Anda di halaman 1dari 38

KEPANITERAAN KLNIK SENIOR

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI
FAKULTAS KEDOKTERAN – UNDIP
SEMARANG
2018

Seorang Wanita 28 Tahun dengan Hidrosalping


Bilateral Menjalani Laparoskopi dengan
Anestesi Umum
DANAWAN RAHMANTO
22010116220302

PEMBIMBING :
DR. MUKHAIAR
BAB I

PENDAHULUAN
Hidrosalping

 Hidrosalping adalah kondisi dimana


terjadi sumbatan pada saluran telur
wanita (tuba fallopii) dan terisi cairan
(hidro).
 Suatu jenis kelainan pada tuba yang
menyebabkan infertilitas
Pasien Hidrosalping Salpingostomi
menjalani Operasi Adhesiolisis
Perbaikan Tuba

Laparoskopi

Anestesi
Umum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi Umum

 Anestesia umum adalah tindakan menghilangkan


rasa sakit seluruh tubuh secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat
pulih kembali (reversibel).
 Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1. sedasi (tidur)
Inhalasi
2. analgesia (tidak nyeri)
3. relaksasi otot (pelemasan otot) Intravena
Tahapan Anestesi Umum
Stadium 1 (analgesia)
 Rasa nyeri hilang dan kesadaran berkurang
Stadium II (delirium/eksitasi)
 Gelisah, kehilangan kesadaran pernapasan tidak
teratur. Inkontinensia urin
Stadium III(anestesia)
 Pernapasan dangkal, cepat dan teratur. Refleks mata
hilang. Otot menjadi lemas
Stadium IV (paralisis medula oblongata)
 Jantung dan pernapasan terhenti. Depresi pusat
pernapasan
Premedikasi

Induksi

Maintenance

Pemulihan
Cara Pemberian Anestesi Umum

Anestesi Inhalasi
 Open drop method
 Semiopen drop method
 Semiclosed method
 Closed Method
Anestesi Intravena
Indikasi Anestesi Umum

 1. Pembedahannya luas dan membutuhkan waktu


yang lama
 2. Riwayat penderita alergi obat anestesi lokal.
 3. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia.
KLASIFIKASI ASA
Digunakan untuk deskripsi status fisik pasien
yang berhubungan dengan indikasi apakah tindakan
bedah harus segera dilakukan segera (cito) atau
elektif.
SCORE MALLAMPATI
 Untuk menilai kemungkinan terjadinya kesulitan intubasi
PREMEDIKASI
Pemberian obat pada 1-2 jam sebelum induksi
anestesi dilakukan
Tujuan :
 Menghilangkan kecemasan dan ketakutan
 Mengurangi sekresi
 Memperkuat efek hipnotik dari agen general
anestesi (sedasi)
 Mengurangi mual dan muntah paska operasi
 Menimbulkan amnesia
 Mengurangi volume dan meningkatkan
keasaman isi lambung
INDUKSI INHALASI
 Penderita menghirup campuran gas anestesi
dengan udara atau oksigen, memakai face
mask.
Sevofluran
Cairan jernih, tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar,
tidak korosif, tidak iritatif pd jalan nafas, nyaman dipakai induksi
dewasa / anak
• Waktu pulih sadar antara 5-7 menit setelah anestesi menggunakan
2-3 KAM sevofluran selama 1 jam.
• Efek kardiovaskuler : penurunan tekanan vaskuler sistemik & TD
arteri
• Efek respirasi : Depresi nafas, bronkospasme
INDUKSI INHALASI
• Efek cerebral : Tidak menyebabkan kejang, penurunan kebutuhan
oksigen otak. Sedikit menaikkan aliran darah otak dan TIK (Tekanan Intra
Kranial) pada keadaan normokarbia.
• Efek neuromuskuler : Relaksasi otot
• Efek ginjal : Menurunkan sedikit aliran darah ginjal
• Efek hati : Menurunkan aliran darah portal, meningkatkan
aliran darah a. hepatica
• Biotransformasi : Barium lime dan soda lime dapat mendegradasi
sevoflurane menghasilkan produk yang nefrotoksik
INDUKSI INHALASI
Isofluran
• Dosis induksi : 0,5 % dan dinaikan
bertahap dengan konsentrasi 1,3- 3% dalam
waktu 7-10 menit
• Efek kardiovaskuler : Minimal cardiac depresi,
dilatasi arteri coroner.
• Efek respirasi : Depresi respirasi minimal,
takipneu, iritasi saluran nafas atas,
bronkodilator yang baik, dapat terjadi hipoksia
dan hiperkarbia.
INDUKSI INHALASI
• Efek neuromuskuler : Relaksasi otot
• Efek ginjal : Menurunkan laju aliran darah,
GFR, dan produksi urin.
• Efek hati : Menurunkan aliran darah ke hati.
• Metabolisme : Dimetabolisme menjadi
trifluoroacetic acid di ginjal.
• Kontra indikasi : Relatif tidak ada, hanya
pada pasien hipovolemi harus hati-hati oleh
karena efek vasodilatasinya.
INDUKSI INTRAVENA
• Menyuntikkan obat anestesi ke PD vena.
• Bila seluruh obat anestesi seluruhnya
menggunakan obat intravena  anestesi
intravena total (TIVA/Total Intravenous
Anesthesia).4
• Termasuk golongan ini : barbiturate
(thiopental), benzodiazepine (midazolam,
diazepam), Antagonis benzodiazepine (propofol,
aminofilin, flumazenil), Muscle relaxant
golongan depolarizing dan non depolarizing
(rocuronium), Narkotik analgetik (morfin,
INDUKSI ANESTESI
 Persiapan induksi “STATICS”:
 S (Scope) : Stetoskop, Laringoscope.
 T (Tubes) : Pipa trakea
 A (Airway) : OPA, NPA
 T (Tape) : Plester
 I (Introducer) : Mandrin / stilet
 C (Connector) : Penyambung antara pipa dan
peralatan anesthesia
 S (Suction) : Penyedot
INDUKSI INTRAVENA
• Menyuntikkan obat anestesi ke PD vena.
• Bila seluruh obat anestesi seluruhnya menggunakan
obat intravena  anestesi intravena total (TIVA/Total
Intravenous Anesthesia).4
• Termasuk golongan ini : barbiturate (thiopental),
benzodiazepine (midazolam, diazepam), Antagonis
benzodiazepine (propofol, aminofilin, flumazenil),
Muscle relaxant golongan depolarizing dan non
depolarizing (rocuronium), Narkotik analgetik (morfin,
codein, ketorolac, tramadol).
INDUKSI INTRAVENA
Midazolam (Golongan
Benzodiazepin) • Indikasi :
• Larut dalam air, tidak - Sebagai obat untuk
menimbulkan nyeri pada, sifatnya induksi
ansiolitik sedative, antikonvulsif, - Untuk tindakan
dan antrogade amnesia. cardioversi
• Dosis untuk premedikasi dewasa : - Antikonvulsi
0,07 – 0,1 mg/kgBB
- Sebagai sedasi pada
• Dosis untuk premedikasi 1-5 anestesi regional, lokal,
tahun : 0,3 mg/kgBB dan tindakan diagnostic
• Kontra indikasi : pada penyakit - Mengurangi halusinasi
hepar dan ginjal. pada pemakaian ketamin.
- Untuk premedikasi.
INDUKSI INHALASI
Propofol
Sangat larut dalam lemak sehingga setelah disuntikan melalui
intravena dengan cepat mendistribusikan ke jaringan.
• Induksi : pasien dewasa usia < 55 tahun : 2-2,5
mg/kgBB
• Maintenance : 4 -12 mg/kgBB
• Sedasi di ICU : 0,3 – 4 mg/kgBB/jam, dimulai dengan bolus 1-2
mg/kgBB
• Onset : 30 – 60 detik
• Kemasan : Tersedia dalam ampul yang berisi 20 cc tiap cc
mengandung 10 mg propofol.
Hidrosalping

Proses peradangan dan penyembuhan akibat infeksi


tersebut menghancurkan halus jari-seperti fimbria,
yang membentang dari ujung tuba fallopi pada
ovarium. Fimbria bertanggungjawab untuk
membawa telur menunggu sperma, kemudian sel
telur dan sperma bergerak bersama-sama untuk
pembuahan. Ketika terluka, fimbria menjadi
menyatu bersama-sama, sehingga menutup tabung.
Cairan kemudian mengumpulkan di saluran tuba
sehingga mustahil bagi mereka untuk berfungsi.
Gejala

Gejala dapat bervariasi :


 Beberapa pasien mengalami nyeri perut sering
berulang atau nyeri panggul, sementara keluhan
yang lain mungkin asimptomatik.
 Infertilitas merupakan gejala yang umum pada
gangguan fungsi tuba.
 Beberapa orang mungkin mengalami keputihan
tidak normal karena infeksi panggul atau
peradangan.
Diagnosis

 USG Transvaginal
 Histerosalpingogram
 Laparoskopi
Penatalaksanaan

 Terapi operatif
 Apabila keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari
 Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari
proses radang
 Apabila ada infertilitas yang sebabnya
terletak pada tuba
 In Vitro Fertilization (IVF)
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Ny. S.D.
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : Ruang Obstetri
Tgl Operasi : 6 April 2018
Tgl MRS : 31 Maret 2018
ANAMNESIS
P0A0 Menarche : 13 tahun
Perkawinan: Pertama (4 thn)
 Keluhan Utama : Nyeri pinggang kanan dan
kiri
 Rw. Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pinggang kanan dan kiri
±1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus
dan mengganggu aktivitas. Nyeri dirasakan tidak
menjalar. Demam (-) mual (-) muntah (-) BAB dan
BAK tidak ada keluhan. Pasien diketahui belum
hamil sejak pernikahan dengan suaminya 5 tahun
yang lalu. Pasien memeriksakan ke dokter
kandungan dan dikatakan menderita hidrosalping
kanan dan kiri. Pasien akhirnya dirujuk ke RSDK
Riwayat Obstetri : (-)

Riwayat KB : (-)

Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali dengan suami


sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Peny.Jantung (-),
Asma (-), alergi obat/makanan (-) Riwayat operasi (+)
appendicitis dengan anestesia umum
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik Tek. Darah : 100/70 mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 80x/menit
BB : 54 Kg (BMI=18,9) Respirasi :
20x/menit
TB : 169 cm Suhu : 36,5ºC

Kepala – Leher: Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/-,


pupil isokor D = 3 mm.T1-1, faring hiperemis
Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks : I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada
area jantung, batas paru-hepar SIC VII LMD,
batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
Bunyi jantung I/II murni reguler
Abdomen :

I : Tampak datar, seirama gerak nafas, sikatrik (-)


A : Bising usus normal (+)
P : Timpani
P : Nyeri tekan (-) suprapubik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Rutin (1 April 2018) :
 Hb 11,8 gr%
 Ht 35,1 gr%
 Leukosit : 9,1 /mmk
 Trombosit : 265.000/ mmk
Kimia klinik ( Tanggal 1 April 2018)
 Gula Darah Sewaktu : 150 mg/dL
Kimia klinik ( Tanggal 1 April 2018)
 Bilirubin Total : 0,3 mg/dL
 Bilirubin Direk: 0,1 mg/dL
 Ureum : 122 mg/dL
 Kreatinin : 6,5 mg/dL
 Diagnosis preoperasi:
 Hidrosalping bilateral
 Pemeriksaan yang berkaitan dengan anestesi:

 Tidak ada kelainan yang berkaitan dengan anestesi


Tindakan Operasi
 Laparoskopi salpingektomi
Tindakan Anestesi

 Jenis anestesi : General Anestesi


 ASA :I
 Advis preoperasi:
 Puasa 6 jam preoperasi
 Pasang IV line, maintenance  RL 20 tpm
 Premedikasi di OK
 Premedikasi: midazolam 3 mg
 Dilakukan secara : General Anestesi
 Teknik anestesi : Inhalasi, semi open, RK
dengan ET no 7,5 dengan mesin
 Induksi : Oksigenasi 3 menit, 6
L/menit
Obat-obat yang diberikan
 Induksi : Propofol, Atracurium, Fentanyl
 Maintenance : Sevoflurane, O2 3lt/menit
 Mulai anestesi : 11.30 WIB
 Selesai anestesi : 13.30 WIB
 Lama anestesi : 120 menit
Terapi Cairan
 BB : 54 kg
 EBV : 65cc/kgBB x 54 = 3510 cc
 Jumlah perdarahan : 100 cc
 % perdarahan : 100/3510x100% = 2,8%
Kebutuhan cairan :
 Maintenance = 2 x 54= 108 cc
 Stress operasi = 6 x 54 = 324 cc
 Defisit puasa = 6 x 108 = 648 cc
Total kebutuhan cairan durante operasi
 Jam I : M + SO + ½ DP = 108 + 324 + 324 = 756 cc
 Jam II : M + SO + ¼ DP = 108 + 324 + 162 = 594 cc
 Jam III : M + SO + ¼ DP = 108 + 324 + 162 = 594 cc
Cairan yang diberikan :
 - RL 700cc
Laporan Operasi

 Desinfeksi lapangan operasi


 Pasang doek steril
 Insisi abdomen secara pfanenstiell lapis demi lapis
tembus secara tajam dan tumpul
 Bebaskan perlengketan usus dari salping dan uterus
 Dilakukan salpingoektomi sinistra
 Repair salping dextra
 Kontrol perdarahan
 Jahit abdomen lapis demi lapis
 Tutup luka dengan kasa
 Operasi selesai
Pemantauan di Recovery Room
 Beri oksigen 3 L/menit nasal kanul
 Bila Aldrette Score >8, pasien boleh pindah ruangan.
 Aldrette Score = 8
 Penilaian :
 Nilai Warna
 Merah muda, 2
 Pucat, 1
 Sianosis, 0
 Pernapasan
 Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
 Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
 Apnoea atau obstruksi, 0
 Sirkulasi
 Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
 Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
 Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
 Kesadaran
 Sadar, siaga dan orientasi, 2
 Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
 Tidak berespons, 0
 Aktivitas
 Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
 Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
 Tidak bergerak, 0
 Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

Anda mungkin juga menyukai