PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tanda-tanda seseorang terkena gizi buruk
2. Mengetahui penyebab gizi buruk
3. Mengetahui dampak gizi buruk bagi kehidupan
4. Mengetahui cara mengurangi atau mencegah gizi buruk di Indonesia
5. Mengetahui angka penderita gizi buruk yang tercatat di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Bagi seorang yang sedang mengalami KEP ringan dan sedang, gejala yang
bisa kita lihat pada balita tersebut ialah kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan
kering kerontang. Sedangkan untuk seorang yang bergejala KEP berat secara garis
besar akan dibedakan menjadi 3 tipe yakni Kwashiorkor, Marasmus serta Marasmic-
Kwashiorkor.
3
4
Sering kali terkena penyakit infeksi yang umumnya seperti kronis yang
berulang-ulang
c. Gabungan Kwashiorkor dan Maramus
Keadaan ini terjadi jika keadaan berat badan seseorang berada di bawah garis
merah. Tanda atau ciri yang dimiliki oleh penderita ini yaitu gabungan dari tanda atau
ciri pada Kwashiorkor dan Maramus.
a. Penyebab Langsung
Kasus gizi buruk sering diremehkan oleh penderita atau pihak keluarga dari
penderita tanpa melihat dampak yang dapat ditimbulkan. Salah satu dampak yang
ditimbulkan yaitu dapat mengancam dari nasib masa depan anak, menurut Guru Besar
Ilmu Gizi IPB, Pof DR dr Darwin Karyadi saat menjadi pemakalah dalam Seminar
Mencegah Generasi Hilang Anak Bangsa di Padang, Rabu (13/6); menyampaikan
sekitar 32 juta anak Indonesia terancam masuk kategori “generasi hilang anak
bangsa” yang kini hidup dalam keluarga miskin dan mengalami berbagai penyakit
akibat kekurangan gizi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Data itu
berdasarkan penelitian UNICEF di Indonesia dan BPS yang dipicu faktor-faktor
sosial, ekonomi dan keamanan yang terjadi sebagai dampak imbas krisis.
Anak bangsa tersebut kini terancam kelaparan disertai serangan diare dan
infeksi saluran pernapasan yang berpotensi kematian. Kalaupun lolos dari kematian,
mereka justru tumbuh menjadi manusia bodoh karena kondisi masa kecil
menyebabkan tingkat intelek mereka turun 10 hingga 15 point IQ dengan konsekuensi
resiko tidak mampu mengadopsi menangkap ilmu pengetahuan. Daya pikir mereka
sangat lemah akibat kekurangan berbagai mikro nutrient seperti yodium, Fe dan
KEP(Kurang Enegi Protein) sebagai unsur makanan bergizi, namun gizi tersebut tidak
mereka dapatkan semasa balita. Sedangkan penyakit yang rawan bagi mereka adalah
diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Kondisi generasi seperti itu
akan menjadi beban sosial bagi bangsa dan negara di masa depan, karena Indonesia
akan kekurangan generasi penerus pembangunan bangsa dengan memiliki SDM
berkualitas.
Dampak yang paling parah dari gizi buruk ini adalah bisa menyebabkan
kematian, terutama pada balita yang menderita gizi buruk tersebut. Jumlah kasus gizi
buruk yang meninggal dunia dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember
2005 adalah 286 balita. Kasus gizi buruk yang meninggal tersebut pada umumnya
disertai dengan penyakit infeksi seperti ISPA, diare, TB, campak dan malaria. Jumlah
6
kasus gizi buruk yang meninggal tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 107
kasus, selanjutnya pada bulan-bulan berikutnya kasus gizi buruk yang meninggal
cenderung menurun, bahkan pada bulan Nopember tidak ada laporan kasus gizi buruk
yang meninggal dunia. Dari kenyataan itulah pemerintah harus mengambil tindakan.
Karena sudah kewajiban pemerintah untuk memperhatikan semua masalah yang
sedang dihadapi oleh Negara ini.
c. Upaya Pemerintah
Memberikan bantuan kepada penderita gizi buruk seperti yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Tegal yang akan diberikan kepada 1.373 anak yang
tersebar di 287 desa atau kelurahan Kabupaten Tegal. Bantuan akan disalurkan
melalui Posyandu di wilayahnya masing-masing.
BUMN pangan terdiri dari Perum Bulog yang disebut-sebut akan dijadikan
induk dari holding BUMN pangan. Bulog akan membawahi beberapa BUMN
sektor pangan lainnya di antaranya, produsen benih varietas PT Sang Hyang
Seri (Persero), produsen beras PT Pertani (Persero), perusahaan logistik dan
gudang PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) dan PT Perusahaan Perdagangan
Indonesa (Persero).
Melakukan survei setiap tahunnya, untuk mengetahui secara pasti angka gizi
buruk di Indonesia sehingga dapat menyalurkan bantuan secara merata.
Pemecahan masalah gizi yang pernah dilakukan pemerintah sejak pelita I
sampai dengan pelita V, masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat di
Indonesia adalah berturut-turut KEP (Kurang Energi Protein), KVA (kurang
vitamin A), AGB (Anemia Gizi Besi), dan GAKI (Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium). Hal tersebut berarti terdapat urutan prioritas masalah
gizi yang harus ditangani pemerintah, karena dampak gangguan fisik yang
ditimbulkannya. Pada saat itu (pelita I-V) berbagai instrumen telah digunakan
untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat, terutama melalui Posyandu,
UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) maupun PKK (Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga). Sebagai bukti keberhasilan penerapan instrumen
tersebut, ditunjukkan oleh survei nasional vitamin A tahun l987 dan susenas
(survei sosial ekonomi nasional) tahun 1992 bahwa telah terjadi penurunan
prevalensi KEP dari 18,9% menjadi 11,8%.
2.5 Angka Penderita Gizi Buruk di Indonesia
Angka penderita gizi buruk di Indonesia sangatlah tinggi. Dari 117 negara,
Indonesia masuk dalam kategori 17 negara dengan gizi terburuk di dunia. Prevalensi gizi
buruk tahun 2016 mencapai 5,7% dan gizi kurang sebanyak 13,9%. Pada tahun 2005 anak
balita yang menderita gizi buruk sebanyak 1,8 juta jiwa, pada tahun 2007 menjadi 5 juta
jiwa. Ini menunjukkan bahwa dalam 2 tahun tersebut penderita gizi buruk di Indonesia
8
meningkat dengan sangat drastis. Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal dunia
dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2005 adalah 286 balita. "Sebanyak
13,9 persen balita di Indonesia kekurangan gizi. Lalu sebanyak 37,9 persen atau sepertiga
anak Indonesia mengalami stunting atau perlambatan pertumbuhan bayi," ujar Bambang
saat membuka acara Forum BUMN yang digagas Harian Kompas di Jakarta, Kamis
(3/11/2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) 2013 menunjukkan masalah stunting (anak pendek) pada anak balita masih
serius dengan prevalensi mencapai 37,2%. Masalah stunting tersebut juga disebabkan
oleh kurangnya gizi pada balita. Berdasarkan survei tim GIZINET pada tahun 2010,
provinsi Jawa Timur menjadi masalah kasus gizi buruk tertinggi yaitu 1400 kasus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu kurangnya asupan gizi dalam
makanan anak dan seringnya terserang penyakit yang tak kunjung sembuh.
Sedangkan penyebab yang tidak langsung yaitu Ketahanan pangan keluarga yang
kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, dan pelayanan kesehatan
dan lingkungan kurang memadai. Dampak gizi buruk bagi anak tersebut yaitu
hilangnya masa depan anak tersebut, teserang penyakit seperti diabetes, dan dampak
yang paling parah yaitu menyebabkan kematian.
Cara mencegah gizi buruk yaitu dengan menjaga asupan sang ibu ketika hamil
dan pemberian gizi seimbang kepada anak ketika sudah lahir. Ketika anak sudah
terlanjur terkena gizi buruk, maka sang ibu harus segera memberikan anak tersebut
akanan yang mengandung kalori tinggi dan protein. Pemerintah juga telah melakukan
upaya untuk mengurangi angka gizi buruk di Indonesia. Saat ini, Indonesia termasuk
peringkat gizi buruk ke 17 dari 117 negara.
3.2 Saran
Dalam pencegahan gizi buruk seharusnya ditangani oleh 2 pihak, dari pihak
keluarga dan pemerintah. Jika kita hanya mengandalkan kerja pemerintah tanpa
adanya kesadaran dari pihak keluarga untuk memperbaiki asupan gizinya, maka itu
tidak akan berguna untuk menurunkan angka gizi buruk di Indonesia.
10
DAFTAR 9PUSTAKA
“Masih Banyak Balita Gizi Buruk, Anggarkan Makanan Pendamping Rp 800 Juta”. Jawa
Pos. 18 November 2016. Hlm. 1
“Tekan Gizi Buruk, BUMN Pangan Harus Lebih Produktif”. Kompas. 3 November 2016.
Hlm. 1