Anda di halaman 1dari 18

IDENTITAS

Nama: Ny. L
Umur: 22 thn Jenis Kelamin: laki-laki

Alamat: Tiban Indah


Tanggal operasi: 11 Januari 2013

Anamnesa (10 Januari 2013, jam 1600)


Keluhan utama Nyeri pada rahang setelah jatuh

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu

Empat jam SMRS pasien mengaku naik sepeda motor dibonceng dengan temannya kemudian jatuh dari sepeda motor karena terpeleset. Pasien jatuh dalam posis tengkurap dan bagian dadu terantuk aspal. Sebelem dan sesudah terantuk aspal pasien merasa letak dagunya sedikit bergeser ke arah kanan. Pasien mengeluh sulit untuk berbicara. Pasien tidak pingsan, pusing (-), mual (-), muntah (-). Kemudian pasien dibawa ke RSOB.

Penyakit serupa : disangkal Dm (-), HT (-), asma (-), sakit jantung (-), sakit ginjaal (-),

Riwayat penyakit keluarga Riwayat pengobatan Riwayat kebiasaan


mengobati sakitnya.

alergi obat/makanan (-/-), batuk lama (-)

Penyakit serupa, DM, HT, asma, sakit jantung, alergi

disangkal.

Pasien mengaku belum menggunakan obat-obatan utk Tidak merokok, tidak mengamalkan jamu-jamuan, tidak

mengkonsumsi alkohol.

STATUS GENERALIS Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : kompos mentis; GCS 15 Tanda vital TD : 130/80 Nadi : 70x/m Suhu : 36,8 C Pernafasan: 18x/m Kepala : mesocephal, jejas (+) status lokalis Mata: oedem palpebra (-/-), CA (-/-), isokor, refleks cahaya (+/+) Telinga : darah (-), sekret (-) Hidung : hiperemis (-), mimisan (-) Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+) Leher : KGB & tiroid ttm, massa (-), jejas (-) Thorax: Dinding dada: simetris, jejas (-) Paru: sn ves, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung: SI-SII normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : datar, dilatasi vena (-), sikatriks (-) Auskultasi : bising usus (+) Palpasi : supel, datar, nyeri tekan (-) Ekstremitas Atas : hangat +/+, oedem -/ Bawah : hangat +/+, oedem -/ STATUS LOKALIS R. Mandibula : VL ukuran 3x2x2cm; NT (-), tragus pain (+) kiri, VE 2x1cm R.mental : VE 1,5x2cm; NT (-) R. Antebrachii dx: VE 0,5x0,5cm; 0,5x0,5cm, NT (-) R. Manus dx : VE 0,5x0,5cm; 0,5x0,5cm; NT (-) R. Antebrachii sin : VE 1x1cm; 1x1cm; NT (-) R. Manus sin : VE 0,5x0,5cm; 0,5x0,5cm; NT (-)

Hasil laboratorium 10 Januari 2013

Pemeriksaan darah Hemoglobin :10,8 g/dL *(12-16 g/dL) Hematokrit :36 % *(37-47 %) Eritrosit :3.8 juta/uL *(4.3-6.0 juta/uL) Leukosit :13700/uL *(4800-10800/uL) Trombosit : 324000/uL *(150000-400000/uL) MCV : 83 fl *(80-96 fl) MCH : 26 pg *(27-32 pg) MCHC : 32 g/dL(32-36 g/dL Golongan darah: A GDS : 114 mg/dl HbsAg : (-) Fungsi ginjal Ureum :11 *(10-50) Kreatinin :1,65

Hasil Pemeriksaan EKG


Sinus takikardi, HR: 143x/m

Foto panoramik
Gamb fr. Condylus mandibula sin

Foto anteroposterio
Gamb fr. Condylus mandibula sin

DIAGNOSIS
Fraktur condylus mandibula sinistra
Multiple VL+VE

PLANNING
Awasi keadaan umum Awasi tanda-tanda vital Resusitasi cairan dan awasi balance cairan Ditangani bagian bedah dan anestesi utk operasi

pemasangan archbar

Pasien, Ny. L, 22 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi pemasangan archbar dengan diagnosi pre operati fraktu condylus mandibula sinistra pada tanggal 11 Januari 2013 pada pukul 1300 wib dengan anestesia umum. Status fisik pasien ASA II Pasien datang dengan kondisi kesakitan, lemas dan kesadaran compos mentis. Doktor anestesi adalah dr Gusno, SpAn dan operator dr Harry, SpB. Operasi berlangsung mulai dari jam 1310-1453 dengan lama operasi selama 103menit. Anestesi menggunakan jenis anestesi Anestesi Umum Orotrakeal (OTK), recofol dengan relaksasi menggunakan Antacurium bromide (Tramus). Pemasangan alat-alat penunjang tanda vital anestesi spt tensimeter, elektroda EKG, oksimetri dan dilakukan pemasangan IV line. Keadaan umum pasien sebelum operasi compos mentis, TD 97/60mmHg, nadi 98x/m, saturasi 100%, suhu afebris dan bb 50 kg.

Pada pemeriksaan lab tgl 10 Januari 2013 Hb pasien menurun, dan tidak ada hasil lab lain yang abnormal. Sebelum operasi dimulai diberikan premedikasi sambil menyiapkan alatalat lainnya sebagai persiapan. Premedikasi dimasukkan pada jam 1300 wib berupa Fentanyl 50mcg (opiod bersifat analgesik) Sedacum 5mg (supaya ps tenang dan tidur) Ceteron 4mg (mengurangi rasa mual/muntah sepanjang operasi) Premedikasi bertujuan menimbulkan rasa nyaman pada pasien dengan pemberian analgesia dan permudah induksi dengan menghilangkan rasa khawatir. Pada jam 1305 wib, pasien ini diberikan recofol 100mg dan pelemas otot berupa Atracurium bromide (Tramus) 30 mg untuk merelaksasikan otototot pernapasan. Dokter anestesi memilih untuk dilakukan intubasi nasotrakeal kendali supaya pasien tetap dianestesi dan dapat bernafas dengan adekuat. Pasien disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang pada mesin anestesi yang menghantarkan gas (sevofluran) dengan ukuran 8vol% dengan oksigen dari mesin ke jalan napas pasien sambil dilakukan bagging selama kurang lebih 3 menit utk menekan pengembangan paru dan menunggu kerja dari pelemas otot sehingga mempermudah dilakukannya pemasangan nasotrakheal tube.

Penggunaan sevofluran dipilih karena mempunyai efek induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya lebih harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga digemari untuk induksi anestesia dibanding gas lain (halotan). Setelah pasien diintubasi dengan nasotrakeal tube, sevofluran dikurangi menjadi 3vol%, oksigen sekitar 1000ml/men sebagai anestesi rumatan. Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas 20x/men. Setelah beberapa saat setelah induksi, tekanan darah pasien mulai turun oleh karena obat-obat induksi anestesi ini menandakan anestesi yang dijalankan sudah dalam. Pada pukul 1327 wib saturasi napas pasien perlahan menurun, operasi masih berjalan dengan kondisi tekanan darah dan nadi yang stabil, hanya kadang-kadang naik turun dengan nilai yang tidak signifikan. Kemudian operator dan dokter anestesi mendiskusikan kemungkinan ketidak patenan jalan napas pada pasien dan memutuskan untuk menggantikan teknik menjadi intubasi orotrakea kendali. Pada pukul 1328 wib pasien dilakukan ekstubasi secara cepat untuk menghindari penurunan saturasi lebih lanjut dengan penambahan tramus 30mg disertai pemberian bagging sampai saturasi normal.

Pada 1342 wib pasien kembali dilakukan intubasi namun kali ini dilakukan pemasangan endotrakeal tube melalui oral. Pada jam 1440 WIB, gas sevofluran diturunkan menjadi 2 vol%. Gas sevofluran mulai diturunkan menjadi 1,5 vol% pada jam 1445 WIB, dan menjadi 1% pada jam 1450 WIB. Gas anestesi diturunkan untuk menghilangkan efek anestesi perlahan-lahan dan untuk membangunkan pasien. Juga diharapkan agar pasien dapat melakukan nafas spontan menjelang operasi hampir selesai. Operasi selesai tepat jam 1453 WIB. Lalu mesin anestesi diubah ke manual supaya pasien dapat melakukan nafas spontan. Gas sevo dihentikan jam 1502 WIB karena pasien sudah nafas spontan dan adekuat. Kemudian dilakukan ekstubasi orotrakeal secara cepat untuk menghindari penurunan saturasi lebih lanjut. Total cairan pada pasien ini sejumlah 100cc, berupa Asering. Perdarahan yang terjadi minimal.

RECOVERY Setelah selesai operasi dan pasien dalam keadaan sadar, pasien dipindahkan ke dalam ruangan recovery dan diawasi berdasarkan Aldrete score. Jika aldrete score 8 dan tanpa adanya nilai 0, maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal. Pada pasien ini didapatkan Aldrete score 10 Program Post Operasi Awasi tensi, nadi dan saturasi setiap setengah jam Oksigenasi sungkup Posis supine, dengan ekstensi kepala sampai pasien sadar. Sadar penuh, peristaltik (+), muntah (-) boleh minum Lain-lain sesuai instruksi dr bedah Emergency lapor dr anestesi.

Status ASA( America society of Anesthesiologi ) ASA I : Penderita yang sehat atau normal, kecuali indikasi operasi ASA II : Penderita yang mempunyai penyakit sistemik ringan, orang tua lebih dari 60 tahun, penderita kegemukan dan anak kurang dari satu tahun. ASA III : Penderita dengan sistemik sedang, harus selalu minum obat untuk kelangsungan hidupnya dan aktifitas sehari hari sudah terbatas. ASA IV : Penderita dengan sistemik sedang, harus selalu minum obat untuk kelangsungan hidupnya dan aktifitas sehari hari terbatas. ASA V : Penderita dengan penyakit yang sudah sangat berat, yang tidak dapat diharapkan hidup dalam waktu 24 jam dengan ataupun tanpa pembedahan.
E untuk operasi Emergency

PREMEDIKASI
Mengurangu kecemasan menjelang

pembedahan 5 gol obat bisa diberikan

Analgesik Narkotik (fentanyl) Barbiturat sedasi, tidak memperpanjang masa pemulihan, mual muntah Sedatif nonbarbiturat apbila alergi barbiturat Benzodiazepin midazolam (amnesia) Antimuskarinik atropin (mencegah hipersalivasi)

BERBAGAI TEKNIK ANESTESI UMUM INHALASI dengan Respirasi Spontan


Sungkup wajah Intubasi endotrakeal Laryngeal mask airway (LMA)
INHALASI dengan Respirasi Intubasi endotrakeal Laryngeal mask airway

kendali

ANESTESI INTRAVENA TOTAL (TIVA) Tanpa intubasi endotrakeal Dengan intubasi endotrakeal

Intubasi
Pada fraktur mandibula, proses intubasi

akan sulit dan intubasi sebaiknya dilakukan melalui nasofaringeal airway(hidung), Pemberian tampon setelah intubasi untuk menghindari pendarahan dan serpihan tulang masuk kedalam jalan nafas, dan dianjurkan dilakukan tindakan trakeotomi bila terjadi keadaan darurat

Anda mungkin juga menyukai