Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

GETA

Supervisor Pembimbing:
dr. Kartika Handayani, Sp.An

Oleh:
Nur Fadhila Jaharuddin (70700119005)
Alifia Nurdani Darmawan (70700119014)
Andi Eka Purnamasari (70700119016)

DEPARTEMEN ANESTESI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
LAPORAN KASUS
Nama : Tn.M
Umur : 66 tahun
Berat badan : 65kg
Tinggi badan : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pengayoman
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk RS : 20 November 2021
II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama: Nyeri perut hilang timbul


sejak 6 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


• Demam: tidak ada
• Mual dan muntah: tidak ada
• Bak dan Bab: kesan baik
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat penyakit hipertensi dan stroke : ada
• Riwayat penyakit DM : disangkal
• Riwayat penyakit alergi : disangkal
• Riwayat penyakit asma : disangkal
• Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga:


• Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
• Riwayat penyakit DM : disangkal
• Riwayat penyakit alergi : disangkal
• Riwayat penyakit asma : disangkal

e. Riwayat konsumsi obat hipertensi dan stroke


III. PEMERIKSAAN FISIK
BI: RR: 29X/menit, simetris, BP: Vesikuler, rh (-/-), wh (-/-), Mallampati 1
B2: BP: 159/91 mmHg, HR: 89x/menit, reguler, kuat angkat, BJ I/II murni reguler,
BT: gallop (-), murmur (-)
B3: GCS 15, pupil isokor, suhu: 36
B4: urin spontan, tidak terpasang kateter
B5: cembung, peristaltik + kesan normal
B6: edem pretibial (-), fraktur (-), krepitasi (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap :
SGOT: 19
Hb : 14,8 g/dl (12 – 16 g/dl) SGPT: 14
Leukosit : 14.800 ul (5000 – 10000 ul)
Ht : 41.1 % (W 37 – 43 %) Elektrolit:
Na: 134
Eritrosit : 4.66 (W 4 – 5 jt)
K: 4.2
Trombosit : 217/ul (150000 – 400000/ul) Cl: 95
GDS : 71 mg/dl (<200mg/dl)
CT : 7’ 10’’
BT :2’ 30’’
STATUS ANASTESI
Pasien kategori PS ASA II (karena hipertensi terkontrol dan
riwayat stroke)

RENCANA ANESTESI
GETA
DIAGNOSIS KLINIS
• Diagnosis pra operasi: Pneumoperitoneum etc Suspek
Perforasi Gaster

RENCANA TINDAKAN
Laparatomi
PENATALAKSANAAN ANASTESI
Premedikasi :
Medikasi Intra Operatif:
- Fentanyl 65 mg
- Propofol 130 mg
- Miloz 3.25 mg
- Atrracurium sulfat 32.5 mg
- Efedrin 6.5 mg
Medikasi kontrol nyeri post operasi:
- Ketorolac 30 mg/8jam/IV
VII. TINDAKAN

Dilakukan : Operasi Laparatomi


Tanggal : 20 November 2021
EVALUASI PRE OPERASI
• Informed concent
• Puasa 8 jam
• Siap PRC 2 bag di PMI
• Pemasangan IV line menggunakan IV catheter ukuran 20
PEMANTAUAN INTRA OPERASI
Pemantauan selama anestesi :
• Mulai anestesi : 09.00
• Mulai operasi : 09.15
• Selesai operasi : 13.00
• Selesai Anestesi: 13.00
EVALUASI POST OPERASI
• Setelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang pemantauan (RR).
Pasien berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah
spinal headache, karena efek obat anestesi masih ada. Observasi
post operasi dilakukan selama 2 jam, dan bedrest 24 jam
• Tanda-tanda vital:
– Tekanan darah : 150/90 mmHg
– Respirasi : 20 kali/menit
– Nadi : 78 /menit
– Suhu : 36,6 C
Terapi Cairan
Kebutuhan Cairan Selama Operasi
BB: 63 kg
Hb: 14 g/dL
• Estimate Blood Volume: 75cc x 63kg = 4725 cc
• Allowable Blood Loss: (Hct awal – hct target) x EBV/ Hct awal= (41,1 –
24) x 4725/41,1 = 1.965 cc
• Perdarahan: 400 cc (300cc suction + 100cc kasa)
• Urin Output: 400cc
• Input: 2000cc RL
Terapi Cairan
• Kebutuhan cairan rumatan (63 kg) : 30cc/kgBB
= 30x63= 1890 perhari (/24jam)  78.75 cc/jam
• Pengganti cairan puasa 8 jam
Puasa x kebutuhan cairan rumatan
8 jam x 78.75 cc/jam = 630 cc
• Stress operasi
Operasi sedang 2-4 ml/KgBB/jam
4 cc x 63 kg = 252 cc/jam
• Pemberian cairan berdasarkan durasi operasi
1 jam pertama = Maintanance + ½ puasa + stres operasi = 78.75 + ½ (630) + 252 = 645.75cc
• Total Kebutuhan cairan = 4 jam x rumatan + stress operasi + pengganti cairan puasa 2 jam+
perdarahan + urin output= 315cc +630cc+252cc+400cc+400cc = 1997 cc
DEFINISI

• Tindakan meniadakan nyeri


ANESTESI
UMUM secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat
reversible.
ANALGESIA
(bebas dari nyeri)
TRIAS ANESTESI

Dengan anestesi umum,


akan diperoleh triad
(trias) anestesia, yaitu :

HIPNOTIK RELAKSAN
(tidur)
Pentothal
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau
5% dengan dosis permulaan 4-6 mg/kg
Parenteral BB danselanjutnya dapat ditambah
sampai 1 gram.
Ketalar
Metode Perektal (Ketamine) Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10
pemberian mg/cc dan 50 mg/cc.Dosis: IV 1-3
anestesi Induksi mg/kgBB,IM 8-13 mg/kgBB1-3 menit
umum halotan setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.

Perinhalasi Induksi sevofluran

Induksi dengan enfluran (ethran),


isofluran ( foran, aeran
Indikasi anestesi umum diantaranya :

 Operasi di sekitar kepala, leher, intra-torakal


atau intra-abdomen
 Pada bayi atau anak-anak
 Pasien gelisah, tidak kooperatif atau
disorientasi gangguan jiwa
 Pembedahan lama
 Pembedahannya luas atau ekstensif
 Memiliki riwayat alergi terhadap anestesi
lokal
 Pasien yang memilih anestesi umum
Kontraindikasi relative anestesi umum yaitu :

 Gangguan kardivaskular yang berat


 Hipertensi berat atau tak terkontrol
(diastolik >110 mmHg)
 Diabetes tak terkontrol
 Infeksi akut
 Sepsis
Tujuan Anestesi Umum, diantaranya:

Analgesia (respon terhadap nyeri


hilang)
Amnesia (kehilangan memori atau
tidak mengingat apa yang terjadi)
Immobilitas (hilangnya refleks
motorik)
Kehilangan kesadaran
Relaksasi otot skeletal
Kelebihan Anestesi Umum
• Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien selama operasi
• Memungkinkan relaksasi otot untuk jangka waktu yang lama
• Dapat mempertahankan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi yang
adekuat
• Dapat digunakan pada pasien yang sensitive terhadap agen anestetik lokal
• Dapat dilakukan tanpa merubah posisi pasien dari posisi supine
• Dapat dengan mudah disesuaikan pada durasi yang tidak terduga atau
lebih lama
• Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversible
Kerugian Anestesi Umum

• Membutuhkan perawatan yang lebih rumit dan biaya yang


lebih besar
• Membutuhkan beberapa persiapan preoperative
• Dapat menginduksi fluktuasi fisiologi yang membutuhkan
intervensi aktif
• Berhubungan dengan komplikasi seperti mual, muntah, sakit
tenggorokan, sakit kepala, menggigil dan lamanya perbaikan
psikomotorik
Faktor yang
mempengaruhi
anestesi

Faktor respirasi
Faktor obat
(untuk obat Faktor sirkulasi Faktor jaringan.
anestesI
inhalasi)

Makin tinggi pengangkutan gas


perbedaan tekanan anestesi dari paru
parsiel makin cepat ke jaringan dan
terjadinya difusi sebaliknya
• stadium analgesi Stadium II • Disebut juga Stadium IV
atau stadium stadium operasi.
• stadium delirium Dimulai dari • Dari
disorientasi.
Dimulai sejak atau stadium nafas teratur paralisis
diberikan anestesi exitasi. Dimulai sampai paralise diafragma
sampai hilangnya dari hilangnya otot nafas. sampai
kesadaran kesadaran sampai Stadium III apneu dan
nafas teratur kematian
Stadium I
Tahapan Tindakan Anestesi Umum
I. Penilaian pra bedah
Anamnesis

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah


penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian
khusus,misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca
bedah, sehingga dapat dirancang anestesia berikutnya dengan lebih baik. Beberapa
penelitit menganjurkan obat yang kiranya menimbulkan masalah dimasa lampau
sebaiknya jangan digunakan ulang, misalnya halotan jangan digunakan ulang dalam
waktu tiga bulan, suksinilkolin yang menimbulkan apnoe berkepanjangan juga jangan
diulang. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah
akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan
laringoskopi intubasi.Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh pasien.

Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan
foto thoraks.
Klasifikasi status fisik

Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang adalah yang berasal dari
The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan resiko
anestesia, karena dampaksamping anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari
24 jam
Masukan oral

• Refleks laring mengalami penurunan selama anesthesia.


• Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan
risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anesthesia.
• Dewasa : 6-8 jam
• Anak kecil : 4-6 jam
• Bayi : 3-4 jam.
PREMEDIKASI

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam


sebelum induksi anesthesia  melancarkan
induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia
diantaranya :

• Meredakan kecemasan dan ketakutan


• Memperlancar induksi anesthesia
• Meminimalkan jumlah obat anestetik
• Mengurangi mual muntah pasca bedah
• Menciptakan amnesia
PREMEDIKASI
Analgesik narkotik Analgesik non narkotik Hipnotik Sedatif

Diazepam/valium/stesol
id ( amp 2cc = 10mg),
dosis 0,1 mg/kgBB
Petidin ( amp 2cc =
100 mg), dosis 1-2 Midazolam/dormicum
Ketamin ( fl 10cc =
mg/kgBB (amp 5cc/3cc = 15
100 mg), dosis 1-2
Morfin ( amp 2cc = Ponstan mg),dosis 0,1mg/kgBB
mg/kgBB
10 mg), dosis 0,1 Tramol
Pentotal (amp 1cc = Propofol/recofol/dipriva
mg/kgBB Toradon
1000 mg), dosis 4-6 n (amp 20cc = 200 mg),
Fentanyl ( fl 10cc =
mg/kgBB dosis 2,5 mg/kgBB
500 mg), dosis 1-
3µgr/kgBB
Dehydrobenzperidon/D
BP (amp 2cc = 5 mg),
dosis 0,1 mg/kgBB
OBAT ANESTESI
Obat Anestetika gas

• Nitrogen monoksida (N2O)


• Enfluran
• Isofluran
• Halotan
• Sevoflurane
• desfluran
Obat anestesi intravena

a. Propofol
 Propofol digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesia umum
 Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan
kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
 Dosis induksi adalah 2,0-2.5 mg/kg IV, untuk
sedasi 25-75 µg/kg/min dengan I.V infuse.
 Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk
mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%.
b.Tiopental
• Merupakan obat anestesi umum barbiturat
short acting
• Dapat mencapai otak dengan cepat dan
memiliki onset yang cepat (30-45 detik).
• Dosis yang banyak atau dengan
menggunakan infus akan menghasilkan efek
sedasi dan hilangnya kesadaran.
• Dosis 3-5 mg/kg.
c.Ketamin
• Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non
barbiturate”.
• Ketamin kurang digemari untuk induksi
anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , nyeri kepala, muntah –
muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.
• Ketamin diberikan secara I.V atau I.M.
• Dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V
atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M
• Dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
Obat pelumpuh otot

• PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI


•Suksametonium (suksinil kolin)
•Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-
5 menit.
•Dosis intubasi 1-1,5 mg/kgBB intravena

• PELUMPUH OTOT NON


DEPOLARISASI
– atrakurium
Teknik anestesi umum
• Induksi anestesi
• Induksi intravena
• Induksi intramuskular
• Induksi inhalasi
• Induksi per rektal
S : Scope  Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien. Lampu harus cukup terang.

T : Tube  Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).

A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan
lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
II. persiapan
induksi anestesi
T : Tape  Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I : Introducer  Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa
trakea mudah dimasukkan.

C : Connector  Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S : Suction  penyedot lender, ludah danlain-lainnya.


Induksi intravena

• Bertujuan untuk anestesi atau menidurkan pasien


dengan respirator

• Beberapa contoh kelompok :


A. Barbiturat ( tiopental, metoheksital)
B. Benzodiazepin ( midazolam, diazepam)
C. Propofol
D. Ketamin
E. Opioid
Pelemas otot

• Bertindak melumpuhkan otot, termasuk


otot-otot pernapasan. 

• Contoh pelemas otot yang dapat


digunakan adalah suksinil kolin,
atrakurium, vekuronium, pankuronium.
Induksi inhalasi
Hampir semua jenis obat adalah turunan eter kecuali
halotan dan nitrogen

Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau


campuran N2O dan O2.

N2O memiliki KAM yang tinggi >100

Induksi dengan sevofluran lebih disenangi.

Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran)


atau desfluran jarang dilakukan, karena pasien sering
batuk dan waktu induksi menjadi lama.
Induksi per-rektal

• Cara ini umum digunakan untuk


anak atau bayi menggunakan
thiopental atau midazolam.
Rumatan Anestesi (Maintainance)

Rumatan intravena biasanya menggunakan


opioid dosis tinggi, fentanil 10-50 µg/kgBB.
Rumatan inhalasi biasanya menggunakan
campuran N2O dan O2 dengan
perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2
vol% atau enfluran 2-4% atau isofluran 2-4
vol% atau sevofluran 2-4%
Tatalaksana Jalan Napas

A. Manuver tripel jalan napas

Terdiri dari:

1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto-

oksipital.

2. Mandibula didorong ke depan pada kedua

angulus mandibula

3. Mulut dibuka
B. Jalan napas faring

Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang

jalan napas mulut-faring lewat mulut (oro-pharyngeal airway)

atau jalan napas lewat hidung (naso-pharyngeal airway).


C. Sungkup muka

Mengantar udara / gas anestesi dari alat

resusitasi atau system anestesi ke jalan napas

pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa

sehingga ketika digunakan untuk bernapas

spontan atau dengan tekanan positif tidak

bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat

mulut atau hidung.


D. Sungkup laring (Laryngeal mask)

Merupakan alat jalan napas berbentuk

sendok terdiri dari pipa besar berlubang

dengan ujung menyerupai sendok yang

pinggirnya dapat dikembang-kempiskan

seperti balon pada pipa trakea. Tangkai

LMA dapat berupa pipa kerasdari

polivinil atau lembek dengan spiral

untuk menjaga supaya tetap paten.


E. Pipa trakea (endotracheal tube)

Mengantar gas anestesi langsung ke

dalam trakea dan biasanya dibuat dari

bahan standar polivinil-klorida. Pipa

trakea dapat dimasukan melalui

mulut (orotracheal tube) atau melalui

hidung (nasotracheal tube).


Klasifikasi Mallampati :
Intubasi dan ekstubasi trakea

Indikasi intubasi trakea

Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima

glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan

bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya digolongkan sebagai berikut:

1. Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.

2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi


Komplikas Kesulitan Ekstuba
i intubasi intubasi si

Selama intubasi
Trauma gigi geligi

Leher pendek berotot ●
Ekstubasi ditunda sampai pasien
benar-benar sadar, jika:


Laserasi bibir, gusi, laring

Mandibula menonjol ●
Intubasi kembali akan
Merangsang saraf simpatis
Maksila/gigi depan



Intubasi bronkus menimbulkan kesulitan

Intubasi esophagus menonjol ●
Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi

Aspirasi ●
Ekstubasi dikerjakan pada

Spasme bronkus

Uvula tak terlihat umumnya pada anestesi sudah

Setelah ekstubasi ●
Gerak sendi temporo- ringan dengan catatan tak akan

Spasme laring
mandibular terbatas terjadi spasme laring.

Aspirasi
Gangguan fonasi

Sebelum ekstubasi bersihkan
Gerak vertebra servikal



Edema glottis-subglotis rongga mulut laring faring dari

Infeksi laring, faring, trakea terbatas sekret dan cairan lainnya.
Respirasi
spontan yaitu
penderita
bernafas
sendiri secara
spontan.

Respirasi
kendali/respirasi
terkontrol /balance berdasar respirasinya, anestesi
anestesi:
pernafasanpenderi umum dibedakan dalam 3
ta sepenuhnya
tergantung
bantuan kita.
macam

Assisted Respirasi:
penderita
bernafas spontan
tetapi masih kita
berikan sedikit
bantuan.
Berdasarkan sistem aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi
dibedakan menjadi 4 sistem, yaitu :
System Rebreathing Reservoir bag Sodalime Tingkat polusi Tingkat
kamar operasi keborosan obat

Open - - - ++++ +++

Semi open - + + +++ ++

Semi closed + + + ++ +

Closed + + + + -
Hal yang dinilai Nilai
Kesadaran:  

Pemulihan anestesi Sadar penuh


Bangun bila dipanggil
2
1
Tidak ada respon 0
pasien dipindahkan ke ruang
Respirasi:  
pemulihan dan terus diobservasi Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk 2
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan 1
dengan cara menilai Aldrette’s Apnoe 0

score nya, nilai 8-10 bisa Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi  
Perbedaan +- 20 2

dipindahkan ke ruang perawatan, Perbedaan +- 50


Perbedaan lebih dari 50
1
0

5-8 observasi secara ketat, Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:  
4 ekstremitas 2
kurang dari 5 pindahkan ke ICU 2 ekstremitas 1
Tidak dapat 0

Warna kulit  
Normal 2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik 1
Cyanotic 0
Steward score
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai