Anda di halaman 1dari 11

Asuhan Gizi Pada Gizi Kurang dan

Sarkopenia Lansia
Lilik Sofiatus Solikhah, S.K.M., M.Gz.
Gizi Kurang & Sarkopenia
 Penuaan berdampak pada perubahan struktur tubuh, yaitu seperti hilangnya
secara progresif massa otot, perlambatan pergerakan otot, dan juga penurunan
kekuatan otot.
 Fenomena ini diperkenalkan oleh Rosenberg pada tahun 1989 sebagai
sarkopenia (Yunani) yang merupakan singkatan dari “sarco-“ atau otot dan “-
penia” yang mengindikasikan defisiensi otot.
 Hilangnya massa dan kekuatan otot secara progresif akibat penuaan disebut
sarcopenia.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3780834/
http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v48n3.417
Gizi Kurang & Sarkopenia
 Sarkopenia dan malnutrisi adalah kondisi yang umum terjadi pada
populasi lansia.

 Malnutrisi didefinisikan sebagai kondisi ketidakseimbangan energi,


protein, dan nutrisi lain yang dapat menyebabkan efek negatif yang
dapat diukur.

 Pada banyak populasi, malnutrisi dan sarcopenia muncul secara


bersamaan, dan muncul secara klinis melalui kombinasi penurunan
berat badan dan asupan nutrisi, bersamaan dengan penurunan
massa dan fungsi otot.
Gizi Kurang & Sarkopenia
 Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama
patofisiologis sarkopenia.

 Identifikasi awal sarcopenia akan sangat relevan secara klinis


karena hilangnya massa otot dan kekuatan dengan penuaan
sebagian besar dapat diatasi dengan olahraga yang tepat dan
intervensi nutrisi. Dokter harus mengintegrasikan penilaian
nutrisi dengan skrining sarcopenia untuk evaluasi optimal
dari dua masalah yang saling terkait ini untuk membantu
meningkatkan hasil klinis.
Tata Laksana Sarcopenia

 Sarkopenia juga mempunyai dampak Kesehatan dan finansial yang


signifikan. Dari aspek kesehatan, sarkopenia menyebabkan peningkatan
risiko terjadinya jatuh dan fraktur, gangguan untuk melakukan aktivitas
harian, peningkatan terjadinya penyakit jantung, penyakit respirasi,
gangguan kognitif, dan gangguan mobilitas. Sarkopenia juga
meningkatkan risiko dirawat di rumah sakit.
 Berdasarkan faktor patofisiologi sarkopenia, berbagai strategi tata
laksana sarkopenia dapat dilakukan dan mayoritas dari tata laksana
tersebut bertujuan untuk memperbaiki perilaku dan faktor endokrin.
Tata Laksana Sarcopenia

 Latihan Fisik
Inaktivitas fisik dan penyakit pada lanjut usia merupakan kontributor utama terjadinya
penurunan fungsi dan massa otot. Olahraga tipe resisten dan aerobik telah terbukti dapat
meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan fungsi fisik. Salah satu yang
direkomendasikan adalah olahraga progresif tipe resisten (PRT). Pada PRT, lansia melatih
otot melawan kekuatan eksternal yang meningkat secara progresif seiring dengan waktu.
Studi menunjukkan bahwa PRT dapat meningkatkan kekuatan otot dan performa fisik. Oleh
karena itu, PRT merupakan strategi terapi lini pertama dalam tata laksana dan pencegahan
sarkopenia dan komplikasi lainnya. Namun implementasi PRT pada lansia di komunitas
masih
Tata Laksana Sarcopenia

 Nutrisi
Malnutrisi dapat berkontribusi pada fungsi otot yang buruk pada lansia. Asupan makanan dapat
menurun pada lansia akibat berbagai kondisi seperti ketidakmampuan mengunyah, obat, anoreksia
fisiologis, perubahan pola makan, dan lainnya.

Berbagai strategi nutrisi yang dapat digunakan dalam penanganan sarkopenia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan asupan protein
Asupan protein 1 gr/kg berat badan telah diidentifikasi sebagai jumlah minimal yang dibutuhkan
untuk menjaga masa otot pada usia tua. Meningkatkan asupan protein dapat meningkatkan massa
dan fungsi otot. Komposisi asam amino dalam asupan protein memengaruhi metabolisme protein
otot. Asam amino esensial merupakan stimulus utama untuk sintesis protein. Lansia hendaknya
mengonsumsi protein yang mengandung asam amino esensial yang tinggi. Asupan protein dan
latihan fisik bersama-sama dapat menghasilkan efek sinergis dalam meningkatkan fungsi otot
Tata Laksana Sarcopenia
2. Suplementasi Vitamin D
Kadar vitamin D menurun seiring dengan penuaan. Vitamin D merupakan faktor yang vital karena
vitamin D memengaruhi metabolisme otot dan defisiensi vitamin D seringkali terkait dengan sarcopenia

3. Kreatinin (Cr) Monohidrat


Cr monohidrat digunakan sebagai suplementasi nutrisi yang mampu meningkatkan massa dan performa
otot pada lansia jika dikombinasikan dengan latihan fisik tipe resisten. Oleh karena itu, pemberian
suplementasi jangka pendek Cr (5-20 gr/hari selama 2 minggu) dapat digunakan pada lansia yang
menjalani program latihan kekuatan otot

4. Antioksidan
Keterlibatan stress oksidatif dalam patogenesis sarkopenia menyebabkan hipotesis bahwa antioksidan,
seperti selenium, vitamin E, vitamin C dapat diberikan sebagai tata laksana penyakit sarkopenia.
pemberian antioksidan meningkatkan risiko mortalitas melalui efek pro-oksidan.
TERIMAKASIH
TUGAS MANDIRI

Carilah intervensi nutrisi untuk sarcopenia

Anda mungkin juga menyukai