PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerja insulin atau keduanya. Kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor
dapat menyebabkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas
yang berlebihan dan memicu terjadinya stress oksidatif yang akan menyebabkan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, seperti
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah, disfungsi sel beta pankreas dan
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. WHO
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes mellitus
1
merupakan masalah nasional yang menempati urutan keempat di Indonesia dari
tanah air berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008
mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa.
Prevalensi pre-diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk
diabetes mellitus pada tahun 1959 sebesar 2,29% dan pada tahun 2003 meningkat
menjadi 7,80%.3,4,5
efek, dan toksikologi menunjukkan bahwa kedua herbal ini bekerja secara sinergis
glukosa, sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu modalitas terapi DM tipe
2.8,9
2
dari sitoplasmanya menuju membran sel; (3) up regulator PPAR- dan PPAR-,
sehingga meningkatkan sintesa, jumlah dan translokasi GLUT-4 yang baru; (4).
menurunkan kadar TNF-, sehingga terjadi penurunan free fatty acid (FFA),
dikonfirmasi dengan profil keamanan yang baik pada uji klinis fase I. Studi lebih
family enzim yang terdapat di berbagai organ tubuh, yang berfungsi untuk
mengkatalisis dismutase dari anion superoksida secara efisien. Produk akhir dari
katalisasi ini menghasilkan oksigen dan hidrogen peroksida. Enzim ini merupakan
bebas.2
bahwa terdapat 3 jenis SOD pada mamalia yang telah ditandai secara biokimiawi
dan molekular, yakni SOD 1 atau CuZn-SOD, SOD 2 atau Mn-SOD dan SOD 3
atau EC-SOD.2,7
3
Penelitian pengobatan herbal DLBS-3233 pada DM tipe 2 pernah
dilakukan pada hewan percobaan seperti tikus. Efek dari DLBS-3233 dalam
mengontrol kadar gula darah yang diteliti secara in vivo pada tikus strain wistar
darah sewaktu, 30.62 % gula darah PP, dan 31.41 % gula darah puasa.9 Penelitian
pada manusia sudah dilakukan, sebagaimana yang dilaporkan oleh Ketut Suastika
dkk, pada naive type 2 diabetes, pada tahun 2010 namun pengaruh DLBS-3233
terhadap aktivitas SOD dalam memperbaiki resistensi insulin belum diketahui dan
baru terdiagnosa pertama kali saat skrining penelitian dan belum pernah mendapat
yang tinggi dan perpindahan penduduk yang relatif kecil. Kecamatan Kedungwuni
B. Rumusan Masalah
4
b. Apakah faktor usia, jenis kelamin, status olahraga, status diit,
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu pengetahuan
baru.
2. Aspek pelayanan
2 baru.
3. Aspek Penelitian
E. Orisinalitas Penelitian
6
Tabel 1. Artikel penelitian eksperimental pada hewan percobaan berkaitan dengan DLBS-3233
1. Olivia 2011 Glucose lowering effect of In vivo tikus P< HOMA dari
diterapi dengan
DLBS-3233.
menurun secara
signifikan setelah
diterapi dengan
DLBS-3233.
7
Tabel 2. Daftar artikel penelitian case control pada manusia berkaitan dengan DLBS-3233 dan
2. Askandar 2014 Effect of add-on T2DM patients with Inlacin Add-on therapy with
patients with type- or more oral anti- minggu level as well as A1C
8
F. Hal-hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya
masyarakat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
atau kegagalan organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah.15
banyak ditemukan pada semua bagian di dunia. Gejala khasnya adalah merasa
sangat haus, poliuri, pruritus dan kehilangan berat badan yang tidak dapat
tetapi paling tidak ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Faktor
individu atau genetik etnis yang membuat rentan DM, 2) Kerusakan sel-
insulin (resistensi insulin), termasuk otot skeletal, hati dan jaringan adiposa.16
10
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir.
126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori
3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
dilaksanakan pada:
tambahan:
Perempuan yang melahirkan dengan berat bayi baru lahir > 4000
(GDM)
11
Riwayat penyakit kardiovaskular
vaskular pada diabetes mellitus dapat disebabkan oleh mikro dan makro angiopati.
arteri karotis, arteri perifer, infark miokard, stroke dan penyakit kaki
diabetes.16,17
Uji klinis skala besar pada DM tipe 1 dan tipe 2 telah menunjukkan
12
dinding pembuluh darah.18
dengan rantai-A dan rantai-B dari insulin, yang terpisah dari proinsulin.
Insulin dengan struktur yang terdiri dua rantai peptida dihubungkan oleh
tipe 2 selalu hanya satu dari dua tempat ikatan C-peptide yang lepas,
13
C-peptide yang tersisa berhubungan dengan rantai-A atau rantai-B.
insulin18, 19
tekanan darah sistolik dan merokok, subyek yang resisten insulin masih
sentral, jaringan adiposa dapat melepas asam lemak bebas (FFA) yang dapat
14
berpengaruh pada proses pembentukan sinyal insulin melalui mekanisme
meningkatkan fluks FFA dari adiposit ke sel endotel arteri, yang ditunjukkan
peningkatan fluks FFA oksidasi oleh mitokondria, tetapi tidak dalam sel
endotel mikrovaskular. Karena asam lemak -oksidasi dan oksidasi FFA dari
Asetil KoA oleh S iklus TCA menghasilkan donor elektron yang sama (NADH
dan FADH2) yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa, peningkatan oksidasi FFA
Glycation End products (AGEs), Protein Kinase C (PKC), heksosamin, dan NFB
(Gambar 2).19
15
Terdapat 4 jalur utama kerusakan akibat hiperglikemia seperti yang
tampak pada gambar 3 yaitu: (1) Polyol, (2) AGEs, (3) Heksokinase, (4)
PKC.19
A. Jalur Polyol
pada enzim Aldose reduktase (AR). Aldose reduktase aktif bila konsentrasi
16
sel akibat fluks AR sangat mengganggu terbentuknya NO di sel endotel dan
dapat merusak sel karena mengganggu struktur protein intrasel dan esktrasel
seperti kolagen. AGEs dapat juga mengubah faal sel dengan mengikat
sinyal MAPK, PKC, ROS, produksi sitokin inflamasi dan faktor pertumbuhan.
17
Reseptor lain seperti macrophage scavenger receptor, P60, P90 dan galectin-3
besar ada 3 mekanisme kerusakan yang diakibatkan AGEs, yaitu: (1) Modifikasi
protein intrasel yang penting, misalnya protein yang terlibat dalam regulasi
transkripsi gen, (2) Prekursor AGEs dapat berdifusi keluar dari sel dan
perubahan signal antara matriks dan sel dan mengakibatkan disfungsi selular,
(3) Prekursor AGEs berdifusi keluar dari sel dan memodifikasi protein sirkulasi
pada darah seperti albumin. Protein sirkulasi yang termodifikasi dapat melekat
18
Ketika kadar glukosa tinggi di dalam sel, sebagian besar glukosa
Namun, beberapa dari fruktosa-6 fosfat akan dialihkan ke jalur sinyal di mana
diletakkan ke residu serin dan treonin dari faktor transkripsi, seperti proses
pembuluh darah pada diabetes. Heksosamin adalah faktor yang berperan dalam
hiperglikemia dalam percobaan kultur sel. Dalam plak arteri karotid dari subyek
dengan diabetes tipe 2, modifikasi protein sel endotel oleh jalur heksosamin juga
19
(Gambar 6)
vaskuler seperti: (1) permeabilitas, (2) vasodilatasi, (3) aktivasi endotel, (4)
cara merangsang Ca2+ dan kadar DAG. DAG (diasilgliserol adalah kofaktor
patologis yang ditemukan pada diabetes adalah karena glycolitic pathway flux
PKC. Disamping itu PKC dan DAG secara indirek dapat diaktivasi ROS dan
naiknya DAG di jaringan vaskular (retina, aorta, jantung dan glomerulus) dan di
jaringan bukan vaskuler (hati dan otot) tetapi tidak di susunan saraf sentral
maupun perifer.19 Dengan menaikkan glukosa dari 100 menjadi 400 mg/dl,
maka dalam 3-5 hari, terlihat DAG naik secara maksimal di sel retina, aorta
20
dan otot polos. PKC terdapat di susunan saraf pusat, spinal cord, otot skelet,
sistem hemopoietik, sel pankreas, monosit, otak, retina, ginjal dan jantung.
A. Permeabilitas meningkat,
Skema jalur PKC dan berbagai dampak terhadap kerusakan vascular dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Jalur Protein Kinase C dan berbagai dampaknya terhadap kerusakan vaskular19
21
Hiperglikemia akan meningkatkan peningkatan kadar DAG dan PKC yang akan
mengaktifkan jalur sinyal stress selular. Mekanisme ini juga yang akan berperan dalam
progresivitas dan komplikasi penyakit diabetes mellitus seperti yang bisa dilihat pada
gambar 7.19
5. Stres oksidatif
resistensi insulin dan penurunan fungsi sel beta pankreas.21 Efek tersebut timbul
yang persisten antara produksi radikal bebas yang berlebihan dengan kapasitas
ROS/RNS.22 Contoh ROS adalah superoxide, hydroxyl radical, dan spesies tak
lemak bebas.22
timbulnya resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin. ROS dan stres
pathway.24 (Gambar 8)
22
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan membran sel yang berujung pada
gangguan tekanan osmotik sel tersebut, sehingga sel menjadi tidak stabil dan
asam amino. Asam amino satu akan berikatan dengan yang lainnya. Hal ini
merupakan akibat dari radikal bebas yang menempel pada salah satu rantai asam
amino, sehingga mengakibatkan buruknya transmisi sinyal antar struktur sel. Sel
menjadi tidak berfungsi dengan baik. Pada akhirnya mengaktifkan jalur sinyal
stres selular yang mengakibatkan sel menjadi tidak aktif dan apoptosis.24
protein namun bekerja pada struktur paling dasar dari sebuah sel yaitu DNA.
dengan baik. Pada akhirnya menyebabkan sel tersebut menjadi tidak berfungsi,
bagaimana hal ini bisa terjadi, kita harus mengingat terlebih dahulu tentang
23
NADH sitoplasma dapat mengimbangi rantai elektron transpor mitokondrial dan
mereduksi piruvat menjadi laktat yang keluar dari sel untuk menyediakan
H2O, empat molekul NADH, dan satu molekul FADH2. NADH dan FADH2
kadar reduced gluthathione, Vit C dan Vit E yang rendah dan penanda stres
(termasuk radikal bebas dan anion superoksid) juga ditingkatkan oleh kadar
oksidatif mengakibatkan: (1) penurunan kadar NO, (2) merusak protein sel, (3)
terhambat.26
24
Gambar 9. Siklus Krebs26
Glukosa yang ada di dalam tubuh akan menghasilkan energi dan piruvat, kemudian piruvat
tersebut juga akan digunakan di dalam S iklus Krebs untuk dihasilkannya energi dan
NADPH dan FADPH2 yang pada akhirnya akan diteruskan ke sistem transpor elektron.26
Pengaruh peningkatan kadar gula darah dan asam lemak bebas terhadap
timbulnya resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas adalah melalui jalur
sebagai berikut.
glycation end products (AGEs) dan reseptor AGE (RAGE), protein kinase C
(PKC), dan jalur polyol.27-29 Penelitian paling jauh yang ada menemukan bahwa
target dari hiperglikemia, ROS, dan stres oksidatif adalah transkripsi dari
faktor NF-B yang memiliki peranan penting dalam respon imun dan inflamasi,
serta apoptosis sel. NF-B meregulasi banyak gen termasuk gen-gen yang
25
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa hiperglikemia awalnya
terhadap timbulnya sinyal-sinyal yang lain yang apabila menyebar ke sel atau
pembentukan ROS adalah awal dari timbulnya aktivasi jalur-jalur yang dapat
juga terdiri dari JNK/SAPK, p38 MAP kinase (p38 MAPKs) dan
ERKs (yang juga dikenal sebagai MAPKs) diaktivasi oleh mitogen34, sedangkan
JNK/SAPK
26
Gambar 10. Pengaruh peningkatan kadar gula darah dan asam lemak bebas terhadap
timbulnya resistensi insulin dan disfungsi sel beta pancreas.2
Peningkatan kadar glukosa darah dan asam lemak bebas secara kronik akan menyebabkan
terbentuknya ROS mitokondria yang dapat meningkatkan sorbitol, AGE, RAGE, DAG,
PKC yang mengakibatkan resistensi insulin, Sitokin dan protanoid yang menyebabkan
disfungsi sel beta pankreas.29,30
dan p38 MAPK diketahui teraktivasi oleh stress activated kinase. Stress
shock, radiasi sinar UV. JNK/SAPK juga berperan penting terhadap timbulnya
dengan pembentukan H2O2. Mekanisme yang sama juga terjadi pada aktivasi
jalur Hexosamine.35
diaktivasi oleh hiperglikemia dan ROS baik secara in vivo maupun in vitro.
Aktivasi kronik dari jalur transduksi sinyal diatas juga berperan terhadap
kaskade serine threonin kinase secara multipel dengan reseptor insulin (IR)
membran sel dan memperbaiki kerja insulin, sedangkan fosforilasi serine akan
Pada keadaan stres oksidatif, peningkatan IKK beta dan Ser/Thr stres kinase akan
mengakibatkan tidak terjadinya fosforilasi thyrosine dan digantikan oleh fosforilasi ser/thr
pada reseptor insulin, yang menyebabkan penurunan aktivitas insulin yang akan berujung
pada resistensi insulin.43
28
Pada gambar 11 dijelaskan bahwa aktivasi serine kinase pada stres
lainnya menimbulkan fosforilasi pada banyak target seperti reseptor insulin (IR)
dan atau IRS pada situs serine atau threonin (pS/T) akan menurunkan
Selain insulin dan reseptornya, target lain dari stres oksidatif adalah sel
beta pankreas. Sel ini yang paling bertanggung jawab dalam sekresi insulin
menyebutkan bahwa disfungsi sel beta pankreas adalah akibat dari paparan
kadar glukosa dan asam lemak bebas yang tinggi dalam jangka waktu yang
panjang. Hal ini diakibatkan oleh produksi ROS/RNS yang meningkat pada sel
beta pankreas. Sel beta pankreas sangat sensitif terhadap ROS/RNS karena
29
Pada sebuah penelitian, stres oksidatif yang ditimbulkan oleh produksi
apoptosis.45, 46
1. Radikal bebas
Dalam pencarian mereka menemukan elektron lain, radikal bebas sangat reaktif
dan menyebabkan kerusakan pada molekul sekitarnya. Namun, radikal bebas juga
berguna karena mereka membantu reaksi penting dalam tubuh kita dan dapat
dan bahan inovatif lainnya. Radikal bebas yang ada di tubuh manusia berasal
dari 2 sumber yakni endogen (dari dalam tubuh) dan eksogen (dari luar
tubuh). Eksogen yang berasal dari luar tubuh seperti polusi udara, radiasi UV,
sinar-X, pestisida dan asap rokok. Radikal bebas endogen adalah radikal bebas
yang berasal dari dalam tubuh sendiri seperti autoksidasi, oksidasi enzimatik
atom molekul atau senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron yang
30
Radikal bebas dapat terbentuk dalam tubuh saat bernafas sebagai hasil
terjadi peradangan, terpapar polusi lingkungan seperti dari asap rokok, kendaraan
akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Radikal bebas yang bersifat reaktif
I. Asap rokok
kerusakan alveoli paru. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil,
dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas dan radikal lain
31
sumber radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain itu,
tubuh.2,47
III. Radiasi UV
dengan rentang yang sangat lebar, tetapi yang masuk ke bumi dan
mendapat perhatian khusus adalah sinar ultra violet yang memiliki energi
cukup besar . Hal ini memicu bahkan menimbulkan radikal bebas dalam
IV. Pestisida
syaraf pusat.2 , 4 7
V. Obat-obatan
32
seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin). Komponen
dalam tubuh. Jika gaya olahraga semacam ini dilakukan dengan frekuensi
otot akibat dari gerakan-gerakan yang bersifat eksposif. Olah raga dengan
33
VII. Radiasi
gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan
VIII. Autooksidasi
merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan
peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat
asam hipoklor.2,47,48
34
X. Respiratory burst
I. Penyakit kronis
diperlukan antioksidan2,47,48.
DNA menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada
lesi pada susunan molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum
35
replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang
DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis. Radikal
penyakit kanker.56
serangan radikal bebas karena di dalam sel terdapat sejenis enzim khusus
c. Pencegahan
merokok. Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja
36
racun kimiawi ini dari tubuh melalui proses metabolism. Tetapi proses
berlebihan
sehingga memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Jika sudah merasa
setiap radikal bebas yang merusak. Ada beberapa pedoman dasar yang
37
berbahaya radikal bebas oksigen reaktif.47 Jika berkaitan dengan
kegiatan, bobot badan serta kondisi tubuh dan penyakit yang sedang
diderita.2,47
2. Antioksidan
a. Definisi
elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul
mencegah terbentuknya radikal bebas atau dengan mengikat radikal bebas dan
38
(Gambar 12. Antioksidan eksogen dan endogen)
b. Jenis Antioksidan
Sejenis polifenol
gula dan sangat mudah terhidrolisis atau mudah terlepas dari gugus
Vitamin C
oksidasi dalam tingkat keadaan rendah. Bila tidak ada logam, vitamin
Vitamin E
40
memperlambat proses penuaan pada arteri dan melindungi tubuh dari
Karotenoid
Katekin
flavonoid yang banyak terdapat pada teh hijau. Dalam ekstrak teh
dan kanker. Dalam daun kering, teh hijau terdapat sekitar 30-50 mg
flavonoid.56, 68
41
2. Antioksidan endogen
mikronutrien seperti selenium, besi, copper, zink, mangan untuk aktivitas katalisis
yang optimum.48
Bilirubin
Uric acid
Iron-dependent catalase
1. Polusi udara
Polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan
dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya. Polutan yang
42
ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds)
yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 m, bersumber dari
abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi
partikel sisa pembakaran. Partikel seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di
m) dan ultrafine (<0,1 m) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat
dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat
Pencemaran
ISPU Dampak Kesehatan Tindakan Pengamanan
Udara Level
0 50 Baik Tidak ada dampak kesehatan
101 199 Tidak Sehat Dapat menimbulkan gejala Menggunakan masker atau penutup
iritasi pada saluran pernafasan hidung bila melakukan aktivitas di luar
Bagi pernderita penyakit rumah
jantung, gejalanya akan Aktivitas fisik bagi penderita jantung
semakin berat dikurangi
200 299 Sangat Tidak Pada penderita ISPA, pneumonia, Aktivitas diluar rumah harus dibatasi
Sehat dan jantung maka gejalanya akan Perlu dipersiapkan ruang khusus untuk
meningkat perawatan penderitas ISPA,pneumonia
berat di RS, Puskesmas, dll
Aktivitas bagi penderita jantung
dikurangi
300 399 Berbahaya Bagi penderita suatu penyakit, Penderita penyakit ditempatkan pada
gejalanya akan semakin serius ruang bebas pencemaran udara
Orang sehat akan merasa Aktivitas kantor dan sekolah harus
43
Pencemaran
ISPU Dampak Kesehatan Tindakan Pengamanan
Udara Level
mudah Lelah menggunakan AC
>400 Sangat Berbahaya bagi semua orang, Semua harus tinggal di rumah dan tutup
Berbahaya terutama: balita, ibu hamil, orang pintu serta jendela
tua, dan penderita gangguan Segera lakukan evakuasi selektif bagi
pernafasan orang yang berisiko, seperti: balita, ibu
hamil, orang tua, dan penderita
gangguan pernafasan ke tempat/ruang
bebas pencemaran udara
menghasilkan CO2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaraan bermotor
merupakan radikal bebas yang berbahaya sekali untuk paru-paru. Disamping itu
terbentuknya radikal bebas akibat oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal
radikal OH, singlet oxygen O2, hypoclorus radical OCL, ozone O3.48
Senyawa ini jika masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi senyawa radikal
2. Asap rokok
Oksidan dalam rokok mempunyai peran yang cukup besar untuk terjadinya
meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup
berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain
seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada
dalam fase gas dan relatif stabil juga dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar
hydroquinone.2,47
Penelitian pada tikus yang terpapar asap rokok (satu batang rokok per lima
belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari tanpa perlakuan
penurunan aktivitas SOD. Hal ini dikarenakan keadaan stres akibat pemaparan
3. Sinar ultraviolet
disebut 200-400nm. Sinar UV memiliki energi yang cukup besar untuk dapat
bebas dalam tubuh terutama kulit. Sinar UV yang masuk ke bumi dibagi menjadi
45
dua yaitu: ultraviolet A (UV-A) dan ultraviolet B (UV-B).48
UV-A adalah radiasi pada daerah 320-360 nm. UV-A lebih mudah untuk
tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50% dari pemaparan UV-
UV-B adalah radiasi pada daerah 290-320 nm. Lebih besar energinya, dapat
dan dermis, dan sintesis vitamin D. Pemaparan kronis terhadap UV-B dapat
menghasilkan senyawa kimia baru seperti (6-4) DNA fotoproduk, radikal bebas
dan lain sebagainya. Absorbsi ini dan diikuti oleh konversi energi yang berperan
Senyawa ini setelah masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sitokrom
6. Radiasi
46
oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X dan sinar gamma) serta
radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan
seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama
sangat bahaya, melalui reaksi Haber-Weiss dan Feton. Logam Fe dan Cu akan
8. Obat-obatan
methotrexate, yang memiliki aktivitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal
9. Stres
yang jika berlebih dapat merugikan. Selain itu, kondisi stres juga akan memicu
47
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang
juga lemak tidak jenuh, artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom
C-nya. Adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang
Lemak hidrogenasi adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya telah
sel, sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi tidak
berarti.65
memproduksi estrogen 0,5 mg setiap harinya. Pada orang dewasa level estrogen
naik turun sesuai dengan siklus menstruasi. Estrogen bukan hanya sekedar
dimiliki oleh perempuan apabila tubuh mengalami stress, baik berupa psikis
tubuh keadaan tersebut yang dinamakan stress oksidatif. Jika stress oksidatif
berada dalam level puncak, maka tubuh memerlukan bantuan antioksidan dari
48
Glutamat plasma yang berlebih memicu penumpukan radikal bebas atau
GnRH, yang kemudian akan menyebabkan sekresi FSH dan LH juga menurun dan
12. Usia: 7
endogen.
49
adanya stres oksidatif. Sedangkan pada diabetes usia 50 60 tahun ditemukan
13. Olahraga
Terdapat tiga isoform SOD pada mamalia (SOD1, SOD2, SOD3). Dua
isoform tersebut terdapat diantara sel, sedangkan 1 isoform ditemukan pada ruang
interselular. Pembagian dari isoenzim SOD1 dan SOD2 bervariasi pada masing-
masing jaringan. Pada otot skeletal, 15-35% aktifitas total dari SOD terdapat di
mitokondria, dan sisanya sebanyak 65-85% terdapat pada sitosol. Pada otot
skeletal tikus, aktifitas SOD paling tinggi pada otot oksidatif yang mengandung
banyak serat tipe I dan IIa dibandingkan dengan otot yang mengandung volume
mitokondria yang sedikit.47,48 Aktifitas SOD pada otot skeletal tidak konstan dan
olahraga dapat meningkatkan kerja dari SOD sebanyak 20-112% pada otot-otot
yang dipakai saat berolah raga. Besarnya perubahan aktifitas SOD pada otot
skeletal yang dipicu oleh olahraga tergantung pada intensitas dan durasi dari
oleahraga yang dilakukan, dapat dilihat dari hewan yang diberi perlakuan untuk
aktifitas SOD pada serat-serat otot terdapat pada oot yang mengadung banyak
serat oksidatif. Hal ini dikarenakan serat-serat otot yang kaya akan serat oksidatif
digunakan lebih aktif pada saat olahraga dibandingkan dengan otot dengan jumlah
50
d. Hubungan antara DM dengan antioksidan
bahwa ada efek jangka panjang pada hasil klinis yang diawali dengan kontrol
yang merangsang produksi radikal bebas dan dengan demikian dapat menghambat
katalase.23,24,27
menghambat radikal bebas dengan fungsi secara umum sebagai buffer redoks, dan
glukosa dan perbaikan aksi insulin, serta menurunkan aktivitas enzim GPX.23,24,27
51
Nuttal menemukan penurunan status antioksidan total secara bermakna pada
penanganan stres oksidatif pada DM, antara lain penggunaan vitamin dan
segar yang memiliki manfaat antioksidan pada DM. Dalam beberapa penelitian
terakhir dinyatakan juga bahwa, beberapa obat yang rutin digunakan dalam terapi
vitamin dapat mengurangi stres oksidatif bagi penderita DM-1 baik kronis
maupun akut. Sebagian besar antioksidan dalam plasma dapat berkurang pada
52
Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada
hasil penelitian Centers for Disease and Prevention (CDC) kadar vitamin A,
vitamin E lebih rendah, tidak untuk konsentrasi vitamin C pada penderita diabetes
produksi sorbitol. Sorbitol adalah hasil sampingan metabolisme gula yang akan
jambu biji, cabe hijau, kecambah dan brokoli. Karena konsumsi vitamin C dapat
Stres oksidatif tidak hanya terkait dengan komplikasi diabetes, tetapi juga
dikaitkan dengan resistensi insulin in vitro dan in vivo. Resistensi insulin dan
penurunan sekresi insulin merupakan penyebab utama dari diabetes tipe 2. Ketika
glukosa dan asam lemak bebas (FFA) meningkat, mereka menyebabkan stres
oksidatif bersama dengan aktivasi jalur sinyal sensitif stres. Aktivasi jalur ini akan
memperburuk kerja insulin juga sekresi insulin yang mengarah ke DM tipe 2.49, 50
53
Mekanisme molekuler dimana stres oksidatif menyebabkan resistensi
kompensasi yang sesuai dari jaringan antioksidan endogen, sistem menjadi kacau
seperti NF-B, p38 MAPK, JNK/SAPK, PKC, AGE/RAGE, sorbitol, dan lain-
lain. Konsekuensinya adalah produksi produk gen seperti VEGF dan lain-lain
komplikasi jangka panjang dari diabetes. Selain itu, aktivasi jalur yang sama dapat
anion superoksida, kemudian diubah menjadi molekul yang kurang reaktif. Enzim
utama yang mengatur proses ini adalah superoksida dismutase (SOD), Glutation
SOD dianggap sebagai pertahanan lini pertama terhadap ROS. Enzim ini
hadir dalam hampir semua sel, dan mengubah O2 menjadi H2O2. Sebab H2O2
masih dapat bereaksi dengan ROS lainnya, H2O2 perlu didegradasi oleh salah satu
dari dua enzim antioksidan lainnya, GSH-Px atau katalase. GSH peroksidase
54
Katalase di sisi lain, terutama terletak pada peroksisom dan
menjadi air dan molekul oksigen. Ada juga mekanisme antioksidan nonenzimatik
H2O2 (juga superoksida) dari sel, tetapi dengan adanya pengurangan logam
transisi (Cu, Fe), dapat mengubah H2O2 menjadi OH, yang merupakan ROS yang
sangat reaktif.49,50
1. Asam -lipoat
tubuh pada pasien dengan T2D setelah infus intravena LA. Meskipun
mekanisme aksi yang tepat dari LA tidak diketahui, data in vitro telah
55
menunjukkan bahwa LA mempertahankan tingkat intraselular
oksidatif, dan blok aktivasi kinase serin yang terkait dengan resistensi
2. Glutathione
3. N-acetylcysteine (NAC)
56
mengangkat kadar glutathione intraseluler, mulai menarik perhatian
4. Vitamin C
jantung koroner.49,50.
57
oksigen reaktif (ROS), yang diproduksi bila terdapat pengurangan elektron
anion superoksida.47
oksigen dan hidrogen peroksida. Karena itu, enzim ini merupakan antioksidan
jawab terhadap terjadinya reaksi dismutasi ion superoksida pada SOD adalah inti
logam yang merupakan kofaktor protein SOD. Ion logam yang menjadi kofaktor
SOD pertama kali ditemukan pada tahun 1969 oleh J. McCord dan I.
58
eritrocuprein dan obat antiinflamasi Orgotein pada hewan. Brewer (1976)
dismutase atau indophenol oxidase. Pada manusia, terdapat 3 bentuk isozim SOD
yakni 3 jenis superoxide dismutase pada mamalia yang telah ditandai secara
biokimiawi dan molekular, yakni SOD 1 atau CuZn-SOD, SOD 2 atau Mn-
SOD, dan SOD 3 atau EC-SOD. Bentuk isozim SOD pada sitoplasma dan
cairan ekstrasel memiliki inti logam Cu dan Zn, sedangkan isozim SOD pada
pada tikus dan manusia. Susunan genom dari gen SOD 1 menunjukkan
14) pada spesies sapi dan kromosom 16 (regio 16B4) pada tikus.47
59
enzim ini pada Sindrom Down masih dipertanyakan. Sejak penemuan ini,
motor neuron yang disebabkan oleh mutasi pada SOD 1. Teori the
fenobarbital. 2,47
Ion logam adalah sumber poten untuk katalisis pada skala besar
dan produksi ROS dalam sel. Untuk menetralkan efek berbahaya mereka,
60
paru-paru dari guinea pig, tikus, dan kelinci. Peningkatan aktivitas
1 juga diatur dalam ginjal tikus di mana aktivitasnya meningkat 1,7 kali
aktivitasnya tetap tidak berubah. Pada tikus, pola ekspresi untuk SOD 1
dalam paru-paru dan otak selama penuaan, tetapi tidak ada perbedaan
Alasannya untuk perbedaan ini tidak jelas, tetapi hal ini mungkin
61
b. SOD 2 (Mn - SOD)
molekul subunit sekitar 23.000 Da. SOD ini terdapat eksklusif di dalam
fisik gen SOD 2 terdiri dari 5 ekson dan 4 intron (Gambar 15). Gen
region.47,51
Gen SOD 2 tidak memiliki efek pada terjadinya penyakit Parkinson atau
62
dengan peningkatan 1,5 kali lipat risiko kanker payudara pada populasi
penurunan 3 kali lipat dalam aktivitas enzim SOD 2 dan mengurangi efek
flanking region dari gen SOD 2. Ekspresi SOD 2 diatur tidak hanya
pada tingkat transkripsi, tetapi juga pada tingkat translasi oleh protein
63
tampaknya terkait dengan spesies yang spesifik. MRNA SOD 2
2 meningkat di akhir tahap kehamilan sebesar 2,2 dan 2,5 kali lipat
pada paru-paru dan ginjal tikus. Pada domba dan marmut percobaan,
janin. Pada manusia ekspresi profil SOD 1 dan SOD 2 terjadi hampir
dan merupakan tetramer yang mengandung tembaga dan seng yang secara
64
kali terdeteksi dalam plasma manusia, getah bening, asites, dan cairan
cerebrospinal.7
Pola ekspresi dari SOD 3 sangat terbatas pada jenis sel dan
SOD 2.47
kadar ekspresi SOD 3 telah didokumentasikan pada sel alveolar tipe II,
sel tubulus ginjal proksimal, sel-sel otot polos pembuluh darah, makrofag
paru-paru, dan beberapa barisan sel fibroblast yang dikultur. Hal yang
65
ditingkatkan oleh IFN- dan IL-1. TNF- dan IFN- tampak sebagai
oksida nitrat dalam sel endotel pembuluh darah tikus, dan akan
aorta tikus dan dalam kultur sel otot polos manusia melalui aktivasi
sel otot polos pembuluh darah jelas menurunkan regulasi ekspresi dan
dalam paru-paru kelinci yang prematur, usia 8 hari, 1 bulan, dan tahap
dewasa. Di saluran napas epitel dan sel endotel, lokalisasi SOD 3 jelas
sampai dewasa. Pada tingkat mRNA SOD 3 pada tikus telah terdeteksi
66
penting untuk perlindungan paru-paru janin terhadap lingkungan yang
tinggi oksigen setelah lahir. Pada manusia, kadar plasma dari SOD 3
dan zinc (bulatan jingga dan abu-abu) SOD 3 pertama kali terdeteksi
cerebrospinal.52
vaskular pada penderita DM. Semakin tinggi kadar EC SOD dalam darah,
67
berarti semakin besar komplikasi vaskular yang mungkin telah terjadi
terhadap enzim SOD itu sendiri.52,55 Proses glikasi non enzimatik yang
sulfat pada dinding endotel terhadap EC SOD. Oleh sebab itu maka EC
17). SOD diperlukan karena superoksida bereaksi dengan target seluler yang
sensitif dan kritis. Sebagai contoh, bereaksi terhadap radikal NO dan membuat
pada konsentrasi tinggi (misalnya 0,05 detik di 0,1 mM) sebenarnya cukup
68
panjang pada konsentrasi rendah (misalnya 14 jam pada 0,1 mM).2,23
6. Pemeriksaan SOD
Pengukuran SOD dapat berupa kadar SOD dalam plasma darah dan aktivitas
SOD. Kadar SOD mengukur seberapa banyak SOD baik dalam ekstraseluler
tingkat SOD yang aktif. Kadar SOD dapat diukur melalui metode ELISA dengan
69
antibody monoclonal dan juga metode spektrofotometri yang dibaca pada panjang
tetrazolium reduction (NBT). Metode NBT indirek lebih sering digunakan karena
menjaga pH dari sampel sehingga memastikan bahwa SOD dapat berfungsi secara
dalam pH yang dapat memengaruhi kerja dari SOD (tipe MnSOD).78,79 Namun
yang terbentuk dan interaksinya dengan xanthine oxidase yang tereduksi. Metode
kekurangan tersebut.78,79
aktivitas SOD di berbagai jenis sampel, dan semua jenis SOD baik intra maupun
ektraselular. Hasil akhir assay dinyatakan dalam U/ml. Satu unit SOD
reduksi NBT yang dicampur dengan ribloflavin pada suhu 25 C dan pH 7.8.
Setelah diambil, sampel diencerkan dalam pelaruh khusus tak berwarna, dan
70
dalam suhu ruangan selama 20 menit. Xantin Oksidase mengubah Oksigen
berwarna menjadi berwarna kuning. Lalu hasil akhir produk yang berwarna
kuning ini dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm. Bila
yang berujung pada penurunan produk yang berwarna kuning. Lalu aktivitas SOD
dikalkulasi dengan rumus dan program khusus dalam satuan U/ml. Satu unit SOD
dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
atau radikal bebas yang berlebihan dan memicu terjadinya stres oksidatif. Dengan
SOD sebagai antioksidan endogen dalam jumlah yang cukup. Stres oksidatif
yang semakin tinggi yang berdampak pada rendahnya aktivitas enzim SOD.
Penelitian oleh Sait Celik di tahun 2009 tentang kadar SOD, catalase,
dan Total antioxidant capacity yang dilakukan terhadap mencit dengan kondisi
71
parameter antioksidan tersebut. Dari penelitian ini dihipotesiskan penurunan
SOD oleh kondisi hiperglikemi itu sendiri.57 Bahkan menurut Michiels, hidrogen
peroksida sebagai radikal bebas juga merusak enzim antioksidan yaitu SOD.58
kerja DLBS- 3233 maka diharapkan glikasi tersebut tidak terjadi dan
SOD pada pasien DM tipe 2. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa kadar
kadar glukosa puasa, BMI, serta HOMA-R. Hanya saja obat yang diberikan
penelitian ini adalah Inlacin. Setelah pasien diberi pioglitazon, diukur kadar EC
72
SOD, adiponektin, serta TNF-. Data dari penelitian itu menunjukkan
stress oksidatif seperti TNF-alfa yang diinduksi hiperglikemi akan menurun dan
vaskular. Teori yang dikemukakan masih sama dengan penelitian Sait Celik,
diberikan heparin terhadap pasien DM, dan diukur lagi kadar EC SODnya.
SOD meningkat. Hal ini karena terbentuk ikatan EC SOD dengan endotel,
bebas yang merusak dinding pembuluh darah. Jika tidak terdapat gugus
heparin untuk berikatan, maka EC SOD tetap akan bebas dalam plasma tanpa
73
hasil penurunan kadar semua jenis antioksidan tersebut. Parameter yang
Asam Urat, dan Kadar Bilirubin Total. Semua parameter tersebut menurun
akan membaik, dan glikasi sebagai penghambat aktivitas SOD akan menurun
1 Sait Celik and Total 10 weeks old Penurunan SOD dan TAC
pemantau diabetes.
74
No Peneliti Judul Sampel Kesimpulan
of below1`1
not receive
insulin or
pioglitazone
75
No Peneliti Judul Sampel Kesimpulan
macrovascular enzyme-linked
complications immunosorbent
assay
superoxide women) of 22
dismutase to 69 years of
age
76
No Peneliti Judul Sampel Kesimpulan
Stres oksidatif
meningkatkan produksi
C. Tatalaksana DM Tipe 2
1. Non Farmakologi
meliputi6:
2. Farmakologi
1. Biguanid (Metformin).
komponen lain resistensi insulin yaitu pada lipid, tekanan darah, dan
78
plasminogen activator inhibitor (PAI-1). Pemberian metformin dapat
gangguan fungsi ginjal yang berat, gangguan fungsi hati, infeksi berat,
1. Sulfonilurea
fotosensitifitas,dan flushing.
79
2. Glinid (Repaglinid dan Nateglinid)
prandial.6, 64, 65
d. Penghambat DPP-IV
pada usia lanjut. Efek sampingnya adalah nasofaringitis, ISK dan sakit
kepala.
D. DLBS-3233
1. Definisi DLBS-3233
sebuah obat kombinasi ekstrak herbal yang terdiri dari Lagerstroemia speciosa
yang diperoleh dari Cianjur, Jawa Barat dan Cinnamomum burmannii yang
diperoleh dari Kerinci, Jambi, Indonesia yang dipercaya mempunyai efek anti
80
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. DLBS-3233
telah diteliti mekanisme kerja, efek, dan toksikologi dengan hasil kedua herbal
ini bekerja secara sinergis dalam perbaikan status resistensi insulin dan
tipe 2.8, 66
dapat menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal. Selain itu, terapi DM
perkiraan WHO, lebih dari 80% penduduk di negara berkembang tergantung pada
81
ramuan yang mujarab dan mudah diperoleh masih terbuka sangat lebar, mengingat
potensi tanaman obat Indonesia yang tinggi dan belum termanfaatkan semuanya.
Oleh karena itu penting untuk dilakukan penggalian informasi tentang obat-obatan
ilmiah.67
a. Langerstroemia speciose
penderita DM adalah ramuan dari daun Lagerstroemia speciosa atau daun bungur.
dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik berkaitan dengan aktivitas
menyebutkan bahwa senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus kemungkinan ada tiga kelompok yaitu, alkaloid, saponin, atau flavonoid. Liu
et al. berhasil menunjukkan secara in vitro bahwa senyawa aktif daun bungur
82
senyawanya. Hal ini kemudian dibuktikan oleh Hayashi et al. dengan mengisolasi
senyawa aktif tersebut. Setelah diteliti, ternyata diketahui senyawa aktif dalam
yang mirip dengan hormon insulin (insulin-like compound). Secara in vitro, tiga
reginin A memiliki kemampuan yang hampir sama dengan insulin. Dari uraian
tersebut terjadi melalui jalur yang sama dengan jalur kerja hormon insulin.67
83
Gambar 19. Mekanisme molekuler senyawa aktif daun bungur dalam meningkatkan transport
glukosa.67
Senyawa aktif dalam EADB berikatan dengan protein IR (Insulin Receptor) yang merupakan
reseptor spesifik untuk hormon insulin. Ikatan tersebut menyebabkan autofosforilasi-aktivasi Tyr
dan diikuti dengan fosforilasi Tyr residue. Reaksi tersebut menyebabkan aktivasi IRS (Insulin
Receptor Substrate), sehingga membangkitkan docking site dari molekul SH2-containing protein,
yaitu protein subunit p85/p110 pada PI 3-kinase. Dengan aktifnya docking site tersebut, maka
molekul PI 3-kinase menjadi aktif dan menghasilkan PIP3 (Phosphatidylinosiltol 3,4,5-
phosphate). PIP3 berikatan dengan PH-domain (Plekstrin Homology-domain) dari PDK-1 (PIP3-
dependent kinase-1) dan Akt (protein Ser/Thr kinase B). Reaksi ini menyebabkan PDK-1 dan Akt
menjadi aktif, menyebabkan translokasi protein GLUT-4. Protein inilah yang menjadi perantara
dalam mekanisme tranport glukosa.67
Setelah mencapai sel target misalnya sel adiposa, senyawa aktif dalam EADB
kinase yang terletak pada bagian intraseluler reseptor dan diikuti dengan
84
Receptor Substrate), sehingga membangkitkan docking site dari molekul SH2-
aktifnya docking site protein subunit p85/p110, maka molekul PI 3-kinase menjadi
dependent kinase-1) dan Akt (protein Ser/Thr kinase B). Reaksi ini menyebabkan
PDK-1 dan Akt menjadi aktif. Aktifnya molekul Akt, menyebabkan translokasi
protein GLUT-4. Protein inilah yang menjadi perantara dalam mekanisme tranport
glukosa.67
i. Meningkatkan glikogenesis
aktivasi enzim glikogen sintase. Aktivasi protein Akt oleh senyawa aktif
85
amilase. Pemecahan glikogen (glikogenolisis) membutuhkan kelompok
harus dihambat. 67
86
ini, Liu et al. membuktikan dengan mengkombinasikan perlakuan ekstrak
bahwa ada ataupun tidak ada hormon insulin, ekstrak daun bungur tetap
bahwa tidak ada hubungan yang sinergis ataupun antagonis antara hormon
receptor- / PPAR
87
b. Cinnamomum burmanii
Cinnamon (kayu manis) adalah pohon cemara kecil, dengan tinggi 10-15
meter atau 32,849,2 kaki, family Lauraceae. Tanaman ini tersebar di Asia
buahnya berwarna ungu berry dengan panjang satu sentimeter yang berisi satu
biji. Memiliki aroma karena cinnamon adalah minyak esensial aromatik yang
caryophyllene, E-nerolidol, dan cinnamyl asetate dilaporkan oleh Tung et al. juga
dan -Thujene1. Singh et al. melaporkan bahwa rasa pedas dan aroma berasal dari
cinnamaldehyde oleh karena penyerapan oksigen dalam jangka waktu yang lama,
menghasilkan rasa buah-buahan / sayuran serta pigmen merah / biru tanaman, dan
atas aroma minyak esensial yang terdiri dari isoprena yang memiliki satu unit
monoterpene dan dua unit isoprena. Coumarin paling banyak terdapat di rumput
antitrombotik, dan sifat anti-inflamasi. Alkaloid adalah senyawa yang terdiri dari
88
cincin heterosiklik dengan atom nitrogen, contohnya kafein, morfin, dan
nikotin.69,70
secara luas untuk meningkatkan rasa pada makanan dan minuman, memiliki efek
positif pada pengobatan diabetes karena bersifat seperti insulin. Beberapa uji
klinis melaporkan bahwa cinnamon dapat mengurangi kadar gula darah sampai
30% yaitu dengan cara meningkatkan penyerapan glukosa. Di mana hal ini dapat
Cinnamon digunakan secara oral untuk kondisi medis lainnya seperti diare,
dismenore, dan pencegahan mual, atau topikal dalam bentuk seperti semprotan
hidung dan pasta gigi. Cinnamon memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi,
Berbagai data menunjukkan asupan 500mg per hari selama 3 bulan dapat
menurunkan stres oksidatif dan menurunkan kadar gula darah puasa. Minyak
esensial dari cinnamon juga memiliki sifat antimikroba yang membantu dalam
89
(MHCP). Penelitian lain menunjukkan cinnamon dapat mencegah perkembangan
resistensi insulin dengan meningkatkan sinyal insulin dan melalui oksida nitrat
dalam jalur otot rangka. Kelompok peneliti menemukan bahwa asam fenolik,
komponen utama dari ekstrak cinnamon dapat menurunkan kadar glukosa darah
Mekanisme efek cinnamon pada glukosa darah dan lipid sudah terbukti.
Seperti yang telah diketahui, gejala resistensi insulin antara lain penurunan
aktivitas fosforilasi fosfatase dan seryl pada Insulin Receptor Substrate (IRS) oleh
glikogen sintase kinase-3 (GSK-3), juga telah terbukti terlibat dalam beberapa
sensitivitas insulin meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa ekstrak cinnamon
90
sensitivitas insulin oleh ekstrak cinnamon dapat memberikan manfaat antioksidan.
glikogen.71,72
pada studi secara in vitro maupun secara in vivo melalui peningkatan sensitivitas
insulin dan insulin signaling dengan meningkatkan aktivitas fosforilasi tirosin dan
merangsang insulin pada jalur transduksi melalui dua cara yang berbeda. Pertama,
4 (GLUT-4) yang terlibat dalam transportasi glukosa insulin. Hal ini menyatakan
91
Penelitian ini mengungkapkan potensi cinnamaldehyde untuk digunakan sebagai
agen alami, yang memiliki dua efek yaitu hipoglikemik dan hipolipidemik.
Adipocytes.68-72
terbukti memberikan efek klinis kontrol glukosa darah. Proses pembuatan DLBS-
3233 adalah dengan cara mengambil target gen atau target protein dari bahan aktif.
Target gen atau target protein ini akan mengalami serangkaian proses TCEBS
3233. Kombinasi dari kedua jenis bahan ini menghasilkan efek sinergis dalam
hal kontrol gula darah. Studi pra klinis menunjukkan bahwa DLBS-3233
peningkatan ekspresi PI3 Kinase, Akt, GLUT-4, PPAR-, dan PPAR- pada
mRNA yang diteliti di sel preadiposit tikus 3T3 Swiss Albino, 2) menurunkan
mRNA. Studi toksisitas akut, subkronik, dan teratogenik juga telah dilakukan
sekresi insulin dan adiponektin jalur sinyal di pre-adiposit tikus 3T3 Swiss Albino
diperiksa dalam studi pra klinis. Hasil studi menunjukkan bahwa DLBS-3233
92
terbukti mampu:8, 9
3. Meningkatkan Akt
transduksi sinyal insulin dan resistensi insulin pada tingkat mRNA di pre-
uptake, sekresi adiponektin dan insulin signaling pathway pada tikus 3T3
Swiss Albino. Komponen DLBS- 3233 yang larut dalam air mempunyai efek
PPAR- dan resistensi insulin pada tingkat mRNA pre-adiposit tikus 3T3
adipogenesis dan GLUT-4 yang memediasi transport glukosa yang diinduksi oleh
3233 juga meningkatkan P13-kinase yang berperan dalam mediasi aksi insulin
pada seluruh jalur signal transduksi insulin. DLBS- 3233 juga dapat
93
menginduksi ekpresi gen Akt dan translokasi GLUT-4 menuju membran sel.
Berikut ini adalah penjelasan hasil studi tentang kemampuan DLBS-3233, antara
lain:8-9
ekspresi PPAR- sebanyak 1,8 kali lebih besar dari sel kontrol. Di sisi lain,
bertindak sebagai ligan untuk PPAR- secara langsung. Dengan kata lain,
94
DLBS- 3233 dapat mengatur ekspresi PPAR- baik secara langsung
dalam mediasi aksi biologi insulin melalui IRS-1 studi pra klinis DLBS-
3233 mengukur aktivasi PI3 kinase sebagai aktivator insulin dalam jalur
lebih besar dari sel kontrol. Peningkatan tersebut bahkan lebih besar
keluarga Akt, yaitu Akt1, Akt2, dan Akt3. Akt2 merupakan molekul
ekspresi Akt terbesar pada sel 3T3 adalah 5g/ml. Konsentrasi tersebut
meningkatkan ekspresi Akt 1,5 kali lebih besar dari sel kontrol. Jumlah ini
95
sedikit lebih besar dibandingkan pioglitazone (0,02 uM), yang
tingkat mRNA)
GLUT-4 1,9 kali lipat lebih besar dari sel kontrol. Hasil ini menunjukkan
(1,25 kali lipat) dan insulin (1,35 kali lipat).8, 9 Berikut skema mekanisme
96
Gambar 20. Disfungsi adiposit berakibat terhadap kejadian resistensi insuln
Disfungsi dari adiposit akan mengakibatkan resistensi insulin yang dapat menurunkan
pengambilan glukosa oleh GLUT-4, menghambat glukoneogenesis dan memengaruhi DNA
DLBS-3233
(INSULIN SENSITIZER)
4. Farmakologi DLBS-3233
darah puasa, dan glukosa darah post prandial. Selain itu DLBS-3233 juga dapat
97
fosforilasi tirosin merangsang IRS mengaktifkan respon seluler
membran sel.
98
5. Hubungan DLBS-3233 dengan SOD
seharusnya terhadap insulin yang ada. Hal tersebut utamanya tidak disebabkan
karena kurangnya reseptor insulin pada sel secara kuantitas, tapi lebih disebabkan
(sintesis) dan juga translokasi dari GLUT, suatu faktor yang penting bagi
jaringan terhadap insulin. Hambatan utama adalah pada tahap 2, yakni pada tahap
ini terdapat peran penting dari PPARs, yang tidak mengalami aktivasi pada DM
tipe 2 terutama PPAR. PPAR merupakan nuclear receptor yang bila teraktivasi
akan berfungsi dalam proses transkripsi dan juga translokasi GLUT. Dampak
lebih jauh dari inaktivasi PPAR, tidak hanya pada tidak optimalnya fungsi GLUT
lipid. Secara normal, PPAR berperan tidak hanya dalam proses glikolisis,
glukoneogenesis, dan glikogenesis, tapi juga dalam proses fatty acid uptake,
lipogenesis, dan diferensiasi sel lemak. Inaktivasi PPAR memicu proses lipolisis
insulin. 75
99
Tahap 2 (post signaling) dari proses utilisasi glukosa dalam sel merupakan
proses setelah terjadi ikatan antara insulin dengan reseptor pada membran (IRS1
dan IRS2). Fase pertengahan ini merupakan suatu proses yang melibatkan banyak
senyawa protein dalam bentuk enzim, yang tujuan akhirnya adalah translokasi dan
kemudian aktivasi terhadap GLUT-4, suatu alat transportasi glukosa dari luar ke
dalam sel. Pada tingkat molekuler, resistensi insulin dapat disebabkan oleh defek
pada berbagai sistem enzim seperti PI3-kinase dan PKC (Gambar 22). 75
serine dan menurunkan aktivitas reseptor insulin dan juga IRS-1. Hiperglikemia
Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas yang berlebihan dan akan
memicu terjadinya stres oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal
diabetes, sehingga menyebabkan kadar gula darah semakin tidak terkendali. Selain
peningkatan kadar glukosa plasma, asam lemak bebas yang tinggi dalam serum
resistensi insulin melalui jalur gangguan pada aktivitas insulin reseptor kinase. 75
100
Gambar 23. Hubungan resistensi insulin dengan translokasi GLUT-4
Resistensi insulin menyebabkan terjadinya keadaan hiperglikemia yang berpengaruh pada IRS,
yang kemudian menghalangi sintesis dan translokasi GLUT-4. Hiperglikemia ini juga
meningkatkan produksi ROS yang mengaktifkan jalur proinflamasi (MAPK)75
glucolipotoxicity (Gambar 23). Kadar glukosa yang tinggi dalam sel, produksi
Glucolipotoxicity
101
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Sait Celik et al, didapatkan
sekresi insulin yang meningkat, akan mencegah glikasi non enzimatik terhadap
SOD, sehingga diharapkan aktivitas SOD tersebut akan meningkat.59 Dari ketiga
oleh kerja DLBS- 3233, diharapkan glikasi tersebut tidak terjadi dan aktivitas
darah akan membaik, stres oksidatif seperti TNF- yang diinduksi hiperglikemi
102
DLBS- TNF
3233
SOD
Penelitian pada manusia telah dilakukan, yaitu uji preklinik tahap I, II dan III
metabolik. Pada tahun 2010, Ketut Suastika dkk, melaporkan hasil signifikan
tahun 2012-2013 dengan pemberian DLBS 3233 sebagai terapi tambahan (add-on
therapy) pada pasien diabetes yang telah mendapat terapi OHO sebelumnya
menurunkan gula darah sewaktu dan gula darah post prandial secara bermakna.75
103
7. Efek samping
mempunyai efek toksik akut maupun sub kronik, juga tidak mempunyai efek
1. Hanya untuk penderita diabetes yang telah ditetapkan oleh dokter yang
104
BAB III
resistensi insulin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sindroma
metabolik yang disebabkan oleh obesitas sentral dan dislipidemi. Keadaan ini
sehingga terjadi penurunan asam lemak bebas dan resistensi insulin dapat
105
Gambar 26. Kerangka Teori
106
B. Kerangka Konsep
olahraga, usia, dan jenis kelamin akan memengaruhi hasil penelitian ini.
C. Hipotesis
1. Mayor
tipe 2 baru.
2. Minor
107
BAB IV
METODE PENELITIAN
controlled trial dengan rancangan parallel group pre dan post test design.
plasebo.
gaya hidup), akan dievaluasi pada awal minggu ke-0, dan minggu ke-12,
pengobatan.
108
Kelompok Perlakuan
Kunjungan ke Kunjungan ke
Subjek R 1 hari ke-0 3 minggu ke
penelitian 12
Kelompok Plasebo
Keterangan:
R = Randomisasi
1. Populasi Target
2. Populasi Terjangkau
Tengah.
3. Sampel Penelitian
109
E. Kriteria Egibilitas
1. Kriteria Inklusi
126 mg/dl, gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl atau A1c 6,5%
hipoglikemik.
f. Memiliki fungsi hati yang normal: ALT serum 2,5 kali nilai normal.
g. Memiliki fungsi ginjal yang normal: kreatinin serum <1,5 kali nilai
normal.
(informed consent)
2. Kriteria Eksklusi
mantap.
110
b. Subjek dengan gagal jantung kongestif simptomatik, Unstable Angina
c. Subyek dengan hipertensi tidak terkontrol, sistolik > 160 mmHg dan atau
h. Berpartisipasi dalam uji klinis lain dalam waktu 30 hari sebelum skrining.
F. Besar Sampel
Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus besar sampel tunggal untuk
estimasi proporsi suatu populasi, maka nilai Z dua arah adalah 1,96 dan Z
Z = 1.96
| (Z + Z)* s | 2 Z = 0.842
n1 = n2 = 2* | ------------------------------ |
| (X1-X2) | s= 1.39
= 2* | ------------------------------ |
| (X1-X2) | X1 = 5.36
= 33.6162
34
111
G. Cara Pengambilan Sampel
H. Variabel Penelitian
112
I. Definisi Operasional
Aktivitas SOD adalah aktivitas enzim Superoxide Dismutase yang terdapat di Kit dari Kamiya
serum yang merupakan antioksidan penting untuk mempertahankan sel terhadap (menggunakan metode
Cut-off aktivitas SOD pada pasien diabetes mellitus tipe 2: 144.0933.54 U/mg 6
2 DLBS-3233 mg Ordinal
113
No Definisi Operasional Cara Pengukuran Satuan Skala
Usia adalah jumlah tahun hidup subjek penelitian sejak lahir hingga saat data
diambil.
Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis Fisik, dan KTP Perempuan
dan anatomis
Kategori buruk bila melakukan olahraga < 3 kali seminggu selama < 20 menit.
114
No Definisi Operasional Cara Pengukuran Satuan Skala
Obesitas diukur dengan cara mengukur panjang lingkar pinggang (lp) pinggang dilepas, celana
dan SIAS
Pengukuran body mass/ indeks massa tubuh untuk menentukan status obesitas Berat badan (kg) Tinggi
badan2 (m)
koma
115
J. Alat dan Bahan
1. Alat/Instrumen Penelitian
2. Bahan
dilakukan pemeriksaan gula darah jam ke-0 dan 2 jam setelah puasa.
obat DLBS-3233.
116
K. Alur Penelitian
DM Tipe 2 Baru
Ya
Randomisasi
Aktivitas SOD 1
Peneliti Peneliti
memberikan memberikan
DLBS-3233 Plasebo
Aktivitas SOD 2
Data adalah berupa data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner
kepada dan oleh responden tentang recall diit dalam 3 hari pada awal penelitian
dan 3 hari sebelum penelitian berakhir, dan pencatatan aktivitas olahraga dalam 1
minggu pada awal dan akhir penelitian. Data primer lainnya didapatkan dari hasil
pemeriksaan sampel darah vena responden yang dilakukan pada awal dan akhir
penelitian.
M. Analisa Data
ii. Tahap II, data akan dianalisis secara bivariat, yaitu untuk mengetahui
iii. Tahap III, data akan dianalisis secara multivariat, untuk mengetahui
N. Etika Penelitian
Pasien DM tipe 2 baru, calon subyek penelitian telah diberikan penjelasan tentang
kondisi pasien. Pasien yang bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian telah
119
BAB V
HASIL PENELITIAN
di sebelah Selatan. Jumlah penduduk Desa Pekajangan sebanyak 9.523 jiwa, 4.760
sebagai pengrajin batik (60%), buruh (34%), sedangkan sisanya pegawai negeri
wiraswasta pada industri konveksi, hal tersebut digambarkan pada 725 tenaga
kerja yang ada di Desa Ambokembang, bekerja sebagai tukang jahit atau bordir
Kondisi angkatan kerja didominasi oleh penduduk usia 18-56 tahun yang
tidak tamat SD, yaitu 1.524 jiwa. Tamat SD sebesar 1.161 jiwa, tamatan SMP 351
jiwa, tamatan SMA sebesar 325 jiwa, dan tamatan perguruan tinggi sebesar 160
jiwa. Desa Pekajangan merupakan daerah yang secara demografis dan kultur
dan hanya dipisahkan oleh jalan raya. Alasan itulah yang menyebabkan Desa
120
B. Consolidated report of trial (consort)
responden cukup banyak yaitu 1814 orang. Penelitian di lapangan dimulai dengan
subyek tersebut dilakukan screening dengan TTGO dan didapatkan 385 responden
dengan TTGO positif dan tahap selanjutnya didapatkan 104 responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah calon subyek dipilih dilakukan
pemilihan sampel dengan cara random sampling yang berarti data seluruh calon
secara acak. Karena desain penelitian adalah double blind RCT, maka subyek
kelompok perlakuan, didapatkan ada 16 subyek yang dropout karena data yang
tidak lengkap, lost to follow up, dan kerusakan sampel. Dari kelompok plasebo,
didapatkan ada 18 subyek yang dropout karena data yang tidak lengkap, lost to
follow up, dan kerusakan sampel. Sehingga didapatkan jumlah 35 subyek untuk
untuk menentukan aktivitas SOD pre intervensi. Pada bulan Mei intervensi mulai
dilakukan dan diteruskan selama 3 bulan hingga bulan Agustus. Setelah masa 3
aktivitas SOD post intervensi. Kemudian data akhir dikumpulkan dan diolah
Kelompok perlakuan
n=35
Gambar 30. Rangkuman tahap pelaksanaan penelitian terangkai dalam skema penelitian
122
C. Karakteristik umum penelitian
orang, terdiri atas 58 orang perempuan (82.9%) dan 12 orang laki-laki (17.1%).
Dari distribusi usia didapatkan kategori usia 51-60 tahun merupakan kategori usia
terbanyak yaitu 37 orang (52.9%) diikuti kategori usia 41-50 sebanyak 28 orang
123
Grafik 1. A.Distribusi subyek penelitian menurut kategori jenis kelamin
B. Distribusi subyek penelitian menurut kategori usia
jumlah 29 orang (41.4%) diikuti dengan SMA 24 orang (34.3%) dan SMP 8 orang
(11.4%). Untuk pekerjaan, 53 orang (75.7%) bekerja pada ranah pekerjaan non-
PNS, 12 orang (17.1%) tidak bekerja, dan 5 orang (7.1%) sebagai PNS.
dan sebanyak 20 orang (28.6%) memiliki penyakit hipertensi. Untuk BMI terdapat
47 orang (67%) dengan BMI > 23 dan sebanyak 23 orang (32.9%) BMI < 23.
124
Grafik 3. A. Distribusi subyek penelitian menurut penyakit hipertensi
B. Distribusi subyek penelitian menurut BMI
lingkar pinggang > 90 cm dan perempuan dengan lingkar pinggang > 80 cm. Hasil
orang (28.6%) tidak berlebih. Dari 70 subyek, diketahui sebanyak 42 orang (60%)
125
D. Normalitas subyek penelitian pre-perlakuan
Uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak
Faktor perancu yang terdapat pada penelitian ini yaitu : usia, jenis kelamin, lingkar
pinggang, BMI, status diit dan status olahraga. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
menyatakan bahwa distribusi data faktor perancu usia tidak normal dengan nilai p
< 0.05, sementara data faktor perancu BMI dan status diit berdistribusi normal
dengan nilai p > 0.05. Faktor perancu jenis kelamin, lingkar pinggang dan status
olahraga tidak dilakukan uji normalitas karena skala data ketiga faktor perancu
(plasebo) yang mendapatkan edukasi gaya hidup (diit dan olahraga) dan plasebo,
serta kelompok perlakuan yang mendapatkan edukasi gaya hidup (diit dan
pre-perlakuan seperti usia, jenis kelamin, lingkar pinggang, status olahraga, BMI,
dan status diit disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menyatakan bahwa kedua
kelompok homogen.
126
Tabel 7. Homogenitas subyek penelitian pre-perlakuan berdasarkan kelompok
Kelompok
Karakteristik Subyek Penelitian p
Perlakuan (n=35) Plasebo (n=35)
Usia 50.56,90 53.36,13 0.12
Jenis kelamin
- Laki-laki 4 (11.4%) 8 (22.9%)
0.34*
- Perempuan 31 (88.6%) 27 (77.1%)
Obesitas sentral
- Tidak ada 9 (26.5%) 11 (31.4%)
0.79*
- Ada 26 (74.3%) 24 (68.6%)
BMI 27.855.27 26.625.03 0.32
Status diit 1567.3325.3 1521.5265.3 0.52
Status Olahraga
-Tidak 22(62.9%) 20(57.1%)
0.81*
-Ya 13(37.1%) 15(42.9%)
Aktivitas SOD pre-perlakuan 4.381.99 4.231.82 0.7
Keterangan:
Usia, BMI, dan status diit dinyatakan sebagai reratasimpangan baku
* Uji 2
Uji t-independent
Uji Mann-Whitney
menunjukkan hasil yang tidak bermakna sehingga tidak memengaruhi hasil akhir.
Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara distribusi jenis
(p=0.34).
(p=0.32). Demikian pula hasil uji statistik status diit dan status olah raga
127
Uji statistik terhadap aktivitas SOD pre-perlakuan antara dua kelompok
bahwa keadaan awal aktivitas SOD dalam keadaan homogen dan penelitian ini
Uji statistik yang dilakukan adalah uji t-independent karena skala data
berupa numerik dan distribusi data normal. Aktivitas SOD pre pada kelompok
perlakuan lebih tinggi dibanding kelompok plasebo, namun hasil uji statistik
aktivitas SOD post pada kelompok perlakuan lebih tinggi secara bermakna
dibanding kelompok plasebo (p= 0.03). Aktivitas SOD post pada kelompok
bermakna (p=0.001).
128
Kelompok
Aktivitas SOD P
Perlakuan (n = 35) Plasebo (n = 35)
Pre-perlakuan 4.37 1.99 4.23 1.82 0.7
Post-perlakuan 6.06 1.32 5.35 1.39 0.03
P 0.0001 0.001
kedua kelompok dapat dilihat lebih jelas pada Grafik 5 di bawah ini.
129
Aktivitas SOD post pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan
kelompok plasebo dan secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna dengan
nilai p = 0,0001
Analisis untuk melihat pengaruh usia terhadap aktivitas SOD post pada
skala data berupa numerik tetapi distribusi data tidak normal. Tidak
Untuk melihat pengaruh usia terhadap aktivitas SOD post pada kelompok
plasebo dilakukan dengan uji korelasi Pearson karena data berupa numerik
dan distribusi data normal. Tidak didapatkan hasil yang bermakna pula,
lanjut terhadap aktivitas SOD post. Dilakukan uji t-independent pada masing-
masing kelompok karena data berupa kategorik dan distribusi data normal.
data berupa kategorik dan distribusi data normal. Tidak didapatkan perbedaan
bermakna antara status olahraga terhadap aktivitas SOD post pada kelompok
Dilakukan uji korelasi Rank Spearman kembali pada variabel status diit
berupa numerik dan distribusi data tidak normal. Hasil uji statistik tidak
terhadap aktivitas SOD post pada kelompok perlakuan karena data berupa
131
numerik dan distribusi data tidak normal. Hasil uji statistik tidak
terhadap aktivitas SOD post karena data berupa numerik dan distribusi data
normal. Hasil uji statistik tidak memperlihatkan hasil yang bermakna, dimana
Spearman karena data berupa numerik dan distribusi data tidak normal
post (p=0.679). Pada kelompok plasebo dilakukan uji korelasi Pearson untuk
post karena data berupa numerik dan distribusi data normal. Tidak didapatkan
Pengaruh faktor perancu antara lain usia, jenis kelamin, status olahraga, status diit,
132
Tabel 9. Pengaruh faktor perancu terhadap aktivitas SOD post
Perlakuan (n=35) Plasebo (n=35)
Variabel
p P
Usia 0.872$ 0.200#
Jenis kelamin 0.502 0.273
Status Olahraga 0.555 0.421
Status Diit 0.883$ 0.189$
BMI post 0.312$ 0.670#
Obesitas sentral 0.198$ 0.861#
Keterangan :
#
Korelasi Pearson.
$
Korelasi Rank Spearman.
Uji t-independent
Selain melihat pengaruh dari faktor-faktor perancu di atas, pada penelitian ini
terhadap kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam pp dan HbA1C. Hal ini
H. Pemeriksaan kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam pp, dan HbA1C
Kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam pp, dan HbA1C pre-perlakuan
Tabel 10. Kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam pp dan HbA1C subyek penelitian
Kelompok
Karakteristik Subyek Penelitian Perlakuan Plasebo p
(n=35) (n=35)
Kadar gula darah puasa
- Pre-perlakukan 110,733,39 115,838,33 0,6
- Post-perlakukan 106,938,02 122,975,71 0,4
p (pre vs post) 0,2 0,9
Kadar gula darah puasa 1,832,38 - 6,856,84 0,9
Gula darah 2 jam pp
- Pre-perlakukan 190,478,78 194,065,32 0,8
- Post-perlakukan 145,2 71,17 179,986,16 0,07
p (pre vs post) 0,01 0,1
Gula darah 2 jam pp 42,462,43 13,060,03 0,1
HbA1C
- Pre-perlakukan 6,90,93 6,91,27 0,9
- Post-perlakukan 6,41,15 6,61,22 0,4
133
Tabel 10. Kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam pp dan HbA1C subyek penelitian
Kelompok
Karakteristik Subyek Penelitian Perlakuan Plasebo p
(n=35) (n=35)
p (pre vs post) 0,01 0,1
HbA1C 0,51,06 0,31,55 0,6
Keterangan:
Uji T-Independent
Uji Mann-Whitney
Uji T-Paired
Uji Wilcoxon
Kadar gula darah puasa pre-perlakuan pada kelompok plasebo adalah lebih
perbedaan tersebut adalah tidak bermakna (p=0.6). Kadar gula darah puasa post-
namun hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut juga tidak bermakna
134
Grafik 6. Kadar gula darah puasa dari saat pre-perlakuan sampai dengan post-perlakuan
pada kelompok plasebo (n=35) dan kelompok perlakuan (n=35)
kecenderungan penurunan kadar gula darah puasa. Kadar gula darah puasa post-
namun hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut adalah tidak bermakna
(p=0.9). Pada kelompok perlakuan dijumpai kadar gula darah puasa post-
perlakuan yang lebih rendah dibanding pre-perlakuan, namun hasil uji statistik
135
Pada Grafik 7 tampak pada kelompok perlakuan post-perlakuan terjadi penurunan
kadar glukosa darah puasa, namun demikian perbedaan tersebut adalah tidak
peningkatan gula darah puasa, namun demikian perbedaan tersebut juga tidak
bermakna (p=0.9).
Pada Tabel 10 tampak kadar gula darah 2 jam pp pre-perlakuan pada kelompok
plasebo lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan, namun hasil uji statistik
menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0.8). Kadar gula darah 2 jam
(Grafik 8).
136
Grafik 8. Perubahan kadar gula darah 2 jam pp dari saat pre-perlakuan sampai dengan
post-perlakuan pada kelompok perlakuan (n=35) dan kelompok plasebo (n=35)
perlakuan adanya kecenderungan penurunan kadar gula darah 2 jam pp, namun
perlakuan lebih besar dibanding pada kelompok plasebo. Pada Tabel 15 tampak
kadar gula darah 2 jam pp post-perlakuan pada kelompok plasebo lebih rendah
137
Pada Grafik 9 baik pada kelompok perlakuan maupun plasebo terjadi
penurunan kadar gula darah 2 jam pp. Pada kelompok perlakuan terjadi penurunan
Kadar HbA1C
plasebo dan kelompok perlakuan kurang lebih sama. Hasil uji statistik
Perlakuan
Plasebo
Grafi
k 10.
Perub
ahan
kadar
HbA
1C
darah
dari
saat
pre-
perla
kuan
samp
ai
denga
n
post-
perla
kuan pada kelompok plasebo (n=35) dan kelompok perlakuan (n=35)
138
Pada Grafik 10 tampak pada kelompok plasebo maupun kelompok
besar dibanding kelompok plasebo. Pada Tabel 10 tampak kadar HbA1C darah
namun hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0.1).
Pada kelompok perlakuan dijumpai kadar HbA1C darah post-perlakuan yang lebih
(p=0.1).
139
BAB VI
PEMBAHASAN
memiliki demografi yang serupa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manfaat
DLBS-3233 100 mg/hari terhadap aktivitas SOD serum penderita DM tipe 2 baru.
Skrining dengan TTGO dilakukan pada 1814 penduduk untuk menjaring penderita
DM tipe 2 baru dan didapatkan 104 subjek penelitian. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Djoko Moeljanto dkk dimana hanya subyek
perempuan yaitu 58 orang (82.9%) dan laki-laki 12 orang (17.1%) hal ini berbeda
persentase sebanyak 52.9%, diikuti oleh usia 41-50 sebanyak 40% hal ini sejalan
2 yaitu sebesar 41.4% diikuti dengan SMA 34.3%, hal ini bertolak belakang
dengan hasil RISKESDAS dimana diketahui strata pendidikan paling banyak yang
PNS yaitu sebesar 75.7%. Hal ini sesuai dengan demografi penduduk yang
mayoritas bekerja sebagai pengrajin batik, buruh, tukang jahit atau bordir untuk
usaha konveksi.
Mayoritas sampel penelitian ini tidak memiliki status hipertensi, hal ini
sesuai dengan RISKESDAS bahwa prevalensi hipertensi lebih banyak terjadi pada
penduduk di kota daripada desa. Hal ini berkaitan dengan perbedaan gaya hidup
Pada penelitian ini didapatkan hasil BMI lebih dari 23 lebih banyak
daripada BMI di bawah 23. Hal ini sesuai dengan data dari RISKESDAS bahwa
tidak mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir penelitian dan dapat diabaikan.
translokasi GLUT-4 yang baru 4) meningkatkan ekspresi gen dari PPAR- dan
ROS, PKC-, dan PKC-, fosforilasi serin dan meningkatkan fosforilasi tirosin,
yang kemudian akan menurunkan resistensi insulin. Pada keadaan ini dapat terjadi
DLBS-3233 pada pasien DM tipe 2 efektif dalam menurunkan GDPP, kadar A1C,
kolestrol total, LDL dan kadar Triglyceride. Penelitian pada manusia sudah
dilakukan, sebagaimana yang dilaporkan oleh Ketut Suastika dkk, pada naive type
142
2 diabetes, pada tahun 2010 namun penelitian untuk mengetahui pengaruh
aktivitas SOD melalui pemberian DLBS-3233 belum diketahui dan belum pernah
dilakukan terhadap manusia, sehingga penelitian ini dapat dianggap sebagai suatu
akan terjadi peningkatan jumlah ROS sehingga terjadi stress oksidatif. Hal ini
endogen dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi ROS yang beredar. Stres
oksidatif yang semakin tinggi juga berdampak pada rendahnya aktivitas enzim
Hal ini dikenal juga sebagai penurunan mekanisme protektif antioksidan.6 Apabila
kadar SOD dalam tubuh rendah, antioksidan eksogen dapat digunakan untuk
endogen dapat pula berfungsi sebagai tanda tingginya stress oksidatif dalam
tubuh, oleh karena itu akan lebih baik jika sebelum diberi antioksidan eksogen,
kadar SOD diukur terlebih dahulu untuk menentukan perlu atau tidak diberi
antioksidan eksogen.6,54
menyimpulkan bahwa penurunan SOD dan TAC pada diabetes yang termonitor
dapat berfungsi sebagai pemantau diabetes. Penelitian oleh Hisalkar di tahun 2012
143
didapatkan kadar berbagai antioksidan yang menurun kadarnya pada pasien DM
bermakna. Data ini mencerminkan bahwa keadaan awal dari penelitian ini dalam
hubungan yang bermakna antara pemberian zat DLBS-3233 dengan aktivitas SOD
post-perlakuan. Hal ini sesuai dengan teori pada hipotesis nol dan alternatif yang
data menjadi lebih beragam. Peningkatan aktivitas SOD pada kelompok perlakuan
peningkatan tersebut murni merupakan efek dari pemberian DLBS-3233. Hal ini
DLBS-3233. Peningkatan SOD juga dapat diamati pada kelompok yang diberi
plasebo, hal ini karena efek plasebo menyebabkan peningkatan pada opioid
endogen yaitu -endorfin yang diproduksi oleh sistem limbik yang selanjutnya
subyek.78
144
SOD merupakan indikator aktivitas oksidasi di dalam sel. Apabila kadar
SOD meningkat di luar sel menandakan SOD telah bekerja mencegah terjadinya
peningkatan SOD juga dapat diamati pada kelompok yang diberi plasebo, namun
peningkatan aktivitas SOD pada kelompok perlakuan lebih tinggi dan secara
statistik bermakna.79
a. Usia
penelitian ini, dapat dilihat mayoritas terdiri dari usia 51-60 tahun
b. Jenis kelamin
c. Lingkar pinggang
plasebo post-perlakuan.
d. BMI
e. Status diit
f. Status olahraga
147
F. DLBS-3233 dengan Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 Jam PP dan
HbA1C
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kadar gula darah puasa pada
bermakna (p=0.2). Kadar gula darah puasa pada kelompok plasebo sebaliknya
itu, pada kelompok perlakuan terdapat penurunan gula darah 2 jam pp yang secara
darah 2 jam pp yang secara statistik tidak bermakna (p=0.1). Kadar HbA1C pada
menurunkan kadar gula darah puasa walaupun secara statistik tidak bermakna
serta menurunkan kadar gula darah 2 jam pp dan HbA1C yang secara statistik
bermakna. Penurunan kadar gula darah puasa yang secara statistik tidak bermakna
ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa efek insulin sensitizer DLBS
dapat menurunkan kadar gula darah puasa. Namun penelitian yang dilakukan
gula darah puasa, 2 jam pp dan HbA1C secara signifikan pada pemberian DLBS
148
G. Keterbatasan Penelitian
149
BAB VII
A. Kesimpulan
SOD pada pasien diabetes mellitus tipe 2 baru secara bermakna dibanding
kelompok plasebo.
2. Faktor perancu seperti usia, jenis kelamin, status diit, status olahraga,
B. Saran
mellitus tipe 2.
150
4. Rentang penelitian perlakuan DLBS-3233 dapat dilakukan dalam waktu
lebih panjang (lebih dari 3 bulan) untuk mendapatkan efek jangka panjang
151
DAFTAR PUSTAKA
B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009:1880-3.
2. McCord JM, Fridovich I. Superoxide dismutase: the first twenty years (1968-
Jakarta: FKUI;2005:1-4.
dan strategi pengelolaan. In: Sudoyo A.W SB, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu
6. Hisalkar PJ, Patne AB, Fawade MM, Karnik AC. Evaluation of plasma
13. Sukandar EY, Sigit JI, Adnyana IK. Study of acute, subchronic toxicity and
2008.
14. Karam JH, German MS. Pancreatic Hormone and Diabetes Mellitus. In:
Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic and Clinical Endocrinology, 7th ed.
2007:133-7.
20. Krans HM. Insulin resistance and metabolic syndrome. In: Adi S,
Tjokroprawiro A, editor. Naskah lengkap The Mets- The 3rd stage of obesity
21. McGarry JD. Banting lecture 2001: dysregulation of fatty acid metabolism in
23. Rosen P, Nawroth PP, King G, Moller W, Tritschler HJ, Packer L. The role
24. Dias IHK, Griffiths HR. Oxidative Stress in Diabetic circulating advanced
glication and prroducts (AGEs), lipid oxidation and vascular disease. Life and
Health sciences;2011:1-3.
http://homepage.smc.edu/wissmann_paul/physiology/krebscycle.html.
27. Giacco FMB. Oxidative Stress and Diabetic complications. Cirs Res 2010;
154
107 (9):1058-70.
Diabetes 2001;50:2792-808.
Nature 2000;404:787-90.
31. Ho FM, Lin WW, Chen BC, et al. High glucose-induced apoptosis in human
Signal 2006;18:391-9.
32. Begum N, Ragolia L. High glucose and insulin inhibit VSMC MKP-1
Physiol 2000;278:C81-91.
14.
36. Reaven GM. Insulin resistance and its consequences: type 2 diabetes mellitus
and coronary heart disease. In: LeRoith D, Taylor SI, Olefsky JM, editor.
37. Srivastava AF, Posner B, Insulin action. Canada: Spinger Sciences; 2012
:172-83.
diabetes mellitus. In: LeRoith D, Taylor SI, Olefsky JM, editor. Diabetes
Wilkins; 2000:604-15.
2000;49:27-9.
and insulin resistance. In: Packer L, Rosen P, Tritschler HJ, King GL, editor.
302.
41. Maddux BA, See W, Lawrence JC, Jr., Goldfine AL, Goldfine ID, Evans JL.
2001;50:404-10.
43. Packer L, Rosen P, Tritschler HJ, King GL, Azzi A. Antioxidants in diabetes
156
management. New York: Marcel Dekker; 2000. p.1-13.
44. Jacob S, Lehmann R, Rett K. Oxidative stress and insulin action: a role for
38.
45. Blair AS, Hajduch E, Litherland GJ, Hundal HS. Regulation of glucose
Science 2001;293:1673-7.
47. Zelko IN, Mariani TJ, Folz RJ. Superoxide dismutase multigene family: a
(SOD3) gene structures, evolution, and expression. Free Radic Biol Med
2002;33:337-49.
49. Evans JL. Antioxidants: Do they have a role in the treatment of insulin
50. Mejia CF, Monroy M. Oxidative Stress in Diabetes Mellitus and the Role Of
51. Cao X, Antonyuk SV, Seetharaman SV, et al. Structures of the G85R variant
2008;283:16169-77.
157
52. Antonyuk SV, Strange RW, Marklund SL, Hasnain SS. The structure of
Udayana;2009:1.
56. Yuan G, Adhikary G, McCormick AA, Holcroft JJ, Kumar GK, Prabhakar
58. Arthur JR. The Glutathione peroxides. 2000: 1825-1835. Cell Mol Life
7.
63. Nugroho KH. The Role of Metformin in Prevention and Treatment of Type 2
67. Abduo H. Cinnamon Use for Type 2 Diabetes Management. Daman Drug
Info 2014;2:1-5.
159
68. Al-deen A. Antioxidant, Antidiabetic and Lipid Lowering Effect of
2011;10:33-48.
71. Khan A. Cinnamon Improves Glucose and Lipids of People With Type 2
77. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 [internet]. 2013 [cited 2015 Feb 28].
78. Allen RG, Tressini M,2000. Oxidative stress and gene regulation. Free
80. Pusparini. Obesitas sentral, sindroma metabolik dan diabetes mellitus tipe
161
Lampiran 1 ETHICAL CLEARANCE
162
Lampiran 2
KEPADA RESPONDEN
Saya (dr. Diana Novitasari, Sp. PD) sedang melakukan penelitian yang bertujuan
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 baru, Bapak/Ibu/Saudara terpilih ikut serta
kurang lebih 1 hari dengan tindakan berupa pengambilan darah. Darah yang
diambil kurang lebih 5 cc. Selain pemeriksaan darah juga dilakukan pemeriksaan
Manfaat yang akan diperoleh adalah dapat mengetahui pengaruh dan dosis
Risiko yang akan dialami akibat pemeriksaan ini adalah rasa sakit pada
saat pengambilan darah seperti pada pemeriksaan rutin pasien. Jika mengalami
risiko tersebut peneliti bertanggung jawab untuk membantu dalam hal pengobatan.
Atau
HP 0811276280
164
Lampiran 3
PENGERTIAN FFQ
Makanan) adalah Salah satu metode diitary assesment dalam konteks individu
yang mencatat frekuensi individu terhadap beberapa jenis makanan (<100) dalam
makanan tertentu dalam pertanyaan per hari (minggu atau bulan) selama
165
4. FFQ sering dirancang untuk mendapatkan informasi tentang aspek-aspek
tertentu dari diit, seperti lemak makanan atau vitamin tertentu atau mineral
5. Kuesioner ini terdiri dari daftar sekitar 100 atau lebih sedikit makanan
6. FFQ biasanya dikelola sendiri dan karena itu dirancang mudah untuk
7. FFQ sering mengandalkan asumsi tentang ukuran porsi dan dibatasi oleh
jumlah detail yang layak untuk disertakan dalam kuesioner. Hal ini
periode itu.
JENIS FFQ
keragaman makanan).
166
Frekuensi kategori respons penggunaan : harian, mingguan,
bulanan, tahunan.
yang dipilih.
FFQ KUALITATIF
167
mereka biasanya mengkonsumsi setiap item makanan (kelompok makanan
hari (D), mingguan (W), bulanan (M), tahunan (Y), jarang / tidak pernah
(N).
setiap item makanan yang dipilih, dan mencatat jumlah setiap kali item
Tempe
Tahu
Kacang kedelai
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam
tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang di
1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada
169
Lampiran 4
K-ASSAY SOD Activity Kit ini mengukur secara kuantitatif aktivitas SOD di
berbagai jenis sampel, dan semua jenis SOD baik intra maupun ektraselular.
Untuk mengukur konsentrasi SOD pada sampel, alat ini mencakup seperangkat
kalibrator. Kalibrator adalah pengujian pada saat yang sama sebagai sampel dan
kalibrasi.
170
PRINSIP
yang disebut qualitatif sandwich immunoessay. Microtiter plate tersedia pada alat
ini setelah pra-dilapisi dengan spesifik antibodi polyclonal untuk SOD. Kalibrator
atau sampel yaitu dengan ditambahkan ke mikrotiter plate wells dan SOD saat
sekarang, akan mengikat antibodi pra-dilapisi dengan baik. Pada urutan untuk
sandwich SOD bergerak pada plate. Microtiter plate mengalami inkubasi, dan
setelah baik sepenuhnya lalu dicuci untuk menghilangkan semua komponen yang
baik. Enzim (HRP) dan substrat dibiarkan bereaksi selama masa inkubasi yang
singkat. Hanya yang naik yang mengandung SOD dan enzim yang terkonjugasi
dengan penambahan larutan asam sulfat dan perubahan warna diukur dengan
KOMPONEN
Reagent Jumlah
Kalibrator 1 (0 g/mL) 1
Kalibrator 2 (1 g/mL) 1
171
Kalibrator 3 (2.5 g/mL) 1
Kalibrator 4 (5 g/mL) 1
Enzim Conjugate 1 x 10 Ml
Substrate A 1 x 6 mL
Substrate B 1 x 6 mL
Stop Solution 1 x 6 mL
Penyimpanan
Semua reagen yang tersedia dijual pada 4C. Lihat tanggal kadaluarsa pada tabel.
Serum
Hapus serum dan assay segera atau aliquot dan sampel pada -20C atau -80C.
Plasma
yang dijual pada -20C atau -80C. Hindari pengulangan siklus membeku-
mencair.
172
Cairan kultur sel dan cairan biologi yang lain
Hapus partikel dengan sentrifus dan essay segera atau aliquot dan sampel pada -
PERSIAPAN REAGEN
Bawa semua komponen kit dan sampel ke temperatur ruangan (18-25C) sebelum
digunakan.
Cairan Pembersih
air diionisasi dan disuling atau dipersiapkan 1000 mL cairan pembersih (1x).
BAHAN TAMBAHAN
plastik yang sekali pakai. (pipet yang berjenis multi-channel untuk tes besar).
5. Inkubator 37C.
6. Kertas absorbent.
8. Analisa data dan grafik softwere. Kertas grafik : linear (Cartesian), log-log or
173
PROSEDUR ASSAY
1. Menjamin aman nomor yang dikehendaki dilapisi dengan baik untuk ditahan
kemudian ditambahkan 50L dari kalibrator atau sampel untuk yang sesuai
dibawah ini :
menghisap isi dari wadah ke westafel atau wadah limbah yang tepat.
dan setelahnya isinya dihisap dari wadah ke wesatfel atau wadah limbah
yang tepat. Ulangi prosedur ini lima kali dari lima kali pembersihan.
ke kertas penyerap atau kertas handuk hingga tidak ada air yang muncul.
Catatan : tahan bagian sisi wadah dengan kuat saat mencuci untuk
secara lengkap pada setiap langkah sangat penting untuk kinerja yang baik.
b. Mencuci secara otomatis : cuci wadah lima kali dengan mencairkan cairan
Tutup dan inkubasi selama 15 menit pada suhu 20-25C. (terhindar dari sinar
matahari)
baik.
plate segera.
HASIL PERHITUNGAN
(450nm) untuk setiap kalibrator axis vertikal (Y) terhadap konsentrasi axis
horisontal (X), dan menggambarkan kurva yang baik pada titik grafik.
sempel. Semua nilai O.D. dikurangi dengan nilai rata-rata kontrol blank
175
sebelum diinterpretasikan. Membentuk kurva kalibrasi menggunakan kertas
3. Untuk menentukan setiap sampel, lokasi pertama nilai O.D. pada axis Y dan
4. Banyak variasi di operator, pipetting dan teknik mencuci, waktu inkubasi atau
temperatur, dan waktu alat dapat menyebabkan variasi pada hasil. Masing-
mendeteksi SOD. Tidak signifikan reaksi silang atau interferensi antara SOD
untuk kita melengkapi deteksi reaksi silang antara SOD dan semua analog,
Satu unit SOD didefinisikan sebagai jumlah enzim yang menyebabkan 50%
inhibisi terhadap Nitro blue Tetrazolium (NBT) yang dicampur dengan riboflavin
SENSITIVITAS
176
Lampiran 5 Evaluasi aktivitas SOD
ABSTRAK
kerusakan oksidatif pada biomolekul. Agen ini dapat berupa enzimatik, non-
radikal untuk membentuk hidrogen peroksida, yang kemudian diubah menjadi air
ini, elemen tambahan seperti selenium, tembaga, seng, dan mangan, komponen
diabetes. Ada sejumlah faktor yang memengaruhi status oksidatif individu yang
meliputi jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, status merokok, diet, tingkat
aktivitas fisik, dan kekuatan mekanisme pertahanan. Oleh karena itu, penelitian ini
PENDAHULUAN
Antoksidan enzim adalah protein endogen yang bekerja dalam kombinasi untuk
melindungi sel dari kerusakan akibat spesies oksigen reaktif (ROS). Peningkatan
kadar produk dari kerusakan oksidatif lipid dan protein telah terdeteksi dalam
vitamin di kedua diabetes tipe 1 dan tipe 2 (Lapolla et al, 2007;. Lodovici et al,
2008;. Likidlilid et al, 2010;. Al-Rawi, 2011 ). Hiperglikemia, ciri dari kondisi
yang memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan semua molekul biologis seperti
lipid, protein, karbohidrat, DNA dan memberi efek sitotoksik pada komponen
seluler (Dincer et al., 2002 ). Dengan demikian, peningkatan ROS dan gangguan
178
pertahanan antioksidan berkontribusi untuk inisiasi dan perkembangan komplikasi
mikro dan makrovaskular pada penderita diabetes (Ceriello et al, 1998;. Ceriello
1999). Untuk mengontrol peroksidasi lipid, terdapat sistem pertahanan yang terdiri
dari enzim antioksidan yang memainkan peran penting dalam pemulungan ROS.
kerusakan organel sel dan stres oksidatif. Banyak laporan yang tersedia berkaitan
dengan stres oksidatif dan status antioksidan dari pasien diabetes tipe 2 (Giugliano
et al, 1995, 1996;. Takakura, 1998;. Piarulli et al, 2009). Beberapa studi telah
antioksidan enzimatik pada diabetes tipe 2 (Lodovici et al, 2009;. Likidlilid et al,
2010;. BIGAGLI et al, 2012.), Tetapi tidak ada data yang cukup mengenai status
aktual dari enzim antioksidan pada pasien diabetes. Oleh karena itu, penelitian ini
dismutase (SOD) dan glutathione peroxidase (GPx) - pada diabetes tipe 2 pada
berbagai aspek.
METODE PENELITIAN
Pemilihan sampel
Penelitian ini melibatkan 120 pasien yang menderita diabetes tipe 2 setelah
179
pemeriksaan klinis dan dikonfirmasi diagnosis oleh dokter di ACPM Medical
College & Hospital, Dhule (Maharashtra). Informasi dasar dari usia, pekerjaan,
puluh orang sehat non-diabetes normal hati-hati dipilih sebagai kontrol. Mereka
usia dan jenis kelamin yang serupa, tidak gemuk, tidak cenderung, aktif secara
fisik, dan kadar glukosa darah puasa mereka berkisar 70-100 mg%. Semua pasien
berada dalam kelompok usia 30-72 thn dari kedua jenis kelamin dan sebanding
dengan kelompok kontrol. Di sini, tidak ada pasien dan subjek kontrol mengambil
suplemen makanan seperti vitamin atau mineral. Sebuah informed consent dari
Metode
Analisis statistik
Data dinyatakan sebagai mean SD. Signifikansi statistik dievaluasi dengan tes t.
Perbedaan dianggap signifikan pada p <0,05. Korelasi antara parameter yang diuji
HASIL PENELITIAN
180
Tabel 2. Karakteristik pasien diabetes dan kontrol
Pasien Diabetes tipe 2 Kontrol (n = 120)
(n = 120)
Jenis kelamin (L/P) 72/48 68/52
Usia (tahun) (mean SD) 44.74 8.95 46.11 8.70
Lelaki 43.45 9.10 46.50 9.09
Perempuan 46.66 8.46 45.61 8.21
Perokok 17/72
Peminum alkohol 8/72
Hipertensi 46/120
GDP(mg/dl) 168.14 62.06* 89.16 17.59
Malondialdehyde (nmol/ml) 5.06 1.05* 2.69 1.10
KESIMPULAN
Perubahan dalam SOD plasma dan GPx di tipe 2 pasien diabetes menunjukkan
menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, status merokok, diet,
181
digunakan sebagai penanda dalam pengelolaan kontrol glikemik dan
HOMOGENITAS (Tabel 6)
- USIA
Tables
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
Usia (tahun)
Mann-Whitney U 482.500
Wilcoxon W 1112.500
Z -1.536
Asy mp. Sig. (2-tailed) .124
a. Grouping Variable: Suby ek
- JENIS KELAMIN
Suby ek
DLBS3233 Plasebo Total
Jenis kelamin Laki-laki Count 4 8 12
% wit hin Suby ek 11.4% 22.9% 17.1%
Perempuan Count 31 27 58
% wit hin Suby ek 88.6% 77.1% 82.9%
Total Count 35 35 70
% wit hin Suby ek 100.0% 100.0% 100.0%
182
Chi-Square Tests
- LINGKAR PINGGANG
Suby ek
DLBS3233 Plasebo Total
LP>90 cm pria atau Tidak ada Count 9 11 20
> 80 cm wanit a % wit hin Suby ek 25.7% 31.4% 28.6%
Ada Count 26 24 50
% wit hin Suby ek 74.3% 68.6% 71.4%
Total Count 35 35 70
% wit hin Suby ek 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
183
- BMI PRE-PERLAKUAN
Tables
T-Test
Tables
184
T-Test
- STATUS OLAHRAGA
Suby ek
DLBS3233 Plasebo Total
Kebiasaan berolahraga Tidak Count 22 20 42
% wit hin Suby ek 62.9% 57.1% 60.0%
Ya Count 13 15 28
% wit hin Suby ek 37.1% 42.9% 40.0%
Total Count 35 35 70
% wit hin Suby ek 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
185
Tables
T-Test
-----------DLBS-----------
Usia
Explore
Tests of Normality
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Usia (tahun) .116 35 .200* .946 35 .084
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) .131 35 .135 .952 35 .127
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .121 35 .200* .938 35 .047
delta SOD .165 35 .017 .927 35 .023
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Frequencies
Statistics
186
Correlations
Correlations
Usia (tahun)
Usia (tahun) Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 35
.Akt iv it as SOD Pre (U/mL) Pearson Correlation -.085
Sig. (2-tailed) .629
N 35
Nonparametric Correlations
Correlations
Usia (tahun)
Spearman's rho Usia (tahun) Correlation Coef f icient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 35
Aktiv itas SOD Post (U/mL) Correlation Coef f icient -.028
Sig. (2-tailed) .872
N 35
delta SOD Correlation Coef f icient .105
Sig. (2-tailed) .550
N 35
Jenis kelamin
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
Jenis kelamin Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kadar SOD Laki-laki .266 4 . .840 4 .195
Post (U/ mL) Perempuan .121 31 .200* .942 31 .096
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Tables
n Min Max Med Mean SD
Jenis Laki-laki Kadar SOD Post (U/mL) 4 4.89 7.08 5.30 5.64 1.03
kelamin Perempuan Kadar SOD Post (U/mL) 31 4.24 9.44 6.06 6.12 1.36
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
Jenis kelamin N Mean St d. Dev iation Mean
Kadar SOD Post (U/mL) Laki-laki 4 5.6400 1.03315 .51658
Perempuan 31 6.1213 1.36034 .24432
187
Independent Samples Test
Status Olahraga
Tests of Normal ity
a
Kebiasaan Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
berolahraga St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kadar SOD Tidak .146 22 .200* .941 22 .212
Post (U/ mL) Ya .195 13 .188 .903 13 .147
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Tables
n Min Max Med Mean SD
Kebiasaan Tidak Kadar SOD Post (U/mL) 22 4.24 7.70 5.98 5.96 1.08
berolahraga Ya Kadar SOD Post (U/mL) 13 4.34 9.44 5.56 6.24 1.69
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
Kebiasaan berolahraga N Mean St d. Dev iation Mean
Kadar SOD Tidak 22 5.9627 1.08425 .23116
Post (U/ mL) Ya 13 6.2415 1.68859 .46833
188
Independent Samples Test
Status Diit
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
St at us Diet .130 35 .145 .906 35 .006
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) .131 35 .135 .952 35 .127
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .121 35 .200* .938 35 .047
delta SOD .165 35 .017 .927 35 .023
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Frequencies
Statistics
189
Nonparametric Correlations
Correlati ons
Stat us Diet
Spearman's rho Stat us Diet Correlation Coef f icient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 35
.Akt iv it as SOD Correlation Coef f icient .203
Pre (U/ mL) Sig. (2-tailed) .243
N 35
Aktiv itas SOD Correlation Coef f icient .124
Post (U/ mL) Sig. (2-tailed) .478
N
35
BMI
Explore
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
.Akt iv it as SOD Pre (U/mL) .131 35 .135 .952 35 .127
Aktiv itas SOD Post (U/mL) .121 35 .200* .938 35 .047
delta SOD .165 35 .017 .927 35 .023
BMI pre .107 35 .200* .973 35 .530
BMI post .120 35 .200* .967 35 .358
Delt a BMI .197 35 .001 .828 35 .000
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correct ion
Correlations
Correlations
BMI pre
BMI pre Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 35
.Akt iv itas SOD Pre (U/ mL) Pearson Correlation -.098
Sig. (2-tailed) .575
N 35
190
Nonparametric Correlations
Correlati ons
BMI post
Spearman's rho BMI post Correlation Coef f icient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 35
Aktiv it as SOD Post (U/mL) Correlation Coef f icient .213
Sig. (2-tailed) .219
N 35
Nonparametric Correlations
Correlati ons
Delt a BMI
Spearman's rho Delt a BMI Correlation Coef f icient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 35
delta SOD Correlation Coef f icient .195
Sig. (2-tailed) .261
N 35
Lingkar pinggang
Explore
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Lingkar pinggang post
.103 35 .200* .968 35 .387
(cm)
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .121 35 .200* .938 35 .047
delta SOD .165 35 .017 .927 35 .023
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Tables
n Min Max Med Mean SD
Lingkar pinggang
35 68 114 95.0 95.0 9.6
post (cm)
Nonparametric Correlations
191
Correlati ons
Lingkar
pinggang
post (cm)
Spearman's rho Lingkar Correlation Coef f icient 1.000
pinggang post Sig. (2-tailed) .
(cm) N 35
Aktiv it as SOD Correlation Coef f icient .072
Post (U/ mL) Sig. (2-tailed) .679
N 35
delta SOD Correlation Coef f icient .231
Sig. (2-tailed) .182
N 35
Statistics
Std. Error
Mean N Std. Dev iat ion Mean
Pair .Akt iv it as SOD Pre (U/mL) 4.3789 35 1.99131 .33659
1 Aktiv itas SOD Post (U/mL) 6.0663 35 1.32331 .22368
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
192
Test Statisticsb
Aktiv it as SOD
Post (U/ mL) -
.Akt iv itas SOD
Pre (U/mL)
Z -4.382a
Asy mp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negativ e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Regression
Variabl es Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Remov ed Method
1 Lingkar
pinggang
post (cm),
Jenis
kelamin,
Usia
. Enter
(tahun),
St at us
Diet ,
Kebiasaan
berolahrag a
a, BMI post
a. All requested v ariables entered.
b. Dependent Variable: Akt iv it as SOD Post (U/mL)
Model Summary
Adjusted St d. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .237a .056 -.146 1.41654
a. Predictors: (Constant), Lingkar pinggang post (cm),
Jenis kelamin, Usia (tahun), St atus Diet , Kebiasaan
berolahraga, BMI post
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.354 6 .559 .279 .942a
Residual 56.185 28 2.007
Total 59.539 34
a. Predictors: (Const ant), Lingkar pinggang post (cm), Jenis kelamin, Usia (tahun),
St at us Diet, Kebiasaan berolahraga, BMI post
b. Dependent Variable: Aktiv itas SOD Post (U/mL)
193
Coeffici entsa
Standar
dized
Unstandardized Coef f icie
Coef f icients nts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.999 3.663 .819 .420
Stat us Diet .000 .001 .043 .234 .817
Usia (tahun) .028 .045 .145 .615 .543
Jenis kelamin .357 .763 .087 .467 .644
Kebiasaan berolahraga .097 .547 .036 .177 .860
BMI post .078 .090 .278 .867 .393
Lingkar pinggang post
-.015 .040 -.112 -.387 .702
(cm)
a. Dependent Variable: Aktiv itas SOD Post (U/mL)
-----------Plasebo-----------
Usia
Explore
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Usia (tahun) .150 35 .044 .947 35 .090
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) .094 35 .200* .972 35 .509
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .069 35 .200* .969 35 .421
delta SOD .085 35 .200* .983 35 .842
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Frequencies
Statistics
194
Correlations
Correlati ons
Usia (tahun)
Usia (tahun) Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 35
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) Pearson Correlation .094
Sig. (2-tailed) .591
N 35
Aktiv it as SOD Post (U/mL) Pearson Correlation .222
Sig. (2-tailed) .200
N 35
delta SOD Pearson Correlation .072
Sig. (2-tailed) .682
N 35
Jenis kelamin
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
Jenis kelamin Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kadar SOD Post (U/mL) Laki-laki .237 8 .200* .850 8 .096
Perempuan .128 27 .200* .965 27 .479
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Tables
n Min Max Med Mean SD
Jenis Laki-laki Kadar SOD Post (U/mL) 8 3.09 6.33 5.20 4.88 1.39
kelamin Perempuan Kadar SOD Post (U/mL) 27 3.03 7.98 5.27 5.50 1.39
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
Jenis kelamin N Mean St d. Dev iation Mean
Kadar SOD Post (U/mL) Laki-laki 8 4.8788 1.39028 .49154
Perempuan 27 5.5022 1.38844 .26720
195
Independent Samples Test
Status Olahraga
Tests of Normality
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
Kebiasaan
berolahraga St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kadar SOD Tidak .098 20 .200* .964 20 .631
Post (U/ mL) Ya .109 15 .200* .969 15 .845
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
T-Test
Group Statisti cs
Kebiasaan St d. Error
berolahraga N Mean St d. Dev iation Mean
Kadar SOD Tidak 20 5.1925 1.43049 .31987
Post (U/ mL) Ya 15 5.5827 1.35925 .35096
196
Status Diit
Tests of Normality
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
St at us Diet .108 35 .200* .956 35 .178
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) .094 35 .200* .972 35 .509
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .069 35 .200* .969 35 .421
delta SOD .085 35 .200* .983 35 .842
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Frequencies
Statistics
Correlations
Correlati ons
Stat us Diet
Stat us Diet Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 35
.Akt iv it as SOD Pre (U/mL) Pearson Correlation .184
Sig. (2-tailed) .289
N 35
Aktiv itas SOD Post (U/mL) Pearson Correlation -.104
Sig. (2-tailed) .552
N 35
delta SOD Pearson Correlation -.250
Sig. (2-tailed) .148
N 35
197
BMI
Explore
Tests of Normal ity
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
.Akt iv itas SOD Pre (U/mL) .094 35 .200* .972 35 .509
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .069 35 .200* .969 35 .421
delta SOD .085 35 .200* .983 35 .842
BMI pre .104 35 .200* .937 35 .045
BMI post .109 35 .200* .960 35 .235
Delt a BMI .177 35 .007 .768 35 .000
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Nonparametric Correlations
Correlati ons
Correlations
Correlati ons
Nonparametric Correlations
Correlati ons
delta SOD
Spearman's rho delta SOD Correlation Coef f icient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 35
Delt a BMI Correlation Coef f icient .129
Sig. (2-tailed) .459
N 35
198
Lingkar Pinggang
Explore
Tests of Normality
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Lingkar pinggang post
.128 33 .189 .960 33 .263
(cm)
Aktiv it as SOD Post (U/mL) .079 33 .200* .970 33 .489
*. This is a lower bound of the true signif icance.
a. Lillief ors Signif icance Correction
Tables
n Min Max Med Mean SD
Lingkar pinggang
35 76 130 96.0 98.7 13.5
post (cm)
Correlations
Correlati ons
T-Test
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Dev iat ion Mean
Pair .Akt iv it as SOD Pre (U/mL) 4.2351 35 1.82055 .30773
1 Aktiv itas SOD Post (U/mL) 5.3597 35 1.39380 .23559
199
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair .Akt iv itas SOD Pre
1 (U/mL) & Aktiv itas 35 .308 .072
SOD Post (U/ mL)
t df Sig. (2-tailed)
Pair .Akt iv itas SOD Pre
1 (U/mL) - Aktiv it as -3.462 34 .001
SOD Post (U/mL)
Regression
Variabl es Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Remov ed Method
1 Lingkar
pinggang
post (cm),
St at us
Diet ,
Kebiasaan
. Enter
berolahrag
a, Jenis
kelamin,
Usia
(tahun), a
BMI post
a. All requested v ariables entered.
b. Dependent Variable: Akt iv it as SOD Post (U/mL)
Model Summary
Adjusted St d. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .502a .252 .080 1.32696
a. Predictors: (Constant), Lingkar pinggang post (cm),
St at us Diet, Kebiasaan berolahraga, Jenis kelamin,
Usia (tahun), BMI post
200
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.458 6 2.576 1.463 .230a
Residual 45.782 26 1.761
Total 61.239 32
a. Predictors: (Const ant), Lingkar pinggang post (cm), Status Diet, Kebiasaan
berolahraga, Jenis kelamin, Usia (t ahun), BMI post
b. Dependent Variable: Aktiv itas SOD Post (U/mL)
Coeffici entsa
Standardi
zed
Unstandardized Coef f icie
Coef f icients nts
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.639 4.017 1.653 .110
Stat us Diet -.001 .001 -.173 -.791 .436
Usia (tahun) .032 .048 .145 .672 .508
Jenis kelamin 1.043 .624 .328 1.671 .107
Kebiasaan berolahraga .563 .500 .206 1.125 .271
BMI post -.022 .088 -.071 -.248 .806
Lingkar pinggang post
-.033 .030 -.317 -1.082 .289
(cm)
a. Dependent Variable: Aktiv itas SOD Post (U/ mL)
KELOMPOK DLBS-3233
Statistics DLBS
201
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Aktiv it as SOD
Post (U/ mL) -
.Akt iv itas SOD
Pre (U/mL)
Z -4.382a
Asy mp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negativ e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
KELOMPOK PLASEBO
Statistics Plasebo
t df Sig. (2-tailed)
Pair .Akt iv itas SOD Pre
1 (U/mL) - Aktiv it as -3.462 34 .001
SOD Post (U/mL)
202
Gula darah puasa, HbA1C, Gula darah 2pp
T-Test
Group Statistics
Std. Error
Suby ek N Mean Std. Dev iat ion Mean
.Akt iv it as SOD Pre (U/mL) Perlakuan 35 4.3789 1.99131 .33659
Plasebo 35 4.2351 1.82055 .30773
Aktiv itas SOD Post (U/mL) Perlakuan 35 6.0663 1.32331 .22368
Plasebo 35 5.3597 1.39380 .23559
Gula darah 2 jam pp pre Perlakuan 35 190.37 78.780 13.316
(mg/dL) Plasebo 35 194.03 65.317 11.041
203
Independent Samples Test
NPar Tests
Mann-Whitney Test
204
Ranks
Test Statisticsa
T-Test
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Pair 1 .Akt iv it as SOD Pre
(U/mL) & Aktiv itas SOD 35 .592 .000
Post (U/ mL)
Pair 2 Gula darah 2 jam pp pre
(mg/dL) & Gula darah 2 33 .666 .000
jam pp post (mg/ dL)
205
Paired Samples Test
t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 .Akt iv it as SOD Pre
(U/mL) - Aktiv itas SOD -6.193 34 .000
Post (U/ mL)
Pair 2 Gula darah 2 jam pp pre
(mg/dL) - Gula darah 2 3.901 32 .000
jam pp post (mg/dL)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
206
Perlakuan --- Test Statisticsb
Gula darah
puasa post
(mg/dL) -
Gula darah HbA1c post
puasa pre (%) - HbA1c
(mg/dL) pre (%)
Z -1.386a -2.422a
Asy mp. Sig. (2-tailed) .166 .015
a. Based on positiv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
T-Test
Std. Error
Mean N Std. Dev iat ion Mean
Pair 1 .Akt iv it as SOD Pre (U/mL) 4.2351 35 1.82055 .30773
Aktiv itas SOD Post (U/mL) 5.3597 35 1.39380 .23559
Pair 2 Gula darah puasa pre
116.15 34 38.848 6.662
(mg/dL)
Gula darah puasa post
114.09 34 41.286 7.081
(mg/dL)
N Correlation Sig.
Pair .Akt iv itas SOD Pre
1 (U/mL) & Aktiv it as 35 .308 .072
SOD Post (U/ mL)
Pair Gula darah puasa pre
2 (mg/dL) & Gula darah 34 .713 .000
puasa post (mg/ dL)
207
Paired Samples Test
t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 .Akt iv itas SOD Pre
(U/mL) - Aktiv itas SOD -3.462 34 .001
Post (U/ mL)
Pair 2 Gula darah puasa pre
(mg/dL) - Gula darah .394 33 .696
puasa post (mg/dL)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
Gula darah 2
jam pp post
(mg/dL) - Gula
darah 2 jam HbA1c post
pp pre (%) - HbA1c
(mg/dL) pre (%)
Z -2.094a -1.556a
Asy mp. Sig. (2-tailed) .036 .120
a. Based on positiv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Frequencies
208
Statistics
Explore
Subyek
Tests of Normali ty
a
Kolmogorov -Smirnov Shapiro-Wilk
Suby ek Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Lingkar pinggang Perlakuan .077 33 .200* .986 33 .941
pre (cm) Plasebo .146 34 .064 .935 34 .045
Lingkar pinggang Perlakuan .094 33 .200* .969 33 .452
post (cm) Plasebo
.138 34 .100 .958 34 .218
209
Lampiran 7 catatan harian
210
211
212
213
214
Lampiran 8 Foto kegiatan
215
216