Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI & NANDA NOC NIC UNTUK ANAK DENGAN RHD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu: Ns. Noerma Shovie R.,M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Fatah Kholison (ST182014)


2. Ferdin Alfino Iskandar (ST182015)
3. Ferryda Leyla Mariana W. (ST182016)
4. Guntur Setiawan (ST182017)
5. Hari Purnomo (ST182018)
6. Indah Adhitama Chrisnanda (ST182019)
7. Jumiran (ST182020)

PROGRAM TRANSFER PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan Anak II
tentang teori RHD dengan baik dan tepat waktu. Penugasan ini merupakan salah
satu komponen untuk mendapatkan nilai tambahan pada salah satu mata kuliah
yang di tempuh dalam jurusan S1 transfer keperawatan angkatan XI di STIKES
Kusuma Husada Surakarta.

Kami menyadari bahwa dalam tugas makalah ini, jika tanpa adanya
bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, tentu tidak akan dapat
terselesaikan. Oleh kerena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang sudah membimbing kami
serta teman-teman yang sudah mensuport serta membantu kami dalam
menyelelesaikan makalah ini.

Semoga amal baik pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
Keperawatan Anak II ini mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan. Maka dari itu, kami mohon maaf sebesar-besarnya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Surakarta, April 2019

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keperawatan anak terdapat filosofi yang merupakan teori

yang mendasari alam pikiran atau suatu kejadian, yaitu filosofi

keperawatan. Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau

pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care),

pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan manajemen kasus. Disini

juga terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan

sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak.

RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease

terdapat diseluruhdunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik

didiagnosa setiap tahunnya,khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun.

Cenderung terjangkit pada daerahdengan udara dingin, lembab, lingkungan

yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara di Negara

maju insiden penyakit ini mulai menurun karena

tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih se

mpurna. Dari data rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan

kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.
Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukuptinggi dan ini merupakan

penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori asuhan keperawatan pada anak dengan RHD?

2. Bagaimana intervensi anak dengan RHD berdasarkan NANDA NOC

NIC?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori asuhan keperawatan pada anak dengan RHD

2. Untuk mengetahui intervensi anak dengan RHD berdasarkan NANDA

NOC NIC
BAB II

PEMBAHASAN

1. Asuhan keperawatan anak dengan RDH

A. Pengertian

Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai

reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring. Penyakit jantung

reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau

kronik yang merupakan suatu reaksi auto imun oleh infeksi

Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya

belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis

migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul sub kutan dan Eritema

marginatum.

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan

kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang

berulang kali. Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses

peradangan yang mengenai jaringan-

jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh dar

aholeh organisme streptococcus hemolitic-β grup.

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya

rheumatic heart disease(RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi

kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau


kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejalasisa dari

demam rematik.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah

reaksi autoimun(kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik.

Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu

mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan

pertama maupun demam reumatik serangan ulang. Infeksi Streptococcus

beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya

demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.

Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa

predisposisiantara lain :

Faktor-faktor pada individu :

1. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA

terhadap demamrematik menunjkan hubungan dengan aloantigen

sel B spesifik dikenal dengan antibodimonoklonal dengan status

reumatikus.

2. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan

dengan anaklaki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan


tidak ada perbedaan jenis kelamin,meskipun manifestasi tertentu

mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

3. Golongan Etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama

maupun ulangdemam reumatik lebih sering didapatkan pada orang

kulit hitam dibanding dengan orangkulit putih. Tetapi data ini harus

dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktorlingkungan yang

berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau

bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.

4. Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada

timbulnya demamreumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini

paling sering mengenai anak umurantara 5-15 tahun dengan puncak

sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan padaanak antara umur

3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun

atausetelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan

insidens infeksistreptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi

Markowitz menemukan bahwa penderitainfeksi streptococcus

adalah mereka yang berumur 2-6 tahun. Keadaan gizi dan lain-lain

keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat

ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya

demam reumatik. Reaksi autoimun dari penelitian ditemukan

adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding


selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein

dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan

valvulitis pada reumatik fever. Serangan demam rematik

sebelumnya. Serangan ulang demam rematik sesudah adanya

reinfeksi dengan Streptococcus beta-

hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pern

ah mendapatdemam rematik.

Faktor-faktor lingkungan :

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting

sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens

demam reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas

menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial

ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah

denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengert

ian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat

kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk

perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini

merupakan faktor-faktor yangmemudahkan timbulnya demam

reumatik.

2. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit

terbanyak didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data


akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerahtropis pun

mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga

semula. Di daerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens

demam reumatik lebih tinggi daripada di dataran rendah.

3. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens

infeksi salurannafas bagian atas meningkat, sehingga insidens

demam reumatik juga meningkat.

C. Patofisiologi

Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi

streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi

patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Demam

reumatik dapat menyerang semua bagian jantung.

Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuma

n Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun

mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada

umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam

penyakit autoimun.
D. Manifestasi Klinis

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/ penyakit jantung reumatik

dapat dibagi dalam 4 stadium. Stadium Berupa infeksi saluran nafas atas

oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A dengan keluhan :

1. Demam

2. Batuk

3. Rasa sakit waktu menelan

4. Muntah

5. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

6. Stadium II Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara

infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik,

biasanya periode ini berlangsung 1- 3minggu, kecuali korea yang dapat

timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

7. Stadium III Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut

demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam

reumatik/ penyakit jantung reumatik.

Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan

umum danmenifesrasi spesifik demam reumatik/ penyakit jantung reumatik.

Gejala peradangan umum :

1. Demam yang tinggi

2. Lesu

3. Anoreksia

4. Berat badan menurun


5. Kelihatan pucat

6. Epistaksis

7. Athralgia

8. Rasa sakit disekitar sendi

9. Sakit perut

10. Stadium IV disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita

demam reumatik tanpa kelainan jantung/ penderita penyakit jantung

reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.

Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan

katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya

kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit

jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

E. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)

diantaranyaadalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di

seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau

sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel

jantung).

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya

adalah :
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara

bertahap.

2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian

antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau

pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau

sulfadiazine

3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat

dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada

jantung)

G. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

1. Pemeriksaan darah: LED tinggi sekali, Lekositosisc,

Nilai hemoglobin dapat rendah.

2. Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti

hyaluronidase.

3. Radiologi pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya

pembesaran pada jantung.

4. Pemeriksaan Echokardiogram menunjukan pembesaran pada

jantung dan terdapat lesi

5. Pemeriksaan Elektrokardiogram menunjukan interval P-R

memanjang.
H. Pengkajian

1. Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat

celcius namun tidak terpola.

2. Adanya riwayat infeksi saluran nafas.

3. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-

debar.

4. Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin

5. Arthralgia, gangguan fungsi sendi

6. Kelemahan otot

7. Akral dingin Mungkin adanya sesak.

I. Diagnosis Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan

pada penutupan pada katup mitral (stenosis katup)

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan

dengan penurunan metabolisme terutama perifer akibat

vasokonstriksi pembuluh darah

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovi

4. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpuka

n darah di paru akibat pengisian atrium yang meningkat.


B. Intervensi anak dengan RDH berdasarkan NANDA NOC NIC

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan

pada penutupan pada katup mitral (stenosis katup)

NOC :

- Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

maka diharapkan penurunan curah jantung dapat diminimalkan.

- Kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang

dapat diterima(disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala

gagal jantung (mis : parameterhemodinamik dalam batas normal,

haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunanepisode

dispnea,angina. Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban

kerja jantung.

NIC :

- Intervensi:

1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.

2. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.

3. Batasi aktifitas secara adekuat.

4. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.

5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen

6. Kolaborasi untuk pemberian digitalis


2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah

NOC:

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

maka diharapkan perfusi jaringan perifer efektif

- Kriteria hasil : Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada

edema
NIC:

- Intervensi :

1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu,

contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan.

2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab.

3. Catat kekuatan nadi perifer.

4. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovi

NOC:

-Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam,

maka masalah nyeri teratasi.

- Kriteria hasil: Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal,

klien tidakmengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak

membatasi gerakanya, klien tampak rileks


NIC

- Intervensi:

1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikanintensitas ( skala 1-10 )

2. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , Suhu)

3. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri dan beri posisi yang

nyaman

4. Kompres dengan air hangat jikad iindikasikan

5. Ajarkan teknik relaksasi progresif (napas dalam, Guidimageri,

visualisasi)

6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik


4. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan

darah di paru akibat pengisian atrium yang meningkat.

NOC:

- Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko

kerusakan pertukarangas tidak terjadi.

- Kriteria hasil: Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat

pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang

normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam

program pengobatan dalam batas kemampuan/ situasi.

NIC:

- Intervensi:

1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi

2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam

3. Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal

jika memungkinkan

4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD

6. Kolaborasi untuk pemberian obatdiuretik.

7. Kolaborasi untuk pemberian obat bronkodilator


DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-rhd.html

https://dokumen.tips/documents/makalah-rhd.html

https://www.academia.edu/9927314/Kumpulan_NANDA_NIC_NOC

Anda mungkin juga menyukai