PENDAHULUAN
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis
berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa
atau sensasi tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi adalah
keadaan tanpa rasa (without sensation) tetapi bersifat sementara dan dapat
kembali kepada keadaan semula. Walaupun demikian, istilah ini digunakan untuk
kehilangan rasa nyeri yang diinduksi untuk memungkinkannya dilakukan tindakan
pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Anestesi umum atau general anesthesia mempunyai tujuan agar dapat
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang
reversible dan dapat diprediksi. Anestesi umum juga menyebabkan amnesia yang
bersifat anterograde, yaitu hilangannya ingatan ingatan saat dilakukan
pembiussan dan operasi sehingga saat pasien sudah sadar, pasien tidak mengingat
peristiwa pembedahan/pembiusan yang baru saja dilakukan . Anestesi umum juga
dapat diperkirakan durasinya dengan penyesuaian dosis. Tiga pilar anestesi umum
atau disebut trias anestesi meliputi: hipnotik atau sedative, yaitu membuat pasien
tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidask merasakan sakit, dan
relaksasiotot, yaitu kelumpuhan otot skelet.
Umumnya, kombinasi anestesi yang digunakan untuk anestesi umum
akan mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Tidak berespon terhadap rangsangan yang menyakitkan
2. Tidak dapat mengingat apa yang terjadi (amnesia anterograde)
3. Depresi atau tidak mampu mempertahankan proteksi jalan napas
yang memadai hingga ketidakmampuan melakukan ventilasi spontan
akibat kelumpuhan otot
4. Depresi kardiovaskular sehingga cenderung bradikardi dan hipotensi
Namun secara klinis ada dua jenis anestesi umum yang sering
digunakan berdasarkan rute dari pemberian obat anestesi yaitu, 1. TIVA
(Total Intravenous Anesthesia), 2. GETA ( General Endotracheal Anesthesia )
TIVA
Anestesi intravena (TIVA) merupakan teknik anastesi umum dengan
hanya menggunakan obat-obat anastesi yang dimasukkan lewat jalur
intravena. TIVA digunakan untuk ketiga trias anastesi yaitu hipnotik,
analgetik, dan relaksasi otot..Kebanyakan obat-obat anastesi intravena
hanya mencakup 2 komponen anastesi, akan tetapi ketamin mempunyai
ketiga trias anastesi sehingga ketamin dianggap juga sebagai agent anastesi
yang lengkap.
Kelebihan TIVA
GETA
Face mask, untuk dilakukan ventilasi sebelum intubasi. Pilih ukuran yang
sesuai yaitu yang dapat menutupi mulut dan hidung dan tidak terlalu lebar
menutupi pipi.
Laringoskop, pilih jenis dan ukuran laringoskop yang sesuai, periksa lampu
laringoskop, pastikan alat sudah terpasang dan mudah dijangkau tangan.
Stetoskop, untuk auskultasi setelah intubasi.
Pipa Endotrakeal, ukuran ET dinyatakan dalam mm berdasarkan diameter
internal yang tertera dan ada pula yang dinyatakan dalam French unit.
Ukuran rata-rata untuk wanita adalah 7,0-7,5 mm, dan untuk pria adalah
7,5-8,0 mm. Pada anak dapat digunakan rumus 4 + BB/4 untuk
menentukan ukuran ET. Cara lain untuk menentukan ukuran ET adalah
dengan menggunakan patokan besar jari kelingking pasien. Untuk
menentukan kedalaman insersinya adalah besar diameter internal (ukuran
ET) dikalikan tiga. Periksa cuff ET dengan cara menginflasi cuff kemudian
dapat dicelupkan ke dalam air untuk menilai adanya kebocoran. Setelah itu
berikan pelicin atau lidokain jeli.
Guedel (OPA) atau NPA.
Plester, akan digunakan untuk fiksasi ET setelah tindakan intubasi.
Stilet atau forsep intubasi
Suction
Prosedur Intubasi
Ekstubasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan
dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan dan
masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada
anjuran pemeriksaan EKG dan foto thoraks.
Masukan oral
Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi
isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan
risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk
operasi elektif dengan anestesia harus dipantangkan dari masukan oral
(puasa) selamaperiode tertentu sebelum induksi anestesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam
dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam
sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis
sampai 3 jam dan untuk keperluan minumobat air putih dalam jumlah
terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anestesia.
2. Premedikasi
1. Analgesik narkotik
a. Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
b. Morfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
c. Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3µgr/kgBB
2. Analgesik non narkotik
a. Ponstan
b. Tramol
c. Toradon
3. Hipnotik
a. Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
b. Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB
4. Sedatif
a. Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1
mg/kgBB
b. Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis
0,1mg/kgBB
c. Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5
mg/kgBB
d. Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1
mg/kgBB
5. Anti emetic
a. Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg),dosis
0,001 mg/kgBB
b. DBP
c. Narfoz, rantin, primperan.
b) Induksi Anastesi
T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa
hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk
menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga
supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
Induksi intravena
o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena
dikerjakan dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan
terkendali. Obat induksi bolus disuntikan dalam kecepatan
antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan pasien,
nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan selalu diberikan
oksigen. Dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
o Obat-obat induksi intravena:
Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau
1000 mg
sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril
sampai kepekatan 2,5% ( 1ml = 25mg). hanya boleh
digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7 mg/kg
disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.
Ketamin (ketalar)
Kurang digemari karena sering menimbulkan
takikardia, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca
anestesia dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan
kabur dan mimpi buruk. Sebelum pemberian sebaiknya
diberikan sedasi midazolam (dormikum) atau diazepam
(valium) dengan dosis0,1 mg/kg intravena dan untuk
mengurangi salvias diberikan sulfas atropin 0,01 mg/kg.
Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg.
ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml =
10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).
Induksi inhalasi
o N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen
monoksida) berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara.
Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat anastetik
lemah, analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk
mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi
jarang digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan salah satu
cairan anastetik lain seperti halotan.
o Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan
analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring laring.
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus
simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi
vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi refleks baroreseptor.
Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat. Halotan menghambat
pelepasan insulin sehingga mininggikan kadar gula darah.
o Desfluran (suprane)
Sangat mudah menguap. Potensinya rendah (MAC 6.0%),
bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardi dan hipertensi.
Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran. Merangsang
jalan napas atas sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesi.
o Sevofluran (ultane)
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping
halotan.
Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)
o Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak
menyebabkna depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin
menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
o Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasi
selama 20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit.
o Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot:
Cegukan (hiccup)
Dinding perut kaku
Ada tahanan pada inflasi paru