Disusun oleh:
Danawan Rahmanto
22010116220302
Dosen Pembimbing:
dr. Budi Palarto, Sp.OG
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Danawan Rahmanto
22010116220293
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul Kasus Dokter Keluarga “Seorang Wanita 65 Tahun dengan Osteoarthritis
Genu Sinistra”
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya
berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di atas. Namun, besar harapan kami
agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan
dengan masalah ini.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen pembimbing,
2. Seluruh teman – teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat,
semoga kita semua mendapatkan hasil yang maksimal atas usaha kita.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
terjadinya osteoartritis diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga yang menderita osteoartritis, obesitas, riwayat cedera dan aktifitas
fisik yang berlebihan. Pada kelompok usia diatas 65 tahun, hanya 50%
memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10%
pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan
sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya, maka dapat difahami jika
makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun
1990. Sehingga kemungkinan prevalensi kejadian OA akan terus meningkat
di Indonesia. 1
Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi
klinis penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan
pembinaan pada penderita osteoartritis dan keluarga. Upaya untuk memiliki
keterampilan yang baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan
dengan melakukan tinjauan kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan
rumah seperti yang dilakukan dalam laporan kasus ini.
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini dibahas seorang wanita 65 tahun dengan
osteoarthritis. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan dan pembinaan penderita hipertensi melalui pendekatan
keluarga.
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita
osteoarthritis.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami
inflamasi ringan. Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang
ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di
dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung
dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago
akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. American College of
Rheumatology mengartikan osteoarthritis sebagai sekelompok kondisi heterogen
yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.1
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri
merupakan gejala khas pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri
semakin berat bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri
diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri
semakin ringan dengan istirahat 11 Kejadian osteoarthritis banyak pada orang
yang berusia di atas 45 tahun. Laki-laki di bawah umur 55 tahun lebih sering
menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita pada umur yang sama.
Namun, setelah umur 55 tahun prevalensi osteoarthritis lebih banyak wanita
dibandingkan pria. Hal ini diduga karena bentuk pinggul wanita yang lebar dapat
menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut. Osteoartritis juga sering
ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka yang pekerjaanya
mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh.1,3
10
2.1. Patogenesis Osteoarthritis6
Adanya aktifitas inflamasi pada tulang rawan sendi sinovial yang
menyebabkan pelepasan mediator dan sitokin inflamasi. Enzim
metalloproteinase yang dihasilkan kondrosit, dilepaskan menyebabkan degradasi
matrix yang ditandai dengan degradasi kartilago. Pengaktifan enzim ini
dipengaruhi oleh radikal bebas dan sitokin inflamasi seperti TNF alpha, nitrit
oxide dan interleukin 1. Setelah terjadi degradasi kartilago, terbentuk
pembengkakkan pada kartilago yang disebabkan oleh sintesis proteoglikan oleh
kondrosit yang berfungsi memperbaiki kartilago yang rusak. Perbaikan ini
ditandai dengan hipertrofi kartilago.
11
yaitu: penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi,
pembentukan kista di bawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi yang
dapat terkena osteoarthritis antara lain:
1. Osteoarthritis sendi lutut.
2. Osteoarthritis sendi panggul.
3. Osteoarthritis sendi-sendi kaki.
4. Osteoarthritis sendi bahu.
5. Osteoarthritis sendi-sendi tangan.
6. Osteoarthritis tulang belakang
12
2.4. Patofisiologi Osteoarthritis Lutut1,6
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan
perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase 1
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam
cairan sinovia.
3. Fase 3
13
menjadi kondisi gangguan yang progresif
14
4. Bunyi gemeretak (krepitasi) Sendinya terdengar berbunyi saat
bergerak. Suaranya lebih kasar dibandingkan dengan artritis reumatoid
dimana gemeretaknya lebih halus. Gemeretak yang jelas terdengar dan
kasar merupakan tanda yang signifikan.
15
estrogen berperan sebagai faktor yang dapat meningkatkan sintesis
proteoglikan pada kondrosit. Sebelum usia 55 tahun perbandingan OA
pada pria dan wanita sebanding.
3. Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen
yang bersifat diturunkan
4. Obesitas adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya osteoarthritis genu.
Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas OA terutama
melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan.
Peningkatan berat badan akan meningkatkan beban sendi lutut saat
berjalan. Semakin besar Indeks Massa Tubuh (IMT), risiko menderita OA
lutut akan semakin meningkat.
5. Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam
atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau
lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko
terjadinya OA lutut. Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-
hari juga berisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang
berlangsung lama akan menyebabkan disuse atrophy yang akan
meningkatkan kerentanan terjadinya trauma pada kartilago. Pada
penelitian terhadap hewan coba, kartilago sendi yang diimobilisasi
menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan pada kartilago yang
mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan peningkatan MMP
yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
6. Olahraga. Atlet olah raga yang cenderung mengalami benturan keras dan
membebani lutut seperti sepak bola, lari marathon meningkatkan risiko
untuk menderita OA lutut.
7. Pekerjaan. Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada pekerja fisik berat,
terutama yang sering menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut,
seperti penambang, petani dan kuli.
16
2.7. Pemeriksaan Diagnostik 1
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik gambaran
radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
17
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu
gerak sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat
pada sisi yang sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk
aktivitas fisik sehari-hari.
2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi.
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen untuk mengobati
rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih
tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah
dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan
inhibitor COX-2
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat –
obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
dan sebagainya.
18
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.
2.9 Kedokteran Keluarga8
2.9.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga.
Dokter harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik,
tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat
biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika
kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya
seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari
proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian
meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari
kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi
biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu
dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup
keluarga.
19
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang merupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
- Proses dinamika dalam keluarga
- Potensi keluarga
- Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
- Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya
juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembang dalam
bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
2.9.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan
mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang
ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah
20
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini
diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat
dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia
kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping
masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai
bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya
yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ,
mental-psikologikal dan sosial keluarga.
21
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
22
II. PROFIL KELUARGA
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
No Nama Kedudukan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Kelamin (tahun)
Keluarga
1. Narto Kepala L 67 S1 Pensiunan Hipertensi
Keluarga PNS
2. Endang Ibu P 65 S1 Pensiunan Osteoarthritis
Sugiarti PNS/ Ibu
Rumah
Tangga
3. Dwi Anak I P 28 S1 PNS Sehat
Handayani
3. Artha Riatika Anak II P 25 S1 Karyawan Sehat
Sari Swasta
Tn. N
M : 1988
Keterangan :
1. Penderita (Ny. E) mengalami nyeri sendi lutut dan tidak
didapatkan riwayat nyeri sendi lutut pada keluarga.
23
2. Ny. R, ibu dari Ny. S (ibu pasien) meninggal pada tahun 1992
akibat komplikasi DM.
3. Tn. W, ayah dari Ny. S (ayah pasien) meninggal pada tahun 1998
akibat komplikasi Hipertensi.
4. Tn. N, kakak dari NY. L (kakak pasien) meninggal pada tahun
2013 akibat komplikasi DM.
Tn. N
Ny. E Ny. H Ny. T
NO PERTANYAAN Ayah
Pasien Anak Anak
1 Adaptation : Saya puas dengan keluarga saya 2
karena masing-masing anggota keluarga sudah 2 2 2
menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
2 Partnership : Saya puas dengan keluarga saya 2
karena dapat membantu memberikan solusi 2 2 1
terhadap permasalahan yang saya hadapi
3 Growth : Saya puas dengan kebebasan yang 2
diberikan keluarga saya untuk mengembangkan 2 2 1
kemampuan yang saya miliki
4 Affection : Saya puas dengan kehangatan/kasih 2
2 1 2
sayang yang diberikan keluarga saya
5 Resolve : Saya puas dengan waktu yang 2
2 1 2
disediakan keluarga untuk menjalin kerjasama
Keterangan:
Skor 2: Hampir selalu
Skor 1: Kadang-kadang
Skor 0: Hampir tidak pernah
24
Family SCREEM
Resources Pathology
25
Resources Pathology
Total skor Family SCREEM pada keluarga ini adalah 16, sehingga
dikategorikan sumber daya dalam keluarga memadai.
26
Family Mapping
Gambar 2. Family Mapping
Tn. T (Suami)
Ny. S (Pasien)
Ny. H Ny. T
Hubungan antara pasien, istri dan anak-anak yang tinggal dalam serumah
dalam keadaan yang fungsional.
27
Family Life Cycle
Family life cycle menggambarkan siklus berbagai tahapan perkembangan dalam
status keluarga dan menjelaskan cara sebuah keluarga berfungsi. Pada setiap
tahapan, keluarga memproyeksikan berbagai identitas dan peran, pemenuhan yang
akan memastikan kemajuan ke tahap berikutnya atau lebih tinggi. Berdarkan 8
tahap oleh Duvall (1977), keluarga Ny. E berada pada tahap keenam yaitu orang
tua paruh baya, yang merupakan tahap di mana orang tua mulai meninggalkan
pekerjaan dan anak menjadi tulang punggung keluarga. Tugas penting yang harus
dilaksanakan oleh keluarga pada tahap ini adalah Menyediakan lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan serta mempertahankan hubungan memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.
± sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut.
Nyeri hilang timbul, seperti berdenyut dan tidak menjalar. Nyeri
dirasakan memberat bila beraktivitas seperti berjongkok, berjalan, naik
turun tangga, saat perpindahan posisi dari duduk lalu berdiri ataupun
sebaliknya, dan sedikit membaik dengan istirahat. Saat kedua lutut
digerakkan terasa adanya gesekan pada sendi lutut. Pasien juga
merasakan adanya kekakuan pada lutut terutama pagi hari setelah
28
bangun tidur, d a n berlangsung kurang dari 30 menit mengganggu
aktivitas sehari hari. Pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Karena keluhannya yang mengganggu aktivitas sehari
hari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat anti nyeri untuk
mengatasi nyerinya.
29
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Suhu : 36,8 derajat celcius
Mata : Conjunctiva palpebra anemis -/-
sklera ikterik -/-
Mata kabur (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), discharge (-)
Telinga : Discharge -/-
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-), pembesaran thyroid (-)
Dada : Paru : I : simetris statis dinamis, retaksi suprasternal (-
), retraksi epigastrial (-)
P : stem fremitus kanan=kiri, tidak ada bagian
yang tertinggal saat bernapas
P : sonor seluruh lapangan paru
A : suara dasar vesikuler
Suara tambahan : Hantaran -/-
Wheezing -/-
30
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2” <2”
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-
STATUS LOKALIS
Regio genu bilateral Dekstra Sinistra
Inspeksi :
Deformitas (-) (-)
Kemerahan (-) (-)
Oedem (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Palpasi :
Hangat (-) (-)
Nyeri tekan prepatelar (-) (-)
Nyeri tekan suprapatelar (-) (-)
Nyeri tekan pes anserinus (-) (-)
Nyeri tekan lateral (-) (-)
Benjolan di fossa poplitea (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
Move :
Nyeri gerak (+) (+)
Gerak (+) (+)
ROM
31
S: Aktif Ekstensi/Fleksi 0º- 0º- 135º 00-0º-135 º
Pasif Ekstensi/Fleksi 0º- 0º- 135º 00- 0º-135º
Kekuatan
Ekstensor lutut 5 5
Fleksor lutut 5 5
Diameter paha 15 cm dari tibial plateu medialis : 45 cm/45 cm
Diameter tungkai bawah 10 cm dari tibial plateu medialis : 34 cm/34 cm
Test Provokasi
Valgus stress test (-) (-)
Varus stress test (-) (-)
Anterior drawer test (-) (-)
Posterior drawer test (-) (-)
Lachmann test (-) (-)
McMurray test (-) (-)
G. Diagnosis Banding
1. Osteoarthritis
DD/ Rhematoid artritis
Artritis gout
2. Obesitas
3. Hipertensi derajat II
H. Diagnosis Kerja
1. Osteoarthritis
2. Obesitas
3. Hipertensi derajat II
32
I. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
X Foto Genu Dextra Sinistra
Gambar 4. X Foto Genu
Kesan :
Osteoarthritis genu dupleks grade III(Kellgren-Lawrence)
J. Rencana Penatalaksanaan
Promotif:
Menyarankan untuk melakukan perubahan pola makan dengan
meningkatkan konsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak
hewani, dan mengurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan
lemak. Termasuk dengan mengurangi porsi makan.
Menyarankan pasien untuk mulai berolahraga secara teratur.
Menganjurkan keluarga untuk saling menghibur dan menguatkan untuk
mengurangi stres pada pasien dan keluarga, serta menggali informasi
lebih dalam pada pasien apakah terdapat masalah yang memerlukan
bantuan dari dokter sebagai penerapan kedokteran keluarga.
33
Preventif:
Menyarankan untuk mengurangi aktivitas fisik yang berat, misalnya
seperti berjalan jauh, mengangkat beban berat serta naik turun tangga.
Menyarankan pasien untuk menerapkan pola diet terbagi (3x makan
berat, 3x snack berupa buah-buahan atau jajanan rendah kalori)
Menyarankan pasien untuk lebih sering beristirahat serta meluangkan
waktu dengan keluarga untuk mengurangi pergerakan pada sendi lutut.
Kuratif:
Meresepkan obat-obatan, sebagai berikut:
o Acetaminofen 1000 mg
o Na Diklofenac 50 mg
o Viostin DS
Dengan resep sebagai berikut:
o R/ Acetaminofen 500 mg tab no. XXX
S 2 dd tab 2 p.c.
o R/ Na Diklofenac 50 mg tab No. X
S 2 dd tab 1 p.c
o R/ Viostin DS tab no. X
S 2 dd tab 1 p.c
Menyarankan untuk melanjutkan minum obat yang diberikan oleh rumah
Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro
Rehabilitatif:
Menyarankan untuk melakukan olahraga senam peregangan
Menyarankan untuk melakukan olahraga senam hipertensi
Self Care:
34
Dalam mengatasi nyeri lututnya pasien melakukan pengompresan dengan
kompres hangat pada daerah nyeri
Primordial:
Pasien mengkonsumsi kunyit asem untuk mengatasi nyeri lutut kirinya
35
Faktor Penghambat : - Pasien tidak bersedia mengganti sumber
karbohidrat sehingga harus makan nasi untuk
merasa kenyang.
Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk
memeriksakan diri ke klinik dan meminum obat
dari klinik.
Adanya kesadaran penderita untuk mengurangi
porsi karbohidrat dan mengubah pola makan.
B. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal di rumah bersama dua orang anak. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Pasien sering berkomunikasi dengan tetangga. Pasien sering
hadir dalam arisan di lingkungan tempat tinggalnya dan aktif kegiatan di
masyarakat sebagai kader jumantik.
C. Fungsi Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja, untuk penghasilan mendapatkan dari anak
pertama dan anak kedua dengan besaran Rp 6.000.000,00 yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
36
D. Fungsi Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir pasien adalah S1. Pasien rutin memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan. Namun pasien belum sadar akan bahaya
osteoartritis dan komplikasinya.
E. Fungsi Religius
Pasien beragama Islam. Pasien dan keluarga rajin melakukan ibadah di
rumah.
37
V. POLA KONSUMSI PENDERITA
Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari
bervariasi, pasien sekali makan bisa menambah nasi hingga 2-3 porsi.
Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan sayur mayur
dan lauk pauk seperti ikan, telor, daging, tahu, tempe. Pasien jarang
mengkonsumsi buah-buahan.
38
VII. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Faktor Perilaku
Pasien memiliki kebiasaan menambah porsi makan, dalam sekali makan
dapat menambah sampai 2 porsi dengan frekuensi makan 3x sehari. Pasien
tidak berolahraga rutin karena kesibukan sebagai ibu rumah tangga. Selain
itu, penderita sering berjalan jauh + 4 km dalam sehari, lalu di rumah
terdapat tangga dari ruang tamu ke ruang keluarga sehingga harus dilewati
oleh pasien
B. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga baik.
39
Hubungan pasien dengan tetangga di sekitar rumahnya baik, pasien
sering mengikuti perkumpulan di lingkungan rumahnya dan aktif
sebagai kader jumantik dan posyandu
D. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1. Pasien kurang mengetahui
penyakit osteoarthritis, tanda-tandanya, penanganannya, bahaya dan
komplikasi.
E. Fungsi Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar, serta aktif mengikuti
perkumpulan di lingkungannya.
G. Faktor Perilaku
Pola makan tinggi karbohidrat dan, serta rendah serat. Penderita
makan tiga kali sehari dengan porsi nasi yang berlebih.
Setiap hari penderita berjalan kaki sejauh 2 km untuk menuju tempat
kerja.
Penderita malas untuk berolahraga rutin.
Penderita malu untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
40
IX. Diagnosis Holistik
A. Aspek Personal : (keluhan utama, harapan, kekhawatiran)
41
bekerja dari pukul 07.00 sampai 16.00 WIB. Anak pertama
bekerja sebagai karyawan dari pukul 09.00 sampai 21.00.
Sedangkan anak terakhir baru saja lulus S1 bekerja sebagai
karyawan dari pukul 09.00 sampai 15.00. Interaksi pasien dengan
keluarga baik. Kondisi ekonomi keluarga kurang.
Edukasi dari keluarga : Jika pasien sakit, keluarga akan merawat
pasien dan membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat
Genetik
Perilaku
42
Gambar 5. Realita pada Keluarga
XI. TABEL PERMASALAHAN PADA PENDERITA DAN
KELUARGANYA
Tabel 5. Permasalahan Pada Penderita dan Keluarganya
No Risiko dan Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan
43
XII. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 6. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
yang Terlibat
23-11-2018 Memberi penjelasan kepada Suami penderita Penderita dan suami
penderita tentang memahami penjelasan
osteoarthritis, meliputi tentang penyakit
penyebab, bahaya osteoarthiris yang
osteoarthritis, usaha mengatasi Diberikan serta dapat
osteoarthritis, dan pencegahan menjelaskan kembali
komplikasi osteoarthritis
Memberi penjelasan bahaya
obesitas dan hubungannya
dengan osteoarthritis
23-11-2018 Memberi penjelasan kepada Anak penderita Penderita dan anak
penderita tentang memahami penjelasan
osteoarthritis, meliputi tentang penyakit
penyebab, bahaya osteoarthiris yang
osteoarthritis, usaha mengatasi Diberikan serta dapat
osteoarthritis, dan pencegahan menjelaskan kembali
komplikasi osteoarthritis
Memberi penjelasan bahaya
obesitas dan hubungannya
dengan osteoarthritis
23-11-2018 Memberi penjelasan dan Anak penderita Penderita menerima
mengenai diet dan olahraga. penjelasan tentang diet
dan olahraga serta dapat
mempraktekkan
44
XIII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan
cukup baik
2. Faktor pendukung : Penderita dan anak dapat memahami dan
menangkap penjelasan yang diberikan
Sikap penderita dan anak kooperatif dan
menangkap penjelasan yang diberikan
3. Faktor penyulit : Pasien memiliki kebiasaan makan tinggi
karbohidrat dalam porsi besar. Pasien merasa
sulit untuk mengurangi porsi makan. Namun
bersedia menggantinya dengan makan sayur
lebih banyak.
4. Indikator keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk
memeriksakan diri ke dokter, mengkonsumsi
obat serta mulai mengurangi porsi makan
sesuai saran yang dianjurkan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Lampiran 1. Denah Rumah
Kamar Mandi
Kamar
Dapur
Kamar Tidur Tidur
Ruang Keluarga
Ruang Tamu Ruang Makan
Ruang tamu
47
Dapur Kamar mandi Kamar tidur
48
5. Nyeri atau Tidak Ada 0
ketidaknyamanan Ada 1
saat bangun dari duduk,
tanpa
bantuan kedua tangan
49
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
4. Kemampuan berjalan Mudah 0
pada Mampu dengan sedikit 0,5
permukaan yang tidak kesulitan/ringan
rata Mampu dengan kesulitan 1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
50