Anda di halaman 1dari 29

Refleksi Kasus

Manajemen Anestesi Pada Sectio Cesareas

Oleh : Herman Bintang Parawira


Supervisor: dr. Imtihanah Amri, M.Kes.,Sp.An
PENDAHULUAN

Anestesiologi adalah cabang ilmu


kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anestesi,
Definisi Anestesiologi penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, pemberian
bantuan hidup dasar, pengobatan intensif
pasien gawat, terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri menahun.

Definisi SC pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus
WHO memperkirakan bahwa terdapat peningkatan
persalinan dengan seksio sesarea menjadi 10-15% dari
semua persalinan di negara berkembang dan 20-25% di
negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Salah
satu indikasi seksio sesarea jika ditinjau dari faktor ibu
adalah Disproporsi sefalopelvik (panggul sempit)

Pemberian Anastesi pada Seksio sesarea memerlukan


beberapa pertimbangan, tidak seperti pembedahan pada
umumnya. Ahli anastesi secara bersamaan harus
memberikan obat yang aman terhadap 2 individu yaitu
ibu dan anak sekaligus
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 27 Tahun
Berat Badan : 56 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kayumalue
Tanggal Operasi : 2 Juni 2017
Laporan Kasus
RENCANA BEDAH
Diagnosa Pra Bedah : G4P2A1 + CPD Gravid
38-39 minggu

Jenis Pembedahan : Seksio cesarean


Laporan Kasus
Anamnesis Pre Operasi : Pasien Masuk Rumah Sakit
dengan nyeri perut tembus belakang yang dirasakan
satu hari sebelum masuk Rumah Sakit. Pelepasan
darah (-), Lendir (-), Air (-), Mual (-), Muntah (-), Sakit
Kepala (-), Pusing (-), Nyeri Ulu Hati (-), BAB dan BAK
Lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Allergies : Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan
dan obat-obatan
Medications : -
Past Medical History : Pasien memiliki Riwayat SC
sebelumnya sebanyak dua kali, dan tidak terdapat
masalah selama dilakukan operasi, ibu dan anak dalam
keadaan sehat.
Laporan Kasus
B1 (Breath) : Airway : clear,
gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR: 28 x/mnt, SP:
Vesikuler, ST(-), Mallampati : 1, JMH: >6 cm, GL : bebas,
Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-).
B2 (Blood) : Akral : Hangat, TD : 130/80 mmHg, HR : 80
x/mnt, reguler.
B3 (Brain) : Sens : CM, Pupil: isokor Ø 3 mm / 3mm,
RC +/+
B4 (Bladder) : BAK (+), Lancar.
B5 (bowel) Abdomen : membesar asimetris, peristaltik
(+), Mual (+), muntah (+). Gerak janin (+), His (+),
DJJ: 140 x/mnt
B6 Back & Bone : Oedem pretibial (-)
Laporan Kasus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab

Parameter Hasil Satuan Range Normal

RBC 4,02 106/mm3 3,80-5,20


Hemoglobin (Hb) 11,4 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 35,4 % 37,0-47,0
PLT 284 103/mm3 150-500
WBC 10.7 103/mm3 4,0-10,0
CT Menit 4-10
BT Menit 1-5

HbsAg Non Reaktif   Non Reaktif


Laporan Kasus
KESIMPULAN
Pasien termasuk kategori PS ASA kelas II
 
RENCANA ANESTESI
Regional Anastesi : Blok Sub Arachnoid
Laporan Kasus
PERSIAPAN PRE OPERATIF
Di Ruangan
•Surat persetujuan operasi (+), Surat
persetujuan tindakan anestesi (+)
•Puasa 8 jam pre operasi
•IVFD 20 tpm selama puasa
•Persiapan whole blood 1 bag
Laporan Kasus
Di Kamar Operasi
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara
lain adalah:
•Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
•Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
•Alat-alat resusitasi (STATICS)
•Obat-obat anestesia yang diperlukan.
•Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine,
aminofilin, natrium bikarbonat dan lain-lainnya.
•Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
•Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan EKG
dipasang.
•Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan
indikasi, misalnya; “Pulse Oxymeter” dan “Capnograf”.
•Kartu catatan medic anestesia
Laporan Kasus
PROSEDUR ANESTESI REGIONAL
– Pasien Masuk Kamar Operasi
– Pasien diposisikan secara supine, infus terpasang di
tangan kanan
– Pasang Monitor (untuk menilai TD, RR, HR dan SPO2)
– Melakukan Pemberian obat Premedikasi :
Ondansentron 4 mg/IV
– Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan
tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan. Dengan persiapan tempat lengkap dengan alat
manajement jalan napas dan resusitasi tersedia.
– Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
(dilakukan ketika visite pre-operatif), sebab bila ada infeksi
atau terdapat tanda kemungkinan adanya kesulitan dalam
penusukan, maka pasien tidak perlu dipersiapkan untuk
spinal anestesi.
Laporan Kasus
– Buat pasien membungkuk maximal agar processus
spinosus mudah teraba.
– Identifikasi area penusukan L3-L4
– Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau
alkohol.
– Insersi Jarum spilscath 27 G dengan teknik median
approach
– Kemudian lakukan aspirasi : LCS(+) darah (-)
babotage (+)
– Injeksi bupivacain heavy 0,5 % 15 mg
– Kembalikan posisi pasien ke posisi supine
– Mengecek ketinggian blok
– Operasi selesai, pasien bernafas spontan, adekuat,
hemodinamik stabil
– Pasien ditransfer ke recovery room
Laporan Kasus
PERHITUNGAN CAIRAN
Input yang diperlukan selama operasi
Cairan Maintanance (M) :
Pada kasus BB = 40 x 56 Kg = 1.960 cc / 24 Jam
Sehingga cairan yang dibutuhkan adalah 81,67 ml / jam
Cairan defisit pengganti puasa (P) :
lama puasa x maintenance = 8 x 81,67 = 653,33 ml – 300 ml
(cairan yang masuk saat puasa) = 353,33 ml
Karna SC merupakan Operasi Berat maka, balance cairan untuk
stress operasi adalah : 8cc x BB = 8 x 56 = 448 ml/jam
Cairan defisit urin dan darah selama 50 menit = urin + darah =
100 + 300 = 400 ml
Total kebutuhan cairan selama 1 jam operasi = 81,67 + 353+
448+400 = 1.282,67 ml
Laporan Kasus
Cairan masuk :
Kristaloid : 1.000 ml
Whole blood : -
Total cairan masuk : 1.000 ml
Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 1.000 ml – 1.283 ml = - 283 ml
Estimasi Blood Volume
EBV = 65 x BB
= 65 x 56 Kg
EBV = 3.640 cc
MABL = Maximal Alowed Blood Lose
MABL = [EBV x (Hi-Hf)]/Hi
 
= [3.640 ml x ( 35,4-30 ) /35,4 = 555, 25 ml
Laporan Kasus
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Skor pemulihan pasca anestesi
Bromage Score (spinal anestesi)
Kriteria Nilai : Gerakan penuh dari tungkai, 0
Tak mampu ekstensi tungkai, 1
Tak mampu fleksi lutut, 2
Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3
Jika Bromage skor 2 pasien dapat dipindahkan ke ruangan

 
Laporan Kasus

Grafik pengamatan tanda-tanda vital intraoperatif


•Lama anestesi : 11.30 – 12.30 (60 menit)
•Lama operasi : 11.35 – 12.25 (50 menit)
PEMBAHASAN
Pasien Ny. Y berusia 27 tahun dengan diagnosis G4P2A1 , umur
kehamilan 38/39 minggu, dengan CPD, dilakukan pembedahan
sectio caesar pada tanggal 2 Juni 2017. Dari data anamnesis
tidak didapatkan adanya penyulit berupa gangguan pada sistem
organ.

Sebelum diputuskannya anestesi, hendaknya sebelumnya dilaku


kan penentuan standar kesehatan pasien sesuai American Society
of Anesthesia. Dengan keadaan tersebut di atas, pasien termasuk
dalam kategori ASA II
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Alasan pemilihan teknik
anestesi tersebut adalah
Setelah penentuan ASA, sesuai dengan indikasi
kemudian ditentukan anestesi regional SAB,
pilihan anestesi. Pada yaitu: Untuk pembedahan,
pasien ini, pilihan anestesi daerah tubuh yang
yang dilakukan adalah dipersyarafi cabang T4
jenis anastesi regional kebawah (daerah papila
yaitu sub arachniod blok mamae kebawah ). Dengan
Dan dipilih obat bupivacain. durasi operasi yang tidak
terlalu lama, maksimal 2-3
jam
PEMBAHASAN

INDIKASI SAB

KONTRA INDIKASI

ABSOLUT

RELATIF
PEMBAHASAN
Pada pasien ini, sebelumnya telah dilakukan informed
consent terkait tindakan yang akan diberikan beserta
konsekuensinya. Pemeriksaan lain yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan hematologi untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan perdarahan. Pada
pasien ini, pemeriksaan fisik ataupun laboraturium
tidak menunjukkan adanya gangguan yang dapat
menjadi kontraindikasi, sehingga anestesi inhalasi
dapat menjadi pilihan dalam tindakan debridement
pada kasus ini.
PEMBAHASAN
Setelah penilaian prabedah selesai dengan menghasilkan antara
lain penentuan status fisik pasien, langkah berikutnya ialah
menentukan macam premedikasi yang akan digunakan. Tujuan
utama dari pemberian obat premedikasi adalah :7
1.Meredakan kecemasan dan ketakutan
2.Memperlancar induksi anestesia
3.Mengurangi sekresi kelenjaar ludah dan bronkus
4.Meminimalkan jumlah obat anastetik
5.Mengurangi mual-muntah pasca bedah
6.Menciptakan amnesia
7.Mengurangi isi cairan lambung
8.Mengurangi refleks yang membahayakan
PEMBAHASAN
KASUS TEORI

Ondansentron ditujukan untuk


pencegahan dan pengobatan
Obat premedikasi yang di mual dan muntah pasca bedah.
Dosis mual pasca bedah melalui
gunakan pada pasien ini
pemberian intravena secara
adalah Ondansentron 4 lambat yakni 4 mg, diberikan
mg. tanpa diencerkan dalam 1-5
menit. Jika perlu dosis dapat
diulangi.
PEMBAHASAN
KASUS TEORI

• Pemberian • Induksi anestesi pada


Bupivacain 0,5 % 15 pasien ini menggunakan
mg untuk induksi anestesi lokal yaitu
bupivacaine. Bupivakain
disebut juga obat
golongan amida yang
digunakan pada anestesi
spinal. Obat ini
menghasilkan blokade
saraf sensorik dan
motorik.
PEMBAHASAN
KASUS TEORI

• Pada pasien ini diberi • Obat ini merupakan


kan ephedrin 20 mg agen simpatomimetik
dimana indikasi
pemberian untuk
terjadinya hipotensi
Anastesi spinal memiliki
beberapa efek
samping salah satunya
adalah hipotensi
PEMBAHASAN
KASUS TEORI

• Pada pasien ini diberi • Oxytocin digunakan


kan Oxytocin untuk perbaikan
kontraksi uterus serta
pengendalian
perdarahan
pascapersalinan. Dosis
pascapersalinan yakni
20-40 IU/menit. Awitan
aksi dengan pemberian
intravena yakni hampir
langsung
PEMBAHASAN
Pada pasien ini mulai operasi pukul
11.35 sampai selesai pada pukul 12.25,
sedangkan anestesinya mulai 11.3
selesai pada pukul 12.30. Kemudian
dengan penghitungan skor bromage.
pasien dipingahkan ke recovery room.
Pada proses operasi berjalan lancar
tanpa terjadi komplikasi apapun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purmono A., 2015. Buku Kuliah Anastesi. EGC : Jakarta.

2. Gunawan, S., 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI. Jakarta.

3. Liou, S., 2013. Spinal and Epidural Anesthesia. Diakses dari:

http://www.nlm.nih. gov/medlineplus/ency/article/007413.htm

4. Mansjoer, A., et all. 2010. Anestesi Spinal pada Seksio sesarea.

Catatan Anastesi. Media Aesculapius. Makassar.

5. Hemant L., et all. 2015. Labor and Delivery, Analgesia, Regional and

local. Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article

/149337-overview#showall
TERIMA KASIH

ASSALAMU’ALAIKUM
WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai