Stress
Serotonin menurun
Depresi
Self Injury.
PENGOBATAN/ TERAPI
1. Fisik- organik
2. Psikologik
3. Sisio- rehabilitative
Masalah dibidang fisik- organic ditangani dengan cara yang disebut terapi
somatic yang dapat terdiri atas beberapa macam sesuai dengan kebutuhan,
misalnya:
1. Memberi obat (farmakoterapi)
2. TEK (Terapi Elektro Konvulsi atau terapi Kejang Listrik = TKL)
3. Memberi cairan
4. Tindakan Pembedahan
5. Kombinasi
Masalah dibidang psikologik ditangani dengan psikoterapi yang bersifat :
1. Rekonstruksi
2. Suportif
3. Reproduktif
4. Kognitif terapi
5. Behavior terapi
6. Psikoterapi
Masalah dibidang social ditangani dengan terapi sosio-rehabilitatif yang
difokuskan pada:
1. Kondisi social pasien
2. Kondisi lingkungan.
Obat-obat psikotropik dapat dibagi atas 6 kelompok dimana 4 diantaranya
adalah yang paling penting sering dipakai didalam klinik yaitu:
a. Kelompok anti psikotik
1) Golongan Phenothiazune
2) Golongan Thioxanthene
3) Golongan Diphenylbutylpiperidine
4) Golongan dihidroindolone
5) Golongan Butyrophenone
6) Golongan Dibenzoxapine
7) Golongan Dibenzodiazepine
Salah satu mekanisme kerja golongan obat diatas yaitu mampu
memblokir reseptor-reseptor dopamine didalam susunan saraf pusat
(SSP).
b. Kelompok antidepresan
c. Kelompok anti cemas
d. Kelompok anti mania
Yang tidak lazim dipakai adalah:
a. Kelompok psikostimulan
b. Kelompok psikodisleptik
Tindakan Psikoterapi
1) Psikoterapi Suportif
Hal ini bertujuan mendorong atau meningkatkan perkembangan
penggunaa yang optimal dari asset-aset pasien. Sasarannya ialah
menguatkan pertahanan yang ada, memperbanyak mekanime-
mekanisme baru untuk mempertahankan control dan memulihkan
sesuatu keseimbangan adaptif. Contoh-contoh psikoterapi suportif:
a. Bimbingan (Quidance)
Pasien dibimbing dan disuruh mencari cara-cara menetapkan serta
mendapatkan tujuan-tujuan, spekulasi, dan cara-cara mengenali dan
menghindari bidang-bidang berkomplit serta situasi-situasi yang
memancing kecemasan.
b. Ventilasi
Dalam suasana akrab dan aman, terkadang dengan jaminan
kerahasiaan pasien diberi kesempatan mengeluarkan unek-uneknya
baik berupa perasaan maupun pikiran yang sangat menekan dirinya.
c. Sugest
Memberi saran maupun nasehat yang sedikit banyak relevan untuk
dilaksanakan agar masalah serta dampaknya dapat terkontrol
sebanyak mungkin.
d. Persuasi
Membujuk agar melakukan barbagai hal yang positif berkaitan dengan
penyakit atau masalahnya.
e. Penjaminan (Reassurance)
Memberi jaminan bahwa apa yang dipikirkan atau akan dilakukan,
akan mencapai hasil berdasarkan fakta atau realita baik yang ada pada
dirinya maupun yang berada dilingkungannya.
f. Manipulasi lingkungan
Mengoreksi lingkungan agar bersifat suportif dalam pendidikan pasien
atau kalau tidak mungkin memindahkan pasien ke tempat yang lebih
kondusif suasananya.
g. Berbagai perilaku therapist yang dapat berdampak suportif, misalnya:
1. Memberi penjelasan yang jujur
2. Sikap menolong dan pengertian
3. Mendengar, member perhatian dan kesempatan serta
penghargaan
4. Memberi pengertin dan empati
2) Psikoterapi Reedukatif
Tujuannya adalah member pasien insight atau tilikan kepada konflik-
konflik yang lebih bersifat sadar, kemudian secara hati diarahkan
kemodifikasi sasaran dan penggunaan maksimal dari potensi-potensi
yang dimiliki. Contoh-contoh misalnya:
a. Relationship therapy, artinya mendidik kembali cara-cara berhubungan
yang baik.
b. Attitude therapy, Mendidik kembali cara bersikap dan berprilaku.
c. Reconditioning
3) Psikoterapi Rekonstruktif
Tujuannya ialah member tilikan kedalam konflik-konflik yang bersifat
tak sadar dan terjadinya perubahan-perubahan yang besar dari struktur
kepribadian.
Pada terapi ini dicari dinamika dari penyebab-penyebab yang
mendasar atau yang paling dalam yang menjadi penyebab dari timbulnya
gangguan mental, perilaku-perilaku yang terganggu atau masalah.
Contoh, Misalnya psikoterapi:
a. Yang berorientasi pada psikoanalisa
b. Menurut ajaran Alder dan Jung
c. Menurut konsep-konsep cultural interpersonal dari Sullivan atau
Horney
Prevensi (Pencegahan)
1. Prevensi Primer
Tujuannya mencegah timbulnya gangguan mental atau masalah,
misalnya:
a. Mendeteksi dan mengurangi atau menghilangkan factor penyebab
b. Mendidik hidup sehat
2. Prevensi sekunder
Tujuannya mendeteksi kasus-kasus sedini mungkin dan kemudia:
a. Memberi pengobatan dengan segera
b. Menganjurkan untuk teratur memeriksakan diri atau mempertahankan
pengobatan selama waktu tertentu untuk mencegah kekambuhan atau
timbulnya cacat.
3. Prevensi tersier
Ditujukan pada pasien menahun dengan cacat menta, misalnya:
a. Pengawasan pengobatan agar tidak terjadi cacat lebih lanjut.
b. Usaha-usaha rehabilitasi dengan memperhitungkan cacat yang sudah
ada, bakat dan minat
B. Pengkajian sekunder
1. Fahrenheit (suhu tubuh)
Kaji :
a. Suhu tubuh
b. Suhu lingkungan
2. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontinyu
Kaji :
a. Tekanan darah
b. Irama dan kekuatan nadi
c. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
d. Saturasi oksigen
3. Head to assesment (pengkajian dari kepala sampai kaki)
Pengkajian Head to toe
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit
2) Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah
sakit
3) Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera
4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada
organ tubuh yang mana, gunakan : provoked (P), quality (Q),
radian (R), severity (S) dan time (T)
5) Kapan makan terakhir
6) Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi
pembedahan/kehamilan
7) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
8) Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien.
b. Pengkajian kepala, leher dan wajah
1) Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang
wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda
asing.
2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda
perdarahan, benda asing, deformitas, laserasi, perlukaan serta
adanya keluaran.
3) Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang
wajah, kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang.
4) Kaji adanya kaku leher.
5) Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea,
distensi vena leher, perdarahan, edema, kesulitan menelan,
emfisema subcutan dan krepitas pada tulang.
c. Pengkajian dada
1) Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
2) Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
3) Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan
4) Amati penggunaan otot bantu nafas
5) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi.
d. Pengkajian abdomen dan pelvis
Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis :
1) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
2) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi,
abrasi, distensi abdomen, jejas.
3) Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
4) Nadi femoralis
5) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
6) Bising usus
7) Distensi abdomen
8) Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada
meatus, ekimosis, tonus spinkter ani
e. Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
1) Tanda-tanda injuri eksternal
2) Nyeri
3) Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
4) Sensasi keempat anggota gerak
5) Warna kulit
6) Denyut nadi perifer
f. Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
1. Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang,
maka pasien dimiringkan untuk mengamati :
a) Deformitas tulang belakang
b) Tanda-tanda perdarahan
c) Laserasi
d) Jejas
e) Luka
2. Palpasi deformitas tulang belakang
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Radiologi dan scanning
2) Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi,
elektrolit, urine analisa dan lain-lain
C. Contoh kasus
Dan saat di rumah dia tidak mau bertemu dengan orang lain dan
sering tiba-tiba menangis, .neneknya menjadi takut. Akhirnya neneknya
membawa ke Psychiatric Ward. Di awal pengkajian An.S mengatakan
bahwa mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak berguna dan merasa
apa yang terjadi adalah kesalahannya padahal dulunya dia termasuk
siswa yang periang.
D. Pengkajian Sekunder
1. Identitas Klien
Nama : Ank. S
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien dan nenek ank.S
2. Alasan Masuk RS
untuk mencegah klien melakukan tindakan self injury lagi dan dari
keluarga pasien, belum ada penanganan terhadap tindakan anak S
tersebut.
3. Faktor Pencetus
a. Riwayat Keluarga : -
b. Penyebab self injury : Anak S kehilangan ayahnya seminggu yang
lalu dan dirinya merasa bersalah atas kehilangan tersebut, menurut
ank S, kematian orang tuanya adalah akibat kesalahannya.
c. Perilaku Self Injury dimasa lalu : Mencoba menyuntikan racun
kedalam tubuhnya dan dua hari kemudian mencoba menggores
kulitnya di WC sekolah.
4. Riwayat Pengobatan: -
5. Penyalahgunaan obat dan alcohol: -
6. Riwayat pendidikan dan pekerjaan: Pelajar SMA
7. Respon fisiologik dan emosional:
a. Respon fisiologik: tampak bekas suntikan ditangan dan goresan
dikulit.
b. Respon emosional: merasa putus asa dan klien sering menangis
sendiri dengan ekspresi wajah tampak murung.
8. Faktor risiko self injury dan legalitas perilaku self injury klien
a. Tujuan klien: menghilangkan perasaan bersalahnya
b. Pasien sudah 2x melakukan percobaan self injury
c. Keadaan jiwa klien: keputusasaan atas hidup yang menimpanya.
9. Sistem pendukung yang ada
Sistem pendukung keluarga: keluarga terutama neneknya tidak
mengetahui apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku klien
sehingga keluarga mengantarkan klien ke Psychiatric Ward.
10. Riwayat psikososial
a. Genogram
X X
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri : mengungkapkan keputus asaan dan kesedihan.
2) Identitas: Ketidak pastian memandang diri, merasa hidupnya
sudah tidak berguna lagi.
3) Peran : Berhenti fungsi peran yang disebabkan kehilangan dan
berduka.
4) Ideal Diri : Mengungkapkan keputusasaaan akibat kehilangan
orang tuanya.
5) Harga Diri: rasa bersalah terhadap diri sendiri sehingga pasien
selalu mengancam akan melakukan tindakan self injury.
c. Hubungan social
1) Orang yang berarti: ayah dan ibu
2) Peran serta kegiatan kelompok atau masyrakat: tidak ada
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien
tampak agresif terhadap diri sendiri untuk menyakiti dirinya,
sehingga kurangnya hubungan social dengan orang lain.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: agama islam
2) Kegiatan ibadah: tidak ada
11. Status Mental
a. Penampilan
Pengguanaan pakaian: tidak rapi
Jelaskan: Klien memakai pakaian yang tidak rapi, bajunya tampak
kusut.
b. Pembicaraan: pasien berbicara lambat, dan sedikit membisu, tapi
saat membicarakan keluarganya dia tampak menangis dan
berbicara keras.
c. Aktivitas motorik: Gelisah, lesuh
Jelaskan : pasien merasa tidak tenang dan mengungkapkan
ketidakberdayaan untuk hidup.
d. Alam perasaan: putus asa
Jelaskan: klien tampak putus asa dan murung.
e. Afek: Datar
Jelaskan : klien menunjukkan ekspresi datar ketika diberi stimulus
menyenangkan atau menyedihkan.
f. Interaksi selama wawancara: bermusuhan, kontak mata (-)
Jelaskan : klien menujukkan sikap tidak ingin diganggu, mengancam
akan melakukan tindakan self injury dan kontak mata klien tampak
pandangan kosong.
g. Persepsi: normal
Jelaskan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
h. Proses Pikir: pengulangan pembicaraan
Jelaskan: klien selalu mengulang-ulang pembicaraan dengan
mengancam ingin malakukan tindakan self injury bahkan bunuh diri.
i. Tingkat kesadaran : komposmentis/ kesadaran penuh
12. Pohon Masalah
Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
Koping Individu
Inefektif
Kehilangan
E. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Tinggi Terhadap Mutilasi Diri berhubungan dengan Sejarah
perilaku perilaku multilatif / melukai diri sebagai respon terhadap
kehilangan.
Definisi: Risiko tinggi terhadap mutilasi Diri adalah suatu keadaan
seseorang berada pada risiko yang tinggi untuk melakukan suatu
tindakan yang dapat melukai dirinya, bukan membunuh, yang
mengakibatkan kerusakan jaringan dan pelepasan tegangan.