Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart
disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart
disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut,
subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus
beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam
reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras,
kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok
usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun
dan penduduk di atas 50 tahun.
Rheumatic fever adalah suatu penyakit inflamasi akut yang diakibatkan oleh
infeksi streptococcus hemolytic group A pada tenggorokan (faringitis),
tetapi tanpa disertai infeksi lain atau tidak ada infeksi streptococcus di tempat
lain seperti di kulit. Karakteristik rheumatic fever cenderung berulang
(recurrence) (Udjianti, 2010).
1.2 Etiologi
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa
predisposisi antara lain :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal
dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis kelamin
4. Umur
6. Reaksi autoimun
Faktor-faktor lingkungan :
3. Cuaca
1.3.1 Stadium I
Keluhan :
Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
1.3.2 Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya
periode ini berlangsung 1 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul
6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik
/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik
demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Kriteria mayor :
1. arditis
2. Polyarthritis
3. Khorea Syndenham
4. Eritema Marginatum
Kriteria Minor :
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria
minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
1.4 Patofisiologi
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam rematik
terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara
jaringan tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh
terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen
asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat
antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen
jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat
terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam
rematik dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin
berperanan dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu
produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal
bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen
somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk
waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada
penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
1.5 Komplikasi
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu
dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah
menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati
penyakit primer.
1.5.2 Pericarditis
1.6.3 Radiologi
Kultur positif
Ruam skarlatina
Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat
1.7 Penatalaksanaan
3. Diet
4. Istirahat
1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi badan dan rangka tubuh
Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic, baik kalori total maupun
zat gizi tertentu
Kehilangan berat baan dengan asupan makanan yang adekuat
Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari RDA.
Subjektif:
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makan
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Melaporkan kurangnya makanan
Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
Objektif:
2.2.4 Definisi
Subjektif:
Objektif:
2.2.1 Definisi
Subjektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon dari
aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
2.3 Perencanaan
NOC:
Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang
menjalani pengubatan
Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama tiga minggu pertama
menyusui
Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic
Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang
mengindikasikan status nutrisi
Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam
Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
Perawatan diri: makan; kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti
makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak
dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Mual/muntah
Pengkajian
Instruksikan pasien agar menarik napas dalam perlahan dan menelan secara
sadar untuk mengurangi mua dan muntah
Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antiemetic atau analgetik sebelum makan sesuai dengan indikasi
Aktivitas lain
Pengkajian
Berikan umpan balik positif terhadap pasien yang menunjukkan selera makan
Berikan makanan yang sesuai dengan keadaan dan keinginan klien
Manajemen nutrisi: tawarkan kudapan jika perlu
Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi sesuai keinginan pasien
Gangguan makan
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian klien
yang dibutuhkan
Laporkan kepada dokter jika pasien menolak makan
Bekerja sama dengan dokter , ahli gizi dan pasien untuk merencenakan tujuan
asupan dan berat badan
Rujuk untuk memperoleh perawatan kesehatan jiwa, jika perlu
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Untuk lansia
Diagnosa 2: Nyeri
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Pain Management
Analgesic Administration
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Poestika S, Sarodja RM (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
(......................................................) (......................................................)