemulihan secara komprehensif
setelah anestesi umum. Sebaliknya, beberapa penelitian telah menemukan hasil yang
lebih positif dengan anestesi volatil.19,20 Oleh karena itu diperlukan perhatian dalam
interpretasi penelitian ini karena jenis pembedah yang berbeda menginduksi berbagai
jenis dan tingkatan stres dan peradangan yang berbeda pula. Selain itu, alasan lain yang
mungkin dari hasil kami adalah bahwa anestesi dengan desfluran dapat menyebabkan
gangguan pembersihan bronkosiliar secara signifikan dibandingkan dengan TIVA, yang
dapat menyebabkan retensi sekresi, atelektasis, dan infeksi saluran pernapasan yang
lebih rendah dan karenanya dapat mempengaruhi kenyamanan fisik pasien.21

Beberapa penelitian juga telah melaporkan sifat neuroprotektif dan analgesik yang
lebih baik setelah penggunaan TIVA dibandingkan dengan anestesi volatil.22-24 Dalam
penelitian ini, dimensi nyeri pada QoR-40 tidak berbeda antara kelompok TIVA dan
DES. Namun, kuesioner tersebut mencakup item tentang nyeri diluar nyeri pembedahan
seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, sakit tenggorokan, dan nyeri pada
mulut. Karena itu, perbandingan nyeri pada berbagai teknik anestesi juga harus
memperhitungkan jenis operasi yang telah dilakukan.

QoR-40 dikembangkan pada tahun 2000 oleh Myles dkk.,5 dan sampai saat ini
tetap merupakan satu-satunya instrumen pengukuran kualitas pemulihan yang
memenuhi persyaratan untuk kesesuaian, keandalan, validitas, daya tanggap, presisi,
interpretabilitas, penerimaan, dan kelayakan.6,25 Dalam tinjauan sistematis dan meta-
analisis skor QoR-40 rata-rata pada mereka yang tanpa dan dengan komplikasi adalah
masing-masing 170 dan 159, dengan perbedaan rata-rata tertimbang sebesar 11.6 QoR-
40 telah digunakan pada pasien wanita maupun laki-laki dan pada semua kelompok usia
dewasa, beragam latar belakang budaya, dan berbagai jenis pembedahan dan teknik
anestesi. Hasil QoR-40 dapat digeneralisasi untuk situasi yang berbeda.6 Dalam
penelitian ini, skor QoR-40 pada kelompok TIVA adalah 174 dibandingkan dengan skor
160 pada kelompok DES di POD1 dengan perbedaan 14 poin. Hasil kami, tampaknya
menunjukkan perbedaan efek TIVA dan desfluran yang signifikan dan besar pada
pemulihan fungsional. Kualitas pemulihan pada hari setelah prosedur anestesi diketahui
berhubungan dengan pemulihan beberapa minggu dan mungkin bertahun-tahun
sesudahnya. Sebagai contoh, skor QoR-40 yang buruk pada hari ke 3 pasca operasi
setelah operasi jantung memprediksi kualitas hidup yang buruk 3 bulan setelah
operasi.26 Meskipun kami tidak melakukan tindak lanjut jangka panjang pada pasien
yang berpartisipasi dalam penelitian ini, hasil ini menunjukkan ukuran dalam status
kesehatan pasien nanti.

Kualitas pemulihan yang buruk berdampak negatif pada pasien dan tim medis.
Dari perspektif pasien, pemulihan yang tertunda untuk dapat melakukan aktivitas
normal menurunkan kepuasan pasien dalam layanan medis yang mereka terima, dan
pasien juga mungkin menderita ketidaknyamanan pasca operasi yang signifikan.
Tinggal lama di ruang pemulihan atau keterlambatan keluar rumah sakit memiliki
dampak signifikan pada pemanfaatan sumber daya untuk tim medis. Oleh karena itu,
setiap upaya harus dicurahkan untuk meningkatkan kepuasan pasien dan pemanfaatan
sumber daya, terutama pada operasi minor yang kurang invasif.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, kami menggunakan


kuesioner QoR-40 versi bahasa Korea,27 yang belum divalidasi secara resmi. Namun,
penelitian sebelumnya telah menggunakan QoR-40 versi Korea dengan hasil yang dapat
diandalkan.28 Selain itu, kisaran skor yang diperoleh dalam penelitian ini sebanding
dengan beberapa penelitian sebelumnya. Skor total rata-rata dalam kelompok DES
adalah 160,5, yang mirip dengan skor 161 yang diamati pada kelompok kontrol yang
menjalani operasi kecil.3 Oleh karena itu, perbedaan bahasa mungkin tidak
memengaruhi hasil penelitian ini. Keterbatasan kedua adalah bahwa ukuran sampel
dihitung untuk mendeteksi perbedaan dalam skor QoR-40 total antara kelompok TIVA
dan DES. Oleh karena itu, sampel ini mungkin tidak memadai untuk membandingkan
masing-masing dimensi yang berbeda antar kelompok. Ketiga, pasien yang terdaftar
merupakan wanita yang relatif sehat, muda dan menjalani operasi yang relatif kecil. Jadi
hasil kami mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk mereka yang memiliki
komorbiditas serius atau mereka yang menjalani operasi yang lebih kompleks.

Sebagai kesimpulan, kami menunjukkan bahwa pasien wanita yang menjalani


operasi tiroid yang diacak dalam kelompok TIVA merasakan kualitas pemulihan yang
lebih baik pada POD1 dan POD2 dibandingkan dengan pasien dalam kelompok DES.
TIVA cenderung menurunkan fungsi fisik pasien, yang mengarah pada pemulihan yang
lebih baik. TIVA harus dianggap sebagai teknik anestesi pilihan untuk memfasilitasi
pasien untuk dapat cepat kembali ke aktivitas normal mereka.

Anda mungkin juga menyukai