Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ KURANG ENERGI PROTEIN ( KEP ) ”

Disusun Oleh :

Anastacia Heydemans

Nim : 711331119016

POLTEKKES KEMENKES MANADO JURUSAN GIZI PROGRAM


STUDI SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIKA

2021

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5

A. Latar Belakang..............................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................6

C. Tujuan...........................................................................................................6

D. Manfaat.........................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7

A. Kurang Energi Protein ( KEP ).....................................................................7

B. Klasifikasi Kurang Energi Protein................................................................8

C. Patofisiologis Kurang Energi Protein...........................................................9

D. Gejala Kurang Energi Protein.....................................................................10

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kurang Energi Kronik..................................11

F. Upaya Penanggulangan Kurang Energi Protein.........................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ KURANG ENERGI PROTEIN ( KEP ) “ ini. Tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Deteksi Dini
Masalah Makro dan Mikro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang masalah Kurang Energi Protein ( KEP) bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, Agustus 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia berbagai macam jenis penyakit yang beredar di kalangan
masyarakat. Faktor pencetus banyaknya resiko penyakit yang ditimbulkan
berawal dari kebiasaan makan, pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya
pengetahuan terkait informasi kesehatan. Salah satu penyakit yang banyak
terdapat pada masyarakat Indonesia yaitu kurang energi protein (KEP),
Menurut Atik dkk (2016), Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam
makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
Kurang energy protein merupakan keadaan kuang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. KEP itu sendiri dapat
digolongkan menjadi KEP tanpa gejala klinis dan KEP dengan gejala klinis.
Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah Marasmus, Kwashiorkor,
dan Marasmus-Kwashiorkor.
Selain itu, penyakit kurang energy protein (KEP) juga merupakan penyakit
terbanyak yang diderita oleh masyarakat Indonesia yaitu pada anak-anak.
Masa balita adalah the point of no return. Perkembangan otak tidak bisa
diperbaiki bila mereka kekurangan gizi pada masa ini. Pertumbuhan fisik dan
Penyakit kurang energy protein yaitu kondisi kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari.
Penyebab dari KEP ini adalah kurangnya konsumsi sumber bahan makanan
yang mengandung protein yang berasal dari protein hewani dan nabati

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurang energi protein
2. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi kurang energi protein
3. Bagaimana Patofisiologis kurang energi protein
4. Bagaimana gejala kekurangan energi protein
5.  Faktor apa yang mempengaruhi kurang energi protein
6. Bagaimana upaya penanggulangan kekurangan energi protein

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kurang energi protein
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan klasifikasi kurang energi
protein
3. Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologis kekurangan energi protein
4. Untuk mengetahui bagaimana gejala kurang energi protein
5. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kurang energi
protein
6. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kurang energi protein

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan acuan tentang masalah Kekurangan Energi Protein

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurang Energi Protein ( KEP )


KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi
yang penting di Indonesia maupun di negara yang sedang berkembang lainnya.
Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang
mengandung dan menyusui. Penderita KEP memiliki berbagai macam keadaan
patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam
proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan
KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat. Penyakit KEP diberi nama
seara internasional yaitu Calory Protein Malnutrition (CPM), kemudian diubah
menjadi Protein Energy Malnutrition (PEM).

Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan
atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG). Kurang energy protein merupakan keadaan kuang gizi yang disebakan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Depkes 1999). KEP itu sendiri dapat
digolongkan menjadi KEP tanpa gejala klinis dan KEP dengan gejala klinis.
Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah Marasmus, Kwashiorkor,
dan Marasmus-Kwashiorkor..

Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP atau
gizi buruk pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit.
Masih seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati
dengan seksama badannya mulai kurus. Sedangkan bagi KEP yang tingkat berat
yang disertai dengan gejala klinis disebut marasmus atau kwashiorkor,
dimasyarakat lebih dikenal sebagai “busung lapar”.

6
B. Klasifikasi Kurang Energi Protein
Menurut Nagan (2016) klasifikasi kurang energi protein (KEP) yaitu :

1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS pada pita warna
kuning.
2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah
garis merah (BBM).
3. KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB / 4 < 60% baku median
WHO – NCNS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/ gizi buruk dan
KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat /gizi buruk digunakan table
BB / 4 baku median WHO - NCNS.
KEP berat terdiri dari 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi


protein yang berat bisa dengan konsumsi energy dan kalori tubuh yang tidak
mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu 11
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai. Kekurangan Energi
Protein (KEP), dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan, depigmentasi, dan hyperkeratosis (Nagan, 2016).

2. Marasmus

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori – protein yang berat.Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

3. Kwashiorkor – Marasmus Merupakan suatu KEP yang temuan klinisnya


terdapat tanda kwashiorkor dan marasmus, anak mengalami edema, kurus berat,
dan berhenti tumbuh.

7
C. Patofisiologis Kurang Energi Protein

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol
dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh.

D. Gejala Kurang Energi Protein

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic kwashiokor.Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai oudema yang bukan karena penyakit lain
adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor.

a). Kwashiokor
1.  Oudema,umumnya seluruh tubuh,terutama pada pada punggung kaki (dorsum
pedis )
2.  Wajah membulat dan sembab
3.  Pandangan mata sayu
4.  Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
rasa sakit,rontok
5.  Perubahan status mental, apatis dan rewel

8
6.  Pembesaran hati
7.  Otot mengecil(hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
8.  Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
9.  Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut,anemia dan diare.

b). Marasmus
1.  Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit
2.  Wajah seperti orang tua
3.  Cengeng rewel
4.  Kulit keriput,jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai
celana longgar )
5.  Perut cekung
6.  Iga gambang
7.  Sering disertai penyakit infeksi( umumnya kronis berulang), diare kronis atau
konstipasi/susah buang air.

c). Marasmik- kwashiorkor


Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor
dan marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median WHO-NCHS disertai oedema
yang tidak mencolok

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kurang Energi Kronik


Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan
berbagai gejala-gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak
sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu
penyebabnya adalah keterkaitan dengan waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan
makanan tambahan setelah disapih . Selain itu, KEP merupakan penyakit
lingkungan, karena adanya beberapa factor yang bersama-sama berinteraksi
menjadi penyebab timbulnya penyakit ini, antara lain yaitu factor diet, factor
social, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan lain-lain.

9
F. Upaya Penanggulangan Kurang Energi Protein
Adapun penanggulangan lainnya pada penderita KEP yaitu :

1.  Jangka pendek
a.    Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di posyandu
b.    Rujukan kasus KEP dengan komplokasi pengakit di RSU
c.    Pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d.    Pemberian kapsul vitamin A
e.    Pemberian makanan tambahan (PMP)
f.     Pemulihan bagi balita gizi buruk dengan lama pemberian 3 bulan
g.    Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga
miskin usia6-12 bulan
h.    Promosi makanan sehat dan bergizi

2.  Jangkah menengah
a.    Revitalisasi Posyandu
b.    Revitalisasi Puskesmas
c.    Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

3.  Jangkah panjang
a.    Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b.    Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan
kemiskinan dan ketahanan pangan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang Energi Protein ( KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor.

Beberapa langkah preventif dalam menanggulangi masalah gizi dapat dilakukan


pemerintah : Pertama, menjamin ketersediaan pangan asal darat dan laut di
seluruh negeri. Kedua, meningkatkan daya beli masyarakat. Ketiga, meningkatkan
mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Atik, Tantriati, dkk. 2016. Kekurangan Energi Protein (KEP). Kediri : Akademi
Gizi Karya Husada.
Nagan, Peujroh. 2016. Kekurangan Energi Protein (KEP). Jakarta : Universitas
Esa Unggul.
Edwin, saputra suriadi. 2009. kejadian KEP. fkm UI Jakarta
Syafiq, ahmad. 2011. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta; rajawali pers
Artonang evawani. 2004. Kurang energi protein. Medan; USU digital library

12

Anda mungkin juga menyukai