Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KELOMPOK KHUSUS LANSIA

Disusun oleh:
DIO DWI MILINIAGA PUTRA
029PA19013

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI
SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah konsep dasar
keperawatan jiwa
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan
balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Sukabumi, 28 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................6
A. Definisi..........................................................................................................6
B. Tugas Perkembangan Lansia......................................................................14
C. Permasalahan yang timbul Pada Lansia......................................................15
D. Sikap perawat terhadap lansia.....................................................................16
E. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Lansia........................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi
perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit
yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu,
keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok
manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan
manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk
memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang
kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,
yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan
sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya
dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang
ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi
lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang
ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal
ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik,
mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan
fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia
menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami

4
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik,
diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. Tujuan
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.

6
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota
komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah
kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
1. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga
memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.
Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan
bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang
sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan
sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia,
sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia
agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti
pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan
ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan
sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi
profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri
(self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya

7
masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang
memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut
diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya
sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat
pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia,
keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalahmasalah dalam kehidupan orang lanjut
usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).

2. Teori – teori Proses Menua


Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:


1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu
jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam
ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila
tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita
akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan
bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi.

8
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “
teori akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan
organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah
setelah sel- sel mati.

9
3. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
1) Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan
intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2) Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,.
Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3) Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya
kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stres
4) Sistem penglihatan

10
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat
dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
5) Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan
volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan
pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,
diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat
berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara
lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis
kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.

11
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida
pada arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

12
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas
menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang
air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria
diatas 65 % tahun c. Atrofi vulva
10) Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari
ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya
pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen dan testosteron

11) Sistem kulit


a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan
dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar
dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13
12) Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas
geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram
dan tremor.

B. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
• Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan
okupasi.
• Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan
dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin
mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka.
Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi
dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan
ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”

14
• Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek
dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan
perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada
yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini
melalui warisan mereka, anakanak mereka, kontribusi mereka pada
masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih
aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang
panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka
sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

C. Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan
kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000
akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya
15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41%
dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

15
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan
akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan
keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan
menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi
badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,
tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah,
elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal
dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas
tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

D. Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari
dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di
berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai
dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi
mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama
pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran
lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan
profesional.

16
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan
menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi ,
penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena
sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan
yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap
negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan
kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang
memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang
diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang
mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri
klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia
untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman
kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip.
Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga
mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan
pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

E. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Lansia


1. PENGKAJIAN
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik,
psikologis, social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian
terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut.
a. Fisik / Biologis

17
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan menanyakan tentang:
- Pandangan lansia tentang kesehatannya
- Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan,
pendengaran
- Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
- Kebiasaan gerak badan / olahraga
- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan
- Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
minum obat
- Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan,
ketok dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara
lain : system integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler,
perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan,
pendengaran, pengecapan dan penciuman.
Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia
untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir,
dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan
kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun.
Proses fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa
kurang diperhatikan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- Apakah mengenal masalah-masalah utamanya

18
- Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- Apakah lansia sering mengalami kegagalan
- Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
b. Sosial – Ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban
dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana
keterlibatan lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut
mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh. Perasaan
sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait
dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu
merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu
untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Apa saja kesibukan lansia
- Dari mana saja sumber keuangannya
- Dengan siapa ia tinggal
- Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
- Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain
diluar rumah
- Siapa saja yang biasa mengunjunginya
- Seberapa besar ketergantungannya
- Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan
fasilitas yg ada
c. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki
manusia dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan
ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi

19
dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan diri
terhadap proses penuaan.
Yang perlu dikaji pada lansia :
- Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
- Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau
fakir miskin dan lain-lain
- Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan
berdoa jika menghadapi masalah
- Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan
diatas dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau
diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia.

2. Masalah Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan antara lain :
a. Fisik / biologi
- Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat
- Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
- Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri
- Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian
terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang
tidak efektif
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
- Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan
napas atau adanya sekret pada jalan napas

20
- Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan
lain-lain
b. Psikologis - sosial
- Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu
- Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
- Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
- Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
- Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
- Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
c. Spiritual
- Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan
- Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian
- Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami
- Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.

3. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan
dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama
perawat baik yang melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat
membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak
tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar antara lain :
1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi

21
2) Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3) Memelihara kebersihan diri
4) Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5) Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang
efektif
4. Tindakan Keperawatan :
1) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan
kesehatan dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit
degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit
yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat
dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh
factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman
saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan
sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus
akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang.
Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia
menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat
menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan.
Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak
memberi kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun
menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan
Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :
a. Gizi berlebihan
Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas dapat menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya
penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis,
tekanan darah tinggi dan sebagainya.

22
b. Gizi berkurang
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila
pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat
rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi
kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan
penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan
kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
c. Kekurangan vitamin
Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam
makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan
protein dalam makanan.
d. Kelebihan vitamin
Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa
resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang
berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan
mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan


nutrisi pada orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah
adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi untuk
mengimbangi aktivitasnya.
a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk
wanita adalah 1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat
dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk
atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).
b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan
golongan gula yang mudah diserap karena tidak mengalami
pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya
madu, nasi, buah-buahan yang manis.

23
c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena
menyebabkan timbulnya hambatan pada pencernaan dan
terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg
dibutuhkan.
d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia
muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan dr makanan berupa
sayur-sayuran & buah-buahan.
e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal &
mencegah konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt
dianjurkan.
Rencana Makanan Untuk Lansia
a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b. Banyak minum & kurangi makan
- dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan
- hindari makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi
mudah & teratur
d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar
badan dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan
manis,minyak,makanan berlemak.
e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk
merangsang gerakan usus & menambah nafsu makan.

2) Meningkatkan Keamanan & Keselamatan Lansia


Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan
lalu lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan
dimana fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan
timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi
tersebut menyebabkan Usila tidak mampu menyanggah tubuhnya
dengan baik.

24
Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran
menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi
sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan
luka baker.
Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang
tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai
yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman,
kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang
harus dilakukan antara lain:
a. klien / lansia
- Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
- Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
- Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
- Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik,
gangguan persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih
klien menggunakan alat Bantu berjalan
- Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia
yang menggunakan obat penenang atau diuretika
- Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan
sesuatu
- Usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. lingkungan
- tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga
mudah di observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan
lansia
- letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara
menggunakannya
- gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi

25
- letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah
menempatkan alat-alat yang selalu digunakan
- upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
- kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia
yang menggunakan pasang pegangan dikamar mandi
- hindari lampu yang redup dan menyilaukan
- sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
- jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia
untuk memejamkan mata sesaat
- gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

3) Memelihara Kebersihan Diri


Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran /
motivasi untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala
kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya ingat,
sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat
dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia
muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia
akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik,
perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau
ketidakmampuan fisik lansia.
Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali
kulit lansia bersisik dan kering.
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:
- Mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya
kebersihan diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
- Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung miyak atau berikan skin lotion
- Mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang
telinga, mata, dan gunting kuku
4) Memelihara Keseimbangan Istrahat Dan Tidur

26
pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat
dilakukan antara lain:
- Menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
- Mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
- Melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat
dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
- Memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu
hangat.
5) Meningkatkan Hubungan InterPersonal
Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang
menurun, pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga.
Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak
adikuat.
Upaya yang dilakukan antara lain:
- Berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
- Memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan
yang akan dilakukan
- Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
- Memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan /
terhadap respon verbal dan non verbal lansia
- Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
- Menghargai pendapat lansia

5. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon
verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian
digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.

27
Selain Asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan Asuhan
Keperawatan Keluarga Lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan
keluarga di rumah.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat
(Ismayadi, 2004).

29
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC


Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi kedua. Jakarta : EGC

30

Anda mungkin juga menyukai