Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG WANITA 65 TAHUN DENGAN


OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA, DAN HIPERTENSI STAGE 2

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior


Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:
Danawan Rahmanto
22010116220302

Dosen Pembimbing:
dr. Budi Palarto, Sp.OG

PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA


SEORANG WANITA 65 TAHUN DENGAN
OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU


KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG

Disusun Oleh:
Danawan Rahmanto
22010116220293

Telah disetujui dan disahkan:

Pembimbing

dr. Budi Palarto, Sp.OG

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul Kasus Dokter Keluarga “Seorang Wanita 65 Tahun dengan Osteoarthritis
Genu Sinistra”
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya
berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di atas. Namun, besar harapan kami
agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan
dengan masalah ini.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen pembimbing,
2. Seluruh teman – teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat,
semoga kita semua mendapatkan hasil yang maksimal atas usaha kita.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Semarang, November 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
BAB III HASIL KUNJUNGAN RUMAH .......................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ........................................................................................................ 40

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Genogram Keluarga Kandung Penderita............................................. 16


Gambar 2. Family Mapping .................................................................................. 20
Gambar 3. Family life line .................................................................................... 20
Gambar 4. X Foto Genu ........................................................................................ 26
Gambar 5. Realita pada Keluarga ......................................................................... 35

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar anggota keluarga kandung ........................................................... 16


Tabel 2. Family APGAR ....................................................................................... 17
Tabel 3. Family SCREEM .................................................................................... 18
Tabel 4. Survey Family SCREEM ........................................................................ 19
Tabel 5. Permasalahan pada penderita dan keluarganya ....................................... 36
Tabel 6. Pembinaan dan Hasil Kegiatan ............................................................... 37

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Rumah ................................................................................... 40


Lampiran 2. Indeks Lequesne ............................................................................... 41
Lampiran 3. SOP Senam hipertensi ...................................................................... 42
Lampiran 4. Leaflet Osteoarthritis ........................................................................ 46

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoartritis merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di


masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan
masyarakat. Osteoartritis termasuk ke dalam penyakit sendi kronik yang
bersifat degeneratif. Berbagai sendi tubuh dapat terkena osteoartritis, namun
yang tersering adalah sendi yang memiliki beban tekanan berat seperti sendi
lutut, pinggang, punggung bawah dan jari.1,2
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada
prevalensi di negara lainnya. Sebanyak 46 juta orang dewasa di Amerika
Serikat terkena artritis dan penyakit ini merupakan penyebab utama
disabilitas. Diantara 46 juta orang dengan artritis tersebut, lebih dari 27 juta
jiwa disebabkan oleh osteoartritis. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 hasil dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi
penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan
provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan
di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% Di
Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun. 1, 3,4
Karakteristik OA ditandai dengan keluhan nyeri sendi, gangguan
pergerakan dan kekakuan sendi. Gejala ini dapat semakin meningkat dengan
aktifitas atau olahraga berlebih, dan berkurang dengan istirahat. Walau
penyakit ini dapat semakin bertambah parah hingga saat beristirahat akan
terasa nyeri. Diagnosis dari OA dapat ditegakan dengan OA klinis (riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik), OA radiologis (bukti radiologis dengan x-
ray), dan OA simtomatik (anamnesis dan bukti radiologis). 1,3, 5
Osteoartritis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik intrinsik
maupun ekstrinsik. Beberapa faktor risiko yang dikatakan mempengaruhi

8
terjadinya osteoartritis diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga yang menderita osteoartritis, obesitas, riwayat cedera dan aktifitas
fisik yang berlebihan. Pada kelompok usia diatas 65 tahun, hanya 50%
memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10%
pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan
sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya, maka dapat difahami jika
makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun
1990. Sehingga kemungkinan prevalensi kejadian OA akan terus meningkat
di Indonesia. 1
Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi
klinis penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan
pembinaan pada penderita osteoartritis dan keluarga. Upaya untuk memiliki
keterampilan yang baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan
dengan melakukan tinjauan kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan
rumah seperti yang dilakukan dalam laporan kasus ini.

1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini dibahas seorang wanita 65 tahun dengan
osteoarthritis. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan dan pembinaan penderita hipertensi melalui pendekatan
keluarga.

1.3 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita
osteoarthritis.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami
inflamasi ringan. Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang
ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di
dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung
dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago
akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. American College of
Rheumatology mengartikan osteoarthritis sebagai sekelompok kondisi heterogen
yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.1
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri
merupakan gejala khas pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri
semakin berat bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri
diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri
semakin ringan dengan istirahat 11 Kejadian osteoarthritis banyak pada orang
yang berusia di atas 45 tahun. Laki-laki di bawah umur 55 tahun lebih sering
menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita pada umur yang sama.
Namun, setelah umur 55 tahun prevalensi osteoarthritis lebih banyak wanita
dibandingkan pria. Hal ini diduga karena bentuk pinggul wanita yang lebar dapat
menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut. Osteoartritis juga sering
ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka yang pekerjaanya
mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh.1,3

10
2.1. Patogenesis Osteoarthritis6
Adanya aktifitas inflamasi pada tulang rawan sendi sinovial yang
menyebabkan pelepasan mediator dan sitokin inflamasi. Enzim
metalloproteinase yang dihasilkan kondrosit, dilepaskan menyebabkan degradasi
matrix yang ditandai dengan degradasi kartilago. Pengaktifan enzim ini
dipengaruhi oleh radikal bebas dan sitokin inflamasi seperti TNF alpha, nitrit
oxide dan interleukin 1. Setelah terjadi degradasi kartilago, terbentuk
pembengkakkan pada kartilago yang disebabkan oleh sintesis proteoglikan oleh
kondrosit yang berfungsi memperbaiki kartilago yang rusak. Perbaikan ini
ditandai dengan hipertrofi kartilago.

Pada OA yang progresif, proses metabolisme kartilago menjadi terganggu


sehingga kadar proteoglikan semakin menurun sehingga kartilago menjadi
kurang elastis dan kasar. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan ruang
sendi dan menimbulkan gesekan antar kedua sendi sehingga menghasilkan bunyi
krepitasi.

Adanya faktor resiko seperti usia, genetik, obesitas, penggunaan sendi


berlebihan, defek anatomi menyebabkan terangsangnya pembentukkan molekul
abnormal yang mencetuskan inflamasi dan produk degradasi kartilago di dalam
cairan sinovial sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri.

Rasa nyeri pada OA disebabkan karena peningkatan aktfitas periosteal


osteofit, kongesti vaskular kartilago yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraoseus, sinovitis yang berkaitan dengan pengaktifan nosiseptor membran
sinovial, kelelahan otot sekitar sendi, proses inflamasi.

2.2. Klasifikasi Osteoarthritis1


Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan gejala
klinik dan perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena
tidak semua pasien dengan perubahan radiografi osteoarthritis mempunyai
keluhan pada sendi. Terdapat 4 kelainan radiografi utama pada osteoarthritis,

11
yaitu: penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi,
pembentukan kista di bawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi yang
dapat terkena osteoarthritis antara lain:
1. Osteoarthritis sendi lutut.
2. Osteoarthritis sendi panggul.
3. Osteoarthritis sendi-sendi kaki.
4. Osteoarthritis sendi bahu.
5. Osteoarthritis sendi-sendi tangan.
6. Osteoarthritis tulang belakang

2.3. Osteoartritis Lutut6


Sendi lutut terdiri atas tiga kompartemen yaitu sendi tibiofemoral yang
terbagi menjadi kompartemen medial dan lateral, serta sendi patellofemoral.
Sendi patellofemoral adalah salah satu kompartemen yang paling sering terkena
pada kasus OA lutut. Penelitian yang dilakukan oleh R. S. Hinman dan K. M.
Crossley menunjukkan bahwa OA sendi patellofemoral tidak hanya menjadi
sumber penting dari gejala OA lutut, tetapi juga bahwa orang yang menderita
penyakit OA sendi patellofemoral menunjukkan karakteristik yang berbeda dari
OA sendi tibiofemoral. 24 Dahulu, OA lutut dilihat sebagai suatu kelainan yang
terjadi terutama pada sendi tibiofemoral karena penilaian radiografi cenderung
hanya terfokus pada X-ray antero-posterior, yang tidak dapat mencitrakan sendi
patellofemoral dengan baik. Namun pengetahuan akan keterlibatan sendi
patellofemoral dalam proses OA semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya penggunaan X-ray lateral dan skyline. Pada pemeriksaan
radiografi, osteofit pada sendi patellofemoral lebih banyak dibanding pada sendi
tibiofemoral. Penelitian lain pada orang dengan nyeri lutut memperlihatkan pola
radiografi yang tersering adalah kombinasi sendi tibiofemoral dan
patellafemoral, diikuti oleh OA sendi patellofemoral, OA sendi tibiofemoral, dan
sisanya menunjukkan radiografi normal.

12
2.4. Patofisiologi Osteoarthritis Lutut1,6
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan
perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

1. Fase 1

Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme


kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim
seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks
kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang
mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada
penipisan kartilago.

2. Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam
cairan sinovia.

3. Fase 3

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons


inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1
(IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase
menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada
kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi
pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric
oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi
perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi
dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular

13
menjadi kondisi gangguan yang progresif

2.5. Manifestasi Klinis4


Menurut Australian Physiotherapy Association (APA), penyakit
osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang biasanya menyulitkan bagi
kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut antara lain:

1. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint) Keluhan nyeri


merupakan keluhan utama yang sering-kali membawa penderita ke
dokter, walaupun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah
bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah dikarenakan gerakan dan
sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (misal lutut
digerakkan ke tengah) menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pada
osteoarthritis dapat menjalar kebagian lain, misal osteoarthritis
pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai “claudicatio
intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan struktur pada
osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan jarang pada
tangan dan sendi apofise spinalis.

2. Kekakuan (stiffness) Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul


setelah duduk lama di kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur.
Kebanyakan penderita mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi
tertentu. Kaku biasanya kurang dari 30 menit.

3. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint) Kelainan ini


biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai berat. Hambatan
gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi membengkok,
perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan pada saat
berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring, menulis atau berjalan.
Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan
sendi yang terkena.

14
4. Bunyi gemeretak (krepitasi) Sendinya terdengar berbunyi saat
bergerak. Suaranya lebih kasar dibandingkan dengan artritis reumatoid
dimana gemeretaknya lebih halus. Gemeretak yang jelas terdengar dan
kasar merupakan tanda yang signifikan.

5. Pembengkakan sendi (swelling in a joint) Sendi membengkak /


membesar bisa disebabkan oleh radang sendi dan bertambahnya cairan
sendi atau keduanya.

6. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak Hambatan gerak atau


perubahan cara berjalan akan berkembang sesuai dengan beratnya
penyakit. Perubahan yang terjadi dapat konsentris atau seluruh arah
gerakan maupun eksentris atau salah satu gerakan saja.

7. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)


Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan sendi.
Hal ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis,
dan biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul
belakangan.

2.6. Faktor Risiko1


Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA lutut meliputi usia, jenis
kelamin, ras, genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi,
kelainan anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan
jenis pekerjaan.
1. Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi dan
beratnya OA yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
OA hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di
atas 60 tahun.
2. Jenis kelamin. Wanita memiliki resiko 2 kali lipat terkena OA setelah
berusia 55 tahun. Hal ini dikaitkan dengan menopause dimana kadar
estrogen sudah menurun. Kondrosit memiliki reseptor estrogen dan

15
estrogen berperan sebagai faktor yang dapat meningkatkan sintesis
proteoglikan pada kondrosit. Sebelum usia 55 tahun perbandingan OA
pada pria dan wanita sebanding.
3. Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen
yang bersifat diturunkan
4. Obesitas adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya osteoarthritis genu.
Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas OA terutama
melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan.
Peningkatan berat badan akan meningkatkan beban sendi lutut saat
berjalan. Semakin besar Indeks Massa Tubuh (IMT), risiko menderita OA
lutut akan semakin meningkat.
5. Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam
atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau
lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko
terjadinya OA lutut. Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-
hari juga berisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang
berlangsung lama akan menyebabkan disuse atrophy yang akan
meningkatkan kerentanan terjadinya trauma pada kartilago. Pada
penelitian terhadap hewan coba, kartilago sendi yang diimobilisasi
menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan pada kartilago yang
mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan peningkatan MMP
yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
6. Olahraga. Atlet olah raga yang cenderung mengalami benturan keras dan
membebani lutut seperti sepak bola, lari marathon meningkatkan risiko
untuk menderita OA lutut.
7. Pekerjaan. Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada pekerja fisik berat,
terutama yang sering menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut,
seperti penambang, petani dan kuli.

16
2.7. Pemeriksaan Diagnostik 1
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik gambaran
radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :

a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada


bagian yang menanggung beban seperti lutut).

b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).

c. Kista pada tulang

d. Osteofit pada pinggir sendi

e. Perubahan struktur anatomi sendi. Berdasarkan temuan-temuan


radiografis diatas, maka OA dapat diberikan suatu derajat.

Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria


Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih
terlihat normal.

2.8. Penatalaksanaan Osteoarthritis1,7


Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management
programs): modifikasi gaya hidup.
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan
berat badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan
target BMI 18,5-25.
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness
exercises).

17
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu
gerak sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat
pada sisi yang sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk
aktivitas fisik sehari-hari.
2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi.
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen untuk mengobati
rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih
tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah
dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan
inhibitor COX-2
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat –
obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
dan sebagainya.

18
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.
2.9 Kedokteran Keluarga8
2.9.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga.
Dokter harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik,
tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat
biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika
kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya
seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari
proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian
meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari
kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi
biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu
dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup
keluarga.

19
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang merupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
- Proses dinamika dalam keluarga
- Potensi keluarga
- Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
- Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya
juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembang dalam
bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
2.9.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan
mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang
ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah

20
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini
diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat
dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia
kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping
masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai
bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya
yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ,
mental-psikologikal dan sosial keluarga.

21
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

I. IDENTITAS PENDERITA DAN KELUARGA


A. Identitas Penderita
Nama : Ny. E
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Per. Klipang Blok F VI no. 8, Sendang Mulyo,
Tembalang, Kota Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan PNS

B. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. N
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Per. Klipang Blok F VI no. 8, Sendang Mulyo,
Tembalang, Kota Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

22
II. PROFIL KELUARGA
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
No Nama Kedudukan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Kelamin (tahun)
Keluarga
1. Narto Kepala L 67 S1 Pensiunan Hipertensi
Keluarga PNS
2. Endang Ibu P 65 S1 Pensiunan Osteoarthritis
Sugiarti PNS/ Ibu
Rumah
Tangga
3. Dwi Anak I P 28 S1 PNS Sehat
Handayani
3. Artha Riatika Anak II P 25 S1 Karyawan Sehat
Sari Swasta

Gambar 1. Genogram Keluarga Kandung Penderita

Tn. A Ny. S Tn. W Ny. R

Tn. N

M : 1988

Keterangan :
1. Penderita (Ny. E) mengalami nyeri sendi lutut dan tidak
didapatkan riwayat nyeri sendi lutut pada keluarga.

23
2. Ny. R, ibu dari Ny. S (ibu pasien) meninggal pada tahun 1992
akibat komplikasi DM.
3. Tn. W, ayah dari Ny. S (ayah pasien) meninggal pada tahun 1998
akibat komplikasi Hipertensi.
4. Tn. N, kakak dari NY. L (kakak pasien) meninggal pada tahun
2013 akibat komplikasi DM.

Tabel 2. Family APGAR

Tn. N
Ny. E Ny. H Ny. T
NO PERTANYAAN Ayah
Pasien Anak Anak
1 Adaptation : Saya puas dengan keluarga saya 2
karena masing-masing anggota keluarga sudah 2 2 2
menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
2 Partnership : Saya puas dengan keluarga saya 2
karena dapat membantu memberikan solusi 2 2 1
terhadap permasalahan yang saya hadapi
3 Growth : Saya puas dengan kebebasan yang 2
diberikan keluarga saya untuk mengembangkan 2 2 1
kemampuan yang saya miliki
4 Affection : Saya puas dengan kehangatan/kasih 2
2 1 2
sayang yang diberikan keluarga saya
5 Resolve : Saya puas dengan waktu yang 2
2 1 2
disediakan keluarga untuk menjalin kerjasama

Keterangan:
 Skor 2: Hampir selalu
 Skor 1: Kadang-kadang
 Skor 0: Hampir tidak pernah

Didapatkan skor APGAR pasien (Ny. S) 10 poin, Tn N 10 poin, Ny. H 10 poin,


dan Ny. T 8 poin. Dengan demikian, persepsi dan kepuasan masing-masing
anggota keluarga terhadap keluarga ini baik, keluarga pasien dalam keadaan
fungsional

24
Family SCREEM

Tabel 3..Family SCREEM

Resources Pathology

Social Komunikasi pasien dengan


anak dalam keadaan yang
baik dan harmonis.
Komunikasi dengan warga
sekitar baik.

Cultural Pasien dibesarkan dalam


adat Jawa dan memahami
serta menerapkan adat
Jawa, unggah-ungguh dan
kegotongroyongan dalam
kehidupan sehari-hari.
Religion Keluarga pasien adalah
keluarga yang taat
beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianut
pasien yaitu Islam. Pasien
rutin mengikuti pengajian di
tingkat RW.
Economic Pasien merupakan Ibu
rumah tangga. Pendapatan
didapatkan dari dana
pensiunnya serta anak
pertama dan kedua yang
bekerja dengan besaran per
bulan sekitar 6 juta rupiah.
Pendapatan keluarga cukup
untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Education Pendidikan terakhir pasien Pengetahuan keluarga inti pasien
dan Anak minimal adalah mengenai kesehatan masih kurang.
S1
Medical Pasien mempunyai asuransi

25
Resources Pathology

BPJS NPBI kelas III

Tabel 4. Survey Family SCREEM


PERTANYAAN Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju (2) setuju tidak
(3) (1) setuju
(0)

Di dalam keluarga, kami


saling membantu satu sama
Sosial lain. Teman-teman dan
tetangga juga membantu kami

bila kami mendapat kesulitan

Budaya saling membantu satu


Kebudayaan
sama lain di lingkungan kami
tinggal sangat membantu 
keluarga kami
Kami percaya dan yakin
Keagamaan dengan agama yang kami
anut.

Penghasilan keluarga kami
Ekonomi cukup untuk kehidupan sehari-
hari

Pendidikan/ pengetahuan kami
Pendidikan cukup untuk memahami
masalah kesehatan

Sangat mudah untuk
Kesehatan
menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan di tempat 
tinggal kami

Total skor Family SCREEM pada keluarga ini adalah 16, sehingga
dikategorikan sumber daya dalam keluarga memadai.

26
Family Mapping
Gambar 2. Family Mapping

Tn. T (Suami)

Ny. S (Pasien)

Ny. H Ny. T

Hubungan antara pasien, istri dan anak-anak yang tinggal dalam serumah
dalam keadaan yang fungsional.

Family Life Line


Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang
mempengaruhi kesehatan :
Gambar 3. Family Life Line

Pasien lahir: 1964

Pasien tamat SMA: 1982

Pasien menikah: 1988


Anak pertama lahir: 1990

Anak kedua lahir: 1993

Mulai bekerja sebagai karyawan swasta 1994

Mulai bekerja sebagai PNS: 2000


Keluhan nyeri sendi lutut: 2017

27
Family Life Cycle
Family life cycle menggambarkan siklus berbagai tahapan perkembangan dalam
status keluarga dan menjelaskan cara sebuah keluarga berfungsi. Pada setiap
tahapan, keluarga memproyeksikan berbagai identitas dan peran, pemenuhan yang
akan memastikan kemajuan ke tahap berikutnya atau lebih tinggi. Berdarkan 8
tahap oleh Duvall (1977), keluarga Ny. E berada pada tahap keenam yaitu orang
tua paruh baya, yang merupakan tahap di mana orang tua mulai meninggalkan
pekerjaan dan anak menjadi tulang punggung keluarga. Tugas penting yang harus
dilaksanakan oleh keluarga pada tahap ini adalah Menyediakan lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan serta mempertahankan hubungan memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.

III. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH


DILAKUKAN
A. Keluhan Utama
Nyeri lutut di lutut kiri

B. Riwayat Penyakit Sekarang


ANAMNESIS (autoanamnesis dengan penderita pada Kamis, 23
November 2018 pukul 10.00 WIB di Klinik Pratama Mahisi Mulya)

± sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut.
Nyeri hilang timbul, seperti berdenyut dan tidak menjalar. Nyeri
dirasakan memberat bila beraktivitas seperti berjongkok, berjalan, naik
turun tangga, saat perpindahan posisi dari duduk lalu berdiri ataupun
sebaliknya, dan sedikit membaik dengan istirahat. Saat kedua lutut
digerakkan terasa adanya gesekan pada sendi lutut. Pasien juga
merasakan adanya kekakuan pada lutut terutama pagi hari setelah

28
bangun tidur, d a n berlangsung kurang dari 30 menit mengganggu
aktivitas sehari hari. Pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Karena keluhannya yang mengganggu aktivitas sehari
hari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat anti nyeri untuk
mengatasi nyerinya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat alergi (-)
- Riwayat penyakit serupa (-)
- Riwayat darah tinggi (+)
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat merokok (-)
- Riwayat konsumsi alkohol (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Hipertensi pada Ibu (+)
- Riwayat Diabetes mellitus pada bapak dan kakak (+)

E. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Pasien memiliki 2 orang anak
yang sudah mandiri. Pengobatan menggunakan BPJS kelas III non PBI.
Kesan : sosial ekonomi cukup

F. Hasil Pemeriksaan Fisik I, tanggal 23 November 2018 pukul 10.00 WIB


Seorang wanita, umur 65 tahun, BB = 85 kg, TB = 150 cm, BMI = 37,7
(obese)

Keadaan umum : Baik. Kesadaran: GCS E4M6V5 (Compos Mentis)


Tanda Vital : RR : 22x / menit
Nadi : 86x / menit

29
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Suhu : 36,8 derajat celcius
Mata : Conjunctiva palpebra anemis -/-
sklera ikterik -/-
Mata kabur (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), discharge (-)
Telinga : Discharge -/-
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-), pembesaran thyroid (-)
Dada : Paru : I : simetris statis dinamis, retaksi suprasternal (-
), retraksi epigastrial (-)
P : stem fremitus kanan=kiri, tidak ada bagian
yang tertinggal saat bernapas
P : sonor seluruh lapangan paru
A : suara dasar vesikuler
Suara tambahan : Hantaran -/-
Wheezing -/-

Jantung : I : iktus kordis tidak nampak


P : iktus kordis teraba di spatium intercostal V 2
cm lateral linea medioclavikularis sinistra, tidak
kuat angkat, tidak melebar
P : Batas jantung dalam batas normal
A : suara jantung I, II reguler, bising (-), Gallop
(-)

Abdomen : I : datar, venektasi (-)


Au : bising usus (+) normal
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Pe : timpani

30
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2” <2”
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-

STATUS LOKALIS
Regio genu bilateral Dekstra Sinistra
Inspeksi :
Deformitas (-) (-)
Kemerahan (-) (-)
Oedem (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Palpasi :
Hangat (-) (-)
Nyeri tekan prepatelar (-) (-)
Nyeri tekan suprapatelar (-) (-)
Nyeri tekan pes anserinus (-) (-)
Nyeri tekan lateral (-) (-)
Benjolan di fossa poplitea (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
Move :
Nyeri gerak (+) (+)
Gerak (+) (+)
ROM

31
S: Aktif Ekstensi/Fleksi 0º- 0º- 135º 00-0º-135 º
Pasif Ekstensi/Fleksi 0º- 0º- 135º 00- 0º-135º
Kekuatan
Ekstensor lutut 5 5
Fleksor lutut 5 5
Diameter paha 15 cm dari tibial plateu medialis : 45 cm/45 cm
Diameter tungkai bawah 10 cm dari tibial plateu medialis : 34 cm/34 cm
Test Provokasi
Valgus stress test (-) (-)
Varus stress test (-) (-)
Anterior drawer test (-) (-)
Posterior drawer test (-) (-)
Lachmann test (-) (-)
McMurray test (-) (-)

G. Diagnosis Banding
1. Osteoarthritis
DD/ Rhematoid artritis
Artritis gout
2. Obesitas
3. Hipertensi derajat II

H. Diagnosis Kerja
1. Osteoarthritis
2. Obesitas
3. Hipertensi derajat II

32
I. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
 X Foto Genu Dextra Sinistra
Gambar 4. X Foto Genu

 Struktur Tulang Baik


 Eminentia Interkondralis tampak runcing
 Tampak osteofit pada kondilus lateral os femur dan tibia sinistra
 Tampak penyempitan celah sendi femorotibia dextra sinistra
 Tak tampak sklerosis subkondral dan cyst formation
 Tak tampak kalsifikasi soft tissue

Kesan :
Osteoarthritis genu dupleks grade III(Kellgren-Lawrence)

J. Rencana Penatalaksanaan
Promotif:
 Menyarankan untuk melakukan perubahan pola makan dengan
meningkatkan konsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak
hewani, dan mengurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan
lemak. Termasuk dengan mengurangi porsi makan.
 Menyarankan pasien untuk mulai berolahraga secara teratur.
 Menganjurkan keluarga untuk saling menghibur dan menguatkan untuk
mengurangi stres pada pasien dan keluarga, serta menggali informasi
lebih dalam pada pasien apakah terdapat masalah yang memerlukan
bantuan dari dokter sebagai penerapan kedokteran keluarga.

33
Preventif:
 Menyarankan untuk mengurangi aktivitas fisik yang berat, misalnya
seperti berjalan jauh, mengangkat beban berat serta naik turun tangga.
 Menyarankan pasien untuk menerapkan pola diet terbagi (3x makan
berat, 3x snack berupa buah-buahan atau jajanan rendah kalori)
 Menyarankan pasien untuk lebih sering beristirahat serta meluangkan
waktu dengan keluarga untuk mengurangi pergerakan pada sendi lutut.

Kuratif:
 Meresepkan obat-obatan, sebagai berikut:
o Acetaminofen 1000 mg
o Na Diklofenac 50 mg
o Viostin DS
Dengan resep sebagai berikut:
o R/ Acetaminofen 500 mg tab no. XXX
S 2 dd tab 2 p.c.
o R/ Na Diklofenac 50 mg tab No. X
S 2 dd tab 1 p.c
o R/ Viostin DS tab no. X
S 2 dd tab 1 p.c
 Menyarankan untuk melanjutkan minum obat yang diberikan oleh rumah
Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro

Rehabilitatif:
 Menyarankan untuk melakukan olahraga senam peregangan
 Menyarankan untuk melakukan olahraga senam hipertensi

Self Care:

34
 Dalam mengatasi nyeri lututnya pasien melakukan pengompresan dengan
kompres hangat pada daerah nyeri

Primordial:
 Pasien mengkonsumsi kunyit asem untuk mengatasi nyeri lutut kirinya

Terapi edukasi keluarga:


 Menyarankan kepada keluarga penderita untuk mengawasi dan
mendampingi pasien dalam hal minum obat dan kontrol teratur
 Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk mengontrol pola makan
pasien agar tidak berlebihan, memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat
 Menyarankan kepada keluarga untuk memotivasi pasien untuk
berolahraga secara teratur.

K. Hasil Penatalaksanaan Medis


Keluhan nyeri lutut dirasakan berkurang setelah berobat ke puskesmas
dan mulai meminum obat yang diberikan puskesmas. Saat kunjungan
rumah (tanggal 23 November 2018) keadaan kesehatan sudah membaik,
nyeri dikatakan berkurang.
Faktor Pendukung : - Penderita bersedia untuk berobat ke klinik.
- Penderita telah meminum obat yang diberikan
oleh dokter klinik.
- Penderita mulai berolahraga ringan dengan
mengikuti senam.
- Penderita mulai mengurangi porsi makan
sesuai saran yang dianjurkan.
- Anak penderita bersedia mengantar penderita
untuk mencapai tempat kerja.

35
Faktor Penghambat : - Pasien tidak bersedia mengganti sumber
karbohidrat sehingga harus makan nasi untuk
merasa kenyang.
Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk
memeriksakan diri ke klinik dan meminum obat
dari klinik.
Adanya kesadaran penderita untuk mengurangi
porsi karbohidrat dan mengubah pola makan.

IV. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA


A. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara dengan pasien diperoleh informasi bahwa sejak 1
tahun yang lalu pasien mengalami nyeri sendi lutut sebelah kiri seperti
berdenyut dirasakan memberat saat melakukan aktivitas seperti berjalan,
berjongkok, naik turun tangga, dan berpindah posisi. Pasien masuk
kedalam kategori obesitas dan orang tua pasien memiliki riwayat diabetes
melitus dan hipertensi. Pola hidup dan berat badan pasien menunjang
faktor risiko untuk terjadinya penyakit osteoarthritis.

B. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal di rumah bersama dua orang anak. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Pasien sering berkomunikasi dengan tetangga. Pasien sering
hadir dalam arisan di lingkungan tempat tinggalnya dan aktif kegiatan di
masyarakat sebagai kader jumantik.

C. Fungsi Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja, untuk penghasilan mendapatkan dari anak
pertama dan anak kedua dengan besaran Rp 6.000.000,00 yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

36
D. Fungsi Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir pasien adalah S1. Pasien rutin memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan. Namun pasien belum sadar akan bahaya
osteoartritis dan komplikasinya.

E. Fungsi Religius
Pasien beragama Islam. Pasien dan keluarga rajin melakukan ibadah di
rumah.

F. Fungsi Sosial Budaya


Pasien bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar rumah. Hubungan
dengan tetangganya terjalin cukup baik. Namun pasien aktif mengikuti
perkumpulan di lingkungannya.

G. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Pasien dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan anaknya.

37
V. POLA KONSUMSI PENDERITA
Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari
bervariasi, pasien sekali makan bisa menambah nasi hingga 2-3 porsi.
Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan sayur mayur
dan lauk pauk seperti ikan, telor, daging, tahu, tempe. Pasien jarang
mengkonsumsi buah-buahan.

VI. HASIL KUNJUNGAN RUMAH


Kunjungan rumah dilakukan pada Kamis, 22 November 2018 pukul
17.00
Keadaan Rumah
Ukuran : 10 m x 10 m
Penghuni : 3 orang (penderita dan 2 anak)
Halaman rumah : tanah
Pekarangan rumah : latar tanah
Dinding rumah : tembok
Lantai rumah : ubin
Atap : genting
Ruangan : 1 ruang untuk ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur,
dan sebuah kamar mandi sendiri.
Ventilasi : jendela 1 buah tiap 1 kamar, ukuran 30cm x 20cm
Pencahayaan : cukup
Kebersihan : cukup
Sumber air : untuk minum, masak, mandi, dan cuci
menggunakan sumber mata air, jumlah cukup
Tempat sampah : sampah dikumpulkan di bak sampah di depan rumah
lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir

38
VII. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Faktor Perilaku
Pasien memiliki kebiasaan menambah porsi makan, dalam sekali makan
dapat menambah sampai 2 porsi dengan frekuensi makan 3x sehari. Pasien
tidak berolahraga rutin karena kesibukan sebagai ibu rumah tangga. Selain
itu, penderita sering berjalan jauh + 4 km dalam sehari, lalu di rumah
terdapat tangga dari ruang tamu ke ruang keluarga sehingga harus dilewati
oleh pasien

B. Faktor Non Perilaku


Dilihat dari berat tubuh Ny. E (85 kg dengan BMI 37,7) yang merupakan
kategori obese dan kebiasaan berjalan jauh setiap harinya dapat menjadi
faktor risiko terjadinya osteoarthritis. Rumah penderita terletak di
perkampungan, jarak antar rumah 3 meter, dan keadaan sekitar rumah
bersih. Rumah penderita berdinding tembok, ada 1 jendela tiap kamar.
Ruangan terdiri dari 1 ruang untuk ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur, dan 1
kamar mandi. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas/klinik cukup jauh
jaraknya. Penderita menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
untuk pembiayaan biaya kesehatan.

VIII. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA


A. Fungsi Biologis
 Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya
 Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit serupa
 Orang tua pasien memiliki penyakit diabetes melitus dan Hipertensi

B. Fungsi Psikologis
 Hubungan pasien dengan keluarga baik.

39
 Hubungan pasien dengan tetangga di sekitar rumahnya baik, pasien
sering mengikuti perkumpulan di lingkungan rumahnya dan aktif
sebagai kader jumantik dan posyandu

C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Ekonomi cukup.

D. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1. Pasien kurang mengetahui
penyakit osteoarthritis, tanda-tandanya, penanganannya, bahaya dan
komplikasi.

E. Fungsi Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar, serta aktif mengikuti
perkumpulan di lingkungannya.

F. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Tidak ada masalah

G. Faktor Perilaku
 Pola makan tinggi karbohidrat dan, serta rendah serat. Penderita
makan tiga kali sehari dengan porsi nasi yang berlebih.
 Setiap hari penderita berjalan kaki sejauh 2 km untuk menuju tempat
kerja.
 Penderita malas untuk berolahraga rutin.
 Penderita malu untuk memeriksakan diri ke puskesmas.

H. Faktor Non Perilaku


Sarana pelayanan kesehatan cukup jauh, namun masih terjangkau
dengan motor.

40
IX. Diagnosis Holistik
A. Aspek Personal : (keluhan utama, harapan, kekhawatiran)

 Keluhan utama : Nyeri lutut kiri


 Harapan : Rasa nyeri hilang dan dapat beraktivitas
normal
 Kekhawatiran :-
B. Aspek Klinis : Osteoarthritis genu sinistra, Obesitas, serta
Hipertensi grade II
C. Aspek Risiko Internal : (faktor-faktor internal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien)

 Genetik : Tidak ada


 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Gaya hidup : Pasien kurang memperhatikan makanan yang
dimakannya dan pasien tidak berolahraga teratur
 Pola makan : Kebiasaan pasien makan 3x/hari dengan menu
nasi (sering menambah hingga 2-3 porsi), sayur, lauk yang
digoreng (tahu/tempe/ayam/telur/ikan), dan kadang-kadang buah
(seminggu sekali). Air minum berasal dari sumber mata air yang
dimasak terlebih dahulu.
 Pola istirahat : Pasien biasanya tidur dari jam 21.00 sampai 04.30
WIB.
 Kebiasaan : Pasien berjalan jauh (+ 4 km) untuk menuju
tempat kerja setiap hari
 Spiritual : Pasien beragama Islam dan taat beribadah.

D. Aspek eksternal dan Psikososial Keluarga : (faktor-faktor eksternal


yang mempengaruhi masalah)

 Kebiasaan Keluarga : Anggota keluarga memiliki kesibukan


masing-masing. Suami pasien sudah tidak bekerja dan menerima
dana pensiunan. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga yang

41
bekerja dari pukul 07.00 sampai 16.00 WIB. Anak pertama
bekerja sebagai karyawan dari pukul 09.00 sampai 21.00.
Sedangkan anak terakhir baru saja lulus S1 bekerja sebagai
karyawan dari pukul 09.00 sampai 15.00. Interaksi pasien dengan
keluarga baik. Kondisi ekonomi keluarga kurang.
 Edukasi dari keluarga : Jika pasien sakit, keluarga akan merawat
pasien dan membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat

E. Aspek Fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas


sehari-hari)

 Kemampuan melakukan aktifitas fisik : pasien mampu beraktifitas


fisik seperti biasa.

X. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA


Terdapat riwayat keluarga (ayah, ibu dan
kakak penderita) dengan diabetes melitus
dan hipertensi

Genetik

Yan.Kes Status Lingkungan


Kesehatan
Kebersihan cukup, ventilasi
Pelayanan kesehatan :
Osteoarthritis, dan penerangan cukup,
jarak rumah dengan
HT, obesitas tempat sampah tidak tertutup
Puskesmas ± 1,5 km
dan dibakar

Perilaku

- Pola makan tinggi karbohidrat


- Penderita tidak berolahraga teratur

42
Gambar 5. Realita pada Keluarga
XI. TABEL PERMASALAHAN PADA PENDERITA DAN
KELUARGANYA
Tabel 5. Permasalahan Pada Penderita dan Keluarganya
No Risiko dan Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan

1 Osteoartritis Menyarankan untuk memeriksakan diri


ke dokter, minum obat teratur dan
kontrol rutin.
Menyarankan untuk rutin melakukan
olahraga.

2 Obesitas Menyarankan pasien untuk merubah pola


makan dengan mengurangi karbohidrat
dan lemak, serta meningkatkan makanan
kaya serat.
3 Hipertensi Menyarankan untuk memeriksakan diri
ke dokter, minum obat teratur dan
kontrol rutin.
Menyarankan untuk rutin melakukan
senam hipertensi secara mandiri dan
mengikuti prolanis

43
XII. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 6. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
yang Terlibat
23-11-2018 Memberi penjelasan kepada Suami penderita Penderita dan suami
penderita tentang memahami penjelasan
osteoarthritis, meliputi tentang penyakit
penyebab, bahaya osteoarthiris yang
osteoarthritis, usaha mengatasi Diberikan serta dapat
osteoarthritis, dan pencegahan menjelaskan kembali
komplikasi osteoarthritis
Memberi penjelasan bahaya
obesitas dan hubungannya
dengan osteoarthritis
23-11-2018 Memberi penjelasan kepada Anak penderita Penderita dan anak
penderita tentang memahami penjelasan
osteoarthritis, meliputi tentang penyakit
penyebab, bahaya osteoarthiris yang
osteoarthritis, usaha mengatasi Diberikan serta dapat
osteoarthritis, dan pencegahan menjelaskan kembali
komplikasi osteoarthritis
Memberi penjelasan bahaya
obesitas dan hubungannya
dengan osteoarthritis
23-11-2018 Memberi penjelasan dan Anak penderita Penderita menerima
mengenai diet dan olahraga. penjelasan tentang diet
dan olahraga serta dapat
mempraktekkan

44
XIII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan
cukup baik
2. Faktor pendukung : Penderita dan anak dapat memahami dan
menangkap penjelasan yang diberikan
Sikap penderita dan anak kooperatif dan
menangkap penjelasan yang diberikan
3. Faktor penyulit : Pasien memiliki kebiasaan makan tinggi
karbohidrat dalam porsi besar. Pasien merasa
sulit untuk mengurangi porsi makan. Namun
bersedia menggantinya dengan makan sayur
lebih banyak.
4. Indikator keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk
memeriksakan diri ke dokter, mengkonsumsi
obat serta mulai mengurangi porsi makan
sesuai saran yang dianjurkan.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Rekomendasi IRA Untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoarthritis.


Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014
2. Amanda, TT. Hubungan Derajat Nyeri Dengan Kualitas Hidup Pasien
Osteoartritis Di Poli Syaraf Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hardjono
Ponorogo. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
4. Wittenauer R. Background Paper 6.12 Osteoarthritis. World Health
Organization. 2013 diambil dari : http://www.who.int/medicines/areas/
priority_medicines/BP6_12Osteo tanggal 12 September 2018.
5. Centers for Disease Control and Prevention, Arthritis Foundation. A
National Public Health Agenda for Osteoarthritis. 2010 diambil dari :
https://www.cdc.gov/arthritis/docs/OAAgenda.pdf tanggal 12 September
2018
6. Siti S, Kuntjoro H, Arya GR. Osteoarthritis. Dalam: Aru WS, Bambang S,
Idrus A, Marcellus SK, Siti S, penyunting. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2014. h. 351-65.
7. Hochberg, Marc C. American College of Rheumatology 2012
Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. American College
of Rheumatology. 2012
8. Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip
Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK
UNDIP

46
Lampiran 1. Denah Rumah

Kamar Mandi
Kamar
Dapur
Kamar Tidur Tidur

Ruang Keluarga
Ruang Tamu Ruang Makan

Ruang tamu

47
Dapur Kamar mandi Kamar tidur

Lampiran 2. Indeks Lequesne

Keluhan Nyeri Atau Ketidaknyamanan


No Parameter Temuan Klinis Besar Nilai
1 Nyeri atau Tidak ada 0
ketidaknyamanan saat Ada, hanya saat bergerak  1
tidur di malam hari atau
pada posisi tertentu 2
Ada, meski tanpa
pergerakan
2. Lamanya kekakuan pada Tidak Ada 0
pagi hari atau nyeri saat < 15 menit 1
bangun tidur > 15 menit  2
3. Nyeri bertambah bila Tidak Ada  0
berdiri
selama 30 menit
4. Nyeri saat berjalan Ada  1
Tidak Ada 0
Ada, hanya setelah 1
berjalan
beberapa langkah 2
Ada, segera saat pertama
melangkah

48
5. Nyeri atau Tidak Ada 0
ketidaknyamanan Ada  1
saat bangun dari duduk,
tanpa
bantuan kedua tangan

Jarak Tempuh Maksimal dalam Berjalan


No Parameter Temuan Klinis Besar Nilai
1 Jarak tempuh maksimal Tidak terbatas  0
dengan berjalan
2. Perlu alat bantu berjalan > 1 km, tapi terbatas 1
1 km, dalam 15 menit 2
500-900 m dalam 8-15 3
menit 4
300-500 m 5
100-300 m 6
< 100 m  0
Tidak 1
Perlu 1 tongkat 2
Perlu 2 tongkat

Keluhan Nyeri Atau Ketidaknyamanan


No Parameter Temuan Klinis Besar Nilai
1 Kemampuan menaiki Mudah 0
anak Mampu dengan sedikit  0,5
tangga standard/biasa kesulitan/ringan
Mampu dengan kesulitan 1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
2. Kemampuan menuruni Mudah 0
anak Mampu dengan sedikit 0,5
tangga standard/biasa kesulitan/ringan
Mampu dengan kesulitan  1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
3. Kemampuan berjongkok Mudah 0
atau Mampu dengan sedikit 0,5
menekuk lutut kesulitan/ringan
Mampu dengan kesulitan  1
sedang

49
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
4. Kemampuan berjalan Mudah  0
pada Mampu dengan sedikit 0,5
permukaan yang tidak kesulitan/ringan
rata Mampu dengan kesulitan 1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2

Total Skor Indeks Lequense = 6,5


Termasuk ke dalam osteoartritis derajat sedang.

50

Anda mungkin juga menyukai