Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“KEKURANGAN KALORI PROTEIN”


Dosen Pengampu

Putri Ayu
Norman Ridho Rizkyhanggito

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,Atas rahmat dan karunia-
Nya,
Kami kelompok 13 bisa menyelesaikan makalah tentang “KEKURANGAN KALORI
PROTEIN”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Anak. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang peran perawat
dalam perawatan anak.

Apabila jika di dalam makalah ini masih kurang penjelasannya,saya selaku penulis
memohon maaf sebesar-besarnya dan apabila ada masukan dan saran dari pembaca untuk
makalah saya ini, maka saya akan menerima dengan baik dan juga untuk
menyempurnakan makalah ini saya ucapkan banyak terimakasih.

Jayapura, 19 april 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..…..2
Daftar Isi………………………………………………………………………….3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………....4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….5
2.1 Pengertian KKP……………………………………………………………….5
2.2 Anatomi Fisiologi……………………………………………………………..5
2.3 Etiologi………………………………………………………………………..7
2.4 Patofisiologi…………………………………………………………………...7
2.5 Manifestasi Klinis……………………………………………………………..8
2.6 Pathway………………………………………………………………………..9
2.7 Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………….10
2.8 Penatalaksanaan……………………………………………………………….10
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………….12
3.1 Pengkajian……………………………………………………………………..12
3.2 Analisa Data……………………………………………………………………14
BAB 4 EBN………………………………………………………………………..17
BAB 5 PENUTUP…………………………………………………………………19
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..19
5.2 Saran……………………………………………………………………………19
Daftar Pustaka………………………………………………………………………20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan
hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-
zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan zat-zat lain. Namun,
di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi
zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.
Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan
pertumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari makanan
tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum
kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yang
diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai
keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energi protein yang terjadi, maka
manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering
diistilahkan dengan kurang gizi
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa
berat badan anak tersebut lebih rendah di bandingkan anak seusianya. Kira-kira
berat badannya hanya sekitar 60% dan 80% dari berat badan ideal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu KKP
2. Apa saja asuhan keperawatannya
3. EBN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan anggota keluarga yang sakit dengan Kekurangan Kalori Protein
(KKP) melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini agar penulis mampu :
 Melakukan pengkajian pada anggota keluarga yang sakit dengan
Kekurangan Kalori Protein (KKP).
 Menganalisis diagnosis keperawatan pada anggota keluarga yang sakit
dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP).
 Mampu menyusun rencana kerewawatan pada anggota keluarga yang
sakit dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP).

4
 Melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit
dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP).

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian KKP


Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi
Malnutrisi (PEM).
Kurang kalori protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG) (Persagi, 2009). Kekurangan gizi saat pertumbuhan berat badan
dan tinggi badan seorang anak tidak seimbang, kondisi kekurangan gizi yang terjadi
dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan gizi buruk yang sering disebut dengan
istilah kekurangan kalori protein (Utami, 2007).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam
waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu
penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan
tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum,
kuranggizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan
kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-
negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa
berat badan anak tersebut lebih rendah di banding anak seusianya. Kira-kira berat
badannya hanya sekitar 60%sampai 80% dari berat badan ideal.nyakit KKP ringan sering
di istilahkan dengan kurang gizi.
2.2 Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi yang digunakan sesuai dengan hasil lokakarya antropometri gizi
(WHO-NCHS yang di kutip oleh Arief Mansjoer,2000).
1. KKP ringan

Bila berat badan menurut umur (BB/U) = 80-70% buku median

WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 90-

80% buku median WHO-NCHS.


6
2. KKP sedang

Bila berat badan menurut umur (BB/U) = 70-60% buku median

WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 70-

60% buku median WHO-NCHS.

3. KKP berat

Bila berat badan menurut umur (BB/U) = <60% buku median

WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = <60%

buku median WHO-NCHS. KKP berat di bagi menjadi tiga yaitu :

3.1 Marasmus

Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang

menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak kurus

dan keriput.

3.2 Kwashiokor

Kwashiokor adalah penyebab utama dari kekurangan makanan

yang mengandung protein hewani, penyakit ini biasanya di derita oleh

sosial ekonomi rendah.

3.3 Marasmus-kwashiokor

Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari

marasmus dan kwashiokor.

7
2.3 Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein,
kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya
penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan dan pemakaian nutrien
atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan
kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan
salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak-kanak diseluruh dunia.
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan, sehingga
terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik
(kwashiorkor, marasmus, marasmur kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP sangat
banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya KKP:
1. Ekonomi negara rendah
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem peradangan dan distribusi tidak lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi dan infeksi cacing
10. Konsumsi kurang
11. Absorpsi terganggu
12. Utilisasi terganggu
13. KKP
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak (Betz., L & Linda S, 2013)
2.4 Patofisiologi
Proses terjadi KKP akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia (host) yang didukung oleh
kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan
zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat
dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan
pertumbuhan terhambat.
Meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi
dalam darah, berupa : rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula
terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvatt pada
kekurangan tiamin.

8
Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-
tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain. Kebanyakan
penderita malnutrisi sampai tahap ini.
Keadaan ini akan berkembang yang diikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi seperti
kebutaan dan fotofobia, nyeri lidah pada penderita kekurangan riboflavin, kaku pada kaki pada
defisiensi thiamin. Keadaan ini akan segera diikuti luka pada anatomi seperti xeroftalmia dan
keratomalasia pada kekurangan vitamin A, angular stomatitis pada kekurangan riboflafin, edema,
dan luka kulit pada penderita kwashiorkor (Supariasa, 2002).
2.5 Manifestasi Klinis
KKP berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-
kwashiorkor. KKP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut
KKP berat tipe kwashiorkor (Arief Mansjoer,2000).
KKP ringan dan sedang Sering ditemukan gangguan pertumbuhan :
1. Anak tampak kurus.
2. Pertumbuhan linier berkurang atau berhenti
3. Berat badan tidak bertambah, adakalanya bahkan turun
4. Ukuran lingkar lengan atas kecil dari normal
5. Maturasi tulang terhambat
6. Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal/menurun
7. Anemia ringan atau pucat
8. Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibanding anak-anak sehat
KKP Berat
1. Gangguan pertumbuhan
2. Mudah sakit
3. Kurang cerdas
4. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian (Betz., L & Linda S, 2013)

9
2.6 Pathway

Ekonomi rendah, pendidikan Kegagalan menyusui ASI, terapi puasa karena


kurang, hygiene rendah penyakit, tidak memulai makanan tambahan

KEP

Penurunan jumlah Energi


protein tubuh menurun
Marasmus
Terjadi perubahan
biokimia dalam
tubuh Cadangan protein otot terpakai
secara terus menerus untuk
memperoleh asam amino
Kwashiorkor

Perbandingan asam amino yang


berbeda dengan protein jaringan
Gangguan absorbs dan Produksi albumin
transportasi zat-zat gizi oleh hepar rendah
(hipo albuminemia) Salah satu jenis asam amino rendah
Pengambilan energi konsentrasinya
Tekanan ostomic Gangguan
selain dari
plasma menurun pembentukan
lipoprotein (lemak) Asam amino tidak berguna bagi sel
Penyusunan otot Cairan dari dari hati
intravaskuler ke Tubuh mengalami kehilangan energi
Penurunan BB intersisial Penurunan
secara terus menerus
detoksifikasi hati
Oedema
Definisit nutrisi Resiko Otot-otot melemah dan menciut
infeksi
Risiko
ketidakseimbang
Gangguan integritas Resiko gangguan perkembangan
an cairan
kulit

10
2.7 Pemeriksaan Fisik
1. Mengukur TB dan BB.
2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter).
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah
50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar
2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah
otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
2.8 Penatalaksanaan
1. Atasi/cegah hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <35C). Pemberian makanan
yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal <35C : segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi
bila perlu), hangatkan anak dengan pakaian atau selimut letakkan dekat lampu atau
pemanas atau peluk anak di dada ibu.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus
diberi : cairan resomal/larutan garam khusus sebanyak 5ml/KgBB setiap 30 menit selama
2 jam secara oral.
4. Koreksi defisiensi nutrien mikro :
Berikan setiap hari :
 Tambahan multivitamin
 Asam folat 1mg/hari (5mg hari pertama)
 Seng (Zn) 2mg/KgBB/hari
 Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hari
 Vitamin A oral pada hari 1,2 dan 14:
Umur >1 tahun : 200.000SI
Umur 6-12 bulan : 100.000SI
Umur 0-5 bulan : 50.000 SI
5. Mulai pemberian makan
Prinsip pemberian nutrisi yaitu:
 Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa.
 Energi : 100kkal/kgBB/hari
 Protein : 1-1,5 g/kgBB/hari
 Cairan 130ml/kgBB/hari

11
 Teruskan bila anak mendapat ASI
6. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
Pada KKP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental pada perilaku, karenanya
berikan kasih sayang, lingkungan yang ceria, terapi bermain, keterliban ibu.
7. Berikan follow up setelah sembuh
Bila berat anak sudah mencapai 80% dapat dikatakan anak sembuh, pola makan yang
baik dan stimulasi harus di lanjutkan dan tunjukan kepada orang tua cara pemberian
makan yang sering dan kandungan dan nutrien yang padat, terapi bermain terstruktur
(Arief Mansjoer,2000)

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas pasien
Nama klien : An. B
TTL : Palangka Raya, 20 Desember 2020
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan :-
Alamat : Jl. G. Obos No.12
Diagnosa Medis :
2. Identitas pasien
Nama klien : Jaenab
TTL : Kapuas, 12 April 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.G.Obos No.12
Hubungan keluarga : Ibu
3. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien tidak ingin menyusui ASI
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan klien masuk Rumah Sakit dr. Sylvanus pada tanggal 20 April
2021 pukul 16.00 WIB melalui IGD dengan keluhan dan tidak mau minum ASI
selama 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan lalu
Ibu klien mengatakan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit, sebelumnya tidak
ada riwayat operasi, kecelakaan dan tidak ada alergi terhadap makanan / obat-obatan
1) Riwayat prenatal
a. ANC : ya (2x selama hamil)
b. Imunisasi : -
c. Kejadian khusus selama kehamilan tidak ada
d. Nutrisi saat hamil klien selalu makan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan
klien pernah minum susu
2) Riwayat natal
a. Penolong : Bidan

13
b. Tempat : Dirumah
c. Usia kehamilan : 9 Bulan
d. Jenis persalinan : Normal
e. Kondisi saat lahir : Sehat
f. Berat badan dan panjang badan saat lahir : 3500 kg/ 51 cm
3) Riwayat postnatal
a. Perawatan tali pusat : ibu klien mengatakan mampu merawat tali pusat
b. Memandikan bayi : ibu klien mampu memandikan bayinya dengan air
hangat setiap pagi dan sore
c. Menyusui : Setelah lahir klien minum ASI ibunya, setelah 2 bulan
kemudian klien tidak mau minum ASI dan nafsu menyusui menurun
dengan BB sebelum sakit 3,5 kg dan saat ini 2,5 kg
d. Perawatan payudara : ibu klien mengatakan mampu dan pernah belajar
perawatan payudara
e. Riwayat imunisasi (jika anak/klien kurang dari 2 tahun)
4) Penyakit sebelumnya : -
5) Imunisasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit seperti diderita klien, maupun penyakit yang bersifat menurun
seperti Hipertensi, diabetes, jantung, dan penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
dan lain-lain.
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

14
3.2 Analisa Data
N DATA KEMUNGKINAN MASALAH
O PENYEBAB
1 DS : Kegagalan menyusui ASI Defisit nutrisi
 Ibu klien mengatakan Kekurangan Energi Protein (D.0019)
nafsu terhadap minum (KEP)
ASI nya menurun Penurunan jumlah protein
DO : tubuh
 Klien terlihat lemah Penyusutan otot
 Klien hanya minum Penurunan berat badan
susu bubuk Nutrisi kurang dari
 Frekuensi 3x sehari kebutuhan
 Nafsu makan
berkurang
2 DS : Kegagalan menyusui ASI Gangguan integritasi
 Ibu klien mengatakan Kekurangan Energi Protein kulit/jaringan (D.0129)
tidak ada makanan (KEP)
tambahan, hanya ASI Produksi albumin oleh hepar

15
DO : rendah (hipo albuminemia)
 Turgor kulit tidak Cairan dari intravaskular ke
elastis intersisial
 Ubun ubun cekung Oedema
 Kulit klien terlihat Gangguan integrasi kulit
keriput
3 DS : Kegagalan Menyusui ASI Risiko Gangguan
 Ibu klien mengatakan Penurunan jumlah protein Perkembangan
3 hari yang lalu tidak tubuh (D.0107)
mau minum ASI Energi menurun
DO : Tubuh mengalami
 Klien tampak lemah kehilangan energi secara
 Klien hanya minum terus menerus
susu bubuk Otot-otot melemah dan
 Nafsu makan menciut
berkurang Resiko gangguan
 Turgor kulit tidak perkembangan
elastis
 Kulit tampak kering

Prioritas Masalah
1. Defisit nutri b.d kegagalan menyusui ASI d.d nafsu minum ASI menurun (D.0019)
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kekurangan energi protein d.d klien tampak lemah
(D.0129)
3. Risiko gangguan perkembangan b.d kegagalan menyusui ASI d.d klien tidak minum ASI
3 hari yang lalu (D.0107)
Perencanaan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan -Identifikasi status -Untuk mengetahui
kegagalan menyusui tindakan keperawatan nutrisi status nutrisi klien
ASI d.d nafsu ASI selama 1x24 jam -Identifikasi -Untuk mengetahui
menurun (D.0019) diharapkan kebutuhan kebutuhan kalori kebutuhan nutrisi dan
nutrisi tubuh terpenuhi dan nutrient nutrient klien
dengan kriteria hasil : -Monitor asupan -Untuk mengetahui
 Nafsu menyusui makanan asupan makanan
ASI menjadi -Berikan makanan klien
baik tinggi kalori dan -Untuk meningkatkan
 Klien tampak tinggi protein kalori dan protein
tidak lemah dan -Kolaborasi dengan klien
lemas ahli gizi -Untuk menentukan
jumlah kalori dan
Manajemen Nutrisi jenis nutrient yang

16
(I.03119) dibutuhkan klien
Gangguan integritas Setelah dilakukan -Identifikasi -Untuk mengetahui
kulit b.d kegagalan tindakan keperawatan penyebab gangguan penyebab integritas
menyusui ASI d.d selama 1x24 jam integritas kulit (mis. kulit
klien tampak lemah diharapkan intoleransi Perubahan status -Agar kulit klien
(D.0129) aktivitas teratasi dengan nutrisi) tidak kering
kriteria hasil : -Gunakan produk -Agar asupan nutrisi
 Elastisitas kulit berbahan petroleum terpenuhi
normal atau minyak pada
 Perfusi jaringan kulit kering
normal -Anjurkan
 Kulit membaik meningkatkan
 Tekstur kulit asupan nutrisi
normal
Perawatan
integritas kulit
(I.11353)
Risiko gangguan Setelah dilakukan -Identifikasi isyarat -Untuk mengetahui
perkembangan b.d tindakan keperawatan perilaku dan bagaimana keadaan
kegagalan menyusu selama 1x24 jam fisiologi yang klien
ASI d.d klien tidak diharapkan harga diri ditunjukkan bayi -Agar klien merasa
menyusui 3 hari yang rendah dapat teratasi (mis. Lapar, tidak aman
lalu (D.0107) dengan kriteria hasil : nyaman) -Agar klien merasa
 Keterampilan -Berikan sentuhan nyaman dan tenang
dan perilaku yang bersifat gentle -Agar orang tua klien
sesuai usia dan tidak ragu-ragu mengetahui
meningkat -Minimalkan perkembangan anak
 Pemantauan kebisingan ruangan dan perilaku anak
perubahan status -Jelaskan orang tua -Agar bayi merasa
nutrisi atau pengasuh nyaman dan aman
meningkat tentang milestone
perkembangan anak
dan perilaku anak
-Anjurkan orang
tua menyentuh dan
menggendong bayi
nya

Perawatan
perkembangan
(I.10339)

BAB 4

17
EBN
Aplikasi EBNP Format (PICO) Jurnal Terlampir
Proses pertumbuhan yang dialami oleh P: Anak A umur 39 Hermina, Prihatini.
balita merupakan hasil kumulatif sejak bulan
2011, Gambaran
balita tersebut dilahirkan. Keadaan gizi
yang baik dan sehat pada masa balita keragaman Makanan
(umur bawah lima tahun) merupakan I: Edukasi tentang
pentingnya nutrisi kalori dan Sumbangannya
fondasi penting bagi kesehatannya di
masa depan. Kondisi yang berpotensi dan protein dari telur Terhadap Konsumsi
mengganggu pemenuhan zat gizi putih
Energi Protein Pada
terutama energi dan protein pada anak
akan menyebabkan masalah gangguan Anak Balita Pendek
pertumbuhan, yakni tinggi badan balita C: -
(stunting) di Indonesia.
lebih rendah dari standar usianya serta
berat badan yang tidak sesuai dengan Puslitbang Gizi dan
O: Kenaikan Berat
tinggi badan atau usianya. Kondisi
Badan Makanan, Badan
tersebut diperlukan asupan makanan
tinggi protein yang cukup sebagai Litbangkes Kemenkes
upaya penanganan pada balita dengan T:- RI, Jurnal Badan
gangguan pemenuhan nutrisi. Seorang
anak perempuan memiliki umur 39 Litbangkes, vol.39, no
bulan dengan berat badan anak 10 kg,
2, hal 62-73.
tinggi badan 87 cm lingkar kepala 45
cm dan lila 13 cm, hasil analisis
pertumbuhan BB/U yaitu -2,6 SD
termasuk kategori gizi kurang, TB/U -
2,5 SD termasuk kategori gangguan
nutrisi atau pendek, BB/TB -1 SD
termasuk kategori normal. Hasil
analisis pertumbuhan berdasarkan
CDC 2000 yaitu 71% (70%-90% Gizi
kurang) selain itu Anak tersebut susah
untuk untuk makan, anak sering
menolak ketika disuguhkan nasi, dan
kalaupun mau hanya beberapa sendok,
anak sering makan pentol dan makanan
ringan serta minuman perasa. Putih
telur memiliki kandungan protein yang
tinggi, protein sangat diperlukan untuk
asupan gizi pada gangguan nutrisi.
setelah dilakukan implementasi
pemberian makanan tambahan putih
telur dengan cara direbus serta
diberikan edukasi tentang pentingnya
nutrisi dengan 3 kali pertemuan selama
21 hari diperoleh jika berat badan

18
balita naik. Hasil evaluasi menunjukan
masalah keperawatan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
ditandai dengan ada kenaikan berat
badan setelah dilakukan intervensi
selain itu ibu klien mengatakan akan
berusaha mencukupi kebutuhan protein
anaknya terlebih dalam hal
mengkonsumsi putih telur serta
makanan sehat lainnya untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

BAB 5
PENUTUP

19
5.1 Kesimpulan
KKP merupakan masalah gizi utama di indonesia. KKP disebabkan karena defisiensi
makro nutrion ( zat gizi makro ). Meski pun saat ini terjadi masalah dengan defisiensi macro
nutrion namun di beberapa daerah di prevalensi kep masih tinggi sehingga memerlukan
penanganan yang intensif dalam penurunan prevalensi.

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar.

5.2 Saran

Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus
ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para
pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah
kami ini. Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya, kesilapan dan kekhilafan
itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.

Daftar Pustaka

20
1. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama
Widya. Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Depkes RI. (1999). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010.
Jakarta.
3. Nuuhsan Lubis an Arlina Mursada. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita.
Jakarta : EGC.
4. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes
Ri
5. Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing. 55-65.
6. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180- 195.
7. Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
8. Hermina, Prihatini. 2011, Gambaran keragaman Makanan dan Sumbangannya
Terhadap Konsumsi Energi Protein Pada Anak Balita Pendek (stunting) di Indonesia.
Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes Kemenkes RI, Jurnal Badan
Litbangkes, vol.39, no 2, hal 62-73.

21

Anda mungkin juga menyukai