Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah

tanga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah


kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami
masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat
diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Sekarang ini masalah gizi
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Malnutrisi masih saja melatar
belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan
yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak
baik, maka timbul penyakit gizi. Umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi
buruk. Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat
yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk
akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh masing masing orang. Masalah gizi semula dianggap sebagai
masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan
medis/kedokteran. Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan
produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak.
Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang
terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan
dalam kandungan. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong
terjadinya gangguan gizi terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan
makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu,
adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis
makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga dan jarak kelahiran yang
rapat.

Kemiskinan

masih

merupakan

bencana

bagi

jutaan

manusia.

Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir hendak makan dimana sementara


kelompok lain masih berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi.
Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak

anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan,
kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak anak ternyata melampaui
orang dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan
cara mengukur luas permukaan tubuh/menghitung secara langsung konsumsi
energi itu ( yang hilang atau terpakai ).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi
yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana
berdasarkan berat badan Kekurangan berat badan yang berlangsung pada
anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius.
B.

IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah masalah gizi buruk yang kita ketahui bisa menyerang siapa saja

khusunya balita dan anak anak dengan criteria umur tertentu. Masalah gizi pada
hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja
melainkan dari pendekatan lain. Identifikasi gizi buruk berupa penyebab
penyebab gizi buruk, asupan gizi, malnutrisi primer dan sekunder, dan jumlah
data penderita gizi buruk.
C.

TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberitahukan kepada

masyarakat hal hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi
buruk, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya
mengenai gizi buruk, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit gizi
buruk.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

FENOMENA DI MASYARAKAT MASALAH GIZI BURUK


Sepanjang tahun ini banyak sudah bencana kesehatan yang melanda

bangsa ini. Mulai dari demam berdarah, polio dan penyakit busung lapar yang
cukup mengejutkan. Kasus penderita gizi buruk terus bertambah disejumlah
daerah. Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang
ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak
dari kurang gizi hingga busung lapar. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang
sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.
Penyebab utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karenamasalah
ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua
menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama
meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia, kemiskinan memicu kasus Gizi
Buruk.
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori
baik dari karbohidrat atau protein (protein-energy malnutritionPEM).Kurangnya
pasokan energi sangat mempengaruhi kerja masing-masing organ tubuh. Keadaan
gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3 tipe: Kwashiorkor,Marasmus, dan
Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anakanak di negara berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan
secara jelas menurut perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat
teramati dari gejala yang ditunjukkan penderita.
1. DEFINISI
1.1.
KWARSHIORKOR
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak
yang kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk
malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Kwashiorkor paling seringnya
terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.

Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi
dari parasit atau infeksi lain.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang
tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi
Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
1.2.

MARASMUS

Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa jerman) yang berarti


sekarat. Mal nutrisi jenis ini biasanya biasanya berupa kelambatan pertumbuhan,
hilangnya lemak di bawah kulit, mengecilnya otot, menurunnya selera makan dan
keterbelakangan mental.
Marasmus adalah salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada
balita penyebabnya antara lain karen amasukan makanan yang sangat kurang,
infeksi,pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta
kesehatan lingkungan memiliki satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition
di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala
kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari
marasmus dan kwashiorkor.
2. ETIOLOGI
2.1.
Kwarshiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain:
a. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang

cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai.


Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang
diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumbersumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan
penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga atau penghasilan yang rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara Malnutrisi Energi
Protein (MEP) dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi.
2.2.

Marasmus

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab sebab marasmus antara lain :

Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat

masukan kalori yang sedikit.


Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak ; misalnya pemakaian

secara luas susu kaleng yang terlalu encer.


Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang

mempunyai hubungan orangtua dan anak terganggu.


Kelainan metabolik. Misalnya : renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. Malformasi
kongenital

misalnya:

penyakit

jantung

bawaan,

penyakit

Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,


stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis
pankreas.
3.1.

3. PATOFISIOLOGI
Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang

dalam keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan
ini tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya
digunakan cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada
defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai
asam amino.
3.2.

Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang

sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan

beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan


akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
4. GEJALA
4.1.Marasmus

Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat

minum.
Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek

dan kulit keriput.


Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu

terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.


Hipotoni akibat atrofi otot
Perut buncit
Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

4.2.
Kwashiorkor
Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah

terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.


Pertumbuhan terlambat
Udema
Anoreksia dan diare.
Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit
yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi

eritropoitin dan kerusakan hati.


Anak mudah terjangkit infeksi
Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
4.3.
Marasmic kwashiorkor
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala

(sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus
lalu

berlanjut

menjadi

kwashiorkor

atau

sebaliknya

tergantung

dari

makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan
berkurang/habis terpakai.

Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak


akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk
energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang
dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong
yang miskin akan protein.
5. PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang
pertama adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang
telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan
kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi
ditemukan hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa :

tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)


kadar enzim pencernaan
biopsi hati
pemeriksaan tinja & urin

Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam


serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan
makanan,tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidrosiprolin melalui
urin,kadar asam amino dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan
asam-asam amino yang tidak essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria
meningkat.
Kerap kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat
juga penurunan aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi
kadarnya akan kembali menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.
B.

PENYEBAB GIZI BURUK

Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada
banyak!.Penyebab pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal
sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak
tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan
menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun
belakangan ini tidak ada hujan menjadi kering kerontang Tanaman jagung yang
merupakan penunjang ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari
rakyat gagal dipanen.
Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal
didaerah pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan
gizi yang kurang dan bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan
fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan
sangat kelam dan buram.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial
masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat 'onedimensional,'
yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian
saja. Banyak orang menanam makanan secukupnya saja, artinya hasil panen itu
cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada
pemikiran

untuk membudidayakan hasil pertanian

mereka

demi

meraup

keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya


alternatif yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi
menunjang kebutuhan sehari-hari.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih
berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah.
Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja menghilangkan
kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka akses terhadap
penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya,menciptakan godaan
untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua aparat dan pejabat
seperti itu. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan
pendampingan agar mereka memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial
mereka sebagai warga negara.

C.

MALNUTRISI PRIMER
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering

disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan


rendahnya pengetahuan. Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi
tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita
dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering
dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu
dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,ukuran lengan atas
menurun, pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat,perbandingan berat terhadap
tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan,
aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Pada
penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga
mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf.berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian
dapat terjadi pada penderita malnutrisi primer yang berat.
D.

MALNUTRISI SEKUNDER
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan

yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena
adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal
tumbuh.

Gangguan

sejak

lahir

yang

terjadi

pada

sistem

saluran

cerna,metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain.


Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi
sekunder.Malnutrisi sekunder ini gangguan peningkatan berat badan yang
disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak. pada malnutrisi
sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak.
Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih
cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka
tampak segar.Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis
yangdiberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi )
tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan
panduan diagnosis yang ada.Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder

lebih kompleks danrumit. Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin


ilmu kedokteran anak seperti bidang gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergiimunologi, tumbuh kembang dan lainnya. Gizi buruk memang merupakan
masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat dan
lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk
identik dengan kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena
masalah ekonomi atau kurangnya pengetahuan dan pendidikan.
E.

PERLUNYA ASUPAN GIZI


Banyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa

berdampak baik sekaligus berdampak buruk. suatu produk suplemen harus


menjalani uji klinis dulu sebelum dipasarkan. kita tidak terlena begitu saja dengan
rayuan iklan yang terlalu bom bastis. Tapi di sisi lain produk suplemen yang
memang bisa dipercaya kebenarannya sangat berguna bagi kebanyakan orang
yang tidak sempat mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari.Lebih baik
kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukana supan atau
suplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin
keamanannya, Kecuali kalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau
didapat dari dokter. Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak
anak. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal
Banyak produk susu kaleng atau susu formulamengandung asam linoleat, DHA
dan sebagainya. ASI juga mengandung zatanti efeksi.
Untuk memulihkan kondisi Balita pada status normal, dibutuhkan asupan
susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan
mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari berat badan
anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan
beranekaragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur,
dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya
menggunakangaram beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi
kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini
tentunya masih sulit dipenuhi oleh masyarakat Indonesia.

Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:

F.

Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.


Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan

tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan


perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein
sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Langkah penanganan harus
didasarkan

pada

penyebab

serta

kemungkinan

pemecahnya.Sedangkan

pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit


yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderitapun sebaiknya dirawat di
rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan
pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus
diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati
penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah gejala atau kekambuhan
dari gizi buruk.
BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Ada 4 faktor yang melatar belakangi KKP yaitu : masalah sosial,

ekonomi,biologi, dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social ekonomi,merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan,
dan tidak sehat serta ketidak mampuan mengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi
masih saja melatar belakangi penyakit dan kematian anak. Marasmus sering
menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor
cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Kecukupan zat gizi
berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak. Kasus gizi buruk bukanlah

jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena proses yang
menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai puncaknya.

Anda mungkin juga menyukai