ANESTESI SPINAL
Paper ini dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti
Kepaniteraan Klinik
Di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Disusun oleh:
Revila Aulia
102119086
Hipotensi
Bradikardia
Hipoventilasi
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual dan muntah
Gangguan pendengaran
KOMPLIKASI PASCA TINDAKAN
Panggul T10
Uterus-vagina T10
Testis ovarium T8
Intraabdomen bawah T6
Intraabdomen atas T4
1.PERSIAPAN
Bertujuan sebagai antisipasi perubahan mendadak tekanan darah, laju nadi
atau masalah oksigenasi
HARUS sudah ada akses intravena dan alat monitor (pulse oxymetri, EKG,
tekanan darah, suhu)
Tersedia dan siap pakai: Mesin anestesi, sungkup muka, sumber O2, suction,
obat-obatan sedasi, induksi, emergensi dan pelumpuh otot, perlengkapan
manajemen jalan napas lengkap
TEKHNIK ANESTESI SPINAL
POSISI PASIEN
Ada 3 posisi: Lateral decubitus, duduk dan tengkurap
Menjamin keberhasilan tindakan anestesi
TEKHNIK ANESTESI SPINAL
2. Posisi duduk
Anatomi vertebra lebih mudah dipalpasi
Baik dipilih pada pasien obesitas dan untuk operasi lumbar bawah atau
sakral
Dengan bantuan asisten, pasien diminta duduk sambal memeluk bantal,
diposisikan dengan punggung belakang di fleksikan maksimal
(membungkuk) dan kedua kaki menggantung atau lurus di atas meja
operasi
Pasien sebaiknya tetap berada pada posisi duduk selama sekitar 5 menit
setelah tindakan atau dapat langsung diminta berbaring telentang
Posisi Duduk
TEKHNIK
ANESTESI SPINAL
3. Posisi telungkup (prone)
Beberapa panduan yang dapat digunakan, antara lain dengan berpatokan bahwa garis khayal stinggi krista
iliaka dianggap setinggi L4-L5. garis khayal setinggi margo inferior scapula sesuai dengan ketinggian T7
dan Prosesus Spinosus yang paling menonjol di dasar leher sesuai dengan Vertebrae C7.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah midline approach, pendekatan paramedian, The
Taylor’s Approach
PROSEDUR
Midline
Jarum masuk menembus kulit hingga two “pops”
are felt
First pop : penetration of ligamentum flavum
Second pop : penetration dura-arachnoid
membrane
Dural puncture berhasil free flow LCS
7 yang ditembus: cutis, subcutis, jaringan lemak,
ligamentum supraspinosus, ligamentum
intraspinosus, ligamentum flavum, membrane
arachnoid
PENDEKATAN PARAMEDIA
Paramedian
Pada pasien tidak bisa fleksi secara adekuat
Posisikan jarum spinal 1.5 cm lateral dan sedikit caudal (~1 cm) ke arah titik tengah dari interspace.
Arahkan jarum ke medial dan sedikit cephalad, melewati lateral dari ligamentum supraspinous. Jika mengenai
lamina, arahkan ulang jarumnya ke medial and cephalad
Penempatan jarum
Setelah jarum masuk ke lokasi yang benar, lepaskan stylet dan amati aliran
LCS yang keluar. Rotasikan jarum 90°
Pemberian anestesi
Hubungkan syringe dengan jarum barbotase pelan-pelan dan konfirmasi
free-flow masukkan obat perlahan-lahan barbotase kembali menjelang
akhir untuk konfirmasi lokasi jarum setelah obat habis, cabut jarum dan
posisikan pasien
Monitoring post spinal (tiap 60-90 detik) tekanan darah, nadi, respirasi
selama 10-15 menit. Tentukan derajat ketinggian blok dengan gentle
pinprick/alcohol swab. Stabilisasi tingkat ketinggian anestesi lokal butuh
waktu lebih kurang 20 menit.
FARMAKOLOGI ANATESI LOKAL
Lidokain
2% plain 1.006 Isobarik 20-100 mg (2-5 ml)
Bupivakain
0.5% dalam air 1.005 Isobarik 5-20 mg (1-4 ml)
● Sistem kardiovaskular
● Sistem pernafasan
● Sistem pencernaan
● Sistem saraf pusat
● Imunologi
● Ginjal dan hepar
● Endokrin dan metabolisme
Delayed Complication
Headache
Sixth Cranial nerve palsy
Infection