Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

 Agus Hariantono
 Nur Farida
 Puji Setyorini
 Sri Utami
 Erwen Erwananto

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya

secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.

Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya

pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah

gangguan perilaku kekerasan.

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap

kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan

langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang

lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami

kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan

lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan

ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

2. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien perilaku kekerasan.

b. Tujuan Khusus

Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :

 Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan

 Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan

 Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan

2
 Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan

 Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

3. Sistematika

Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok

mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku

kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku

kekerasan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan

yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).

Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di

elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

(Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Respon marah yang adaptif meliputi :

1. Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa

marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini

biasanya akan memberikan kelegaan.

2. Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,

atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak

menemukan alternatif lain.

4
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :

1. Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan

yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

2. Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut

suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.

3. Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu

dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

3. Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa

disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap

diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4. Tanda dan Gejala

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

5
Proses Kemarahan

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons

terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.

a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

Modul ekspresi marah

Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan

Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal

c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang

dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan

lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.

d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu

karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan

kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, amuk

yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.

6
e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah

tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan

pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.

5. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya

mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

 Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan

di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.

 Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi

individu mengadopsi perilaku kekerasan.

 Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control

social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

 Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus

temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya

perilaku kekerasan.

Faktor Presipitasi

Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang

lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak

berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian

pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,

kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab

yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

7
1. Tingkah Laku

a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.

b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang

berkaitan dengan marah antara lain :

1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)

Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin

menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,

sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang

terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu

dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik

untuk mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan

pertumbuhan diri pasien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik

perhatian orang lain.

4. Amuk atau kekerasan (violence)

Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan.

2. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan

8
untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33). Beberapa mekanisme koping yang

dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :

a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk

suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang

yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas

adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan

akibat rasa marah.

b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya

seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap

rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya

c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.

Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan

tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu

ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.

d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih

lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan.

Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut

dengan kuat.

e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang

tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya

: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena

menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

9
Sumber Koping

Menurut Suart Sundeen 1998 :

1. Aset ekonomi

2. Kemampuan dan keahlian

3. Tehnik defensif

4. Sumber sosial

5. Motivasi

6. Kesehatan dan energi

7. Kepercayaan

8. Kemampuan memecahkan masalah

9. Kemampuan sosial

10. Sumber sosial dan material

11. Pengetahuan

12. Stabilitas budaya

3. Penatalaksanaan Umum

a. Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun

pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya

Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada

dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak

ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti

neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti

cemas, dan anti agitasi.

10
b. Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian

pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan

mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus

diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur

dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak

berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi

ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi

setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung

pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat

melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat

keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan

lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.

Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah

perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive

(pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif

(pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan

secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).

d. Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang

diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang

mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada

kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien

11
e. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi

kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik

melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya

untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan

adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

4. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri

Orang lain atau lingkungan. E

Perlaku kekerasan CP

Mekanisme koping individu in efektif C

Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )

5. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

6. Fokus Intervensi

1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.

TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.

12
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria hasil :

 Klien mau menjawab salam

 Klien mau menjabat tangan

 Klien mau menyabutkan nama

 Klien mau tersenyum

 Ada kontak mata

 Mau mengetahui nama perawat

 Mau menyediakan waktu untuk kontak

Intervensi :

a. Memberi salam atau panggil nama klien

b. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan

c. Jelaskan tujuan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e. Beri sikap aman dan empati

f. Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria Evaluasi :

 Klien dapat mengungkapkan perasaannya

 Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain

dan lingkungan.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

13
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi :

 Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.

 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria evaluasi :

 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

 Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

 Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

14
Intervensi :

a. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

c. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi :

a. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

b. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur

atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya

kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan

saya).

c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.

d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada

Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,

15
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.

Intrevensi :

a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

c. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.

e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 15 September 2016

Tanggal Masuk : 10 Agustus 2016

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Ny. S

Alamat : Tulungagung

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Janda

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

No. RM : 00253464

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sulit tidur.

III. ALASAN MASUK

Gelisah, bingung, mondar mandir, mengamuk, merusak barang, tertawa sendiri, bicara

nglantur, merasa takut-takut sendiri, suka buka-buka barang tertutup.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

17
1. Pasien sudah 13x MRS sejak usia 26 tahun, berulang MRS karena karena tidak rutin minum

obat.

2. Pasien pernah melukai diri sendiri.

3. Pasien pernah gagal menikah

4. Pernah kuliah tetapi tidak sampai selesai

Masalah Keperawatan :

1. Resiko perilaku kekerasan ( menciderai diri sendiri)

2. Berduka disfungsional

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda – tanda Vital :

1) Tekanan darah : 130 / 80 mmHg

2) Nadi : 88 x/menit

3) Suhu badan : 36.4 0C

4) Respirasi : 20 x/menit

2. Ukuran

1) Tinggi Badan : 168 cm

2) Berat badan : 63 Kg

3. Kondisi Fisik

Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan

fisik.

18
VI. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

45

Keterangan :

= Laki – laki

= Perempuan

= Meninggal

= Klien

= Hamil

= Satu Rumah

= Cerai / putus hubungan

19
= orang terdekat

45 45
= umur klien

2. Konsep diri

a. Gambaran Diri

 Yang disukai : Bentuk tubuhnya yang tinggi dan langsing

 Yang tidak disukai : gigi keropos dan menghitam

b. Identitas diri

Pasien pernah bekerja di BPR selama 3 bulan setelah itu bekerja serabutan

c. Peran

Pasien serumah dengan orang tua dan anaknya

d. Ideal diri

Pasien ingin cepat pulang

e. Harga diri

Hubungan dengan warga sekitar kurang baik (tidak pernah mengikuti kegiatan di

masyarakat)

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang terdekat

Ibu dan anaknya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

Pasien tidak pernah bersosialisasi

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Susah bersosialisasi

20
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

4. Spiritual

 Pasien menganut agama islam

 Sebelum sakit pasien menjalankan ibadah dengan baik (sholat 5 waktu). Saat sakit

pasien tidak pernak melakukan ibadah.

Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Klien tampak tidak rapi, rambutnya terlihat acak-acakan dan kotor, gigi hitam dan keropos,

bau badan

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

Pasien ketika bicara nada suara lambat, pelan

Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal

3. Aktifitas Motorik

Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak lesu, nampak tidak bersemangat, jika diajak

ngobrol pasien selalu menggerakkan tangan dan kakinya

Masalah Keperawatan : Devisit aktivitas deversional/hiburan

4. Alam Perasaan

Khawatir. Pasien merasa ketakutan seolah-olah pasien selalu diikuti oleh 2 orang yang

bermuka jelek

Masalah Keperawatan : Perubahan isi pikir : waham

5. Afek

Tumpul. Pasien hanya senyum saja jika di beri stimulus yang kuat

21
Masalah Keperawatan : isolasi sosial

6. Interaksi selama wawancara

Kontak mata (-). Pasien kadang menunduk bila diajak bicara

Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi

7. Persepsi

Pasien mengalami gangguan persepsi penglihatan dan pendengaran. Pasien merasa melihat

seorang wanita berambut panjang dan sering mendengar suara-suara ”lihat saya”

Masalah Keperawatan : Perubahan isi pikir : halusinasi

8. Proses pikir

Sirkumtansial. Pasien berbicara pelan dan berbelit-belit tapi sampai selesai (cara membuat

donat)

Masalah Keperawatan : -

9. Tingkat Kesadaran

 Bingung, disorientasi orang. Pasien kadang tidak ingat nama temannya.

Masalah Keperawatan :

10. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang. Pasien sering menjawab lupa jika ditanya tentang masa

lalunya.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

11. Tingkat Konsentrasi Berhitung

Pasien tidak mampu konsentrasi.pasien kesulitan mengulang pembicaraan sebelumnya.

Masalah Keperawatan : perubahan proses berfikir

12. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan. Pasien bisa memutuskan sesuatu tanpa bantuan ( mandi dulu sebelum

makan)

22
Masalah Keperawatan : -

13. Daya Tilik Diri

Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena

klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa

sakit jiwa seperti ini.

Masalah Keperawatan : -

1. Isi Pikir

 Isi pikir : obsesi

 Waham : curiga

 Pasien merasa takut kalau ibunya tidak menjenguknya lagi

 Pasien merasa ketakutan seolah-olah selalu diikuti oleh 2 orang yang menakutkan

Masalah Keperawatan : Perubahan isi pikir : waham curiga

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x

sehari, pagi, siang dan sore, minum ±6 gelas sehari.

2. BAB/BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,

menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.

3. Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, jarang keramas dan gosok gigi

4. Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan

5. Pola Istirahat Tidur

23
 klien sulit tidur dan sering terbangun dimalam hari.

 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur : nonton tv

6. Penggunaan Obat

Klien mengatakan di puskesmas selalu minum obat.

7. Aktivitas di dalam rumah

Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.

8. Aktivitas diluar rumah

Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri , gangguan pola tidur

IX. MEKANISME KOPING

 Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.

 Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri, dll

 Pasien pernah melukai tangannya menggunakan silet saat tidak menemukan jalan keluar saat

menghadapi masalah

Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.

MK : Harga Diri Rendah

3. Masalah dengan kesehatan : pasien sering keluar masuk RSJ karena tidak rutin minum obat

4. Masalah dengan perumahan, pasien tinggal serumah dengan ibu dan anaknya

5. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh keluarganya

Masalah Keperawatan :

 Perubahan kinerja peran

24
 Perubahan pemeliharaan kesehatan

XI. ASPEK MEDIK

a. Diagnosa Medik :

b. Terapi obat :

 CPZ 100 mg : 0-1/2-1/2

 Haloperidol 1,5 mg : 1-0-1

 Resperidon 2 mg : 0-1-0

XII. MASALAH KEPERAWATAN

1. Resti perilaku kekerasan (menciderai diri)

2. Berduka disfungsional

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Harga diri rendah

5. Isolasi social

6. Distres spiritual

7. Defisit perawatan diri

8. Kerusakan komunikasi verbal

9. Perubahan isi pikir : waham

10. Perubahan isi pikir : halusinasi

11. Koping individu tidak efektif

25
XIII. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : klien mengatakan Resiko perilaku kekerasan Resiko perilaku

dirumah sering mengamuk, kekerasan

merusak barang, menggunting

baju, pernah melukai Perlaku kekerasan

menyayat) tangannya.

DO :

 Wajah nampak tegang Mekanisme koping individu in

 Terdapat bekas luka efektif

sayatan ditangan kiri

2 DS : Resiko tinggi perilaku Gangguan isi pikir :

 klien mengatakan merasa kekerasan waham curiga

ketakutan seolah-olah

selalu diikuti oleh 2 orang

berwajah jelek
Gangguan isi pikir : waham
 klien mengatakan merasa
curiga
takut kalau ibunya tidak

menjenguknya

 klien mengatakan merasa

dibuang oleh keluarganya


Isolasi sosial
DO :

 wajah nampak tegang

 mudah tersinggung

26
 sering bertanya bahwa Harga diri rendah

ibunya sudah datang

menjenguk apa belum

 klien terlihat sering

duduk menyendiri

3 DS : Gangguan persepsi

 Klien mengatakan melihat Resiko perilaku kekerasan sensori : Halusinasi

bayangan wanita berambut penglihatan dan

panjang dengan wajah pendengaran

berbenjol-benjol
Gangguan persepsi sensori :
 Klien mengatakan
Halusinasi penglihatan dan
mendengar suara-suara
pendengaran
setan yang menakutkan

yang selalu mengatakan

“lihatlah saya”

DO :

 Wajah Nampak tegang Isolasi social : menarik diri

 Konsentasi menurun Koping individu tidak efektif


 Pembicaraan lambat

 Klien sering duduk

menyendiri

 Nampak cemas

(menggerakkan tangan

dan kakinya)

27
XIV. POHON MASALAH

( Efek ) Resiko perilaku kekerasan

( Core Problem )

Perlaku kekerasan : Menciderai diri

( Causa / Penyebab )

Mekanisme koping individu in efektif

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku

Kekerasan

2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

28
XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi

Resiko menciderai diri TUM: 1. Klien mau membalas salam 1. Beri salam panggil nama

sendiri, orang lain dan Kliendapat melanjutkan 2. Klien mau menjabat tangan 2. Sebutkan nama perawat sambil jabat

lingkungan peran sesuai dengan 3. Klien mau menyebut nama tangan

tanggung jawab. 4. Klien mau tersenyum 3. Jelaskan maksud hubungan interaksi

TUK 1: 5. Klien mau kontak mata 4. Jelaskan kontrak yang akan dibahas

Klien dapat membina 6. Klien mau mengetahui nama 5. Beri rasa aman dan simpati

hubungan saling percaya. perawat 6. Lakukan kontak mata singkat tapi

sering

TUK 2: 1. Klien mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk

Klien dapat perasaanya mengungkapkan perasaan

mengidentifikasi 2. Klien dapat mengungkapkan 2. Bantu klien untuk mengungkapkan

kemampuan penyebab penyebab perasaan marah dari penyebab perasaan jengkel/kesal

kekerasan lingkungan atau orang lain

29
TUK 3 : 1. Klien mampu mengungkapkan 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa

Klien dapat perasaan saat marah/jengkel yang dialami dan dirasakan saat

mengidentifikasi tanda- marah

tanda perilaku kekerasan 2. Klien dapat menyimpulkan 2. Observasi tanda-tanda perilaku

tanda-tanda marah yang kekerasan pada klien

dialami. 3. Simpulkan bersama klien tanda dan

gejala kesal yang di alami

1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk

TUK 4; perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku kekerasan

Klien dapat dilakukan yang biasa dilakukan klien .

mengidentifikasi perilaku 2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran sesuai

kekerasan yang biasa dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan yang biasa dilakukan dilakukan.

30
3. Klien dapat mengetahui cara 3. Bicarakan dengan klien apakah

yang biasa dilakukan untuk dengan cara yang dilakukan klien

menyelesaikan masalah masalahnya selesai

1. Klien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat dan cara yang

TUK 5; dari cara yang digunakan dilakukan klien

Klien dapat mengidentikasi  Akibat pada klien sendiri 2. Bersama klien menyimpulkan akibat

akibat perilaku kekerasan  Akibat pada orang lain cara yang digunakan oleh klien

 Akibat pada lingkungan 3. Tanya pada klien apakah ia ingin

mempelajari cara yang baru dan yang

sehat.

TUK 6 : 1. Klien dapat menyebutkan 1. Bantu klien memilih cara yang

Klien dapat contoh pencegahan perilaku paling tepat untuk klien

mendemonstrasikan cara kekerasan secara : 2. Bantu klien mengidentifikasi

mengontrol perilaku - Fisik: Tarik nafas dalam , olah manfaat cara yang telah dipilih

31
kekerasan raga, memukul bantal 3. Bantu klien untuk menstimulasikan

- Verbal: Mengatakan secara cara tersebut atau dengan role play

langsung dengan tidak 4. Beri reinforcement positif atas

menyakiti. keberhasilan klien menstimulasikan

2. Klien dapat cara tersebut

mendemonstrasikan cara fisik 5. Anjurkan klien untuk menggunakan

(memukul bantal) untuk cara yang dipelajari saat jengkel atau

mencegah perilaku kekerasan. marah.

TUK 7 : 1. Klien dapat menyebut kan obat 1.Jelaskan jenis-jenis obat yang di

Klien dapat menggunakan – obat yang di minum dan minum pada klien dan keluarga.

obat dengan benar ( sesuai kegunaanya ( jenis 2.Diskusikan manfaat minum obat dan

dengan program ) ,waktu,dosis,dan efek ) kerugian berhenti minum obat tanpa

2. Klien dapat minum obat sesuai seijin dokter

program pengobatan 3.Jelaskan prinsip benar minum

32
obat(baca nama yg tertera pd botol

obat,dosis obat ,waktu dan cara

minum)

33
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI


Kamis SP 1 1. Membina hubungan S : Klien senang karena
15/09/16 saling percaya dengan disapa oleh perawat.
09.00 mengungkapkan O:
komunikasi terapeutik  Klien mau berjabat
2. Menyapa klien tangan
dengan ramah,baik  Klien mau bercerita
verbal maupun non tentang diri nya
verbal.  Kontak mata cukup
3. Memperkenal diri A : Klien mampu membina
dengan sopan. hubungan saling
4. Menjelaskan tujuan percaya, SP 1 tercapai.
pertemuan dengan P : Lanjutkan SP 2,klien
lengkap dapat mengidentifikasi
5. Menanyakan nama penyebab marah.
klien dengan lengkap. K : Klien di minta untuk
6. Mengatakan dengan mencari penyebab
jujur dan menepati marah.
janji
7. Menunjukkan rasa
empati dan menerima
klien apa adanya.
8. Memberikan
perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien

34
09.00 SP 2 1. Mengkaji
pengetahuan klien S : Klien mencoba melukai
tentang perilaku diri bila tidak
kekerasan dan menemukan solusi
penyebab. untuk mngatasi
masalahnya
2. Memberikan
kesempatan kepada O:
klien untuk • Klien dapat
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan penyebab perasaan marah atau
perilaku kekerasan jengkel.
• Klien tampak tegang
3. Memberikan pujian tegangan
terhadap kemampuan A : Klien mampu
klien memngungkap mengungkapkan
kan persaan nya. penyebab marah atau
jengkel,SP 2 tercapai.
P : Lanjutkan SP 3, klien
dapat mengontrol dan
penanganan perilaku
kekerasan dengan cara
sholat dan berdoa.
K : Klien diminta untuk
mencari penyebab dan
tanda marah yang belum
di ungkapkan

Jum’at SP 3 1. Mendiskusikan S : klien saat marah akan


16/09/2016 bersama klien tentang berbicara dengan nada
08.30 apa yang dirasakan tinggi, mondar mandir
saat klien marah O : pasien menunjukkan
2. Mendiskusikan tanda-tanda :

35
bersama klien tentang a. Nada suara tinggi
tanda-tanda perilaku b. Ekspresi wajah tegang
kekerasan.
A : Klien mampu
mengidentifikasi tanda
dan gejala saat marah
atau jengkel. SP 3
tercapai.
K : Klien diminta untuk
mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang
sering dilakukan.
SP 4 1. Menganjurkan klien S : Klien akan merusak
untuk barang dan mencoba
mengungkapkan menciderai diri jika
perilaku kekerasan dalam kondisi marah
yang bias dilakukan. O : Klien tampak :Tegang,
2. Membantu klien tangan mengepal, mata
bermain peran sesuai menatap tajam, wajah
dengan perilaku memerah.
kekerasan. A : Klien mampu
3. Membicarakan mengungkapkan
dengan klien apakah perilaku kekerasan yang
dengan cara yang bisa dilakukan. SP 4
dilakukan oleh klien tercapai.
masalah akan teratasi. P : Lanjutkan SP 5, klien
dapat mengungkapkan
perilaku yang sering
dilakukan saat marah.
K :Klien diminta untuk
mengingat kembali
akibat yang akan
ditimbulkan.

36
Sabtu SP 5 1. Membicarakan akibat S : klien sangat
17/09/2016 atau kerugian dan cara menyesal dan ingin
09.00 yang dilakukan kilen minta maaf kepada
pada saat marah ibunya setelah dirinya
2. Menyimpulkan marah – marah
bersama klien akibat O : klien tampak : sedih,
dari cara yang mata menatap tajam,
digunakan oleh klien wajah memerah.
3. Menanyakan kepada A : klien mampu
klien apakah klien mengungkapkan akibat
mau mempelajari atau kerugian dari
cara-cara yang baru perilaku kekerasan yang
dan sehat dilakukannya, SP 5
tercapai.
P : lanjutkan SP 6, klien
dapat mengontrol
perilaku yang sering
dilakukan saat marah.
K : klien diminta untuk
berlatih mengontrol
marah dengan cara
sholat dan berdoa.
09.00 SP 6 1. Melatih klien S : Klien mengatakan
mengontrol perilaku jarang sholat
kekerasan dan O : Klien tidak
penanganan dengan melaksanakan sholat
cara sholan dan dan berdoa.
berdoa A : SP 6 belum tercapai
2. Menganjurkan klien P : Ulangi dan Pertahankan
memasukkan dalam SP 6,
jadwal kegiatan. K : Klien diminta berlatih
untuk meminum obat
secara teratur

37
SP 7 1. Melatih klien minum S : Klien mengatakan
obat dengan teratur minum obat secara
2. menganjurkan klien teratur setelah makan.
memasukkan dalam O : Klien mau minum obat
jadwal kegiatan tanpa paksaan perawat.
A : SP 7 tercapai
P : Ulangi SP 6, dan
pertahankan SP 1 – SP
7.
K : Klien diminta untuk
mempertahankan apa
yang telah dilakukan
tadi.

38
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Nama klien : Ny.S , umur 45 tahun, Jenis Kelamin : perempuan, Agama : Islam, Pendidikan :

SMA, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan : janda, Alamat :Tulungangung,

No RM : 00253464 . Klien mengatakan gelisah, bingung, mondar mandir, mengamuk,

merusak barang, tertawa sendiri, bicara nglantur, merasa takut-takut sendiri, suka buka-buka

barang tertutup.

B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN

Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Ny.S penulis menyimpulkan

terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.

Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Ny. S didapatkan

hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan menggunting-gunting bajunya.

Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang

berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan

kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak

(acting out), amuk atau kekerasan (violence).

Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pada dasarnya tidak

efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien muka merah.

C. INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI

Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk

mengatasi permasalahan yang ada pada Ny. S.

39
Diagnosa pertama yaitu resiko perilaku kekerasan (menciderai diri). Pada diagnosa

pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk

SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik

yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan,

tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan,

tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien,

dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan

karena klien dpat diajak bekerja sama dengan cukup kooperatif.

Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah

memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk

mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok

adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien

mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak

mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu mengungkapkan penyebab marah

yang dialami yaitu karena keinginan yang tidak dipenuhi.

Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien

untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku

kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu

untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda

jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar

dan sulit diarahkan.

Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien

mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran sesuai

dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien

lakukan masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak

40
mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang

dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling ditanah.

Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau

kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang

digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang

sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat

dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan

dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok

tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat

dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien

bisa dijauhi teman-temannya.

Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang

baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan

dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien

apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui

cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini

kelompok mengalami kendala karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak dapat

melakukan Sholat dan berdoa karena beranggapan sia - sia.

D. EVALUASI

Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai

berikut :

Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau

menjelaskan hasil yang diperoleh.

41
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan

menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata

kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk

berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1

tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh penulis.

Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat

mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah (dari diri sendiri, orang lain dan

lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa

mengungkapkan penyebab jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat

dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan

disusun oleh kelompok.

Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan

klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah,

bicara keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami

kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.

Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat

bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui

cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami

kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.

Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh

klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini

penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat

42
diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana

yang telah disusun.

Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang

sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis

mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat

diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan

rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak

ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.

Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

43
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Ny. S tindakan yang dilakukan

sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien

mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara

yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam

berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah

yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.

(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran

Untuk pasien :

Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang

keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa

menyakiti orang lain

3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan

maupun diluar ruangan.

4. Anjurkan klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter.

5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

44
Untuk perawat :

1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah

masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.

2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien

untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat

pemecehan masalahya.

3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang

konstruktif.

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang

membantu relaksasi otot seperti olahraga.

5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Instansi Kesehatan :

1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :

1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar

dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang

keperawatan jiwa.

45
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,

Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit

Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih

Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.

(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3,

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai