1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di
depan orang lain atau takut bau urine
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.
5. Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
C. INTERVENSI
DX.1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
Tujuan : Klien mampu mengontrol Eliminasi urin.
Intervensi :
1. identifikasi pola berkemih
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih
2. ajarkan untuk membatasi masukan cairan pada malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enuresis
3. Ajarkan tekhnik untuk mencetuskan refleks berkemih ( rangsangan kutaneus dengan penepukan
supra pubik)
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih
4. Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih yang telah di rencanakan.
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urin
sehingga di perlukan untuk lebih sering berkemih
5. berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal sedikitnya 2000cc/hari bila tidak ada
kontra indikasi.
Rasional : Hidrasi optimal di perlukan untuk mencegah isk dan batu ginjal
DX. 4. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama
Tujuan : Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal,
kultur urine menunjukkan tidak adanya bakteri
INTERVENSI
1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci
daerah perineal sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra.
2. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (merupakan bagian
dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar.
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik
ke saluran perkemihan.
3. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian
sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (memberikan
perawatan perianal, pengososngan kantung drainse urine, penampungan spesimen urine).
Pertahankan teknik asepsis bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari
kateter indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang.
4. Kecuali dikontraindikasikan, ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkan masukan sekurang-
kurangnya 2400 ml / hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
DX. 5 Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
Tujuan : Jumlah bakteri < 100.000 / ml.
Kulit periostomal tetap utuh.
Suhu 37 C.
Urine jernih dengan sedimen minimal.
INTERVENSI
1. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit bersih dan
kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih
besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar
menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai
setengah penuh.
Rasional : Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan
kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.