Anda di halaman 1dari 22

Mata kuliah : Keperawatan Anak

Dosen pengampuh : Ns. Marwasariaty, S.Kep.,M.Kep

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN TEORI DENGAN PENYAKIT KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP)
PADA ANAK

OLEH

NURHALIMAH TUSSADDIA (2021107)

POPPY REVALIA JAMAL ( 2021109)

DIII KEPERAWATAN
AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang KKP

Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh


akan kalori ,protein,atau keduanya,tidak tercukupi oleh diet.kedua bentuk
difesiensi ini tidak jarang berjalan bersisian,meskipun salah satu lebih
dominan dari pada yang lain.Keperahan KKP berkisar dari hanya penyusutan
besar berat badan atau terlambat nya tunbuh,sampai ke sindrown klinis yang
nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan mineral.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan


kalori protein. Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti
pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat
asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita kan mengalami
kondisi malnutrisi energi protein.

Beragam masalah malnutrisis banyak ditemukan pada anak-anak.


Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP , yaitu
penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga
diartikan sebagai keadaan gurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam maknan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energi protein
yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP
ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.

KKP adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat


kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Energi
yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat
gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang
terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Fungsi utama karbohidrat
adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan
metabolisme protein. Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita
mengalami penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan
sebelumnya dalam 3 bulan terkhir. Kriteria lain yang digunakan adalah apabila
saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan
tinggi badan. Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein
dan energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang. Di Indonesia
masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013 tercatat
sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi buruk dan
kurang. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah
balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah
menurun 0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekurangan Kalori Protein (KKP)

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan


hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat
seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di
zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-
zat tersebut.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.
Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.
Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika
kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita
akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum,


kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan
kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang
gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari
-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada
derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara


berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat
badananak tersebut lebih rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat
badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.
B. Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare.

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun
KKP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.

Berikut beberapa faktor penyebabnya :

1. Faktor sosial.

Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat


akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak
balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya diberi
makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil, ataupun
adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung
turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

2. Kemiskinan.

Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit


ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak
biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

3. Laju pertumbuhan

penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian


bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab
munculnya penyakit KKP.

4. Infeksi.

Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan
kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada
gilirannya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan
pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat
untuk dapat membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan
bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.

5. Pola makan.

Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air
Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI
protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi
anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

6. Tingkat pendidikan

orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para


ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan
untuk anak-anak mereka.

7. Kurangnya pelayanan kesehatan,

Pelayanan kesehatan terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan


bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-
anak.

C. Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekuranganmakanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untukmempergunakan karbohidrat, protein dan
lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jamsudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira - kira kehilangan separuh dari tubuh.
PATHWAY

Ekonomi rendah, pendidikan Kegagalan menyusu ASI, terapi puasa karena


kurang, hygiene rendah penyakit, tidak memulai makanan tambahan

KEP

Penurunan jumlah
Energi menurun
protein tubuh

marasmus

Terjadi perubahan
biokimia dalam tubuh

Cadangan protein otot terpakai secara terus


menerus untuk memperoleh asam amino

kwashiorkor

Perbandingan asam amino yang


berbeda dengan protein jaringan

Gangguan absorbs Produksi albumin oleh hepar


dan transportasi rendah (hipoalbuminemia
zat-zat gizi
Salah satu jenis asam
amino rendah
konsentrasinya

Tekanan osmotic
Pengambilan energi plasma menurun
selain dari

Asam amino
tidak berguna
Cairan dari b i l
Penyusutan otot intravaskuler ke
intersisial

Tubuh mengalami
kehilangan energi
Penurunan BB
secara terus
Edema menerus
Defisit nutrisi
Risiko
ketidakseimbangan
cairan Otot-otot
melemah dan

Risiko gangguan
perkembangan

D. Manifestasi Klinik

1. KKP Ringan :

a. Pertumbuhan linear terganggu

b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun

c. Ukuran lingkar lengan atas menurun

d. Maturasi tulang terlambat

e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun

f. Anemia ringan atau pucat

g. Aktifitas berkurang

h. Kelainan kulit (kering, kusam)

i. Rambut kemerahan

2. KKP Berat :

a. Gangguan pertumbuhan

b. Mudah sakit

c. Kurang cerdas

E. Gejala dari KKP adalah :

1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua


2. Abdomen dapat kembung dan datar. BB menurun

3. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.

4. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,

5. Kulit keriput (turgor kulit jelek)

6. Ubun-ubun cekung pada bayid. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian E.


Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)

KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.

1. Kwashiorkor

Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada
tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana,
kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang
ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake
yang berlangsung kronis.

Kwshiorkor disebabkan oleh insufiensi asupan protein yang bernilai biologis


adekuat dan sering berkenaan dengan defisiensi asupan energy ( Rudolph, 2006, hal :
1123).

2. Marasmus

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196). Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi
yang ekstrem (Sediaoetama, 1999)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)

1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin

2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit

3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer,
2000) :

1. Atasi atau cegah hipoglikemi


Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat
celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di
bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa
10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b.
Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap
kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d.
Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam

2. Atasi atau cegah hipotermi

Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair
/ formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak
dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu
atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5
derajat celcius.

3. Atasi atau cegah dehidrasi

Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan


syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan –
pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam
khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya).

G. Komplikasi KKP

1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan


(membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera
teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).

2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-


enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit
beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.

3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-


enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-
retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.

4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor
ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.

6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik,


granulositopenia, trombositopenia.

7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi


dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh
fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses
pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.

8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan


yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh
kembang anak.

9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.

10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi,
bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang
khas merupakan tanda khas pada gejala ini.

H. Akibat Kekurangan Kalori Protein

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah.


Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak
-anak di bawah lima tahun. Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2. Mudah terkena penyakit

3. Berkurangnya daya pikir

4. Penurunan fungsi otak

5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit

6. Berkurangnya daya tahan tubuh

7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

I. Cara Menanggulangi KKP

KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia.
Kita dapat berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara
pencegahannya :

1. Tingkat keluarga

a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan

c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin,
mineral)

d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit


e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI

f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat
pembuat susu dan makanan bayi serta penyediaan oralit

g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur
makanan yang bergizi untuk buah hati mereka

2. Tingkat posyandu

a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu

b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)

c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT)
contoh : KMS

d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC,
polio dan ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :

1) BCG

2) DPT

3) Polio

4) Hepatitis

5) Campak

3.Tingkat pengobatan

Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung


protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan
tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.

Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah


sebagai berikut:

1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus
kwashiorkor.

2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.

3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB

4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari


5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar

6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.

7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

1. Pengkajian

A. Identitas klien dan penanggung jawab

Meliputi pengkajian nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama,


pendidikan klien dan penanggung jawab klien.

B. Riwayat kesehatan

 Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan


pertumbuhan (berat  badan semakin semakin lama semakin
semakin turun), turun), bengkak pada tungkai, sering dan sering
diare dan keluhan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.

 Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,


hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh8kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein
dankalori dalam waktu relatif lama).

 Riwayat imunisasi

 Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan


rumah dan komunitas,  pendidikan  pendidikan dan pekerjaan
pekerjaan anggota anggota keluarga, keluarga, fungsi dan
hubungan hubungan angota keluarga, keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang  penyakitklien dan lain-lain

C. Pemeriksaan fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang


meliputi keadaan umum dan umum dan status kesadaran, tanda-tanda
kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala area kepala dan waajah, dan
waajah, dada, abdomen, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri adalah pengukuran antropometri (berat badan,
(berat badan, tinggi badan, ling tinggi badan, lingkaran lengan atas karan
lengan atas dan tebal dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang
mungkin didapatkan adalah:

1. Penurunan ukuran antropometri

2. Perubahan rambut (defigmentasi, Perubahan rambut (defigmentasi,


kusam, kering, halu kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) s,
jarang dan mudah dicabut)

3. gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema


palpebra.

4. tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, tanda-tanda


gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal) k, ronchi, retraksi otot intercostal)

5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising Perut tampak buncit,
hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
sus dapat meningkat bila terjadi diare.

6. Edema tungkai

7. kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement


dermatosis terutama pada  bagian tubuh  bagian tubuh yang sering
tertekan (bokong, yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan , ruas jari kaki, paha dan
lipat  paha)

2. Diagnosa keperawatan

a. Diagnosa 1 (SDKI) : Defisit nutrisi

 Definisi.

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme.

 Data mayor dan tanda minor

 Gejala dan tanda mayor

Subjektif

Objektif

-berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang


ideal.

 Gejala dan tanda minor

Subjektif

-cepat kenyang setelah makan

-kram/nyeri abdomen

-nafsu makan menurun

Objektif

- bising usus hiperaktif

- otot pengunyah lemah

- otot menelan melemah

- membran mukosa pucat

- sariawan

- serum albumin turun

- rambut rontok berlebihan

- diare

c. faktor yang berhubungan

defisit nutrisi berhubungan Ketidakmampuan


mengabsorbsi nutrien. Dan bisa juga berhubungan
dengan Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukup)
b. Diagnosa 2 (SDKI) : Resiko ketidakseimbangan cairan

 Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan


atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler,
intraseluler.

 Faktor risiko

-Prosedur pembedahan mayor

-trauma/perdarahan

-luka bakar

-aferesis

-asites

-obstruksi intestinal

-peradangan pankreas

-penyakit ginjal dan kelenjar

-luka bakar

 Kondisi klinis terkait

- Prosedur pembedahan mayor

- Penyakit ginjal dan kelenjar

- Perdarahan

- Luka bakar

 Faktor yang berhubungan

Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan


dengan rendahnya produksi albumin oleh hepar.

c. Diagnosa 3 (SDKI) : Risiko gangguan perkembangan.

 Definisi : berisiko mengalami gangguan untuk


berkembang sesuai dengan kelompok usianya.

 Faktor risiko

- ketidakadekuatan nutrisi
- ketidakadekuatan perawatan prenetal

- keterlambatan perawatan prenatal

- usia hamil di bawah 15 tahun

- usia hamil di atas 35 tahun

- kehamilan tidak tidak terencana

- kehamilan tidak diinginkan

- gangguan endokrin

- prematuris

- kelainan genetik/kongenital

- kerusakan otak (mis. Perdarahan selama periode


pascanatal, penganiayaan, kecelakan).

- penyakit kronis

- infeksi

- efek samping terapi (mis. Kemoterapi, terapi radiasi,


agen farmakologis).

- penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual).

- gangguan pendengaran

- gangguan penglihatan

- ketidakmampuan belajar

- anak adopsi

- kejadian bencana

- ekonomi lemah.

 Faktor yang berhubungan

Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan


ketidakadekuatan nutrisi.
3. Rencana keperawatan

a. Defisit nutrisi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi


membaik.dengan kriteria hasil :

1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2) Kekuatan otot pengunyah meningkat

3) Kekuatan otot menelan meningkat

4) Serum albumin meningkat

5) Verbalisasai keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

6) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

7) Pengetahuan tentang minuman yang sehat

8) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat


meningkat

9) Penyiapan drai penyimpanan makanan yang aman meningkat

10)Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat

11)Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan


kesehatan

12)Perasaan cepat kenyang menurun

13)Nyeri abdomen menurun

14)Sariawan menurun

15)Rambut rontok menurun

16)Diare menurun

17)Berat badan membaik

18)Indeks massa tubuh (IMT) membaik

19)Frekuensi makan membaik

20)Bising usus membaik

21)Tebal lipatan kulit trisep membaik

22)Membran mukosa membaik


Rencana tindakan (status nutrisi)

Observasi

- Identifikasi status nutrisi

- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

- Identifikasi makanan yang disukai

- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

- Monitor asupan makanan

- Monitor berat badan

- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perl

- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)

- Sajikan maknanan secara menarik dan suhu yang sesuai

- Berikan maknanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

- Berikan suplemen makanan, jika perlu

- Hentikan pemeberian makan melalui selang nasogstruk jika asupan


oral dapat ditoleransi

Edukasi

- Anjurkan posisi duduk, jika mampu

- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemeberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,


antlemetik), jika perlu.

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

b. Resiko ketidakseimbangan cairan

Tujuan : setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


keseimbangan cairan diharapkan meningkat dengan kriteria hasil :

1) Asupan cairan meningkat

2) Haluaran urin meningkat

3) Kelembapan membran mukosa meningkat

4) Asupan makanan meningkat

5) Edema menurun

6) Dehidrasi menurun

7) Asites menurun

8) Konfusi menurun

9) Tekanan darah membaik

10)Denyut nadi radial membaik

11)Tekanan arteri rata-rat membaik

12)Membran mukosa membaik

13)Mata cekung membaik

14)Turgor kulit membaik

15)Berat badan membaik

Rencana tindakan (manajemen cairan)

Observasi

- Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,


pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)

- Monitor berat badan harian

- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis

- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematolrit, Na, K, CI,


berat badan jenis urin, BUN)

- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika


tersedia)

Terapeutik

- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jm

- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan

- Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

c. Resiko gangguan perkembangan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan maka di harapkan status


perkembangan membaik dengan kriteria hasil :

1) Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat

2) Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat

3) Respon sosial meningkat

4) Kontak mata meningkat

5) Kemarahan menurun

6) Regresi menurun

7) Afek membaik

8) Pola tidur membaik

Rencana tindakan ( promosi perkembangan anak)

Observasi

- Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak

Terapeutik

- Fasilitasi hubungan anak dan teman sebaya

- Dukung anak berinteraksi dengan anak lain

- Dukung anak mengekspresikan perasaannya secara positif


- Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewajarnya

- Dukung partisipasi anak disekolah, ekstrakurikuler dan aktivitas


komunitas

- Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak

- Bacakan cerita/dongeng untuk anak

- Diskusikan bersama remaja tujuan dan harapannya

- Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk menggambar, melukis, dan


mewarnai

- Sediakan mainan berupa puzzle dan maze

Edukasi

- Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada di lingkungan sekitar

- Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilaku yang


dibentuk

- Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara anak

- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain, jika perlu

- Ajarkan tekhnik asertif pada anak dan remaja

- Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan pada


pengasuh

Kolaborasi

- Rujuk untuk konseling, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

http://indahverawati.blogspt.com/2015/02/askep-kekurangan-kalori-protein-
kkp.html?m=1

https://www.coursehero.com/file/141882023/KEPERAWATAN-ANAK-I-LP-
dan-Askep-KKP-kelompok-1docx/

https://pdfcoffe.com/kel-8-askep-kkp-pdf-free.html

https://www.academia.edu/39255328/MAKALAH_KEPERAWATAN_ANAK_I

Anda mungkin juga menyukai