Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi yang
terjadi setiap tahun. Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari. Angka gizi buruk di
Indonesia masih tinggi, yakni mencapai 5,7% dan gizi kurang 13,9%. Selain dari faktor
kemiskinan yang ada di Indonesia, gizi buruk juga disebabkan oleh pola makan yang
salah, misalnya konsumsi makanan yang kurang protein kurang.
"Kebutuhan nutrisi harus diperhatikan pada 1.000 hari pertama kehidupan, agar
anak tumbuh baik, memiliki imunitas, dan menjadi cerdas," kata Rini, pada jumpa pers
peringatan ulang tahun ke-62 organisi tersebut dan Hari Anak Nasional, di Jakarta,
kemarin.
Perbaikan gizi kurang pada anak Indonesia itu, lanjutnya, hingga kini masih
belum optimal. Hal itu bisa dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2013 yang menunjukkan masalah stunting (anak
pendek) pada anak balita masih serius dengan prevalensi mencapai 37,2%.
"Makanan terbaik bayi ialah air susu ibu (ASI). Makanan pendamping ASI juga
perlu diberikan paling lambat pada usia enam bulan agar kebutuhan energi bayi dapat
tercukupi," ujarnya. Oleh karena itu, asupan gizi anak-anak di Indonesia harus diperbaiki
karena itu merupakan faktor utama penyebab gizi buruk di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tanda-tanda seseorang terkena gizi buruk?
2. Apa penyebab gizi buruk itu bisa terjadi?
3. Apa dampak gizi buruk bagi kehidupan?
4. Bagaimana cara mengurangi atau mencegah gizi buruk di Indonesia?
5. Berapa angka penderita gizi buruk yang tercatat di Indonesia?

1
2

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tanda-tanda seseorang terkena gizi buruk
2. Mengetahui penyebab gizi buruk
3. Mengetahui dampak gizi buruk bagi kehidupan
4. Mengetahui cara mengurangi atau mencegah gizi buruk di Indonesia
5. Mengetahui angka penderita gizi buruk yang tercatat di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanda-tanda Seseorang Mengalami Gizi Buruk

Bagi seorang yang sedang mengalami KEP ringan dan sedang, gejala yang
bisa kita lihat pada balita tersebut ialah kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan
kering kerontang. Sedangkan untuk seorang yang bergejala KEP berat secara garis
besar akan dibedakan menjadi 3 tipe yakni Kwashiorkor, Marasmus serta Marasmic-
Kwashiorkor.

a. Kwashiorkor Mempunyai Ciri:


 Edema atau pembengkakan, pada umumnya bagian seluruh tubuh (terutama
pada pungggung kaki serta wajah) akan membulat serta lembab.
 Pandangan atau penglihatan mata terlihat sayu
 Rambut yang tipis agak kemerahan layaknya warna yang ada pada rambut
jagung serta mudah sekali dicabut dengan tanpa rasa sakit, dan tentunya
rambut rontok
 Mental seseorang berubah menjadi apatis serta rewel
 Akan terjadi pembesaran pada hati
 Otot akan mengecil (Hipotrofi), akan terlihat nyata ketika saat berdiri maupun
duduk
 Kulit memiliki bercak warna merah muda yang bisa meluas serta bisa berubah
warnanya hingga menjadi warna yang coklat namun agak kehitaman dan terus
akan mengelupas (Crazy Pavement Dermatosis)
 Diare dan Anemia
b. Maramus Mempunyai Ciri:
 Badan terlihat kurus, seakan-akan tulang hanya terbalut kulit saja
 Muka terlihat seperti layaknya orang tua
 Gampang nangis/cengeng atau pun rewel
 Kulit terlihat keriput dan kering
 Jaringan pada lemak subkutis-nya begitu sangat sedikit sekali sampai tak ada
 Perut akan terlihat cekung dan tulang iga akan gambang

3
4

 Sering kali terkena penyakit infeksi yang umumnya seperti kronis yang
berulang-ulang
c. Gabungan Kwashiorkor dan Maramus
Keadaan ini terjadi jika keadaan berat badan seseorang berada di bawah garis
merah. Tanda atau ciri yang dimiliki oleh penderita ini yaitu gabungan dari tanda atau
ciri pada Kwashiorkor dan Maramus.

2.2 Penyebab Gizi Buruk

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah


satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut
ditunjukkan bahwa masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh :

a. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi buruk.


Timbulnya gizi buruk tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi
juga penyakit. Anak yang mendapat cukup banyak makanan tetapi sering menderita
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi buruk. Demikian pula dengan anak yang
tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung


Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan masalah gizi yaitu :
 Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah maupun mutu gizinya. Sebenarnya,
makanan yang bergizi tidak harus yang harga mahal, seperti tempe. Tempe
merupakan makanan yang mengandung protein tinggi yang baik untuk asupan
gizi tubuh kita.
 Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik, baik fisik, mental dan sosial. Keluarga juga harus memberikan
pengetahuan kepada anak agar tidak membeli makanan yang berbahaya di luar
pengawasan orang tua.
5

 Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.


Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan
air bersih dan sarana kesehatan dasar (Posyandu) yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan (Supariasa, 2002).

2.3 Dampak Gizi Buruk bagi Kehidupan

Kasus gizi buruk sering diremehkan oleh penderita atau pihak keluarga dari
penderita tanpa melihat dampak yang dapat ditimbulkan. Salah satu dampak yang
ditimbulkan yaitu dapat mengancam dari nasib masa depan anak, menurut Guru Besar
Ilmu Gizi IPB, Pof DR dr Darwin Karyadi saat menjadi pemakalah dalam Seminar
Mencegah Generasi Hilang Anak Bangsa di Padang, Rabu (13/6); menyampaikan
sekitar 32 juta anak Indonesia terancam masuk kategori “generasi hilang anak
bangsa” yang kini hidup dalam keluarga miskin dan mengalami berbagai penyakit
akibat kekurangan gizi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Data itu
berdasarkan penelitian UNICEF di Indonesia dan BPS yang dipicu faktor-faktor
sosial, ekonomi dan keamanan yang terjadi sebagai dampak imbas krisis.

Anak bangsa tersebut kini terancam kelaparan disertai serangan diare dan
infeksi saluran pernapasan yang berpotensi kematian. Kalaupun lolos dari kematian,
mereka justru tumbuh menjadi manusia bodoh karena kondisi masa kecil
menyebabkan tingkat intelek mereka turun 10 hingga 15 point IQ dengan konsekuensi
resiko tidak mampu mengadopsi menangkap ilmu pengetahuan. Daya pikir mereka
sangat lemah akibat kekurangan berbagai mikro nutrient seperti yodium, Fe dan
KEP(Kurang Enegi Protein) sebagai unsur makanan bergizi, namun gizi tersebut tidak
mereka dapatkan semasa balita. Sedangkan penyakit yang rawan bagi mereka adalah
diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Kondisi generasi seperti itu
akan menjadi beban sosial bagi bangsa dan negara di masa depan, karena Indonesia
akan kekurangan generasi penerus pembangunan bangsa dengan memiliki SDM
berkualitas.

Dampak yang paling parah dari gizi buruk ini adalah bisa menyebabkan
kematian, terutama pada balita yang menderita gizi buruk tersebut. Jumlah kasus gizi
buruk yang meninggal dunia dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember
2005 adalah 286 balita. Kasus gizi buruk yang meninggal tersebut pada umumnya
disertai dengan penyakit infeksi seperti ISPA, diare, TB, campak dan malaria. Jumlah
6

kasus gizi buruk yang meninggal tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 107
kasus, selanjutnya pada bulan-bulan berikutnya kasus gizi buruk yang meninggal
cenderung menurun, bahkan pada bulan Nopember tidak ada laporan kasus gizi buruk
yang meninggal dunia. Dari kenyataan itulah pemerintah harus mengambil tindakan.
Karena sudah kewajiban pemerintah untuk memperhatikan semua masalah yang
sedang dihadapi oleh Negara ini.

2.4 Cara Mengurangi atau Mencegah Gizi Buruk


a. Sebelum Anak Mengalami Gizi Buruk
 Memberikan suntikan tetanus toksoid (TT) untuk melindungi ibu dan bayinya
dari penyakit tetanus neonatorum.
 Memberikan asupan protein, vitamin dan mineral, serta air yang cukup ketika
ibu dalam keadaan hamil agar bayi yang lahir dalam keadaan normal. Protein
pada ibu hamil sebesar 9 gram, vitamin A ditambah 50 mg/hari, tiamin
ditambah 0,2 mg/hari, niacin ditambah 2mg/hari, vitamin C ditambah 20
mg/hari, kalsium ditambah 0,6 mg/hari, dan zat besi ditambah 2 mg/hari.
Sedangkan air berfungsi menjaga keseimbangan suhu tubuh, sehingga
dianjurkan meminum 6-8 gelas air, susu, dan jus tiap 24 jam.
 Memberikan asupan ASI hingga bayi berusia 6 bulan
 Balita harus diberikan asupan yang bervariasi dan seimbang pula antara
kandungan dari proteinnya, vitamin, lemak serta mineralnya juga. Komposisi
asupannya harus minimal 10% untuk lemak, dan untuk protein sebanyak 12%
serta sisanya untuk karbohidrat
 Selalu mengetahui keadaan dan pertumbuhan dari bayi dengan cara mengikuti
program posyandu
b. Saat Anak Mengalami Gizi Buruk
Saat anak mengalami gizi buruk maka bergegaslah memberikan asupkan
makanan yang mengandung kalori tinggi. Kemudian untuk proteinnya dapat diberikan
nanti setelah kalori tersebut terlihat dapat meningkatkan energi pada balita. Berikan
pula vitamin dan suplemen mineral kepada balita. Penanganan sejak dini banyak
sekali membuahkan hasil yang sangat baik. Walau kondisi yang telah berat, namun
bisa dilakukan dengan cara meningkatkan suatu kondisi pada kesehatan umumnya.
Hanya saja, biasanya tetap akan meninggalkan sebuah sisa-sisa gejala seperti kelainan
fisik dengan permanen.
7

c. Upaya Pemerintah
 Memberikan bantuan kepada penderita gizi buruk seperti yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Tegal yang akan diberikan kepada 1.373 anak yang
tersebar di 287 desa atau kelurahan Kabupaten Tegal. Bantuan akan disalurkan
melalui Posyandu di wilayahnya masing-masing.
 BUMN pangan terdiri dari Perum Bulog yang disebut-sebut akan dijadikan
induk dari holding BUMN pangan. Bulog akan membawahi beberapa BUMN
sektor pangan lainnya di antaranya, produsen benih varietas PT Sang Hyang
Seri (Persero), produsen beras PT Pertani (Persero), perusahaan logistik dan
gudang PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) dan PT Perusahaan Perdagangan
Indonesa (Persero).
 Melakukan survei setiap tahunnya, untuk mengetahui secara pasti angka gizi
buruk di Indonesia sehingga dapat menyalurkan bantuan secara merata.
 Pemecahan masalah gizi yang pernah dilakukan pemerintah sejak pelita I
sampai dengan pelita V, masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat di
Indonesia adalah berturut-turut KEP (Kurang Energi Protein), KVA (kurang
vitamin A), AGB (Anemia Gizi Besi), dan GAKI (Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium). Hal tersebut berarti terdapat urutan prioritas masalah
gizi yang harus ditangani pemerintah, karena dampak gangguan fisik yang
ditimbulkannya. Pada saat itu (pelita I-V) berbagai instrumen telah digunakan
untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat, terutama melalui Posyandu,
UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) maupun PKK (Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga). Sebagai bukti keberhasilan penerapan instrumen
tersebut, ditunjukkan oleh survei nasional vitamin A tahun l987 dan susenas
(survei sosial ekonomi nasional) tahun 1992 bahwa telah terjadi penurunan
prevalensi KEP dari 18,9% menjadi 11,8%.
2.5 Angka Penderita Gizi Buruk di Indonesia
Angka penderita gizi buruk di Indonesia sangatlah tinggi. Dari 117 negara,
Indonesia masuk dalam kategori 17 negara dengan gizi terburuk di dunia. Prevalensi gizi
buruk tahun 2016 mencapai 5,7% dan gizi kurang sebanyak 13,9%. Pada tahun 2005 anak
balita yang menderita gizi buruk sebanyak 1,8 juta jiwa, pada tahun 2007 menjadi 5 juta
jiwa. Ini menunjukkan bahwa dalam 2 tahun tersebut penderita gizi buruk di Indonesia
8

meningkat dengan sangat drastis. Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal dunia
dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2005 adalah 286 balita. "Sebanyak
13,9 persen balita di Indonesia kekurangan gizi. Lalu sebanyak 37,9 persen atau sepertiga
anak Indonesia mengalami stunting atau perlambatan pertumbuhan bayi," ujar Bambang
saat membuka acara Forum BUMN yang digagas Harian Kompas di Jakarta, Kamis
(3/11/2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) 2013 menunjukkan masalah stunting (anak pendek) pada anak balita masih
serius dengan prevalensi mencapai 37,2%. Masalah stunting tersebut juga disebabkan
oleh kurangnya gizi pada balita. Berdasarkan survei tim GIZINET pada tahun 2010,
provinsi Jawa Timur menjadi masalah kasus gizi buruk tertinggi yaitu 1400 kasus.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya


konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari. Tanda-tanda seseorag
mengalami gizi buruk yaitu seorang yang sedang mengalami KEP ringan dan sedang,
gejala yang bisa kita lihat pada balita tersebut ialah kondisi tubuhnya yang sangat
kurus dan kering kerontang. Sedangkan untuk seorang yang bergejala KEP berat
secara garis besar akan dibedakan menjadi 3 tipe yakni Kwashiorkor, Marasmus
serta Marasmic-Kwashiorkor.

Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu kurangnya asupan gizi dalam
makanan anak dan seringnya terserang penyakit yang tak kunjung sembuh.
Sedangkan penyebab yang tidak langsung yaitu Ketahanan pangan keluarga yang
kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, dan pelayanan kesehatan
dan lingkungan kurang memadai. Dampak gizi buruk bagi anak tersebut yaitu
hilangnya masa depan anak tersebut, teserang penyakit seperti diabetes, dan dampak
yang paling parah yaitu menyebabkan kematian.

Cara mencegah gizi buruk yaitu dengan menjaga asupan sang ibu ketika hamil
dan pemberian gizi seimbang kepada anak ketika sudah lahir. Ketika anak sudah
terlanjur terkena gizi buruk, maka sang ibu harus segera memberikan anak tersebut
akanan yang mengandung kalori tinggi dan protein. Pemerintah juga telah melakukan
upaya untuk mengurangi angka gizi buruk di Indonesia. Saat ini, Indonesia termasuk
peringkat gizi buruk ke 17 dari 117 negara.

3.2 Saran

Dalam pencegahan gizi buruk seharusnya ditangani oleh 2 pihak, dari pihak
keluarga dan pemerintah. Jika kita hanya mengandalkan kerja pemerintah tanpa
adanya kesadaran dari pihak keluarga untuk memperbaiki asupan gizinya, maka itu
tidak akan berguna untuk menurunkan angka gizi buruk di Indonesia.

10

DAFTAR 9PUSTAKA

Hj. Salmah dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC


“Kasus Gizi Buruk Anak Indonesia masih Tinggi”. http://mediaindonesia.com di unduh pada
tanggal 10 Desember 2016 pukul 19.35 WIB

“Masih Banyak Balita Gizi Buruk, Anggarkan Makanan Pendamping Rp 800 Juta”. Jawa
Pos. 18 November 2016. Hlm. 1

“Pengertian Gizi Buruk Faktor Penyebab Masalah”. http://aztiepratiwi.blogspot.co.id di


unduh pada tanggal 10 Desember 2016 pukul 19.30 WIB.

“Tanda-tanda atau ciri anak mengalami gizi


buruk”.https://drozindonesiatranstv.blogspot.co.id di unduh pada tanggal 10 Desember 2016
pukul 19.00 WIB.

“Tekan Gizi Buruk, BUMN Pangan Harus Lebih Produktif”. Kompas. 3 November 2016.
Hlm. 1

Anda mungkin juga menyukai