Anda di halaman 1dari 18

ASKEP GERONTOK

DEFISIT AKTIVITAS PENGALIHAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : MUSTIKA WIDYA ASTUTUI


NIM : 074 SYE 11
KELAS : III B

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
MATARAM
2014
DEFISIT AKTIVITAS PENGALIHAN

Ide sentral aktivitas pengalihan adalah perubahan kenikmatan atau


kesenangan. Pengalihan sebagai perubahan secara sederhana berarti aktivitas yang
berbeda dari aktivitas yang biasa dilakukan individu. Pengalihan sebagai
kesenangan atau Kenikmatan berarti aktivitas rekreasional yang dilakukan pada
waktu senggang dengan tujuan menghibur atau mencapai kepuasan. Waktu
senggang adalah waktu saat seseorang terbebas dari kewajiban (Rubenfeld, 1993).
Defisit Aktivitas pengalihan adalah kondisi ketika individu mengirunan stimulasi
dan atau ketertarikan ktivitas rekreasi atau aktivitas di waktu (NANDA, 1999.
hlm. 93). Gagasan sentral atau kenikmatan dan kesenangan tidak diindikasikan
secara jelas oleh definisi NANDA. Namun gagasan ini sudah tercantum dalam
judul Defisit Aktivitas Penglalihan.
Landasan Diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan dapat berkaitan dengan
teori penuaan yang diajukan pada tahun 1950-an dan 1960-an dan proliperasi
penelitian selanjutnya, yang ditargetkan untuk mendukung atau menyangkal teori
tersebut. Dari usaha ini, teridentifikasi hasil negatif menarik diri dan hasil positif
intervensi .dengan rencana strategi didemonstrasikan. Teori ini mencakup teori
aktivitas (Havighurst & Albrecht, 1953), teori pemisahan (Cummings & Henry,
1961), dan teori kontinuitas (Neugarten, Havighurst, & Tobin, 1968). Upaya
teoritis yang lebih baru (Burbank, 1986; & Burnside & Haight, 1992, 1994)
mendukung pendekatan fenomenolgis individual, yang menggali makna aktitivitas
dan peristiwa pada kehidupan lansia menggunakan teknik life review dan teknik
nostalgia.
Eksplorasi teoretis yang terkadang kontroversial ini harus terus berlanjut.
Eksplorasi ini menghasilkan landasan untuk memandu perkembangan perawatan
yang efektif bagi lansia, Penelitian terhadap intervensi dan hasil yang berasal dan
perkembangan teori dapat menghasilkan langkah praktis untuk intervensi
keperawatan yang ditargetkan mengatasi diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan.
Hingga kini, tidak ada uji empiris terhadap diagnosis ini yang diterbitkan dalam
literatur, meskipun banyak penelitian dilakukan tentang intervensi yang aplikatif
(Abraham, Neundorfer, & Currie, 1992; Buckwaiter et al., 1995; Clark, Lipe, &
Bilbrey, 1998; Koroknay, Werner, Cohen-Mansfield, & Braun, 1995; Moore,
1992) dan hasil selanjutnya (Aidridge, 1994; Francis, 1991; Kovach & Magiiocco,
1998; Stevens Ratchford, 1993), terutama pada lansia.
Defisit Aktivitas Pengaiihan tidak eksklusif pada lansia; tetapi, lansia
terutama rentan terhadap masalah ini. Jika dibandingkan dengan individu yang
lebih muda, lansia biasanya memiliki lebih banyak waktu luang. Pada satu
penelitian, lansia menghabiskan sekitar separuh waktunya untuk aktivitas di
waktu luang, seperti menonton televisi atau membaca (Horgas, Wilms, & Baltes,
1998). Biasanya, kebanyakan lansia pensiun dan pekerjaannya atau dan tugas
rumah tangga, meskipun banyak lansia yang memberi asuhan kepada kerabat yang
juga sudah lansia atau mengasuh anak dalam keluarga. Lansia yang hidup
bergantung pada orang lain biasanya menderita penyakit kronis, memiliki
pendapatan yang terbatas, tidak memiliki akses terhadap sarana transportasi,
mengalami isolasi sosial, hambatan mobilitas, ganguan fungsi sensori, ketakutan
terhadap tindak kriminal di lingkungan sekitar, dan keterbatasan fisik lain, yang
meningkatkan risiko defisit aktivitas pengalihan (Ebersole & Hess, 1998; Lawton,
Moss, & Moles, 1984; Rubenfeld, 1993). Banyak dan faktor tersebut menghambat
keterlibatan lansia, yang dirawat di panti wreda, dalam aktivitas pengalihan. Di
tatanan rawat map, keterlibatan tersebut dapat lebih dihambat oleh rutinitas
pemberian asuhan, keterbatasan ruang, kurang dorongan untuk mengembangkan
hobi baru ataupun meningkatkan hobi, kemudahan akses terhadap sumber,
ketersediaan staf untuk memberi bantuan kepada masing-masing individu, tidak
ada kelompok sebaya yang memiliki hobi atau kecakapan kognitif yang sama,
kurang dorongan dan staf dan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas rekreasi, dan
keterbatasan aktivitas karena staf menawarkan aktivitas yahg familier dan nyaman
bagi mereka.
Kegagalan mendiagnosis dan mengatasi defisit aktivitas pengalihan pada
lansia dapat menimbulkan hasil negatif: isolasi sosial, menarik diri, depresi,
permusuhan, harga diri rendah, penurunan kepuasan hidup, dan penurunan
ketahanan fisik, koordinasi, dan kemampuan kognitif lebih lanjut (Rantz, 1991).
Hasil positif yang secara empiris didukung berhubungan dengan penetapan
diagnosis dan penanganan defisit aktivitas pengalihan mencakup: peningkatan
fungsi kognitif (Aldridge, 1994; Stones & Dawes, 1993); peningkatan kapasitas
belajar (Yesavage, 1984); diskusi terfokus dengan teman sebaya (Baker, 1985;
Beck, 1982; Cook, 1984); peningkatan dan perbaikan interaksi atau keterlibatan
sosial (Fick, 1993; Francis, 1991; Moore, 1992; Sambandham & Schirm, 1995);
perbaikan depresi (Francis, Turner, & Johnson, 1985; Ruuskanen & Parkatti,
1994); peningkatan harga din (Baker, 1985; Parent & Whall, 1984; Stevens-
Ratchford, 1993); penurunan rasa bermusuhan (Robb & Stegman, 1983);
penurunan perilaku agitasi untuk pasien demensia (Casby & HoIm, 1994; Clark,
Lipe, & Bilbrey, 1998; Gerdner & Swanson, 1992; Goddaer & Abraham, 1994);
peningkatan keterlibatan dan kesejahteraan psikososial (Greene & Monahan,
1982; McCormack & Whitehead, 1981; Wikstorm, Theorell, & Sandstorm, 1993);
penurunan tekanan darah dan peningkatan ketahanan hidup mandiri (Baun,
Bergstorm, Langston & Thoma, 1984); peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
serta fleksibilitas sendi (Allen, 1992; MacRae et al., 1996; Schnelle et al 1996);
dan perbaikan mobilitas (Jirovec, 1991; Wolfson et al., 1996). Hasil yang
menakjubka sangat bermakna bagi perawat lansia.
Lansia rentan terhadap Defisit Aktivitas Pengalihan tanpa memerhatikan
kemandirian ataupun pola hidup yang mereka jalani di panti wreda. Keparahan
hasil negatif jika diagnosis tidak teridentifikasi dan teratasi, serta besarnya hasil
positif jika didagnosis terideritifikasi dan teratasi, membuat defisit Aktivitas
Pengalihan sebagai diagnosis keperawatan yang penting.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN/ ETIOLOGI


Waktu untuk aktivitas di waktu senggang dapat meningkat karena kewajiban
dalam keluarga kewajiban bekerja berkurang seiring penuaan. faktor lain dapat
menghambat pelaksanaan aktivitas pilihan individu. Penurunan status keseh
hambatan mobilitas, gangguan penglihatan. takut jatuh dapat menyebabkan
ketidakmampuan melakukan berbagai kegiatan menyenangkan di tatanan
komunitas seperti sedia kala (Ebersc. Hess, 1998). Lansia mungkin tidak dapat
menjalankan hobi di waktu senggang karena menghambatan ekonomi selama
masa krisis atau nilai budaya dan religius yang berhubungan dengan kerja. Lansia
dapat merasa memiliki hanya waktu senggang saat muda karena tidak memiliki
peralatan yang dapat menghemat waktu sekarang. Etos kerja yang tinggi dapat
faktor utama yang memengaruhi keputusan untuk tidak melakukan aktivitas
penting. Keputusan untuk tidak melakukan aktivitas melibatkan orang lain
menyebabkan isolasi Kondisi ini dapat diperburuk dengan kenyataan bahwa
anggota keluarga lansia tinggal ditempat yang jauh dan dengan kehilangan
pendamping tetangga akibat rawat inap, perpindahan tinggal, ataupun kematian.
Rantz & Miller (1993) mengelompokkan faktor yang berhubungan dengan
Defisit. Aktivitas pengalihan pada lansia ke dalam tiga kategori: pilihan personal,
defisit sensori, atau gaya hidup sebelumnya. Carpenito (1992) menetapkan empat
kategori faktor yang berhubungan, yaitu: faktor patofisiologik (mis.,nyeri), faktor
yang berhubungan dengan terapi (mis., durasi dan frekuensi pemberian terapi)
faktor situasional (mis., kehilangan jaringan sosial atau lingkungan yang
membosankan), dan maturasional (mis., defisit sensorik/motorik). McFarland dan
McFarlane (1997) juga menetapkan empat kategori faktor yang berhubungan,
yaitu: faktor waktu (perubahan hidup utama, seperti penyakit kronis atau pensiun),
faktor lingkungan (mis.,keterbatasan ruang), faktor terkait kemampuan fungsional
(mis., hambatan mobilitas), dan faktor yang berhubungan dengan minat terhadap
kegiatan (mis.,kurang pengetahuan tentang pilihan aktivitas). Semua faktor di atas
dapat diaplikasikan pada lansia.

PENGKAJIAN
Redziwick & Schneider (1992) mengembangkan dan menerbitkan
instrumen pengkajian aktivitas pengalihan yang lengkap untuk pasien kanker.
Dengan mengkaji secara spesifik untuk diagnosis ini, Mereka ingin memperbaiki
hubungan dan meningkatkan koping bagi pasien yang dirawat inap dalam waktu
lama. Instrumen tersebut mencakup daftar konferehensif tentang staf dan aktivitas
yang tersedia untuk pasien di unit perawatan kanker. Pertanyaan spesifik diajukan
tentang kekhawatiran utama yan dialami pasien saat menjalani rawat ini dan
apakah aktivitas pengalihan dapat membantu meredakan kekhawatiran ini. Rantz
dan Miller (1993) mengidentifikasi poin yang relevan dan Minimum Data Set
(MDS) untuk pengkajian Penghuni dan Skrining Perawatan di panti wreda serta
menyusun kertas kerja pengkajian rekreasi terapeutik untuk penghuni panti wreda.
Pedoman Pengkajian 30-1 mengilustrasikan instrumen pengkajian ini. Poin lain
yang penting dikaji meliputi minat, nilai, dan gaya hidup sebelumnya;
kemampuan fungsional, mobilitas, dan ketahanan; depresi ukungan sosial, dan
ansietas; penyakit kronis gangguan sensori, dan gangguan kognitif. Dalam
beberapa kasus, informasi pengkajian perlu dikumpulkan dan keluarga dan teman.

DIAOGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis faktor yang berhubungan, dan batasan karakteristik Defisit
Aktivitas Pengalihan pertama kali diidentitikasi pada Fourth National Conference
for clasification of Nursing Diagnosis pada tahun 1980 (Kim & Moritz, 1982).
Definisi Defisit Aktivitas Pengalihan tidak dikembangkan sampai konferensi
ketujuh pada tahun 1986 (McLane, 1987). Definisi, faktor yang berhubungan, dan
batasan karakteristik tidak berubah sejak pertama kali diterima: Pernyataan
pasien terkait: kebosanan, harapan tentang adanya sesuatu yang dapat dikeijakan
atau dapat dibaca, dll.; hobi mereka tidak lagi dapat dilakukan di rumah sakit
(NANDA, 1999, hlm. 93). Tidak ada laporan penelitian validasi tentang diagnosis
keperawatan Defisit Aktivitas Pengalihan, tetapi beberapa penulis melaporkan
penggunaan diagnosis ini pada lansia penghuni panti wreda (Rantz & Miller,
1987; Rantz, Miller, & Jacobs, 1985; Rantz, Miller, & Matson, 1995) dan pada
pasien yang dirawat dalam waktu lama (Radziewicz & Schneider, 1992).
Rantz dan Miller (1993) melaporkan batasan karakteristik tambahan dan
analisis isi terhadap rencana asuhan penghuni panti wreda mereka. Penulis lain
(Carpenito, 1992; McFarland & McFarlane, 1997) menetapkan batasan
karakteristik tambahan, banyak di antaranya dapat diterapkan pada lansia. Kotak
30-1 memuat batasan karakterisik tambahan yang ditetapkan penulis ini.
Penelitian validasi tambahan terhadap batasan karakteristik dan faktor yang
berhubungan untuk diagnosis ini perlu dilakukan.
Contoh pernyataan diagnosis untuk Defisit Aktivitas Pengalihan mencakup:
Defisit Aktivitas Pengalihan yang berhubungan dengan defisit sensori,
dibuktikan oleh gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan pernyataan
bosan, berharap ada Sesuatu yang dapat dilakukan.
Defisit Aktivitas Pengalihan yang berhubungan dengan kehilangan jaringan
sosial, dibuktikan oleh tidak ada keluarga/teman dekat yang tinggai di
komunitas, pernyataan waktu berjalan sangat lambat, dan tidak ada pola
aktivitas di waktu senggang.
Defisit Aktivitas Pengalihan yang berhubungan dengan pilihan personal,
dibuktikan oleh menoiak menghadiri aktivitas, mengekspresikan keinginan
untuk menghabiskan waktu senggang sendiri, dan menganggap kegiatan yang
dilakukan pada waktu senggang hanya buang-buang waku.
Defisit Aktivitas Pengalihan yang berhubungan dengan gangguan kognitif,
dibuktikan oleh ketidaktertarikan terhadap lingkungan sekitar, tidak
berpartisipasi dalam aktivitas yang diatur, dan rentang perhatian sempit.

Defisit Aktifitas Pengalihan penting untuk kesejahteraan lansia. Keterlibatan


dalam aktivitas pengalihan dapat meningkatkan kualitas hidup (Wikstrom,
Theorell, & Sandstorm, 1993), memperbaiki mobilitas dan kekuatan (Koroknay,
Werner, Cohen-Mansfield, & Braun, 1995; Skelton, Young, Greig, & Malbut,
1995; Wolfson et al., 1996), dan meningkatkan harga din (Parent & Whall, 1984;
Stevens-Ratchford, 1993). Untuk memfasilitasi keterlibatan dalam aktivitas
pengalihan, penting bagi perawat mempelajari tentang pengkajian dan intervensi
bagi lansia di tatanan komunitas dan tatanan rawat inap.

STUDI KASUS
C. James, pria, 88 tahun, tinggai di panti wreda selama satu tahun. Tn.
James terpelajar dan bekerja sebagai jurnalis sebelum pensiun. Ia senang
melancong dan membuat jurnal dan perjaianan yang ia lakukan. Ta memiliki
riwayat medis kompleks termasuk pneumonia, gagal jantung kongestif, artritis,
dan diabetes. Tstrinya, yang mengalami Aizheimer, baru saja dipindahkan dan
kamar mereka di panti wreda ke Unit Perawatan Khusus di fasilitas yang sama.
Tn. James memiliki seorang putri yang tinggai di kota, tetapi ia belum
mengunjungi ayahnya selama enam bulan.
Tn. James dapat menjalankan kursi rodanya ke ruang makan jika ia mau. Ta
membutuhkan cukup dukungan dalam melakukan sebagian besar ADL dan sering
mengalami inkontinensia urine dan inkontinensia alvi. Ta sulit mengendalikan
rasa marah, cenderung melakukan penganiayaan verbal terhadap staf panti wreda,
dan menganggap kebanyakan staf dan penghuni lain bodoh. Ia mengunjungi
istrinya di Unit Perawatan Khusus, tetapi menjadi frustrasi dengan pria lain di unit
tersebut dan sering menjadi marah dan menghantam mereka.
Pengkajian interdisipliner terbaru pada Tn. James menggunakan MDS
Version 2,0 mengidentifikasi beberapa poin yang menunjukkan bahwa Tn. James
mengalami defisit aktivitas pengalihan. Ia enggan berinteraksi dengan orang lain
atau melakukan aktivitas terencana atau terstruktur. Ia tidak hidup aktif di fasilitas
tersebut, lebih sering menyendiri di kamar, dan menolak mengikuti aktivitas
rekreasional panti. Ia mengisolasi diri dan orang lain dan sering menjadi frustrasi
serta agresif secara verbal terhadap penghuni lain yang konfusi. Perilaku, Tn.
James mendorong staf mengendalikan sikap agresif verbal Tn. James terhadap
penghuni lain. Tn. James marah jika ditegur oleh staf, merasa tidak suka terhadap
perawat, dan kasar terhadap perawat serta penghuni lain. Situasi memuncak
hingga ia memiliki kontak terbatas dengan penghuni lain dan staf. Ia menyatakan
bahwa ia benci berada di panti wreda dan tidak memiliki sesuatu yang berguna
yang dapat dilakukan.

HASIL YANG DIHARAPKAN


Meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas pengalihan merupakan dimensi
penting intervensi keperawatan untuk lansia. Konsep hasil sentral untuk
perawatan lansia dengan diagnosis ini Partisipasi di Waktu Senggang (Iowa Ou
Project, 2000). Partisipasi di Waktu didefinisikan oleh Iowa Outcomes Project
(hlm.296) sebagai penggunaan aktivitas istirahat relaksasi yang dibutuhkan
untuk meninkatkan kesejahteraan. Definisi ini telah berkembang dalam benak
kaum muda. Fokus sentral aktivitas diwaktu senggang sebagai aktivitas istirahat/
relaksasi tidak lagi menjadi perhatian utama saat kewajiban kerja dan kewajiban
dalam keluarga tidak lagi rstresor utama dalam kehidupan lansia. Definisi ini
perlu ditingkatkan bagi lansia dengan menambahkan kata: bermakna, menarik,
dan menyenangk kata istirahat/relaksasi.
Selain hasil sentral partisipasi dalam aktivitas di waktu senggang, beberapa
hasil lain dapat dianti sipasi melalui keberhasilan intervensi diagnosis ini. Hasil
ini sangat menarik bagi dunia keperawatan dan digunakan sebagai ukuran hasil
untuk berbagai upaya penelitian terhadap lansia. Hasil dan Iowa Outcomes Project
(2000) yang sesuai engan diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan adalah:
Kemampuan Kognitif Kemampuan untuk melaksanakan proses mental yang
kompleks (hlm. 170).
Kognisi terbukti meningkat pada lansia yang tinggal di panti wreda
menggunakan intervensi latihan (Stones & Dawes, 1993) atau terapi kelompok
(Abraham, Neundorfer, & Currie, 1992). Kognisi meningkat dengan terapi
musik pada lansia yang mengalami demensia (Aidridge, 1994; Sambandham &
Schirm, 1995). Di lain pihak, penurunan kognitif dikaitkan dengan penggunaan
restrain (Burton, German, Rovner, & Brant, 1992).
Ketahanan: Tingkat energi yang memungkinkan individu beraktivitas (hlm.
204)
Ketahanan dapat meningkat pada lansia yang tinggal di panti wreda
melalui program berjalan (MacRae et al., 1996) dan melalui protokol latihan
tertentu (Schnelie et al., 1996).
Tingkat Mobilitas: Kemampuan bergerak Sesuai tujuan (hlm. 305)
Latihan sehari-hari memperbaiki mobiiitas dan keseimbangan pada
penghuni panti wreda yang mengalami gangguan kognitif (Jirovec, 1991);
latihan keseimbangan dan kekuatan meningkatkan mobilitas lansia yang
tinggai di komunitas (Woifson et al., 1996); dalam latihan resistansi
meningkatkan kekuatan lansia wanita yang tinggal di komunitas (Skeiton,
Young, Greig, & Malbut, 1995). Koroknay, Werner, Cohen-Mansfield, &
Braun (1995) mendemonstrasikan hasil positif peningkatan ambulasi dan
penurunan insiden jatuh dengan program berjalan pada lansia penghuni panti
wreda.
Kuatitas Hidup: Ekspresi kepuasan. individu terhadap situasi hidup saat ini
(hlm. 347)
Peningkatan kepuasan hidup dibuktikan melalui terapi hewan piaraan pada
lansia yang tinggai di rumah (Francis, 1991; Francis et al., 1985); perbaikan
sikap terhadap penuaan dan perbaikan moral melalui terapi aktivitas untuk
penghuni panti wreda (Goldberg & Fitzpatrick, 1980); dan periingkatan
kepuasan dan alam perasaan positif melalui terapi seni (Wikstrom et al., 1993).
Harga Diri: Penilaian personal terhadap makna diri (hlm. 391)
Percaya diri meningkat melalui terapi nostalgia (Baker, 1985; Stevens-
Ratchford, 1993) dan keterlibatan aktivitas untuk lansia yang tinggai di
komunitas (Parent & Whall, 1984).
Keterampilan Interaksi Sosial: Penggunaan perilaku interaktif individu yang
efektif (hlm. 404)
Interaksi sosial meningkat dengan terapi hewan piaraan (Francis, 1991;
Francis et al., 1985), terapi musik untuk lansia yang mengalami demensia
(Aldridge, 1994), dan terapi nostalgia (Baker, 1985; Cook, 1984).
Keterlibatan Sosial: Frekuensi interaksi sosial individu dengan individu lain,
kelompok, atau organisasi (hlm. 405)
Interaksi dan keterlibatan sosial terbukti meningkat melalui intervensi
yang melibatkan hewan piaraan (Fick, 1993; Kongable, Buckwalter, & Stolley,
1989), musik (Sambandham & Schirm, 1995), terapi seni (Goodwin, 1983;
Rugh, 1985), dan terapi nostalgia (Moore, 1992).

Hasil Lain
Tinjauan literatur untuk hasil yang relevan dengan diagnosis Defisit
Aktivitas Pengalihan mengidentifikasi hasil tambahan yang belum
dikiasifikasikan oleh Iowa Outcomes Project (2000): efek fisiologis positif,
penurunan depresi, dan penurunan perilaku agitasi. Efek fisiologik positif meliputi
penurunan tekanan darah akibat terapi hewan piaraan (Baun et al., 1984; Baun,
Oetting, & Bergstrom, 1991; Harris, Rinehart, & Gerstman, 1993) dan penurunan
kasus inkontinensia urine pada penghuni panti wreda yang mengalami gangguan
kognitif, yang turut berpartisipasi dalam latihan (Jirovec, 1991). Penurunan
depresi didemonstrasikan melalui terapi hewan piaraan (Francis et al., 1985),
kelompok terapi nostalgia (Moore, 1992; Stevens-Ratchford, 1993), dan aktivitas
fisik (Ruuskanen & Parkatti, 1994). Perilaku agitasi menurun pada penghuni panti
wreda yang mengalami demensia melalui penggunaan musik (Casby & Holm,
1994; Clark, Lipe, & Bilbrey, 1998; Gerdner & Swanson, 1993; Goddaer &
Abraham, 1994) dan masase tangan (Snyder, Egan, & Burns, 1995a, 1995b).

Penetapan Tujuan untuk Mencapai Hasil


Perawat, lansia, dan keluarga dapat setuju dengan berbagai tujuan saat
menyusun tindakan untuk mengatasi diagnosis in Tujuan dapat berhubungan
dengan promosi waktu senggang, interaksi, atau keterlibatan dalam program
aktivitas tertentu yang terstruktur. Rencana dapat berbunyi, sebagai contoh, bahwa
individu akan menyelesaikan tujuan berikut.
Bergabung dengan teman sebaya dalam percakapan dan aktivitas terapeutik.
Mengawali percakapan.
Mengekspresikan minat dalam menghadiri program rekreasi terapeutik.
Berpartisipasi dalam aktivitas rekreasi terapeutik.
Bersedia mencoba kelompok rekreasi terapeutik baru.
Melanjutkan merencanakan aktivitas di waktu senggang sendiri.
Tidak ada instrumen unik yang dikembangkan untuk mengukur hasil
aktivitas pengalihan secara spesifik, tetapi banyak pengukuran telah digunakan
untuk menilai hasil yang cenderung terpengaruh dengan mengintervensi diagnosis
in Tabel 30-1 memuat instrumen yang digunakan untuk mengukur efektifvitas
interVensi untuk mengatasi diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan pada lansia.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Perawat dan anggota tim interdisipliner lain dapat merancang banyak
intervensi untuk diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan pada lansia. Setelah
dilakukan pengkajian terhadap minat, nilai-nilai, kecakapan, motivasi,
ketersediaan, dan hasrat, tujuan ditetapkan. Selanjutnya, intervensi ditetapkan
dengan mempertimbangkan data pengkajian, tujuan yang diinginkan, dan akses
terhadap aktivitas. Berbagai intervensi telah tersedia, banyak di antaranya
memiliki dasar penelitian yang relatif kuat yang mendukung kredibilitas dan
keefektifan intervensi tersebut untuk diberikan kepada lansia.
Manusia harus aktif dan terlibat dalam aktivitas dan interaksi yang
bermanfaat dan berarti bagi mereka, tidak terkecuali lansia. Literatur tentang
intervensi untuk diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan berulang kali menggali
konsep kesukarelaan pada lansia. Prinsip sukarela merupakan fenomena alami
yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Dengan dernikian, prinsip
kesukarelaan dapat menjadi intervensi yang sebenarnya disusun dan
diimplementasikan oleh dan untuk lansia, guna mencegah Defisit Akivitas
Pengalihan. Empt puluh tujuh persen lansia usia 70 sampai 74 tahun
berpartisipasi dalam kegiatan sukarela (Chambre, 1993), tetapi partisipasi tersebut
menurun menjadi 39% untuk lansia usia 75 sampai 79 tahun dan menjadi 27%
pada lansia usia 80 tahun ke atas. Namun, sejumlah lansia masih meluangkan
waktunya dalam aktivitas sukarela. Dapatkah aktivitas sukarela yang dilakukan
tersebut menjadi fenomen untuk mengisi waktu luang dalam cara yang bearti
Apakah aktivitas sukarela merupakan cara untuk meningkatkan rasa percaya diri
dengan melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain dan mempertahankan
peran kerja yang berharga? Dalam satu penelitian terhadap lansia usia 60 tahun ke
atas, 52%. terlibat dalam kegiatan sukarela untuk organisasi 42% memberi
layanan sukarela kepada individu dan 59% melakukan pekerjaan sukarela untuk
membantu keluarga (Fischer, Mueller, & Co 1991).
Bekerja sebagai sukarelawan tidak terbatas pada lansia yang tinggal di
komunitas. Keberhasilan program sukarela ini, bagi lansia yang tinggal di panti
wreda juga dilaporkan (Goodwin, 1985;Seville 1985). Seiring peningkatan
ketajaman di pantai wreda, terjadi penurunan jumlah lansia yang secara fisik dan
kejiwaan mampu melakukan pekerjaan sukarela. Namun, usaha kreatif dapat
secara efektif melibatkan individu yang dapat melakukan aktivitas sukarela yang
bermakna dan dapat mengatasi. diagnosis Defisit Aktivitas Pengalihan.
Intervensi keperawatan yang diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Iowa
Nursing Interventation Classification Project (Iowa Intervention Project 2000) dan
efektif untuk diagnosis dan hasil yang diharapkan untuk Defisit Aktivitas
Pengalihan meliputi:
Terapi Aktivitas: Program dan bantuan dalam melakukan aktivitas fisik,
kognitif, sosial, spiritual tertentu untuk meningkatkan rentang, frekuensi, atau
durasi aktivitas individu, (atau kelompok) (hlm. 128)
Aktivitas terapeutik kelompok merupakan; intervensi umum yang
dianjurkan untuk lansia. Fokus aktivitas kelompok ini bervariasi bergantung
pada minat dan kecakapan lansia. Contoh aktivitas ini meliputi kelompok
diskusi kognitif-perilaku (Abraham, et al., 1992); aktivitas kelompok diskusi
nostalgia (Baker 1985; Burnside, 1990; Moore, 1992); aktivitas terstruktur
dengan musik, latihan fisik, kerajinan tangan, relaksasi, nostalgu mainan kata,
dan menyiapkan makanan (Rovner, Steele, Shmuely, & Folsteit kelompok
terapi pergerakan (Goldberg & Fitzpatrick, 1980); dan akivitas intergenerasi
(Perschbacher, 1985; Schelinder, 1985; West & Hutchinson, 1992). Terapi,
Aktivitas merupakan intervensi primer untuk Defisit Aktivitas Pengalihan.
Terapi Hewan Piaraan: Pemanfaatan binatang yang terarah untuk
menciptakan kasih sayang, perhatian, pengalihan, dan relaksasi (him. 144)
Hewan piaraan dimanfaatkan di berbagai tatanan: dengan kiien iansia di
panti wreda (Fick, 1993; Gammonley & Yates, 1991; Kongable et al., 1989);
dengan individu yang tidak dapat keluar rumah (Harris et al., 1993); di fasilitas
perawatan lansia (Francis et al., 1985); di rumah sakit (Carmack & Fiia, 1989);
dan di banyak tatanan tempat asuhan keperawatan diberikan (Haggerty-Davis,
1988).
Terapi Seni: Memfasiiitasi komunikasi melaiui kegiatan menggambar dan
bentuk seni lainnya (him. 148)
Efek positif dan terapi seni sebagai intervensi teiah dikaji pada lansia
penghuni panti wreda (Rugh, 1985), penghuni panti wreda yang mengalami
gangguan jiwa (Goodwin, 1983), dan terutama pada iansia wanita (Wikstrom et
ai., 1993).
Promosi Latihan Fisik: Memfasilitasi latihan fisik rutin untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan dan kebugaran (him. 316)
Latihan fisik merupakan intervensi yang sangat direkomendasikan untuk
lansia (Giick, 1992; Rooney, 1993). Hasii positif latihan fisik telah dicatat
dalam beberapa kelompok, yaitu: penghuni panti wreda yang mengalami
gangguan kognitif (Jirovec, 1991); penghuni panti wreda yang menggunakan
objek untuk memfasilitasi pergerakan (Lang, Nelson & Bush, 1992); hasil studi
penampang terhadap penghuni satu panti wreda (Ruuskanen & Parkatti, 1994);
penghuni panti wreda yang dapat ambulasi (Koroknay et al., 1995; et al.,
1996); dan lansia yang tingal di komunitas (Parent & Whall, 1984; et al.,
1996). Lansia berespons terhadap latihan fisik dengan ketahanan dan terhadap
resistansi dengan tingkat kebugaran yang lebih tinggi (Skeiton et al., 1995).
Humor: Memfasilitasi pasien untuk merasakan, menghargai, dan
mengekspresiasikan sesuatu yang lucu, menggelikan, atau mengelitik untuk
membina hubungan, mengurangi ketegangan, melepaskan kemarahan,
mempasilitasi pembelajaran, atau beradaptasi dengan perasaan yang
menyakitkan (hlm. 380).
Manfaat humor telah digali dalam dunia keperawatan sebagai pelepas stres
(Wooten 1996), sebagai mekanisme koping adaptif (Davidhizar & Bowen,
1992), sebagai cara memfasliitasi edukasi dan komunikasi dengan lansia
(Huise, 1994), dan terutama sebagai intervensi pada pasien Alzheimer serta
keluarga mereka (Buckwaiter et al., 1995).
Terapi Musik: Penggunaan musik untuk membantu mencapai perubahan
perilaku, perasaan, atau fisioiogi tertentu (hlm.461).
Penggunaan terapi musik paling dikenal sebagai intervensi yang efektif
untul lansia yang mengalami demensia (Aidride, 1994; Casby & Holm, 1994;
Clark, Lipe, & Bilbrey 1998; Gerdner & Swanson, 1993; Goddaer & Abraham,
1994; Sambandham & Schirm, 1995).
Restrain Fisik: Pemasangan, pemantauan, dan pelepasan alat restrain mekanis
atau restrain manual yang digunakan untuk membatasi mobilitas fisik pasien
(hlm. 510).
Penggunaan restrain fisik dihubungkan dengan penurunan kemampuan
kognitif (Burton et al., 1992) dan risiko kesehatan lain (Evans & Strumpf,
1989). Penurunan penggunaan restrain fisik dapat meningkatan interaksi dan
partisipasi dalam aktivitas. Sebaliknya, aktivitas pengalihan yang efektif dapat
mengurangi penggunaan restrain. Rovner, Steele, Shmuely, & Folstein (1996)
efektif dalam mengurangi masalah perilaku dan penggunaan restrain fisik dan
kimia pada penghuni panti wreda melalui program aktivitas kreatif terstruktur.
Penghuni yang menggunakan restrain fisik tidak boleh dihalangi untuk
melakukan program latihan karena secara fisik mereka dapat merasakan
manfaat program latihan dan karena program latihan dapat memfasilitasi
keberhasiian usaha reduksi penggunaan restrain (Schnelie et al., 1996).
Terapi Nostalgia: Membangkitkan peristiwa, perasaan, dan pikiran masa lalu
untuk memfasilitasi kesenangan, kualitas hidup, atau adaptasi terhadap situasi
saat mi (him. 554)
Nostalgia sarigat dianjurkari sebagai intervensi terapeutik dan bermanfaat
bagi lansia Burnside & Haight, 1992, 1994; Soltys & Coats, 1994; Stevens-
Ratchford, 1993). Penggunaan nostalgia efektif karena terknik mi membantu
individu untuk menemukan makna dalam ingatan mereka dan menghadapi
konflik hidup yang belum terselesaikan (Lashley, 1993). Nostalgia terbukti
menjadi aktivitas utama dalam kehidupan penghuni panti wreda (Liukkonen,
1995).
Peningkatan Sosialisasi: Memfasilitasi kernampuan orang lain untuk
berinteraksi dengan orang lain (hlm. 604)
Pentingnya dukungan dan jaringan sosial :elah diselidiki pada lansia yang
tinggal di panti wreda (Gould, 1992; Powers, 1988), serta pada lansia yang
tinggal di komunitas Sutherland & Murphy, 1995). Windriver : 1993)
merekomendasikan aktivitas yang dilakukan di unit untuk meningkatkan
sosiaiisasi dan mengatasi isolasi sosiai yang diaiami lansia di panti wreda.
Sentuhan: Memberikan kenyamanan dan komunikasi melalui kontak taktil
yang terarah (him. 669)
Sentuhan telah dikaji sebagai intervensi pada lansia (McCann & McKenna,
1993; Moore & Gilbert, 1995; Routasalo, 1996; Simington & Laing, 1993).
Sen tuhan cenderung menjadi saiah satu aspek sebagian besar aktivitas
pengaiihan dan dapat menjadi fokus sentral beberapa aktivitas pengalihan.
Masase tangan telah direkomendasikan sebagai aktivitas terapeutik pada pasien
lansia yang mengalami demensia sebagai intervensi yang menenangkan
(Snyder et al., 1995a, 1995b).
Intervensi lain
Perkembangan terkini sebagai aktivitas pengalihan adalah terapi
SNOEZELEN, pengalaman sensoris pada pasien demensia (Moffat, Barker,
Pinkney, Garside, & Freeman, 1993). Fengalaman sensoris total melaiui
pemberian cahaya yang redup, suara dan aroma yang lembut, serta objek yang
lembut untuk disentuh dipandu oleh perawat sebagai aktivitas terapeutik.
Penghuni kerap mengalami efek menenangkan dan peningkatan kognisi pada saat
bersamaan. Para penghuni, keluarga, dan staf umumnya melaporkan respons
positif terhadap aktivitas tersebut. Pengujian terhadap efektivitas intervensi sangat
menjanjikan (Maria Strickland, komunikasi personal, 1996).

Penerapan Khusus untuk Lansia yang Mengalami Demensia


Banyak intervensi untuk Defisit Aktivitas Pengaiihan diteliti dan terbukti
bermanfaat bagi lansia yang mengalami gangguan kognitif kronis, seperti
Alzheimer dan demensia terkait. Aktivitas kelompok dan individu yang terstruktur
menggunakan musik, latihan fisik, reiaksasi, nostalgia, dan hewan piaraan, dapat
meningkatkan sosialisasi, mengurangi agitasi, dan mempertahankan mobilitas
(Aldridge, 1994; Buckwalter et al., 1995; Casby & Hoim, 1994; Clark, Lipe, &
Biibrey, 1998; Gerdner & Swanson, 1993; Goddaer & Abraham, 1994; Jirovec,
1991; Kovach & Magliocco, 1998; Korigable, Buckwalter, & Stolley, 1989;
Magliocco, 1993; Moffat et al., 1993; Weaver, 1995). Sentuhan sangat penting,
tetapi beberapa lansia yang mengalami demensia bereaksi negatif terhadap
sentuhan yang tidak mereka pahami atau yang mereka anggap sebagai ancaman
(Snyder, Egan, & Burns, 1995a, 1995b). Untuk lansia yang mengalami gangguan
memori yang membuatnya kesulitan atau tidak dapat menikmati indahnya
membangkitkan kenangan masa lalu, aktivitas yang membantu mereka mengalami
kesenangan saat mi sangat penting.
STUDI KASUS

Bagian dan pendekatan tim interdisipliner terhadap sikap Tn. James yang
meledak-ledak, menarik din, dan mengalami isolasi adalah memberi aktivitas
yang diarahkan untuk membangun kembali hasratnya melakukan hal-hal yang
dahulu dirasa menyenangkan. Aktiyitas kelompok dengan penghuni lain yang
memiliki fungsi kognitif baik sangat dianjurkan, sehingga Tn. James dapat
membina hubungan dengan individu lain yang memiliki minat sama. Tn. James
setuju untuk berpartisipasi dalam kelompok nostalgia untuk penghuni panti wreda
yang memiliki fungsi kognitif baik, setelah menerima dorongan yang kuat dan
perawat primer dan petugas dinas sosial. Pada awalnya, ia menolak berbicara di
kelompok, tetapi setelah menyadari bahwa banyak anggota kelompok yang
perhatian dan cukup cerdas, ia mulaibercerita tentang perjalanannya. Kelompok
mi merasa cerita Tn. James sangat mnarik dan memberikan penguatan positif
kepada Tn. James atas perilaku sosialnya.
Kelompok nostalgia memberi Tn. James kesempatan untuk menjalin
persahabatan baru di panti wreda. Akhirnya, Tn. James mampu membina
hubungan positif dengan beberapa anggota kelompok. Harga dirinya meningkat
setelah melihat ketertarikan orang lain terhadap ceritanya. Tn. James mendorong
beberapa penghuni lain membuat sebuah jurnal, sebagai cara mendokumentasikan
perjalanan hidup mereka. Melalui teknik nostalgia, Tn. James menghargai
pencapaian di masa lalu dan mampu beradaptasi dengan kondisinya saat mi. Tn.
James tidak lagi mengisolasi din dan orang lain di panti wreda. Ia masih mudah
tersinggung oleh penghuni lain yang konfusi dan menjadi marah, tetapi perilaku
meledak-ledak dan kekerasan verbal yang biasa ia lakukan bekurang drastis
setelah bergabung dalam kelompok nostalgia. Ringkasan diagnosis, hasil dan
intervensi keperawatan yang sesuai untuk Tn. James tertera dalam Kotak 30-2.
RINGKASAN

Banyak hal yang harus dicapai lansia ketika tenaga kesehatan berhasil
menegakkan diagnosis keperawatan Defisit Aktivitas Pengalihan. Aktivitas
memberi makna dan memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi,
bersosialisasi, dan merasa terlibat dalam kehidupan. Lansia yang tingal di panti
wreda dapat merasa bahwa hidup membosankan dan dikendalikan oleh aturan
orang lain. Lansia dapat mengalami rasa kehilangan kendali, depresi, dan
penurunan harga diri, Aktivitas pengalihan yang direncanakan secara matang
dapat meringankan dampak kehidupan di panti wreda. Lansia yang tinggal di
komunitas dapat merasa terisolasi dan orang lain akibat status kesehatan yang
buruk, ketiadaan keluarga dan teman, atau kurang sarana transportasi. Efek
aktivitas pengalihan pada kesejahteraan fisik dan emosi yang buruk tercatat dalam
literatur. Keterlibatan individu aktivitas dapat menurunkan depresi dan penyakit.
Pencegahan terhadap Defisit Aktivitas Pengaalihan harus menjadi prioritas asuhan
keperawatan lansia.

Anda mungkin juga menyukai