BAB I
PENDAHULUAN
jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan
pada saraf pusat” (Solihin, 1990:116).
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus. Hal ini
dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan
penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang berkembang serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Lubis dan Marsida: Tanpa Tahun )
Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari
343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota
tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kotalainnya prevalensi tinggi.
Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih
serius dari yang dibayangkan selama ini.
Sesuai dengan pendapat Sedyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa: Saat ini
Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi sedunia dengan
jumlah penduduk Indonesia yang berada di urutan empat terbesar dunia. Jumlah balita
yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut
merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang
kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia.
1.1.2 GagasanKreatif
1.3 Tujuan
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengertian
KEK merupakan keadaan malnutrisi. Marasmus, sebuah istilah yang berasal dari
bahasa yunani yang berarti kurus kering. Sudah sejak lama marasmus digunakan sebagai
istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya
sangat kurang dari berat badan seharusnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1992) klasifikasi internasional
terhadap istilah masalah gizi atau ‘salah gizi’ (malnutrition), khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan gizi (undernutrition), ada tiga tingkatan yang dipakai, yaitu ringan
(mild), sedang (moderate), dan berat (severe). Penentuan tingkat kekurangan gizi dapat
menggunakan perbandingan berat badan anak terhadap berat badan normal berdasarkan
tinggi badan/berat badan atau juga berat badan terhadap usia anak.
Kekurangan gizi tingkat berat dibedakan menjadi 3, yaitu tipe marasmus,
kwarshiorkor, dan marasmik-kwarshiorkor. Hal umum yang membedakan ketiganya
adalah berat badan dan oedema. Penderita marasmus memiliki berat badan <60% berat
badan normal berdasarkan tinggi badan dan tidak ditemukan adanya oedema. Pada
penderita kwarshiorkor ditemukan adanya oedema namun berat badan ≥60% berat badan
normal berdasarkan tinggi badan. Sedangkan marasmik-kwarshiorkor merupakan
gabungan keduanya, yakni berat badan <60% berat badan normal berdasarkan tinggi
badan dan ditemukan adanya oedema.
5
1. Kwarshiorkor. 2. Marasmus.
- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (pakai celana longgar)
- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa
menyisakan rasa sakit
- Cengeng, rewel, mudah marah
- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan menampakkan gurat
kecemasan
- Perut cekung
asupan nutrisi, penyakit ini dapat menggorogoti tubuh anak dan anak akan
semakin kurus dan kemungkinan anak menderita marasmus semakin besar.
Penyebab tidak langsung, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan pangan yang kurang, perawatan
dan pola asuh anak, pelayanan kesehatan, serta lingkungan buruk yang tidak
mendukung kesehatan anak. Orangtua, keluarga, lingkungan serta pemerintah
harus memiliki sinergi yang kuat untuk mewujudkan daerah bebas dari berbagai
macam penyakit, termasuk marasmus. Jika salah satu faktor saja tidak terpenuhi,
maka faktor lainnya juga akan terganggu. Terganggunya faktor lain ini menjadi
celah yang potensial untuk akses masuknya berbagai macam penyakit, termasuk
marasmus.
Akar masalah, terdiri dari dua hal, yakni faktor sumber daya potensial dan
sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya potensial erat kaitannya dengan
poitik dan ideologi, suprastruktur dan struktur ekonomi suatu negara. Dengan
demikian umumnya daerah dengan tingkat kerawanan yang tinggi terhadap
marasmus umumnya adalah daerah yang masih dalam taraf berkembang, daerah
tertinggal dan daerah terpencil. Sedangkan faktor sumber daya manusia erat
kaitannya dengan pendidikan. Pengetahuan keluarga tentang asupan nutrisi bagi
buah hati mereka sangatlah penting. Semakin rendah tingkat pengetahuan
orangtua terhadap asupan nutrisi bagi sang buah hati, semakin tinggi resiko buah
hati terkena marasmus. Begitu pun sebaliknya, semakin tinggi tingkat
pengetahuan orangtua terhadap asupan nutrisi bagi buah hati, semakin rendah
resiko buah hati terkena marasmus.
Ditinjau dari faktor penyebab penyakit marasmus, maka upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah:
Para orang tua senantiasa menyediakan makanan yang baik dan sehat dimana
mengandung:
- Protein, diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan
tubuh.Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu lainnya;
amat banyakmengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain kacang-
kacangan (kacang hijau,kedelai, dan sebagainya).
- Hidrat-arang, untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan
dalam tubuhsebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah
gula, beras, jagung, danumbi-umbian.
- Lemak, juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak
dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal
dari kacang-kacangan
- Serat, adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak
mengandung giziatapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan
pencernaan.
- Vitamin, adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan
vitamin.
- Mineral dan garam-garam, diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk di
dalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam
meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila
makanannya seimbang.
- ASI, bagi bayi yang masih dalam usia menyusui, pemberian air susu ibu (ASI)
juga sangat penting. Karena di dalam ASI terdapat zat-zat yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi
Membentuk lingkungan yang baik, lingkungan yang baik tidak dapat lepas dari
upaya mewujudkan daerah yang bersih, sehat, dan bebas dari berbagai macam
penyakit termasuk marasmus. Lingkungan yang baik diantaranya memiliki ciri:
- Udara yang masih bersih, budaya menanam tanaman harus senantiasa dijaga
walaupun hanya memiliki pekarangan yang sempit. Dewasa ini,
9
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein
(Suriadi,2001:196) Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah lonjong, berkeriput dan
tampak lebih tua (old man face) dan anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang.
Berat badan turun menjadi kurang dari 60%. Penyakit ini sering berhubungan dengan
keadaan kepadatan penduduk, lingkungan kurang higiene dan krisis ekonomi.
pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan,
pendidikan rendah, kesempatan kerja
Dampak jangka pendek terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara & gangguan perkembangan lain. Sedangkan dampak jangka
panjang nya adalah penurunan skor IQ, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan
perhatian, penurunan rasa percaya diri dan merosotnya prestasi akademik di sekolah.
Masalah yang kedua adalah unsur pendidikan perempuan. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal
pentingnya ASI,mengikuti program keluarga berencana,manfaat posyandu dan
kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan
perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang
gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan. Interaksi antara ibu dengan anak berhubungan positif dengan keadaan gizi
anak. Anak yang mendapatkan perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional
misalnya selalu mendapatkan senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan
mendapatkan makanan yang seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan
dengan teman sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai
berikut:
⚫ Marasmus merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor,tetapi
yang paling utama adalah akibat kurangnya kalori protein karena konsumsi
makanan (asupan gizi) yang kurang memadai baik kuantitas maupun kualitas
dan penyakit yang diderita anak.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Irianto dan Priharsiwi, Endah. 2006. Busung Lapar (Potret Buram Anak
Indonesia di Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: Media Presindo
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka sarwono
Prwirohardjo
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.
Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika
Tim MGMP Kabupaten Tulungagung. 2011. LKS Pendidikan Lingkungan Hidup Kelas
12. Tulungagung: UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung.
18
Tempo.18 Januari 2012. RI Negara di Urutan ke 5 yang Warganya Kurang Gizi. (online)
(http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-di- Urutan-ke-5-
yang-Warganya-Kurang-Gizi/ diakses 14 agustus 2012)
Indah Puspita, Mujahidin Wirawan ,dkk. 2009. Kurang Energi dan Protein. (online)
(http://www.scribd.com/doc/90720227/Pengertian-KEP. diakses 14 Agustus 2012)