badananak tersebut lebih rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya
sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.
2.2 Faktor Penyebab
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor, yang paling dominan
adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan
terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan
makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung turuntemurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negaranegara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan paling
mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian bahan
pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi
sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin
memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat
membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor
infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak
memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu
kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari
system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
2.3 Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah
penjelasannya.
1. Kwashiorkor. Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams
pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua
sedang ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya
intake yang berlangsung kronis.
2. Marasmus. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak.
Merupakan bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
dibawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai
malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau
hygiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu atau lebih tanda defesiansi protein dan kalori (Nelson, 1999:212).