Disusun Oleh :
Agus Hariantono
Nur Farida
Puji Setyorini
Sri Utami
Erwen Erwananto
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya
pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan pada
b. Tujuan Khusus
2
Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
3. Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok
kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap
kekerasan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
1. Pernyataan (Assertion)
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
4
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu
3. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
5
Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Rendah diri
Bermusuhan
dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan
d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu
karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan
kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, amuk
6
e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan
pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.
Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :
Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control
Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus
perilaku kekerasan.
Faktor Presipitasi
Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab
yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
7
1. Tingkah Laku
a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,
sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva
terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
8
untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33). Beberapa mekanisme koping yang
a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya
seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan.
Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kuat.
e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya
: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
9
Sumber Koping
1. Aset ekonomi
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
7. Kepercayaan
9. Kemampuan sosial
11. Pengetahuan
3. Penatalaksanaan Umum
a. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada
dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak
ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti
10
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur
dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi
ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
(pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan
d. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang
mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada
11
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya
4. Pohon Masalah
Perlaku kekerasan CP
5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
6. Fokus Intervensi
12
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain
dan lingkungan.
Intervensi :
13
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
Kriteria evaluasi :
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
Intervensi :
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Kriteria evaluasi :
14
Intervensi :
c. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan
saya).
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.
d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.
Kriteria evaluasi :
15
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Intrevensi :
e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Alamat : Tulungagung
Umur : 45 Tahun
Status : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. RM : 00253464
Gelisah, bingung, mondar mandir, mengamuk, merusak barang, tertawa sendiri, bicara
17
1. Pasien sudah 13x MRS sejak usia 26 tahun, berulang MRS karena karena tidak rutin minum
obat.
Masalah Keperawatan :
2. Berduka disfungsional
V. PEMERIKSAAN FISIK
2) Nadi : 88 x/menit
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Ukuran
2) Berat badan : 63 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan
fisik.
18
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
45
Keterangan :
= Laki – laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Hamil
= Satu Rumah
19
= orang terdekat
45 45
= umur klien
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
b. Identitas diri
Pasien pernah bekerja di BPR selama 3 bulan setelah itu bekerja serabutan
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
Hubungan dengan warga sekitar kurang baik (tidak pernah mengikuti kegiatan di
masyarakat)
3. Hubungan Sosial
Susah bersosialisasi
20
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
Sebelum sakit pasien menjalankan ibadah dengan baik (sholat 5 waktu). Saat sakit
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapi, rambutnya terlihat acak-acakan dan kotor, gigi hitam dan keropos,
bau badan
2. Pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak lesu, nampak tidak bersemangat, jika diajak
4. Alam Perasaan
Khawatir. Pasien merasa ketakutan seolah-olah pasien selalu diikuti oleh 2 orang yang
bermuka jelek
5. Afek
Tumpul. Pasien hanya senyum saja jika di beri stimulus yang kuat
21
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
7. Persepsi
Pasien mengalami gangguan persepsi penglihatan dan pendengaran. Pasien merasa melihat
seorang wanita berambut panjang dan sering mendengar suara-suara ”lihat saya”
8. Proses pikir
Sirkumtansial. Pasien berbicara pelan dan berbelit-belit tapi sampai selesai (cara membuat
donat)
Masalah Keperawatan : -
9. Tingkat Kesadaran
Masalah Keperawatan :
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang. Pasien sering menjawab lupa jika ditanya tentang masa
lalunya.
Gangguan ringan. Pasien bisa memutuskan sesuatu tanpa bantuan ( mandi dulu sebelum
makan)
22
Masalah Keperawatan : -
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena
klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa
Masalah Keperawatan : -
1. Isi Pikir
Waham : curiga
Pasien merasa ketakutan seolah-olah selalu diikuti oleh 2 orang yang menakutkan
1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, jarang keramas dan gosok gigi
4. Berpakaian
23
klien sulit tidur dan sering terbangun dimalam hari.
6. Penggunaan Obat
Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri, dll
Pasien pernah melukai tangannya menggunakan silet saat tidak menemukan jalan keluar saat
menghadapi masalah
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
3. Masalah dengan kesehatan : pasien sering keluar masuk RSJ karena tidak rutin minum obat
4. Masalah dengan perumahan, pasien tinggal serumah dengan ibu dan anaknya
Masalah Keperawatan :
24
Perubahan pemeliharaan kesehatan
a. Diagnosa Medik :
b. Terapi obat :
Resperidon 2 mg : 0-1-0
2. Berduka disfungsional
5. Isolasi social
6. Distres spiritual
25
XIII. ANALISA DATA
menyayat) tangannya.
DO :
ketakutan seolah-olah
berwajah jelek
Gangguan isi pikir : waham
klien mengatakan merasa
curiga
takut kalau ibunya tidak
menjenguknya
mudah tersinggung
26
sering bertanya bahwa Harga diri rendah
duduk menyendiri
3 DS : Gangguan persepsi
berbenjol-benjol
Gangguan persepsi sensori :
Klien mengatakan
Halusinasi penglihatan dan
mendengar suara-suara
pendengaran
setan yang menakutkan
“lihatlah saya”
DO :
menyendiri
Nampak cemas
(menggerakkan tangan
dan kakinya)
27
XIV. POHON MASALAH
( Core Problem )
( Causa / Penyebab )
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan
28
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
Resiko menciderai diri TUM: 1. Klien mau membalas salam 1. Beri salam panggil nama
sendiri, orang lain dan Kliendapat melanjutkan 2. Klien mau menjabat tangan 2. Sebutkan nama perawat sambil jabat
TUK 1: 5. Klien mau kontak mata 4. Jelaskan kontrak yang akan dibahas
Klien dapat membina 6. Klien mau mengetahui nama 5. Beri rasa aman dan simpati
sering
29
TUK 3 : 1. Klien mampu mengungkapkan 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa
Klien dapat perasaan saat marah/jengkel yang dialami dan dirasakan saat
mengidentifikasi perilaku 2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran sesuai
kekerasan yang biasa dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan yang biasa
30
3. Klien dapat mengetahui cara 3. Bicarakan dengan klien apakah
Klien dapat mengidentikasi Akibat pada klien sendiri 2. Bersama klien menyimpulkan akibat
akibat perilaku kekerasan Akibat pada orang lain cara yang digunakan oleh klien
sehat.
mengontrol perilaku - Fisik: Tarik nafas dalam , olah manfaat cara yang telah dipilih
31
kekerasan raga, memukul bantal 3. Bantu klien untuk menstimulasikan
TUK 7 : 1. Klien dapat menyebut kan obat 1.Jelaskan jenis-jenis obat yang di
Klien dapat menggunakan – obat yang di minum dan minum pada klien dan keluarga.
obat dengan benar ( sesuai kegunaanya ( jenis 2.Diskusikan manfaat minum obat dan
32
obat(baca nama yg tertera pd botol
minum)
33
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
34
09.00 SP 2 1. Mengkaji
pengetahuan klien S : Klien mencoba melukai
tentang perilaku diri bila tidak
kekerasan dan menemukan solusi
penyebab. untuk mngatasi
masalahnya
2. Memberikan
kesempatan kepada O:
klien untuk • Klien dapat
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan penyebab perasaan marah atau
perilaku kekerasan jengkel.
• Klien tampak tegang
3. Memberikan pujian tegangan
terhadap kemampuan A : Klien mampu
klien memngungkap mengungkapkan
kan persaan nya. penyebab marah atau
jengkel,SP 2 tercapai.
P : Lanjutkan SP 3, klien
dapat mengontrol dan
penanganan perilaku
kekerasan dengan cara
sholat dan berdoa.
K : Klien diminta untuk
mencari penyebab dan
tanda marah yang belum
di ungkapkan
35
bersama klien tentang a. Nada suara tinggi
tanda-tanda perilaku b. Ekspresi wajah tegang
kekerasan.
A : Klien mampu
mengidentifikasi tanda
dan gejala saat marah
atau jengkel. SP 3
tercapai.
K : Klien diminta untuk
mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang
sering dilakukan.
SP 4 1. Menganjurkan klien S : Klien akan merusak
untuk barang dan mencoba
mengungkapkan menciderai diri jika
perilaku kekerasan dalam kondisi marah
yang bias dilakukan. O : Klien tampak :Tegang,
2. Membantu klien tangan mengepal, mata
bermain peran sesuai menatap tajam, wajah
dengan perilaku memerah.
kekerasan. A : Klien mampu
3. Membicarakan mengungkapkan
dengan klien apakah perilaku kekerasan yang
dengan cara yang bisa dilakukan. SP 4
dilakukan oleh klien tercapai.
masalah akan teratasi. P : Lanjutkan SP 5, klien
dapat mengungkapkan
perilaku yang sering
dilakukan saat marah.
K :Klien diminta untuk
mengingat kembali
akibat yang akan
ditimbulkan.
36
Sabtu SP 5 1. Membicarakan akibat S : klien sangat
17/09/2016 atau kerugian dan cara menyesal dan ingin
09.00 yang dilakukan kilen minta maaf kepada
pada saat marah ibunya setelah dirinya
2. Menyimpulkan marah – marah
bersama klien akibat O : klien tampak : sedih,
dari cara yang mata menatap tajam,
digunakan oleh klien wajah memerah.
3. Menanyakan kepada A : klien mampu
klien apakah klien mengungkapkan akibat
mau mempelajari atau kerugian dari
cara-cara yang baru perilaku kekerasan yang
dan sehat dilakukannya, SP 5
tercapai.
P : lanjutkan SP 6, klien
dapat mengontrol
perilaku yang sering
dilakukan saat marah.
K : klien diminta untuk
berlatih mengontrol
marah dengan cara
sholat dan berdoa.
09.00 SP 6 1. Melatih klien S : Klien mengatakan
mengontrol perilaku jarang sholat
kekerasan dan O : Klien tidak
penanganan dengan melaksanakan sholat
cara sholan dan dan berdoa.
berdoa A : SP 6 belum tercapai
2. Menganjurkan klien P : Ulangi dan Pertahankan
memasukkan dalam SP 6,
jadwal kegiatan. K : Klien diminta berlatih
untuk meminum obat
secara teratur
37
SP 7 1. Melatih klien minum S : Klien mengatakan
obat dengan teratur minum obat secara
2. menganjurkan klien teratur setelah makan.
memasukkan dalam O : Klien mau minum obat
jadwal kegiatan tanpa paksaan perawat.
A : SP 7 tercapai
P : Ulangi SP 6, dan
pertahankan SP 1 – SP
7.
K : Klien diminta untuk
mempertahankan apa
yang telah dilakukan
tadi.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Nama klien : Ny.S , umur 45 tahun, Jenis Kelamin : perempuan, Agama : Islam, Pendidikan :
SMA, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan : janda, Alamat :Tulungangung,
merusak barang, tertawa sendiri, bicara nglantur, merasa takut-takut sendiri, suka buka-buka
barang tertutup.
B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Ny.S penulis menyimpulkan
terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Ny. S didapatkan
hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan menggunting-gunting bajunya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pada dasarnya tidak
efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien muka merah.
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk
39
Diagnosa pertama yaitu resiko perilaku kekerasan (menciderai diri). Pada diagnosa
pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk
yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan,
tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan,
tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien,
dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak
mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu mengungkapkan penyebab marah
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien
untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku
kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu
untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda
jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien
40
mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau
kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang
digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang
sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat
dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan
dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok
tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat
dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien
Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang
baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan
dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien
apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui
cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini
kelompok mengalami kendala karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak dapat
D. EVALUASI
berikut :
Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau
41
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan
menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata
kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk
berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1
tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah (dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa
dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan
klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah,
bicara keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.
yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat
bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui
cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh
klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini
penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat
42
diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana
Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang
sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis
mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat
diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan
Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak
ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
43
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Ny. S tindakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
4. Anjurkan klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
44
Untuk perawat :
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat
pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
Untuk mahasiswa :
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
45
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih
46