Anda di halaman 1dari 44

+ REFERAT

kepaniteraan
PERANAN
NUTRISI PADA
klinik SARKOPENIA
Ilmu Gizi

Disusun oleh : Vira Cendana S


(406172104)
Evi (406172003) Ferdian Gunawan
Zellinda (406172072) (406172110)
Jesslyn elvina Diajeng Fatimah U
(406172087) (406172111)
Andrew Soerijadi Faza Ghani Y
(406172099) (406172112)
Sandra Sudargo Dila Nur Fitriani
(406172100) (406172113)

Pembimbing :
- dr. Meilani Kumala, MS,
Kepaniteraan Klinik
Sp. GK(K)
- dr. Idawati Karjadidjaja,
Ilmu Gizi
MS, Sp.GK Periode 20 Mei – 31 Mei 2019
- dr. Alexander Halim S, Universitas Tarumanagara
M.Gizi Jakarta
- dr. Frisca, M.Gizi
- dr. Olivia Charissa, M.Gizi
+
LATAR BELAKANG

Sarkopenia (Rosenberg 1988), sindrom yang ditandai dengan


berkurangnya massa otot rangka serta kekuatan otot secara
progresif dan menyeluruh. Sarkopenia umumnya diiringi
inaktivitas fisik, penurunan mobilitas, cara berjalan yang
lambat, dan enduransi fisik yang rendah.
+
SARKOPENIA

 Sarkopenia dimulai saat usia 40-50 tahun dan melaju sekitar


0,6% setiap tahun berikutnya

 Usia > 30 th: 1-2% massa otot turun per tahun  usia 60-70 th
5-13% (perempuan << laki-laki)

 Amerika dan Eropa :


 5%-13% pada usia 60-70 tahun pasien (kekuatan genggam tangan)
 2.8% dari 251 geriatri rawat jalan  mobilitas terbatas
Sarkopenia

>
+
NUTRISI

Peranan nutrisi merupakan salah satu faktor penting


terjadinya sarkopenia seperti protein, mineral, vitamin
yang biasanya kurang dikonsumsi terutama lansia
+
Patofisiologi
+

 Masa otot hilang resistensi anabolic peningkatan laju


sintesis protein tidak memadai dalam menanggapi stimulus
anabolic seperti aktivitas fisik mengganggu keseimbangan
protein terjadi saat ada perbedaan sintesis protein otot skelet
dengan penghancuran protein otot

 Omega 3 : EPA & DHA  terbukti efektif u/ menetralkan /


hambat hilangnya massa otot & penurunan fungsi, walaupun
tidak memiliki efek langsung thd meta protein  pengaruhi mll
mTOR-p70s6k  pengaruhi permeabilitias membran : ubah
phospolipid  pengaruhi aktivitas sel  >> laju konsuksi
impuls  >> kecepatan otot

 DHA >> membran sel  >> aktivitas translasi & sintesis protein
otot
+

 Pemberian supp omega 3 sbg (+)an AA  >> aktivitas anabolik


otot & peningkatan sintesis protein yang diperantarai oleh
insulin atau asam amino (BCAA & leusin  rgsg anabolik AA
otot skelet  kbthn protein > pd ortu u/ stimulasi protein otot)

 Penelitian o/ Mangano : omega 3  preservasi massa tulang 


hub osteoporosis dg sarcopenia

 Penelitian o/ Rodacki : aktivitas fisik  >> sintesis protein otot &


massa otot
 Didukung o/ penelitian Hutchins Wise : evaluasi efek dri minyak ikan
pd performa fisik & kelemahan otot
 DHA >> & rasio DHA > as arakidonat pd SDM  >> kecepatan
berjalan & << kelemahan otot
+

 International Sarcopenia Initiative  prevalensi & intervensi


thd sarcopenia  gg fs otot orang tua : bs dicegah dg OR +
suplementasi protein

 CaHMB : metabolit leusin  bantu preservasi massa otot ortu


:
 3g/hari slm 24 minggu  efek + pd kekuatan otot kaki & kualitas
otot, << hilangnya fs otot
+
Asupan Vitamin D dan Protein Whey
Tinggi Leusin

 asupan protein, asam amino esensial, leusin, dan vitamin D


diidentifikasi sebagai faktor yang berperan dalam
penanganan sarkopenia3

 Konsumsi protein rendah dan rendahnya kadar vitamin D


rendahnya masa otot, kekuatan otot, dan risiko terjatuh dan
fraktur3
+
Asupan Vitamin D dan Protein Whey
Tinggi Leusin

 Rekomendasi terbaru asupan protein:


 Orang tua sehat: 1- 1,2 g/kg BB/hari  u/ pthnkn fs otot
 Pasien geriatri dengan penyakit akut dan kronik : 1,2 – 1,5 g/kg
BB/ hari
 Paling tidak tiap makan : 25 – 30 g protein, leusin sekitar 2,5 – 2,8
g
+
Asupan Vitamin D dan Protein Whey
Tinggi Leusin

 Jürgen M, dkk

 Populasi aktif : asupan protein whey 20 g, leusin 3 g,


karbohidrat 9 g, lemak 3 g, vitamin D 800 IU, dan campuran
vitamin dan serat selama 13 minggu  peningkatan masa
otot yang signifikan dibandingkan dengan populasi kontrol
dan peningkatan kadar 25-hydroxyvitamin D di minggu ke
13.3
+
Protein whey + AA esensial + vit D +
aktivitas fisik  >> massa bebas
lemak, kekuatan otot  perbaikan pd
sarcopenia
 Penelitian Mariangela Rondanelli dkk :
 Protein whey 22g
 AA esensial 10,9g
 Leusin 4g
 Vit D 100IU
  massa bebas lemak + 1,7kg (P<0,001)
  massa otot skelet (P=0,009)
  kekuatan genggaman tangan (P=0,001)
+
Nutrisi dan aktivitas fisik pada
pencegahan dan tatalaksana
Hasil studi
sarkopenia
Ditemukan suplemen whey protein, vitamin D dan E dapat
signifikan meningkatkan massa otot dan kekuatan (kekuatan
menggemgam) pada lansia dengan sarcopenia

Suplementasi gizi juga meningkat pada hormone


pertumbuhan anabolic (GH) hormon IGF-1 dengan
peningkatan signifikan konsentrasi IGF-1, melemahkan
inflamasi (co: penurunan signifikan konsentrasi IL-2), dan
adanya peningkatan kualitas hidup pada sarkopenia pada
lansia
+
Nutrisi dan aktivitas fisik pada
pencegahan dan tatalaksana
sarkopenia
Kesimpulan penelitian

Kombinasi suplemen whey protein, vitamin D dan vitamin E


dapat signifikan meningkatkan Relative skeletal muscle index
(RSMI), kekuatan otot, dan tanda anabolic seperti IGF-1 dan IL-
2 pada lansia dengan sarcopenia

Penelitian oleh Helio dkk subyek dengan asupan protein


sangat tinggi (≥1.2 g/kg/hari) dan protein tinggi (≥ 1.0
g/kg/hari) menunjukkan mobilitas yang tinggi dan fungsi fisik
tungkai bawah, dibandingkan dengan asupan protein rendah
(<0.80 g/kg/hari)
+
PERAN VITAMIN D TERHADAP
SARKOPENIA
 Kadar 25-hidroksivitamin D <50 nmol/l
  massa otot, kekuatan otot, kemampuan aktivitas sehar-hari s
 resiko angka kejadian lansia jatuh dan mengalami fraktur.

 Penyebab :
 produksi vitamin D o/ kulit
  paparan thp sinar matahari
  asupan sumber vitamin D.
 anabolic resistance
+

 Penelitian Bauer dkk, diberikan suplemen berupa bubuk 40


gram berisi:
 20 gram protein whey,
 30 gram leusin,
 9 gram karbohidrat,
 3 gram lemak dan
 800 IU vitamin D

 Para lansia mengkonsumsi suplemen tersebut 2 kali sehari


selama 13 minggu.
+

 Kemudian setelah 13 minggu akan dinilai kekuatan otot


menggunakan
 penilaian menggemgam menggunakan hydraulic hand
dynamometer,
 chair stand test
 gait speed test.
 pengukuran massa otot tubuh dengan DXA
+

 Peningkatan kadar 25-hidroksivitamin D bermakna pada


kelompok perlakuan pada minggu ke-13.

 Tidak terdapat perbedaan signifikan kekuatan


menggemgam antara kelompok kontrol dan perlakuan.

 Chair-stand test  perbaikan pada

 Gait speed test tidak didapatkan perbedaan signifikan


antara kedua kelompok.

 massa otot yang cukup baik pada kelompok perlakuan


dibanding kontrol.1
+

 Penelitian Cuellar
lansia dengan kadar 25-hidroksivitamin D antara 12.5-50
nmol/L diberikan :
 suplementasi 50.000 IU vitamin D3 setiap bulan selama 2 tahun
 dilakukan penilaian terhadap perubahan ketebalan m. rectus
abdominis, m. tranversus adbominis, m. obliquus internus
abdominis.
 tidak didapatkan perbedaan signifikan ukuran massa otot antara
kedua kelompok
+
KESIMPULAN

Pemberian suplementasi vitamin D pada sarkopenia tidak


berdampak signifikan. Namun apabila pemberian suplemen
dikombinasikan dengan program pelatihan fungsi otot dan
olahraga secara aktif maka dapat meningkatkan keberhasilan
pemberian suplementasi vitamin D.
+

 Diet mediterania mioprotektif indirek maupun direk.

 MioprotektIf indirek
  resiko penyakit kronik terkait usia (penyakit kardiovaskular
atau diabetes) memperberat kondisi sarkopenia.

 Mioprotekif direk
 mengatasi berbagai kondisi yang berimplikasi pada sarkopenia
seperti
 oxidative stress, inflamasi,
 resistensi insulin
 metabolik asidosis.3
+
PERANAN ASUPAN ENERGI PADA
SARKOPENIA
 Energi: penting dan berperan pada penyakit sarkopenia

 Penelitian InCHIANTI : 802 subjek dengan usia 65 tahun atau lebih


menunjukkan kelemahan berhubungan dengan asupan energi <
21 kkal/kg.

 Penelitian Third National Health and Nutrition Examination Survey


dengan 4731 subjek dengan usia 60 tahun atau lebih: kelemahan
berhubungan dengan asupan energi yang rendah

 Penelitian Fourth Korea National Health and Nutrition Examination


Survey untuk sarkopenia: pasien dengan sarkopenia memiliki
asupan energi yang rendah

 MALNUTRII ENERGI  berperan pnng dalam sarkopenia


+
PERANAN ASUPAN LEMAK PADA
SARKOPENIA
 Suplementasi n-3 PUFA dari ikan  menstimulasi pertumbuhan
otot dan meningkatkan kekuatan otot.

 Penelitian Smith I, Julliand S, et al : 44 subjek dengan


suplementasi n-3 PUFA 4 gram/hari (200-400 gram lemak ikan air
tawar) selama 6 bulan: bertambahnya volume otot paha, kekuatan
cengkraman tangan, kekuatan otot tubuh bagian atas dan bawah
dan kekuatan otot kaki dan sintesis otot meningkat

 Penelitian Smith GI, Altherton P, et al : suplementasi asam lemak


omega 3  meningkatkan hiperaminoacidemia-hiperinsulinemia
 meningkatkan sintesis protein otot pada lansia.

 Omega 3 juga memperbaiki resistensi anabolic pada pasien


sarkopenia
+
PERAN VITAMIN E PADA
SARKOPENIA
Vitamin E yang merupakan vitamin larut lemak juga memiliki
kapasitas sebagai antioksidan dengan menetralkan ROS
(Reaktif Oksgen Spesies) dan meningkatkan kapasitas
antioksidatif sel sehingga menurunkan kerusakan oksidatif
yang terjadi.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25097722
+
PERAN VITAMIN E PADA
SARKOPENIA
• Studi oleh Ozgur Nalbant dkk

• Mengenai efek dari vitamin E pada 6 bulan aktivitas aerobic


terhadap kinerja fisik dan komposisi tubuh pada pasien
dengan lanjut usia.

• Penelitian ini mengevaluasi apakah pemberian vitamin E


dikombinasikan dengan aktifitas aerobic dapat
meningkatkan kinerja fisik dan komposisi tubuh pada
responden dengan usia lanjut.
Dosis suplementasi vitamin E

- +
3 x 300 mg capsule IU = 900 mg/hari/perorang

- Setelah makan

- Selama 6 bulan

Training program

- Walking program 3x dalam seminggu, pukul 08.30 s/d 10.00 selama 6 bulan,

- Setiap sesi pelatihan dimulai dengan pemanasan 10 menit dan diakhiri dengan pendinginan 15 menit,
yang keduanya termasuk berjalan lambat diikuti dengan peregangan statis lambat.

- Kelompok kontrol (V dan C) tidak melatih dan hanya berpartisipasi dalam prosedur pengukuran.

6 items latihan fisik yang dinilai

(1). chair stand test (Tes dudukan kursi) menilai kekuatan tubuh bagian bawah.

(2). Arm curl test menilai kekuatan tubuh bagian atas.

(3). The chair sit and reach test (Tes duduk dan meraih kursi) menilai fleksibilitas tubuh bagian bawah.

(4). The back scratch test menilai fleksibilitas tubuh.

(5). 8-ft Up and Go Test menilai kelincahan dan keseimbangan dinamis.

(6). Tes jalan kaki 6 menit menilai daya tahan aerobik7


+
KESIMPULAN

Studi ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E tidak memiliki


efek aditif pada pelatihan latihan aerobik pada ukuran kinerja fisik
seperti kekuatan otot, daya tahan aerobik, kelincahan, fleksibilitas, dan
komposisi tubuh.
+

Sedangkan, pada penelitian oleh Meydani, dkk

• mengenai efek vitamin E pada latihan fisik yang dapat


menginduksi kerusakan oxidative pada usia muda dan lanjut
usia.

• Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa, Olahraga


memengaruhi metabolisme oksidatif dan meningkatkan
pembentukan radikal bebas oksigen dan lipid peroksidasi.
+ Dosis suplementasi vitamin E
- 4 Muda dan 6 lansia  2 x 400 IU vitamin E dalam soybean oil

- Subjek lainnya  hanya soybean oil, 2x sehari

- Selama 48 hari

Training program

- Sesi latihan terdiri dari tiga periode 15 menit

- berjalan menuruni bukit di treadmill miring

- Dengan 5 menit istirahat diantaranya.

Hal hal yang dinilai

- Perubahan asam lemak otot, tocopherol setelah latihan

- Perubahan ekskresi malondialdehyde setelah latihan

- Perubahan vitamin E, C dan asam urat setelah latihan


+• Beberapa penelitian pada manusia yang dilakukan hingga
saat ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E
mengurangi stres oksidatif dan peroksidasi lipid yang
disebabkan oleh olahraga dan menunjukkan bahwa
kebutuhan vitamin E dapat meningkat dengan berolahraga.

• Dillard et al. menemukan bahwa peroksidasi lipid meningkat


pada pria dan wanita muda selama latihan dan dapat
dikurangi dengan suplementasi vitamin E.

• Tujuan pertama dari penelitian oleh Meydina, dkk adalah


untuk mengukur perubahan aktual dalam produk oksidatif
dan antioksidan pada otot rangka subjek muda setelah
latihan eksentrik yang menyebabkan nyeri dan kerusakan
otot yang onset lambat.8
+
KESIMPULAN

Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi


vitamin E selama 48 hari meningkatkan a-tokoferol otot dan
mengurangi cedera oksidatif dan mengurangi produksi konjugasi lipid
otot, Data ini menunjukkan bahwa olahraga menginduksi kerusakan
oksidatif yang dimediasi radikal bebas dan bahwa suplemen makanan
dengan vitamin E dapat mengurangi proses ini
PERAN MINERAL PADA
SARKOPENIA
 Peran - masa otot, kekuatan otot dan kekuatan fisik

 Magnesium, selenium, dan kalsium berperan sebagai


mineral utama

 Zinc dan besi - antioksidan

 Fosfor, potasium dan sodium


+ Peran Nutrien Spesifik

Lysine
Lysine (Lys atau K)  asam amino esensial, rumus
kimia HO2CCH(NH2)(CH2)4NH2
Banyak pada protein ikan, sedikit pada beberapa
tumbuhan (contohnya gandum)
Penelitian Flakoll P, et al (2004)  pengaruh lysine thd
massa otot lansia?
Suplementasi Lysine (Lysine HCL 1.5 g) + HMB β
hydroxy- β -methylbutyrate (CaHMB 2 g) + Arginine 5
g, selama 12 minggu  meningkatkan massa bebas
lemak, lingkar tungkai, sintesis protein dan juga
meningkatkan fungsi otot
Kebutuhan 30mg/kg/hari untuk dewasa
+
Omega-3

 Penelitian Smith GI, et al (2015)  efek omega-3


utk memperlambat penurunan massa otot akibat
pertambahan usia?
 suplementasi pil (setara omega-3 200-400g)
selama 6 bln pd lansia  meningkatkan volume
otot paha, kekuatan cengkraman tangan serta
kekuatan otot tubuh atas dan bawah
 omega-3 selama 6 bln  mencegah penurunan
massa otot yang terjadi saat usia bertambah 2-3
tahun
+
Kreatin

 Kontraksi otot dapat menyebabkan peningkatan aliran darah,


distribusi kreatinin, serta penyerapannya kedalam otot rangka.

 Dihipotesiskan bahwa suplementasi kreatin setelah latihan


ketahanan lebih meningkatkan massa & kekuatan otot
dibandingkan dengan suplementasi kreatin sebelum latihan

 Selanjutnya, suplementasi kreatin selama latihan ketahanan


meningkatkan kekuatan tubuh bagian atas dan bawah
dibandingkan dengan hanya latihan ketahanan saja.

 Dari penelitian ini, rekomendasi pemberian suplementasi


kreatin sebanyak 5 – 10 gram tiap sesi latihan dapat
meningkatkan massa & kekuatan otot.
+
Leucine-enriched protein

 Rekomendasi saat ini untuk pasien sarkopenia  pemberian


suplementasi protein, vitamin D, dan supementasi asam
amino leusin dosis rendah juga dapat diberikan untuk
meningkatkan sintesis protein otot.

 Berdasarkan meta anaisis dana sistematik review


sebelumnya  kombinasi olahraga (resistance training) dan
intervensi nutrisi  merupakan tata laksana yang efektif
untuk sarkopenia.
+
Leucine-enriched protein

Penelitian menunjukkan bahwa intervensi latihan dan


pemberian suplementasi asam amino leusin selama 8 minggu
pada pasien post stoke dengan sarkopenia dapat
meningkatkan massa otot, kekuatan , dan fungsi fisik.
Intervensi yang diberikan aman dan efektif, sesuai dengan
keteratasan fisik yang dimiliki oleh pasien.
+ KESIMPULAN
 Dosis Vitamin E 400 IU dapat mengurangi proses kerusakan
membran akibat radikal bebas.

 Rekomendasi terbaru asupan protein:


 Orang tua sehat: 1- 1,2 g/kg BB/hari  u/ pthnkn fs otot
 Pasien geriatri dengan penyakit akut dan kronik : 1,2 – 1,5 g/kg
BB/ hari
 Paling tidak tiap makan : 25 – 30 g protein, leusin sekitar 2,5 – 2,8
g
 Protein whey esensial dan leusin

 lemak : hindari malnutrisi energi, berikan energi sesuai


dengan kebutuhan. Rek. Suplementasi PUFA : 4 gram/hari
(200-400 gram lemak, ikan air tawar) selama 6 bulan.

 Lysine 30 mg/kgBB/hari dapat meningkatkan massa bebas


lemak, sintesis protein dan kekuatan otot.
+

 Magnesium, selenium, dan kalsium berperan sebagai


mineral utama terhadap sarkopenia.

 Kreatin dengan dosis 5-10 gram/sesi latihan dapat


meningkatkan massa otot dan kekuatan otot.
+
DAFTAR PUSTAKA
 Shy Cian Khor, Norwahidah A.B, Wan Zurinah W.N, Yasmin Anum M.Y, Suzana Makpol. Vitamin E
in sarcopenia: Current Evidence on its role in prevention and treatment. Review article.
Hindawa Publishing Corporation. [online] 2014; 1-2. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25097722 [accessed 23 May 2019].

 Setiati, S. Geriatric medicine, sarkopenia, Frailty dan kualitas hidup pasien usia lanjut:
tantangan masa depan pendidikan, peneliatian dan pelayanan kedokteran di Indonesia.
2013;1(3);238-240. Available from : https://media.neliti.com/media/publications/59531-none-
100fa168.pdf [accessed 26 May 2019].

 Di Girolamo F, Situlin R, Mazzucco S, Valentini R, Toigo G, Biolo G. Omega-3 fatty acids and
protein metabolism. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care. 2014;17(2):145-
150.

 Cramer J, Cruz-Jentoft A, Landi F, Hickson M, Zamboni M, Pereira S et al. Impacts of High-


Protein Oral Nutritional Supplements Among Malnourished Men and Women with Sarcopenia:
A Multicenter, Randomized, Double-Blinded, Controlled Trial. Journal of the American Medical
Directors Association. 2016;17(11):1044-1055.

 Smith GI, Julliand S, Reeds DN, Sinacore DR, Klein S, Mittendorder B. Fish oil-derived n-3 PUFA
therapy increases muscle mass and function in healthy older adults. American Journal Clinical
Nutrition.2015;102:115-22

 Smith GI, Altherton P, Reeds DN, Mohammed BS, Rankin D, Rennie MJ, et al. Dietary omega-3
fatty acid supplementation increases the rate of muscle protein synthesis in older adults: a
randomized controlled trial. American Journal Clinical Nutrition.2011;93:402-12
+  Amarson A, Gudny Geirsdottir O, Ramel A, Briem K, Jonsson PV, Thorsdottir I. Effects of
whey proteins and carbohydrates on the efficacy of resistance training in elderly
people: double blind, randomised controlled trial. Eur J Clin Nutr. 2013 Aug; 67(8): 821-
6.

 Paddon-Jones D, Sheffield-Moore M, Urban RJ, Sanford AP, Aarsland A, Wolfe RR, et al.
Essential amino acid and carbohydrate supplementation ameliorates muscle protein
loss in humans during 28 days bedrest. J Clin Endocrinol Metab. 2004 Sep; 89(9): 4351-
8.

 Cramer J, Cruz-Jentoft A, Landi F, Hickson M, Zamboni M, Pereira S et al. Impacts of


High-Protein Oral Nutritional Supplements Among Malnourished Men and Women with
Sarcopenia: A Multicenter, Randomized, Double-Blinded, Controlled Trial. Journal of the
American Medical Directors Association. 2016;17(11):1044-1055. 4

 Rondanelli M, Klersy C, Terracol G, Talluri J, Maugeri R, Guido D et al. Whey protein,


amino acids, and vitamin D supplementation with physical activity increases fat-free
mass and strength, functionality, and quality of life and decreases inflammation in
sarcopenic elderly. The American Journal of Clinical Nutrition. 2016;103(3):830-840.

 Morley JE, Vellas B, van Kan GA, et al. Frailty Consensus: A Call to Action. J Am Med Dir
Assoc. 2013;14:392 – 397.

 Guralnik JM, Simonsick EM, Ferrucci L, et al. A Short Physical Performance Battery
Assessing Lower Extremity Function: Association With Self-Reported Disability and
Prediction of Mortality and Nursing Home Admission. J Gerontol. 1994;49:M85 – M94.

 Bauer J, Verlaan S, Bautsman I, et al. Effects of a Vitamin D and Leucine-Enriched Whey


Protein Nutritional Supplement on Measures of Sarcopenia in Older Adults, the
PROVIDE Study: A Randomized, Doble-Blind, Placebo-Controlled Trial. JAMDA. 2015:1 –
8.
+  Bauer J, Biolo G, Cederholm T, et al. Evidence-based
Recommendations for Optimal Dietary Protein Intake in
Older People: A Position Paper From The PROT-AGE Study
Group. J Am Med Dir Assoc. 2013;14:542 – 559.

 Bo Y, Liu C, Ji Z, Yang R, An Q, Zhang X et al. A high whey


protein, vitamin D and E supplement preserves muscle mass,
strength, and quality of life in sarcopenic older adults: A
double-blind randomized controlled trial. Clinical Nutrition.
2019;38(1):159-164.

 Bauer jm, Verlaan s, Bautmans i, Brandt k, Donini lm. Effects of


a Vitamin D and Leucine-Enriched Whey Protein Nutritional
Supplement on Measures of Sarcopenia in Older Adults, the
PROVIDE Study: A Randomized, Double-Blind, Placebo-
Controlled Trial. JAMDA. [Online]2015;16(9): 740-
74. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26170041 [Accessed
21 May 2019].
+  Harris RC, Soderlund K, Hultman E. Elevation of creatine in
resting and exercised muscle of normal subjects by creatine
supplementation. Clin Sci (Lond.). 1992 Sep; 83(3): 367-74.

 Candow DG, Vogt E, Johannsmeyer S, Forbes SC, Farthing JP.


Strategic creatine supplementation and resistance training in
healthy older adults. Appl Physiol Nutr Metab. 2015 Jul; 40(7):
689-94.

 Yoshimura Y, Uchida K, Jeong S, Yamaga M. Effects of


nutritional supplements on muscle mass and activities of
daily living in elderly rehabilitation patients with decreased
muscle mass: a randomized cotrolled trial. J Nutr Health
Aging. 2016; 20: 185-91

Anda mungkin juga menyukai