Anda di halaman 1dari 13

Semua tentang Vaksin COVID-19:

Keamanan, Efek Samping, dan


Lainnya

Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.


Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia rencananya akan dilakukan pada
awal tahun 2021. Vaksin diharapkan dapat segera didistribusikan setelah MUI
memberi cap halal dan BPOM memberikan izin edar. Namun masih banyak
masyarakat yang bertanya-tanya keamanan, efek samping, dan cara
mendapatkannya.
Berikut beberapa informasi umum seputar vaksin COVID-19 dan pelaksanaan
imunisasinya di Indonesia.
Semua tentang vaksin COVID-19 yang perlu diketahui
Menurut rencana, program vaksinasi COVID-19 di Indonesia akan
memprioritaskan terlebih dulu tenaga kesehatan, aparat hukum, tokoh agama,
dan aparatur pemerintah pusat sampai daerah. Selain itu, Presiden Joko
Widodo juga mengumumkan bahwa vaksinasi akan digratiskan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Apa yang harus saya perhatikan sebelum dan sesudah divaksin?
Target program vaksinasi yakni mereka yang berusia 18-59 tahun tanpa
komorbid atau penyakit penyerta. Jadi sebelum divaksin, petugas akan
mengecek dan menanyakan rekam medis Anda. Orang di luar kelompok
tersebut diharapkan menunggu sampai ada vaksin yang aman untuk usia
lanjut ataupun mereka yang memiliki komorbid.
Orang-orang yang memiliki komorbid penyakit berat seperti kanker,
hipertensi, atau diabetes tidak termasuk dalam program vaksinasi COVID-19 di
Indonesia. Karena itu pasien tersebut harus menjaga diri dengan menerapkan
3M secara ketat dan penuh disiplin.
Perlu dicatat, vaksin yang saat ini tersedia tidak mencegah seseorang tertular
dan menularkan virus penyebab COVID-19. Metode uji klinis yang dijalankan
terhadap vaksin hanya dirancang untuk menghilangkan gejala dan risiko
kematian saat terinfeksi COVID-19.
Jadi mereka yang sudah divaksin masih berisiko menjadi OTG (orang tanpa
gejala) saat tertular virus ini. Oleh karena itu, tetaplah berhati-hati terutama jika
berada di sekitar orang dengan risiko tinggi seperti lansia atau dengan
komorbid.
Ulasan lengkap mengenai pendistribusian dan cara mendaftar program
vaksinasi bisa dicek di sini.
Saya sudah sembuh dari COVID-19, apakah saya harus divaksin?

Bagi yang sudah sembuh dari COVID-19 tidak disarankan untuk mendaftarkan
diri dalam program vaksinasi. Mereka yang sudah sembuh dari COVID-19
dianggap telah memiliki antibodi untuk melindungi diri dari infeksi kedua.
Namun pemerintah tidak secara khusus mendata atau mengetes ulang apakah
orang tersebut memiliki antibodi terhadap COVID-19 atau tidak.
Meski begitu, mereka yang telah sembuh dari COVID-19 dapat ikut serta
program ini sebab antibodi yang timbul diprediksi hanya bertahan sekitar
enam bulan.
Vaksin COVID-19 apa yang bisa saya dapatkan?
Setiap orang tidak bisa memilih vaksin mana yang dapat mereka terima.
Kebanyakan vaksin yang ada membutuhkan dua kali dosis suntikan dengan
selang waktu beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun Anda tidak bisa
mencampur dosis suntikan satu vaksin COVID-19 dengan vaksin COVID-19
lain yang berbeda.
Dalam program vaksinasi COVID-19 di Indonesia, setiap orang hanya akan
mendapatkan satu jenis vaksin. Daftar penerima vaksin akan dicatat dalam
sistem yang terpusat dan terintegrasi untuk memastikan setiap orang tidak
akan mendapat dobel vaksinasi.
Vaksin yang akan digunakan di Indonesia sudah ditentukan. Dalam Keputusan
Menteri Kesehatan, hanya ada 6 vaksin yang akan digunakan dalam program
vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Vaksin tersebut yakni vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, Moderna, Pfizer &
BioNTech, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), PT
Bio Farma (Persero), dan Sinovac Biotech Ltd.
Secara umum vaksin COVID-19 memiliki efek samping ringan dan cepat
hilang. Keenam vaksin yang masuk dalam daftar pemerintah ini memiliki dosis,
efektivitas, efek samping, dan keamanan yang berbeda-beda. Berikut
penjelasannya.
Vaksin COVID-19 Pfizer & BioNTech: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis
Vaksin Pfizer & BioNtech dibuat dari mengambil molekul genetik virus SARS-
CoV-2 yang disebut RNA (mRNA). Vaksin ini dikembangkan oleh peneliti dari
perusahaan Pfizer yang berbasis di New York dan perusahaan Jerman
BioNTech.
Pada Senin (9/11), perusahaan Pfizer & BioNTech mengumumkan vaksin
COVID-19 mereka memiliki efektivitas lebih dari 90%. Mereka menjadi tim
pertama yang mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir vaksin COVID-19. Dua
hari kemudian yakni pada Jumat (11/12), Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika (FDA) mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin ini.
Para peneliti memastikan orang dengan komorbid obesitas dan diabetes bisa
menerima vaksin dan mendapatkan perlindungan yang sama. Vaksin ini efektif
untuk kelompok usia 65 tahun ke bawah. Penggunaan vaksin ini pada lansia
juga menunjukkan tingkat kemanjuran yang sama dengan orang di bawah 65
tahun.
Vaksin Pfizer disebut tidak menimbulkan efek samping yang serius, hanya
menyebabkan kelelahan, demam, dan nyeri otot dalam waktu singkat.
Namun belakangan diketahui ada reaksi alergi yang terjadi pada beberapa
penerima vaksin Pfizer/BioNTech. Untuk sementara waktu, beberapa negara
mengimbau agar orang yang memiliki riwayat alergi untuk tidak menerima
vaksin ini. Imbauan ini termasuk bagi mereka yang alergi terhadap makanan
maupun obat-obatan.
 Nama Vaksin: Comirnaty/tozinameran/ BNT162b2
 Efisiensi: 95%
 Dosis: 2 dosis, berselang 3 minggu
 Penyimpanan: Penyimpanan freezer hanya pada -70°C
Vaksin COVID-19 Moderna: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis
Seperti Pfizer dan BioNTech, vaksin Moderna membuat vaksinnya dari mRNA.
Senin (16/11), Moderna mengumumkan vaksin COVID-19 buatannya 94,5%
efektif menangkal gejala COVID-19. Selang dua hari setelah pengumuman
tersebut, FDA mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin untuk
didistribusikan di seluruh Amerika Serikat.
Meskipun belum dipastikan berapa lama antibodi ini akan bertahan, Moderna
menemukan para relawan uji coba masih memiliki antibodi kuat setelah 3
bulan.
Vaksin ini diperuntukan bagi kelompok usia 18-55 tahun. Pada 2 Desember,
Moderna mendaftarkan uji coba vaksin tersebut pada remaja berusia antara
12 dan 18 tahun.
Efek samping vaksin COVID-19 seperti demam, menggigil, kelelahan, dan sakit
kepala umum terjadi setelah mendapatkan dosis kedua. Pada bagian yang
disuntik kemungkinan akan timbul sedikit bengkak, kemerahan, dan nyeri
yang akan hilang dengan sendirinya.
Efek samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dalam waktu kurang lebih 7
hari. Namun pada beberapa orang, efek samping ini lebih berat dan mungkin
memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Selain itu, reaksi alergi kemungkinan terjadi lebih parah pada mereka yang
memiliki riwayat alergi terhadap bahan apapun. Pusat pengendalian penyakit
Amerika (CDC) mengingatkan agar orang yang memiliki riwayat alergi tidak
menerima vaksin Moderna.
 Nama Vaksin: mRNA-1273
 Efisiensi: 94,5%
 Dosis: 2 dosis, berselang 4 minggu
 Penyimpanan: Bertahan 6 bulan pada suhu -20°C
Vaksin AstraZeneca: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis
Vaksin COVID-19 dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Oxford, Inggris,
bekerja sama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca. Vaksin ini dibuat dari
adenovirus yang direkayasa dengan menambahkan kode genetika virus SARS-
CoV-2 penyebab COVID-19. Cara ini disebut sebagai teknologi yang paling
mutakhir dalam pengembangan vaksin.
Pada Selasa (8/12), peneliti vaksin COVID-19 ini menerbitkan laporan bahwa
vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki keefektifan 70% mencegah seseorang menjadi
sakit akibat infeksi COVID-19.
Namun pada Sabtu (26/12), Kepala Eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot
mengatakan, data baru menunjukkan vaksin COVID-19 mereka memiliki
tingkat kemanjuran setinggi Moderna atau Pfizer-BioNTech yakni di atas 90%.
Ia juga mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca 100% mampu melindungi
masyarakat dari gejala parah akibat COVID-19.
Para peneliti secara khusus mempelajari vaksin ini pada 160 orang relawan
berusia 18-55 tahun, 160 orang berusia 56-69 tahun, dan 240 orang berusia
70 tahun ke atas. Peneliti mencatat tidak ada efek samping serius pada semua
usia dan relawan usia lanjut pun menghasilkan antibodi sebanyak yang
dihasilkan oleh relawan usia lebih muda.
Hasil ini menjadi berita baik bagi para lansia yang termasuk dalam kelompok
rentan mengalami gejala berat jika terinfeksi COVID-19.
Masih banyak pertanyaan mengenai keamanan dan efektivitas vaksin COVID-
19 ini yang belum terjawab seperti efek samping pada orang dengan alergi
dan perbedaan laporan mengenai efektivitas vaksin.
 Nama vaksin: AZD1222
 Efektivitas: 70,4%
 Dosis: 2 dosis, berselang 4 minggu
 Penyimpanan: Stabil di lemari es selama minimal 6 bulan suhu 2-8°C,
tidak perlu dibekukan.
Vaksin Sinovac: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis
Vaksin Sinovac satu-satunya yang diumumkan telah resmi dibeli Pemerintah
Indonesia. Pada awal Desember lalu vaksin ini telah tiba di Indonesia sebanyak
1,2 juta. Sedangkan sisanya, menurut rencana akan dikirim pada Januari 2021.
Rabu (23/12), Brasil mengumumkan kabar hasil uji klinis fase vaksin COVID-19
Sinovac di negaranya. Peneliti Brasil mengatakan kandidat vaksin COVID-19
Sinovac hanya memiliki keefektifan lebih dari 50%. Meskipun masih dalam
ambang batas yang diizinkan WHO, hasil ini adalah yang terendah
dibandingkan vaksin COVID-19 lainnya.
Sementara hasil uji klinis tahap akhir vaksin ini di Turki menunjukkan hasil
berbeda. Sinovac dilaporkan memiliki efikasi mencapai 91,25%. Efek samping
yang dirasakan setelah menerima vaksin ini adalah demam, sedikit ngilu di
badan, dan rasa kelelahan yang akan hilang dengan sendirinya.
Namun tak ada efek samping yang berbahaya, kecuali bagi mereka yang
memiliki alergi. Hasil uji tersebut berdasarkada data 1.322 dari total 7.000
relawan yang ikut serta uji klinis.
Sinovac juga melaksanakan uji klinis tahap 3 di Indonesia. Namun hasil uji
klinis tersebut diprediksi baru akan diketahui pada Mei 2021.
 Nama vaksin: CoronaVac
 Efisiensi: Lebih dari 50%
 Dosis: 2 dosis, berselang 2 minggu
 Penyimpanan: lemari pendingin (refrigerator)
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau
perawatan.

Sumber


ARTIKEL TERKAIT

Perkembangan Uji Klinis Vaksin Sinovac di Indonesia

Bagaimana Rencana Vaksinasi COVID-19 di Indonesia?


Ditinjau oleh dr. Andreas Wilson Setiawan
Ditulis oleh Ulfa Rahayu
Tanggal diperbarui 29/12/2020

ARTIKEL SELANJUTNYA

Perkembangan Terakhir Sejumlah


Calon Vaksin COVID-19

Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.


Ada ratusan calon vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di berbagai
negara di seluruh dunia. Mulai dari vaksin yang dikembangkan dengan cara
melemahkan virus corona hingga yang dibuat dari potongan genetik virus.
Pengembangan vaksin pada umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun
sebelum mencapai tahap pengujian pada manusia dan bisa digunakan secara
massal. Tapi demi melawan COVID-19, para ilmuwan bergegas sebisa mungkin
menyelesaikan pengembangan vaksin dalam waktu singkat.
Kandidat vaksin COVID-19 mana saja yang cukup potensial berhasil lolos
pengujian? Kenapa banyak negara mengembangkan vaksin sendiri dengan
melibatkan negara lain sebagai tempat uji klinis? Simak ulasan berikut.
Perkembangan Terakhir Calon Vaksin COVID-19

1. Vaksin COVID-19 University of Oxford/Astrazeneca, Inggris


Calon vaksin COVID-19 yang dikembangakan oleh peneliti dari Universitas
Oxford, Inggris, bekerja sama dengan perusahaan farmasi Astrazeneca saat ini
disebut ChAdOx1 nCoV-19 atau dikenal dengan Vaksin Oxford.
Bakal vaksin ini dibuat dari adenovirus aktif yakni virus flu yang biasa
menyerang simpanse. Peneliti melemahkan virus tersebut sehingga tidak
berbahaya pada tubuh manusia, lalu menambahkan kode genetika dari virus
SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Ketahui Jenis Infeksi Pada Tubuh Anda!
Ketahui lebih dalam jenis infeksi yang menyerang tubuh dengan mengikuti
newsletter mingguan kami.

Saya Menerima Kebijakan Privasi dan Data


Daftar
Preklinik

Anda mungkin juga menyukai