Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi terjadi


karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh
bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu.
Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umum ketika
terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Istilah
ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizikurang) yang
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau
kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan 9% anak di bawahusia 5 tahun
mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat badan menurut tinggi badan di bawah
-2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini berisiko terhadap kematian atau gangguan
pertumbuhan dan perkembangan mental yang berat.
Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi protein yang
biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi, premature,
kelainan struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, serta kekurangan kalori berat
dalam jangka waktu lama terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan,
yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan
otot secara progresif tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental.
“Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau
2

jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan
pada saraf pusat” (Solihin, 1990:116).
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus. Hal ini
dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan
penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang berkembang serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Lubis dan Marsida: Tanpa Tahun )
Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari
343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota
tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kotalainnya prevalensi tinggi.
Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih
serius dari yang dibayangkan selama ini.
Sesuai dengan pendapat Sedyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa: Saat ini
Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi sedunia dengan
jumlah penduduk Indonesia yang berada di urutan empat terbesar dunia. Jumlah balita
yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut
merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang
kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia.

1.1.2 GagasanKreatif

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik


apabila ada kerjasama dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis,
namun juga pihak orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
Pertama, dari pihak orang tua misalnya dengan pemberian air susu ibu (ASI)
yang diberikan sampai umur 2 tahun karena ASI merupakan makanan yang paling baik
untuk bayi. Kedua, dari pihak masyarakat misalnya dengan
3

meningkatkan kebersihan lingkungan maupun individu. Ketiga, pemerintah seharusnya


berupaya menghimbau masyarakat luas untuk mengikuti KeluargaBerencana (KB),
pemberian imunisasi gratis, pemantauan yang teratur bagi para balita yang kurang gizi,
serta melakukan program penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya makanan
yang bergizi bagi bayi dan balita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan


masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Apa penyebab terjadinya penyakit marasmus?

2. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit marasmus?

3. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan agar penyakit marasmus di


Indonesia dapat ditanggulangi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah:

1. Memberikan penjelasan penyebab terjadinya penyakit marasmus.

2. Memberikan penjelasan mengenai gejala klinis yang timbul dari penyakit


marasmus.
3. Memberikan penjelasan tentang upaya pencegahan dan pengobatan agar
penyakit marasmus di Indonesia dapat ditanggulangi.
4

BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian KEK dan Marasmus

KEK merupakan keadaan malnutrisi. Marasmus, sebuah istilah yang berasal dari
bahasa yunani yang berarti kurus kering. Sudah sejak lama marasmus digunakan sebagai
istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya
sangat kurang dari berat badan seharusnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1992) klasifikasi internasional
terhadap istilah masalah gizi atau ‘salah gizi’ (malnutrition), khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan gizi (undernutrition), ada tiga tingkatan yang dipakai, yaitu ringan
(mild), sedang (moderate), dan berat (severe). Penentuan tingkat kekurangan gizi dapat
menggunakan perbandingan berat badan anak terhadap berat badan normal berdasarkan
tinggi badan/berat badan atau juga berat badan terhadap usia anak.
Kekurangan gizi tingkat berat dibedakan menjadi 3, yaitu tipe marasmus,
kwarshiorkor, dan marasmik-kwarshiorkor. Hal umum yang membedakan ketiganya
adalah berat badan dan oedema. Penderita marasmus memiliki berat badan <60% berat
badan normal berdasarkan tinggi badan dan tidak ditemukan adanya oedema. Pada
penderita kwarshiorkor ditemukan adanya oedema namun berat badan ≥60% berat badan
normal berdasarkan tinggi badan. Sedangkan marasmik-kwarshiorkor merupakan
gabungan keduanya, yakni berat badan <60% berat badan normal berdasarkan tinggi
badan dan ditemukan adanya oedema.
5

1. Kwarshiorkor. 2. Marasmus.

2.1.2 Gejala Marasmus

- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (pakai celana longgar)
- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa
menyisakan rasa sakit
- Cengeng, rewel, mudah marah

- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan menampakkan gurat
kecemasan
- Perut cekung

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

- Nafsu makan berkurang

- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubh rendah

2.2 Penyebab Marasmus

Berdasarkan Publikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, Juli 1996,


How Nutrition Improves), penyebab gizi buruk (termasuk marasmus di dalamnya) dapat
ditinjau dari beberapa tingkatan, yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan
akar masalahnya.
 Penyebab langsung, merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan
kejadian gizi buruk, yakni konsumsi makanan (asupan gizi) yang tidak adekuat
dan penyakit yang diderita anak. Kurangnya asupan nutrisi anak menyebabkan
anak rawan terhadap berbagai macam penyakit. Jika hal ini terjadi terus menerus
6
dan tidak ada upaya pengobatan dan peningkatan
7

asupan nutrisi, penyakit ini dapat menggorogoti tubuh anak dan anak akan
semakin kurus dan kemungkinan anak menderita marasmus semakin besar.
 Penyebab tidak langsung, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan pangan yang kurang, perawatan
dan pola asuh anak, pelayanan kesehatan, serta lingkungan buruk yang tidak
mendukung kesehatan anak. Orangtua, keluarga, lingkungan serta pemerintah
harus memiliki sinergi yang kuat untuk mewujudkan daerah bebas dari berbagai
macam penyakit, termasuk marasmus. Jika salah satu faktor saja tidak terpenuhi,
maka faktor lainnya juga akan terganggu. Terganggunya faktor lain ini menjadi
celah yang potensial untuk akses masuknya berbagai macam penyakit, termasuk
marasmus.
 Akar masalah, terdiri dari dua hal, yakni faktor sumber daya potensial dan
sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya potensial erat kaitannya dengan
poitik dan ideologi, suprastruktur dan struktur ekonomi suatu negara. Dengan
demikian umumnya daerah dengan tingkat kerawanan yang tinggi terhadap
marasmus umumnya adalah daerah yang masih dalam taraf berkembang, daerah
tertinggal dan daerah terpencil. Sedangkan faktor sumber daya manusia erat
kaitannya dengan pendidikan. Pengetahuan keluarga tentang asupan nutrisi bagi
buah hati mereka sangatlah penting. Semakin rendah tingkat pengetahuan
orangtua terhadap asupan nutrisi bagi sang buah hati, semakin tinggi resiko buah
hati terkena marasmus. Begitu pun sebaliknya, semakin tinggi tingkat
pengetahuan orangtua terhadap asupan nutrisi bagi buah hati, semakin rendah
resiko buah hati terkena marasmus.

2.3 Pencegahan Marasmus

Ditinjau dari faktor penyebab penyakit marasmus, maka upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah:

 Penyediaan asupan makanan yang cukup


8

Para orang tua senantiasa menyediakan makanan yang baik dan sehat dimana
mengandung:
- Protein, diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan
tubuh.Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu lainnya;
amat banyakmengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain kacang-
kacangan (kacang hijau,kedelai, dan sebagainya).
- Hidrat-arang, untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan
dalam tubuhsebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah
gula, beras, jagung, danumbi-umbian.
- Lemak, juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak
dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal
dari kacang-kacangan
- Serat, adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak
mengandung giziatapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan
pencernaan.
- Vitamin, adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan
vitamin.
- Mineral dan garam-garam, diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk di
dalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam
meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila
makanannya seimbang.
- ASI, bagi bayi yang masih dalam usia menyusui, pemberian air susu ibu (ASI)
juga sangat penting. Karena di dalam ASI terdapat zat-zat yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi
 Membentuk lingkungan yang baik, lingkungan yang baik tidak dapat lepas dari
upaya mewujudkan daerah yang bersih, sehat, dan bebas dari berbagai macam
penyakit termasuk marasmus. Lingkungan yang baik diantaranya memiliki ciri:
- Udara yang masih bersih, budaya menanam tanaman harus senantiasa dijaga
walaupun hanya memiliki pekarangan yang sempit. Dewasa ini,
9

teknologi di bidang pertanian terus berkembang yang mengakibatkan tanaman


memiliki sifat adaptif yang baik sehingga dapat ditanam dimana saja dan
menggunakan berbagai macam media bukan hanya saja tanah. Berbagai
tanaman yang mampu tumbuh merambat di dinding juga terus dikembangan
diberbagai perkotaan. Alasan lahan sempit bukan lagi menjadi alasan utama
untuk tidak menanam tanaman yang menhasilkan udara sejuk dan bersih
- Air yang cukup, Indonesia dengan tidak kurang dari 2/3 bagian negaranya
adalah perairan sangatlah cukup persediaan air untuk seluruh masyarkatnya.
Pembangunan berwawasan lingkungan harus senantiasa ditegakkan agar
daerah resapan air tidak terus berkurang dan bahkan hilang. Berbagai macam
teknologi penyulingan air juga terus dikembangan untuk mengatasi daerah
kering dari kekurangan air. Bahkan untuk daerah pesisir saat ini juga sudah
dikembangan penyulingan air laut untuk dapat dimanfaatkan untuk air
minum. Dengan tercukupinya kebutuhan air, masyarakat juga akan lebih
mudah mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan
- Sanitasi yang baik, urusan sanitasi biasanya sering diabaikan oleh masyarakat,
baik masyarakat perkotaan ataupun pedesaan. Limbah rumah tangga yang
dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan menjadi
sarang dari berbagai macam penyakit. Jika sarang penyakit dibiarkan terus
menerus, masyarakat di sekitar akan mudah sekali terserang penyakit yang
makin lama akan menggerogoti tubuhnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah
terus menerus menggalakan masyarakat berbudaya yang mampu mengelola
lingkungan dengan baik, termasuk mengelola sanitasi. Lingkungan dengan
sanitasi yang baik menjauhkan masyarakat sekitar dari berbagai macam
penyakit termasuk marasmus.
 Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi

Sumber daya manusia dari berbagai sektor harus mendapatkan pembinaan


dengan baik, antara lain dengan:
- Pengadaan tenaga gizi, dalam berbagai tingkat dan jenis merupakan salah satu
kegiatan yang sangat diperlukan untuk mengelola
10

pengembangan program-program perbaikan pangan dan gizi yang dewasa ini


sudah beraneka ragam dan berkembang jumlahnya. Tenaga gizi yang bertugas
di berbagai instansi rumah sakit dan Puskesmas bertugas memberikan
punyuluhan kepada para keluarga Indonesia tentang asupan makanan yang
baik dan seimbang. Hal ini dapat dilakukan oleh tenaga gizi melalui berbagai
cara mulai dari pengadaan seminar sampai melayani konsultasi langsung
dengan keluarga Indonesia.
- Pembinaan pada keluarga, keluarga dan masyarakat mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai sektor (mulai dari aparat pemerintahan hingga petugas
kesehatan di lapangan) secara terkoordinasi untuk mewujudkan lingkungan
yang baik, sehat, dan bebas dari berbagai macam penyakit termasuk
marasmus
- Pembinaan pada balita, pemerintah Indonesia melalui dinas kesehatan sudah
sejak lama mengadakan program Posyandu secara rutin. Program yang terus
meluas keberadaannya ini secara tidak langsung akan membentuk balita yang
sehat, dimana setiap bulannya anak-anak di bawah lima tahun (balita)
ditimbang dan diperiksa kesehatannya serta di saat-saat tertentu akan
diberikan juga berbagai macam vaksin melalui imunisasi yang bertujuan untuk
menghindarkan balita dari beberapa penyakit berbahaya. Petugas kesehatan di
lapangan akan segera memberikan saran dan nasehat kepada balita yang berat
badannya dianggap kurang. Bahkan jika terus memburuk, petugas akan
memberikan rujukan kepada balita untuk segera dibawa ke rumah sakit
terdekat. Dengan kegiatan ini diharapkan mutu kesehatan balita Indonesia
akan senantiasa terjaga dengan baik
11

2.4 Upaya-Upaya Penanganan Marasmus

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari


241,9 juta penduduk Indonesia 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi
buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita). Indikasinya 2-4 dari
10 balita menderita gizi kurang.

Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein
(Suriadi,2001:196) Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah lonjong, berkeriput dan
tampak lebih tua (old man face) dan anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang.
Berat badan turun menjadi kurang dari 60%. Penyakit ini sering berhubungan dengan
keadaan kepadatan penduduk, lingkungan kurang higiene dan krisis ekonomi.

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan


dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketersediaan pangan tingkat
rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,
12

pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan,
pendidikan rendah, kesempatan kerja

Dampak jangka pendek terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara & gangguan perkembangan lain. Sedangkan dampak jangka
panjang nya adalah penurunan skor IQ, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan
perhatian, penurunan rasa percaya diri dan merosotnya prestasi akademik di sekolah.

Untuk penanggulangan marasmus dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada


kerjasama dari semua pihak. Data Indonesia dan Negara lain menunjukkan bahwa adanya
hubungan timbal balik antara marasmus dan kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan
penyebab pokok atau akar masalah dari marasmus. Makin kecil pendapatan penduduk
makin besar presentasi anak menderita marasmus, dan salah satu penanggulannya sebagai
berikut.

Upaya bagi pemerintahan dan instansi terkait :

1. Membuka lapangan pekerjaan terutama di daerah-daerah terpencil

2. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan


menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan
rakyat.

3. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi


energi untuk anak-anak yang disiplin. Formula tersebut dapat diberikan
dalam program pemberian makanan suplementer maupun dipasarkan
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk


membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.

5. Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan secara


cuma-cuma atau dijual dengan harga minim.

6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat


mengubah kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan
13

cara menghidangkan makanan supaya mereka dan anak-anaknya mendapat


makanan yang lebih baik mutunya.

Upaya bagi keluarga :

Masalah yang kedua adalah unsur pendidikan perempuan. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal
pentingnya ASI,mengikuti program keluarga berencana,manfaat posyandu dan
kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan
perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang
gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan. Interaksi antara ibu dengan anak berhubungan positif dengan keadaan gizi
anak. Anak yang mendapatkan perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional
misalnya selalu mendapatkan senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan
mendapatkan makanan yang seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan
dengan teman sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua.

Upaya bagi masyarakat sekitar :

Masalah ketiga adalah kurang hygiene nya lingkungan di sekitar masyarakat


karena masalah ini sangat berhubungan dengan kesehatan masyarakat sekitar, dimana
terdapat lingkungan yang bersih maka terciptalah masyarakat yang sehat salah satunya
dengan cara :

1. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat


membuang air besar (WC)

2. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu atau di


tempat yang sudah disediakan, membersihkan badan pada waktu-waktu
tertentu, memasak air minum, memakai sepatu atau sandal untuk
menghindarkan investasi cacing dan parasit lain, membersihkan rumah serta
isinya dan memasang jendela-jendela untuk mendapatkan hawa segar.
14

3. Menanam pohon-pohonan di area-area tertentu agar tercipta sirkulasi udara


yang kondusif

Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan


skrining / deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam pencegahan
kasus gizi buruk saat ini. Penggunaan kartu menuju sehat dan pemberian
makanan tambahan di posyandu perlu digalakkan lagi. Tindakan cepat pada
balita yang 2x berturut-turut tidak naik timbangan berat badan untuk segera
mendapat akses pelayanan dan edukasi lebih lanjut, dapat menjadi sarana deteksi
dan intervensi yang efektif. Termasuk juga peningkatan cakupan imunisasi untuk
menghindari penyakit yang dapat dicegah

Dengan upaya-upaya demikian diharapkan masyarakat Indonesia dapat


terbebas dari gizi buruk khususnya marasmus. Demi terciptanya penerus bangsa
yang cerdas dan berdedikasi tinggi. Sehingga terbentuklah Negara Indonesia
yang makmur dan sejahtera.
15

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai
berikut:
⚫ Marasmus merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor,tetapi

yang paling utama adalah akibat kurangnya kalori protein karena konsumsi
makanan (asupan gizi) yang kurang memadai baik kuantitas maupun kualitas
dan penyakit yang diderita anak.

Marasmus memiliki gejala- gejala, seperti :


- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit


sampai tidak ada (pakai celana longgar)
- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa
menyisakan rasa sakit
- Cengeng, rewel, mudah marah

- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan


menampakkan gurat kecemasan
- Perut cekung

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

- Nafsu makan berkurang

- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh rendah


16

⚫ Marasmus dapat di cegah dan diobati dengan cara :

- Memberikan asupan nutrisi yang cukup secara kualitas maupun kuantitas,


terutama yang mengandung protein dan energi yang tinggi.
- Menciptakan lingkungan yang baik dan mendukung , meliputi pelayanan
kesehatan, ketersediaan bahan pangan yang cukup, memperbaiki infrastruktur
pemasaran, subsidi harga bahan makanan, serta menciptakan lingkungan yang
sehat.
- Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi seperti penyuluhan
pada masyarakat tentang gizi serta peningkatan tenaga gizi di setiap daerah.

5.2 Saran

Melihat banyaknya kasus marasmus di Indonesia, disarankan untuk mengadakan


pelayanan gizi di setiap daerah dan mengadakan pemberian makanan tambahan
pemulihan secara gratis sampai kelompok sasaran dinyatakan berstatus gizi baik sesuai
dengan aturan kesehatan. Selain itu juga perlu adanya monitoring dan evalusi secara
rutin ,serta perlu adanya perbaikan infrastruktur pemasaran dan pemerataan pendapatan
17

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Irianto dan Priharsiwi, Endah. 2006. Busung Lapar (Potret Buram Anak
Indonesia di Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: Media Presindo

Brown AK. 1973. Jaundice in Neonatology. Behrman RCV. (ed). Mosby

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat. 1998. Pedoman Tata Laksana


Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Moninja HE. 1979. Marasmus-kwashiorkor. Jakarta ; Yayasan Sumber Daya Masyarakat

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka sarwono
Prwirohardjo

Republika.Gizi Buruk, Aib Negara Berkembang.2009. (online)


(http://www.scribd.com/doc/61837243/Gizi-Buruk diakses 12 Agustus 2012)

Satriya Kelana . 2009. Malnutrisi di Indonesia. (online)


(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1954908-malnutrisi-di-indonesia/ diakses 12
Agustus 2012)

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.
Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara

Tim MGMP Kabupaten Tulungagung. 2011. LKS Pendidikan Lingkungan Hidup Kelas
12. Tulungagung: UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung.
18

Tempo.18 Januari 2012. RI Negara di Urutan ke 5 yang Warganya Kurang Gizi. (online)
(http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-di- Urutan-ke-5-
yang-Warganya-Kurang-Gizi/ diakses 14 agustus 2012)

Indah Puspita, Mujahidin Wirawan ,dkk. 2009. Kurang Energi dan Protein. (online)
(http://www.scribd.com/doc/90720227/Pengertian-KEP. diakses 14 Agustus 2012)

Nikmatul Azizah .2009.Konsep Marasmus. (online)


(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/ diakses 14
Agustus 2012)

Anda mungkin juga menyukai