Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan.
Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis ( bencana, kekeringan, perang,
kekaucauan sosial, krisis ekonomi ). Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan
pangan ditingkat rumah tangga, yaitu kemamapuan rumah tangga atau keluarga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Dengan dukungan Uni Eropa, UNICEF akan bekerja sama dengan pemerintah
dan mitra lainnya di Indonesia untuk berusaha menolong sekitar 3,8 juta anak dan 800
ribu ibu hamil menyelesaikan persoalan tersebut (UNICEF, 2011).
Data dari MDGS 2015, didapatkan data perkiraan jumlah balita yang mengalami
gizi kurang atau gizi buruk sebanyak 30 % anak Indonesian mengalami gangguan dalam
pemenuhan gizi.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud gizi kurang?
b. Apa factor penyebab gizi kuang?
c. Apa patofisiologi gizi kurang?
d. Apa manifestasi klinik gizi kurang?
e. Bagaimana status gizi yang baik?
3. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui tentang masalah pada gizi kurang

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy (Supariasa,
2002).
2. Definisi Kurang Gizi
Menurut Supariasa (2002:18), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat
kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut saat lebih zat gizi.
Menurut Ngastiyah (2005:258), gizi kurang pada keadaan awalnya tidak
ditentukan kelainan biokimia tapi pada keadaan lanjut akan didapatkan kadar albumin
rendah, sedangkan globulin meninggi.
Sedangkan menurut Almatsier(2002: 303), Gizi kurang disebabkan oleh
kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kurang sumber protein.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Gizi kurang adalah suatu
keadaan yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein,
penyerapan yang buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.

Tipe Gizi Kurang


Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Ibukota Jakarta,keadaan gizi buruk ini
secara klinis dibagi menjadi 3 tipe:
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam
jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor
berasal dari suatu daerah di Afrika, artinya “penyakit anak yang terlantar” atau disisihkan
karena ibunya mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya. Tanpa
mengganti air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak (umumnya
berumur kurang lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini sering
dijumpai pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan
rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Faktor yang dapat menyebabkan hal
tersebut diatas antara lain:
a. Pola makan
Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
2
berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan sudah berlansung turun-temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya
pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Tanda dan gejala klinis yang timbul pada kwashiorkor antara lain:
a. Rambut tipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit.
b. Edema pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan
meninggalkan bekas.
c. Kelainan kulit (dermatosis) seperti timbulnya ruam berwarna merah muda yang
meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
d. Wajah membulat dan sembab (moon face).
e. Pandangan mata sayu.
f. Pembesaran hati.
g. Sering disertai penyakit infeksi akut, diare, ISPA, dll.
h. Perubahan status mental menjadi cengeng, rewel, kadang apatis.
i. Otot mengecil (hipotrofi) dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga
ukuran LILA-nya kurang dari 14 cm.
2. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Yang
mencolok pada keadaan nutritional marasmus ialah pertumbuhan yang berkurang atau
terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak bawah kulit. Tanda dan gejala yang
terjadi seperti:
a. Wajah seperti orang tua.
b. Mudah menangis/cengeng dan rewel.
c. Sering disertai penyakit infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC).
d. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit.

3
e. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai
celana longgar-baggy pants).
f. Perut cekung.
g. Iga gambang. Karena tidak ada edema, maka marasmus sering disebut non
edematous protein calorie malnutrition.
3. Marasmic-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan
gabungan gejala yang menyertai seperti:
a. Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal.
Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
b. Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan
otot.
c. Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan
metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
d. Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya
kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.

3. Faktor Penyebab Gizi Kurang


a. Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang adekuat
terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam,
perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat
akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya
makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya
hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.
b. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi
bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan
berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup
mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat
disiapkan sendiri di rumah.
c. Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari
sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi
buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin.
d. Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak
benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan
memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu
dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan anak anak
daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat

4
asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering sakit
(frequent infection).
a. Infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan
infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan,
karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan
meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

4. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi
akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitubhost, agent, environment (Supariasa, 2002). Memang faktor diet makanan
memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein dan lemak, merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat katabolisme protrein terjadi
setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera di ubah menjadi
karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa jaringan lemak di pecah jadi asam lemak,
gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan
environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat gizi
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan, apabila
keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan zat gizi ini akan habis ahirnya terjadi
pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat digolongkan sebagai malnutrisi ,
walaupun hanya baru dengan ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan
terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul
adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya
lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk
kelangsungan jaringan hidup. Tubuh memerlukan energi dan dapat dipenuhi oleh
makanan yang diberikan.
5. Manifestasi Klinis
Anak dengan gizi kurang memiliki gejala klinis yang terbagi menjadi 3 tahap
antara lain :
 Kurang energi protein ringan :

5
Kurang energi ( malas ), Kenaikan berat badan berkurang atau berhenti dan ada
kalanya berat badan menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang
terhambat, rasio berat terhadap tinggi normal menurun, lipatan kulit normal kurang,
aktivitas dan perhatian anak berkurang dibandingkan anak yang sehat, kelainan kulit
dan rambut jarang ditemukan.
 Kurang enargi protein sedang :
Pucat karna anemia, mata tampak besar dan dalam, ubun-ubun besar dan cekung,
terjadi atropi otot, perut membucit dan cekung, rambut tipis, kulit kusam, kering dan
bersisik.
 Kurang energi protein berat.
Dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu :
1) Kwashiorkor, gejala yang ditemukan :
Pertumbuhan anak terganggu, gangguan perkembangan mental, banyak menangi,
edema, penderita tampak lemah, tidak nafsu makan, rambut tipis dan mudah di
cabut, kulit kering, disertai penyakit infeksi, anemia dan terjadi diare.
2) Marasmus gejalanya yang ditemukan :
Anak tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kesadaran
menurun, kulit biasanya kering, dingin dan mengendur, terjadi atropi otot, anak
sering diare, perut cekung.
3) Marasmus dan kwashioorkor, gejala yang ditemukan:
Gambaran klinis memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus dan
kwshioorkor. Dengan penurunan berat badan dibawah 60% dari berat badan
normal serta memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti, oedem, serta
adanya kelainan perrtumbuhan rambut dan jaringan kulit.

6. Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok
endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium
dalam tubuh. Perlunya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya sangat kompleks,
pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak.
Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal pengelolaan
gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan
"frekuen feeding" (pemberian makan yang sering, pemantauan akseptabilitas diet
penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan pemberian
stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein serta pentingnya
edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur anak, Pada daerah endemis gizi buruk
perlu distribusi makanan yang memadai.

6
Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan
berdasarkan Z-SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Gizi Lebih: apabila berat badan balita berada > +2 SD (Standar Deviasi)
 Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD
 Gizi Buruk: apabila berat badan balita <-3 SD

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
1) Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
a) Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan
penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat
badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang
dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
2
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)

Kategori Keterangan IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

7
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat
badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap
gizi lebih.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. D
2. Alamat dan telepon : Kp. Pasir koja RT 04 RW 16 No. 70 Bandung
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Mancing
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
5. Komposisi Keluarga dan Genogram :
Tpt, tgl
Jenis Hub. Dgn
No Nama Lahir Pekerjaan Pendidikan
Kelamin Keluarga
Umur
1. Tn.D P Kepala Bandung, 4 Mancing SMP
keluarga Januari
1978
37 Tahun
3. Ny. E P Istri Bandung, Ibu Rumah SMA
25 Oktober Tangga
1980
34 Tahun
4. An. S P Anak Bandung, Pelajar -
13 Juni
2005
9 Tahun
5. Balita.F P Anak Bandung, - -
12 Februari
2013
2 Tahun

9
Tn. H
Ny. Tn. Y
67 th Ny.
S Y
Paru-paru DM asam urat

Ny. Tn.A Tn. D


P 37 th Tn.w
38 36 th Ny.
th E 32th
38th 34
th

An.S
Blt.f
9th 2th

Gizi kurang

Laki-laki Perempuan Meninggal Klien yang Diidentifikasi

Kawin Anggota Serumah

1. Tipe Keluarga : Keluarga Besar


2. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
3. Agama : Islam

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Tn. D bekerja sebagai pemancing di kolam yang tak jauh dari rumahnya dan Ny. E
Ibu Rumah Tangga yang mengasuh anaknya di rumah. Penghasilan kelurga kurang
lebih Rp. 600.000,- tiap bulannya. Keluarga mengganggap kebutuhan belum bisa
terpenuhi dengan penghasilan tiap bulannya untuk kebutuhan sehari-hari dan
menyekolahkan anaknya.
2. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak mempunyai jadwal rekreasi. Keluarga jarang berlibur keluar rumah
tetapi setiap malam keluarga Tn.D selalu menyempatkan untuk makan bersama.

10
2. Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Kelurga Tn. D memiliki 1 Istri dan 2 orang anak. Anak pertama bernama An.S
berusia 9 tahun dan anak kedua bernama Balita. F berusia 25 bulan, maka keluarga
Tn. D berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Tn. D memiliki 2 orang anak. Anak ke 2 mengalami susah makan, Balita. F hanya
mau makan makanan yang manis, gorengan dan makanan ringan sehingga susah
untuk makan nasi. Setiap bulan Balita.F selalu ke posyandu dengan diantar oleh
Ny.E. Ketika ditimbang kader posyandu selalu mengatakan bahwa berat badan
balita.F kurang dari batas BB seusia 2 tahun

1. Riwayat Keluarga Inti


Tn. D tidak memiliki riwayat penyakit apapun, dan Istrinya Ny. S tidak memiliki
riwayat penyakit. Anak pertamanya An.S sehat dan tidak mempunyai riwayat
penyakit berat. Sakit yang diderita An.S hanya demam, batuk dan pilek. Gizi kurang
yang dialami anak ke 2 dari Tn.D dan Ny.E ini diketahui sejak lama karena sering
menimbang BB anaknya di posyandu
2. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dalam kelurga Tn. D Ibunya sudah meninggal karena memiliki riwayat penyakit
Paru-paru dan dalam Keluarga Ny. E Ayahnya memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus dan Ibu Ny. E memiliki riwayat penyakit asam urat. Kedua orang tua Ny.E
sudah meninggal

3. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang memiliki Luas 80 m2 dengan tipe 18, dan memiliki 1 lantai yang terdiri
dari: ruang tamu, 2 Kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur,. Jumlah jendela ada 2,
dan terdapat ventilasi di depan. Jarak septic tank dengan sumber air sekitar 2,5 m.
Sumber air minum dan air untuk masak yang digunakan berasal dari sumur milik
sendiri yang letaknya ada di dalam jamban. Berikut denah rumah Tn. D :

11
Dapur Jamban

Kamar Kamar

Ruang Tamu

Kandang
Ayam

2. Karakteristik Tetangga
Sebagian masyarakatnya merupakan warga asli, dan merupakan kalangan menengah
kebawah. Dimana banyak penduduk yang bekerja seharian sebagai buruh pabrik dan
berdagang. Di RW 16 tempat tinggalnya merupakan perumahan padat penduduk
yang berhimpitan. Kebanyakan rumah tipe 18 yang ditempati oleh warga RW 16.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.D belum pernah berpindah-pindah rumah. Lingkungan tempat tinggal
jauh dari jalan besar yang dilewati oleh kendaraan umum. Alat transportasi yang
digunakan adalah motor atau terkadang berjalan kaki jika bepergian dengan jarak
yang dekat. Jarak dengan tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Dokter sekitar
rumah) kurang lebih 2 km dan jarak ke posyandu sekitar 100 m.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dimana untuk mempertahankan
hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga. Setiap malam keluarga Tn.D
selalu menyempatkan waktu untuk makan malam bersama. Biasanya setiap siang
Ny.E suka menyuapi Balita.F di luar rumah sambil bermain dengan teman sebaya
Balita.F. Ny. E sangat dekat dengan tetangga sebelah rumah.
4. Sistem Pendukung keluarga
Pendukung keluarga adalah adik, kakak dan juga saudara-saudara yang selalu
memberi dukungan berupa semangat saat menjalankan aktivitas.

4. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan menggunakan bahasa
Sunda dan Bahasa Indonesia. Komunikasi menggunakan dua arah dan anggota

12
keluarga selalu menghormati orang yang sedang berbicara dalam artian jika ada
orang yang sedang berbicara maka yang lain mendengarkan tidak boleh memotong
pembicaraan tersebut.

2. Struktur Kekuatan Keluarga


Dalam keluarga Tn. D yang mengambil keputusan adalah Tn. D selaku kepala rumah
tangga. Akan tetapi jika ada masalah selalu di bicarakan terlebih dahulu kepada
istrinya karena kedua anaknya masih kecil.
3. Struktur Peran
Tn. D berperan sebagai kepala keluarga, Ny. S juga berperan sebagai Ibu rumah
tangga. Biasanya Ny. E bekerja mengurus segala kebutuhan suami dan kedua
anaknya mulai dari memasak, mencuci dan mengasuh anak balitanya mulai dari pagi
hari sampai sore hari.
4. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan dengan
kesehatan. Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting.

5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Tn.D merupakan keluarga yang menyenangkan meskipun hidup dalam keadaan
ekonomi yang kurang dari cukup. Ny.E istrinya dan kedua anaknya yang selalu
menghormati dan menyayangi mereka. Tn.D selalu mengajarkan kepada anaknya
untuk menghormati orang yang lebih tua dan saling menyayangi satu sama lain.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.D mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial pada
anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan menganjurkan anaknya
berpartisipasi dalam lingkungan sekitar misalnya jika di RW mereka selalu ada
perlombaan Tn.D selalu menganjurkan anaknya untuk mengikuti lomba tersebut.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui jika ada anggota keluarga yang menderita gizi kurang. Tn.D
dan Ny.E mengetahui bahwa anak ke 2 nya menderita gizi kurang setelah rutin
menimbang BB nya di posyandu dekat rumahnya. Keluarga belum mengetahui
penyebab dan bagaimana upaya agar anaknya tersebut mau makan nasi atau makanan
pokok lainnya tidak hanya makanan manis yang anaknya sukai saja.
b. Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatannya karena belum mengetahui banyak tentang masalah penyakit yang
dialami balita.F.

13
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang menderita gizi buruk,
karena keluarga saja kebingungan karena anaknya susah untuk disuruh makan
nasi dan makanan pokok lainnya. Yang keluarganya ketahui hanya banyak
makan makanan saja tanpa tahu makanan yang seimbang untuk balita.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan, lingkungan di rumahnya
kurang sehat. Di depan rumahnya terdapat kandang ayam dan jambannya pun
tidak sehat
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga selalu memanfatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami oleh anaknya, tetapi terkadang keluarga mempunyai
kesulitan ekonomi jika berobat ke puskesmas karena keluarga tidak mempunyai
asuransi, BPJS ataupun jamkesmas.
1. Fungsi reproduksi
Tn. D memiliki 2 orang anak, dimana anak pertamanya yang bernama An.S
belum mengalami menstruasi karena umurnya yang masih 9 tahun. Istrinya Ny.
S belum mengalami menopause.
2. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya keluarga Tn.D termasuk
kurang dari cukup karena Tn.D seorang pemancing yang gaji per bulannya tidak
tentu.
6. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Untuk saat ini Ny.E sering merasa kebingungan jika anaknya tidak mau makan nasi
hal ini terkadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Keluarga merasakan adanya masalah yang membutuhkan penyelesaian.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ny.E mengatakan bahwa terkadang dirinya selalu memikirkan masalahnya sampai
berlarut-larut dalam arti dia adalah orang yang sulit mengambil keputusan dan terlalu
cemas terkait gizi kurang yang dialami anaknya.
3. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah adalah dengan cara meminta pendapat dari
suaminya.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam beradaptasi dengan masalah yang ada keluarga menggunakan adaptasi yang
positif. Karena keluarga menyadari jika menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah tidak akan dapat menyelesaikan masalah justru akan
semakain berlarut-larut dan semakin rumit.

14
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik Tn. D Ny. E An.S Balita.F
TD 130/80 110/70 mmHg - -
mmHg
N 86x/mnt 90x/mnt 78 x/mnt 86x/mnt
RR 18x/mnt 20x/mnt 24x/mnt 22x/mnt
BB 62 kg 51 kg 30 kg 8.2 kg
Rambut Bersih Bersih Bersih Bersih
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Bersih Bersih Bersih Bersih
Telinga Bersih Bersih Bersih Bersih
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab lembab lembab kering
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar thyroid kelenjar kelenjar kelenjar
thyroid thyroid thyroid
Dada Tidak ada suara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nafas tambahan suara nafas suara nafas suara nafas
detak jantung tambahan, tambahan, tambahan,
regular. detak jantung detak jantung detak jantung
regular. regular. regular.
Abdomen Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
varises, tidak varises, tidak varises, tidak varises, tidak
ada edema ada edema ada udema, ada edema
Kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Turgor kulit Baik Baik Baik Baik
Keluhan - - - -

8. Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan/mahasiswa dapat memberikan penjelasan dan
informasi tentang kesehatan khususnya tentang gizi kurang mulai dari upaya agar anak
mau makan sampai gizi yang seimbang untuk balita, sehingga tidak timbul masalah gizi
kurang kembali. Dan keluarga berharap di hidup bahagia bersama anggota keluarga dan
semua anggota keluarga sehat.

15
b. Rumuskan diagnose keperawatan keluarga
 Gangguan kebutuhan nutrisi pada Balita.F keluarga dari Tn.D

c. Perencanaan Keperawatan
Tgl/ Diagnosa
Tujuan Rencana tindakan
No Keperawatan
1. Gangguan kebutuhan Tujuan Umum : 1. Memberikan penyuluhan
nutrisi pada Balita.F Nutrisi pada Balita.F kepada keluarga Tn.D
anak dari Tn.D terpenuhi tentang :
Tujuan Khusus : 1. Pertumbuhan anak usia 2
Setelah dilakukan tahun
penyuluhan keluarga 2. Penyebab anak tidak mau
mampu : makan
1. Keluarga dapat 3. Upaya agar anak mau
mengenal masalah. makan
2. Keluarga mampu 4. Gizi seimbang
mengambil keputusan
yang tepat
3. Keluarga dapat
memanfatkankan
fasilitas kesehatan.

d. Implementasi dan evaluasi


No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Gangguan kebutuhan 1. Melakukan inform S : Keluarga
nutrisi pada Balita.F concent kepada keluarga mengatakan senang
anak dari Tn.D Tn.D dengan kedatangan
2. Melakukan pengkajian petugas kesehatan
kepada keluarga Tn.D yang berkunjung ke
3. Melakukan kontrak rumah
waktu untuk pertemuan O : Keluarga terlihat
selanjutnya antusias dengan
kedatangan petugas
kesehatan yang
berkunjung ke
rumahnya
A : Masalah teratasi
sebagian

16
P : Lanjutkan
intervensi
1. Memberikan S : Keluarga klien
penyuluhan kepada mengatakan mengerti
keluarga Tn.D tentang : apa yang dijelaskan
 Pertumbuhan anak oleh perawat
usia 2 tahun O : Klien terlihat
 Penyebab anak tidak senang diberi
mau makan penyuluhan tersebut
 Upaya agar anak mau A : Masalah teratasi
makan
 Gizi seimbang

17

Anda mungkin juga menyukai