Anda di halaman 1dari 34

ANESTESI SPINAL

FEBRIAN PUTRA
PENDAHULUAN
Tindakan anestesi dengan memasukan obat analgetik ke dalam ruang subaraknoid di
daerah vertebra lumbalis yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai
dari vertebra thorakal 4.
Anatomi
Kolumna Vertebra
Anatomi
Medula Spinalis
Segmen medula spinalis teridiri dari 31 segmen :
 8 servikal
 12 thorakal
 5 lumbal
 5 sakral
 1 koksigeus

Terdapat 2 pelebaran yang berhubungan dengan


saraf servikal atas dan bawah :
 Pelebaran servikal merupakan asal serabut saraf dalam
pleksus brakhialis
Pelebaran lumbal sesuai dengan asal serabut saraf dalam
pleksus lumbosakralis
Anatomi
Medulla Spinalis
Lapisan yang harus ditembus untuk mencapai
ruang subarakhnoid dari luar yaitu :
• Kutis
• Subkutis
• Ligamentum Supraspinosum
• Ligamentum interspinosum
• Ligamentum flavum
• Epidural
• Durameter
• Subarachnoid
SISTEM VASKULAR
Medula Spinalis
DERMATOME
INDIKASI ANESTESI SPINAL
Untuk pembedahan,daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah papila mamae
kebawah ). Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama, maksimal 2-3 jam.
KONTRAINDIKASI ANESTESI SPINAL
Absolut Relatif Kontroversial
Infeksi pada lokasi Sepsis Riwayat operasi
penusukan sebelumnya pada lokasi
penusukan
Penolakan dari pasien Pasien tidak kooperatif Complicated surgery
Coagulopathy / Bleeding Preexisting neurological Operasi yang lama
diasthesis deficits
Hipovolemia berat Demyelinating lesions Major blood loss
Peningkatan TIK Stenotic valvular heart Manuver that compromise
lesions respiration
Stenosis aorta berat Obstruksi aliran darah dari
ventrikel kanan
(hypertrophic obstructive
cardiomyopathy)
Stenosis mitral berat Deformitas tulang
belakang
PERSIAPAN ANESTESI SPINAL
Meliputi:
• Informed consent
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium
PERSIAPAN ALAT ANESTESI SPINAL
1. Satu set monitor untuk memantau tekanan
darah, Pulse oximetri, EKG
2. Peralatan resusitasi / anestesia umum
3. Jarum spinal. Dipersiapkan dua ukuran.
Dewasa 26G atau 27G
4. Betadine, alkohol untuk antiseptic
5. Kapas/ kasa steril dan plester
6. Obat-obatan anestetik lokal
7. Spuit 3 ml dan 5 ml
8. Infus set
OBAT-OBATAN ANESTESI SPINAL
 Merupakan obat anestesi lokal
 Tidak bersifat iritan terhadap jaringan saraf
 Harus larut dalam air
 Terdapat dua golongan besar pada obat
anestesi lokal yaitu golongan amid dan
golongan ester
 Mekanisme kerja anestesi lokal ini adalah
menghambat pembentukan atau
penghantaran impuls saraf
 Tempat utama kerja obat anestesi lokal
adalah di membrane sel
OBAT-OBATAN ANESTESI SPINAL
SIFAT LARUTAN
Obat Anestesi Spinal
• Hiperbarik : Berat Jenis > Cairan Serebrospina (Penambahan Dextrose 7,5%
atau 10%)
• Isobarik : Berat Jenis hampir sama dengan Cairan Serebrospinal
• Hipobarik : Berat Jenis < Cairan Serebrospinal (Penambahan H20 sterile)

Cairan Serebrospinal : Berat jenis 1.003–1.008 at 37°C.


EFEK OBAT ANESTESI SPINAL
 Sistem Saraf
Menghambat terjadinya potensial aksi. Akan terjadi paresis sementara akibat obat sampai obat
tersebut dimetabolisme.
 Sistem Respirasi
Bisa menyebabkan gangguan nafas karena kelumpuhan otot nafas.
 Sistem Kardiovaskular
Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf. Jika impuls pada system saraf otonom
terhambat pada dosis tertentu, maka bisa terjadi henti jantung.
EFEK OBAT ANESTESI SPINAL
 Sistem Imun
Reaksi alergi (gugus amin). Reaksi lokal seperti gatal, edema, eritema. Apabila tidak sengaja
masuk pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik
 Sistem Muskular
Obat anestetik local bersifat miotoksik. Apabila disuntikkan langsung kedalam otot maka dapat
menimbulkan kontraksi yang tidak teratur, bisa menyebabkan nekrosis otot.
 Sistem Hematologi
Obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah.
ADJUVANT PADA ANESTESI SPINAL
 Vasokontriktor
Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan memperlambat clearance obat dari rongga
subaraknoid sehingga masa kerja obat menjadi lebih lama .
( Epinefrin 0.1-0.2 mg/Phenyphrine 2-5 mg)
 Opioid
Digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset terjadinya fase anestetik pada anestesi
spinal.
(Fentanyl 25 mcg/Morfin 0.1-0.5 mg)
 Klonidin
Menambah durasi pada anestesi . Perlu diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan
penurunan heart rate.
(Clonidine 15-60 mcg)
LOKASI PENUSUKAN
Jarum Anestesi Spinal
Perpotongan Garis imaginer yang
menghubungkan antara kedua Crista Illiaca
Superior Posterior (Tuffier’s line) dengan
Vertebrae  Setinggi Lumbal 4
PATIENT POSITIONING
Sitting Position
PATIENT POSITIONING
Lateral Decubitus
PATIENT POSITIONING
Buie’s (Jackknife) Position
TEKNIS ANESTESI SPINAL
1. Pasang IV line. Berikan Infus Dextrosa/NaCl/Ringer laktat sebanyak 500 - 1500 ml (pre-loading).

2. Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 L/Menit

3. Setelah dipasang alat monitor, pasien diposisikan dengan baik. Dapat menggunakan 2 jenis posisi
yaitu posisi duduk dan berbaring lateral.

4. Raba krista. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-L5.

5. Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen interspinous.

6. Cari ruang interspinous cocok. Pada pasien obesitas anda mungkin harus menekan cukup keras
untuk merasakan proses spinosus.
TEKNIK ANESTESI SPINAL
7. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

8. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml

9. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G atau 25G dapat
langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan
penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc. Jarum akan
menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum
flavum, epidural, duramater, subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabut, cairan
serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan obat analgesik ke dalam ruang
arachnoid tersebut.
TEKNIK PENUSUKAN ANESTESI SPINAL
Midline Approach
Penusukan dilakukan tepat di garis tengah dari
sumbu tulang belakang
TEKNIK PENUSUKAN ANESTESI SPINAL
Paramedian Approach
Tusukan dilakukan 1,5cm lateral dari garis
tengah dan dilakukan tusukan sedikit
dimiringkan ke kaudal.
TEKNIK PENUSUKAN ANESTESI SPINAL
KETINGGIAN BLOK
Anestesi Spinal
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETINGGIAN
Anestesi Spinal
MAYOR MINOR

Barisitas obat Tempat penyuntikan

Posisi pasien (kecuali menggunakan isobarik) Status Fisik Pasien

Dosis dan Volume obat Tekanan intra abdomen


MONITORING
Monitoring tanda-tanda vital setiap 1-3 menit pada 15 menit pertama.

Ketinggian level anestesi dapat dicek menggunakan


◦ Cold alcohol swab

◦ Pinprick
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL
Kardiovaskular
Hipotensi
◦ Akibat blok simpatis
◦ Tatalaksana: posisi head down 5-10 derajat, Hidrasi dengan cairan intravena, obat
simpatomimetik (Efedrin/Phenylephrine)

Bradikardi hingga Asistol


◦ Akibat Blok cardioaccelalator fiber (T1-T4) dan Penurunan venous return  (Bezold Jarich
Reflex)
◦ Tatalaksana: efedrin atau sulfas atropin
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL
Neurologi
• Akibat trauma langsung dari jarum atau penekanan dari abses/hematom

• Gejala paling sering ialah parestesi

• Tatalaksana: hindari penggunaan lidocaine dan penyuntikan obat anestesi lokal saat pasien
terasa parestesi
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL
Post Dural Puncture Headache (PDPH)
•Nyeri kepala (oksipital/frontal) biasanya muncul 12-48 jam setelah tindakan, beberapa kasus
langsung atau beberapa bulan setelahnya, muncul saat tidur/berdiri dan membaik saat
berbaring

•Akibat CSF yang terlalu banyak keluar dari pada produksi  membuat perpindahan letak otak
kebawah dan menarik struktur yang sensitif/distensi pembuluh darah (mempertahankan volum)

•Tatalaksana : Bedrest, konservatif, kafein, bloodpatch


KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL
High Spinal
•Akibat penyebaran obat anestesi yang terlalu tinggi (> T4)

•Airway, Breathing, Circulation

•Bradikardia  Vagolitik yaitu atropine ; simpatomimetik misalnya. efedrin, adrenalin

•Hipotensi  Vasopressors, bolus cairan, phenylephrine ; Elevasi kaki

•Disfungsi pernapasan  Oksigenasi ; Intubasi dan ventilasi

•Penurunan kesadaran  Tindakan suportif untuk mengamankan jalan nafas.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai