SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu (
S-1 ) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh :
IRFANDI
NIM : UB 150100
“dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
tertimpa musibah, mereka mengucapkan:‟innaa lillaahi wa innaa ilahi
raaji‟un.” ( Q.S. Al-Baqarah : 155-156 )1
1
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009), 18
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil pengamatan penulis saat mencari
data guna memenuhi tugas kuliah psikoterapi islam pada saat semester enam lalu.
Penulis menemukan adanya sebuah perubahan sikap yang di alami oleh lansia dari
pra kehilangan pasangan hidup hingga pada pasca kehilangan pasangan hidup
mereka. Pada pengamatan awal umumnya perubahan yang tampak pada lansia
yang kehilangan pasangan hidup di Panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
ini adalah perubahan yang terjadi pada emosi mereka, saat pasangan mereka
sudah meninggal dunia mereka akan lebih cepat marah pada lingkungan sekitar.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelti lebih jauh lagi tentang
perubahan sikap dari pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan
pasangan hidup. Adapun pokok permasalahan nya ialah bagaimana sikap lansia
saat kehilangan pasangan hidup dan bagaimana cara penanggulangan dari dampak
hilangnya pasangan hidup pada lansia
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggnaka metode pendekatan
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengangkat fakta,
keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian
berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Data yang diproleh seperti hasil
pengamatan,hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan dan
angka-angka. Penulis segera menganalisis data yang ada dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak
ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan berupa
situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian bahwa perubahan sikap yang di
alami oleh lansia sebagai akibat dari hilangnya pasangan hiup mereka dapat di
atasi oleh layanan bimbingan yang di berikan oleh pihak Panti sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi, seperti layananan bimbingan rohani dan konseling
individu serta konseling kelompok yang rutin di laksanakan tiap minggu. Melalui
layanan bimbingan yang di berikan di harapakan dapat memberikan kontribusi
terhadap permasalah yang di hadapi lansia sebagai dampak dari hilangya
pasangan hidup mereka. Akhirnya penulis memberikan rekomendasi kepada pihak
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi untuk dapat memberikan
bimbingan atau pembinaan kepada lansia tentang sebuah arti kehilangan dengan
cara memberikan kegiatan tambahan diluar kegiatan rutin yang sudah di jalankan
oleh pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi guna sebagai
pencegahan dampak buruk kehilangan di kalangan lansia.
Ku persembahkan skripsi ini kepada orang tuaku tersayang Yusuf dan Almh.
Maisittah selaku orang tua biologis ku serta Arrazak dan siti Fatimah selaku
orang tua asuhku yang senantiasa membimbing dan membesarkanku hingga saat
ini.
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian
impikan dariku, meski semua itu masih belum ku raih „insyaallah atas dukungan
doa dan restu kalian semua harapan itu akan terwujudkan di masa yang
„insyaallah penuh kehangatan nanti.
Untuk itu ku persembahkan ungkapan terimakasihku kepada:
Saudara dan saudariku Asmawati, Fatmawati, Nasruddin, Al-Mahdi dan
Mustaqfirah, serta kakak iparku Bukhari, Sapron Muamar, Ena, Nurhalisa dan
Surman Paris. Yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan
doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian semua telah memberikan kobaran
semangat yang tak terhingga, salam sayang dan kasihku untuk kalian semua.
Untuk teman dan sahabat seperjuangan tanpa semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua takkan mungkin aku sampai di sini, terimakasih untuk canda, tawa,
tangis dan perjuangan yang telah kita lalui bersama, dan terimakasih untuk
semua kenangan manis yang kalian berikan selama ini yang akan selalu terukir
selalu dalam ingatanku. Semoga dengan perjuangan yang telah kita lalui selama
ini semoga kita bisa sukses bersama suatu saat nanti, Amin...
KATA PENGANTAR
ixii
x
B. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Sehari-hari ...............................................................
42
C. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Hubungan Sosial......................................................
47
D. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Religius Serta Ketaatan Beribadah ..........................
49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 60
B. Implikasi Penelitian ................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Jumlah dan Jabatan Pegawai Panti Sosil Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ......................................................................... 22
Tabel 2.2: Sarana dan Prasarana Panti Sosil Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi ................................................................................... 24
Tabel 2.3: Wisma Satu ....................................................................................... 28
Tabel 2.4: Wisma Dua ....................................................................................... 28
Tabel 2.5: Wisma Tiga ....................................................................................... 28
Tabel 2.6: Wisma Empat ................................................................................... 29
Tabel 2.7: Wisma Lima ..................................................................................... 29
Tabel 2.8: Wisma Enam .................................................................................... 30
Tabel 2.9: Wisma Tujuh .................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah merupakan mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang
di jadikan sebagai khalifah di muka bumi ini dengan di bekali akal dan pikiran
untuk berkarya dan berbuat banyak dimuka bumi. Setiap manusia memiliki
perbedaannya masing-masing baik secara fisik maupun rohani. Secara biologis
manusia umumnya di bedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia di
bedakan berdasarkan kepercayaan atau agama yang di anutnya.2
Setiap manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap
perkembangan di setiap umurrya, perkembangan itu juga mempunyai beberapa
definisi salah satu nya adalah perkembangan yang tidak terbatas pada pengertian
pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan yang berlansung secara terus menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap
kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar. Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlansung dari
tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa
sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis,
melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif
dan berkesinambungan.3 Allah SWT telah menjelaskan tentang kemtian di dalam
Q.S An-Nahl Ayat : 61
2
Achmad Mubarraq. Psikologi Qurani(Jakarta : Pustaka Firdaus.2010), 26
3
Desmita.PsikologiPerkembangan( PT Remaja Rosdakarya 2015 ) 05
”Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak
akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata,
tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan.
Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah
mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukannya (QS. An-Nahl: 61)”.4
Ada beberapa perubahan dalam kehidupan seseorang mulai dari bayi yang
baru lahir sampai dengan orang pada tahap akhir kehidupan atau yang kita sebut
sebagai lansia, yang membutuhkan penyesiaian diri yang baik. Seorang lansia
mengalami banyak perubahan, bahkan pada tahap ini di cirikan sebagai tahap
kemunduran, karena tahap ini seseorang mengalami kemunduran baik
kemunduran secara fisik maupun mental, sehingga hal tersebut membawa
permasalahan yang sulit dan unik bagi seseorang yang tidak siap menghadapinya. 5
Ada banyak teori mengenai periodesasi dan tugas-tugas perkembangann
manusia. Sigmun freud dari psikoanalisa misalnya membagi perkembangan psikis
manusia dalam empat fase, walaupun ia tidak mengansumsikan terdapat batas-
batas tajam dalam peralihan dari suatu fase yang lain.6
Salah satu fenomena kehidupan yang akan di alami oleh setiap manusia
adalah fenomena yang sangat menojol adalah terjadinya peningkatan minat dan
motivasi terhadap seksualitas.7 Salah satu fase yang penting dalam kehidupan
adalah fase menikah, fase ini akan di rasakan di saat kita sudah mulai menapaki
usia pemikiran yang sudah matang atau dewasa yaitu menikah, karena sudah di
jelaskan oleh allah bahwa manusia itu di ciptakan berpasang pasangan, salah satu
jawaban dari dalil tersebut adalah menikah. Namum setelah kita menemukan
pasangan hidup ini peroses perkembangan ini akan terus berlanjut, tugas-tugas
dari perkembangan ini akan terus berajalan sehingga akan sampai pada titik di
mana manusia itu sudah di katakana tidak muda lagi.
4
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009),219
5
Hurlock, E.B. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi kelima.(Jakarta : Erlangga 1999). 65
6
Abdul mujibdanjusufmudzakir, Nuansa-NuansaPsikologiIslam( PT Raja
GrapindoPersada Jakarta 2002 ) 54
7
Desmita.PsikologiPerkembangan( Pt Remaja Rosdakarya 2015 )222
Sesuatu yang perlu di ingat dan harus di persiapkan oleh setiap manusia
adalah masa lansia itu sendiri. Lansia ini juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Usia yang tergolong
dalam lansia itu sendiri yang di sebutkan dalam WHO adalah manusia yang masih
hidup di usia 60 tahun ke atas.
Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status
kedewasaan tersebut, pada umumnya psikologi menetapkan sekitar usia 20 tahun
sebagai masa awal dewasa dan berlansung sekitar usia 40-45 tahun, dan
pertengahan masa dewasa berlansung dari sekitar usia 40-45 tahun sampai sekitar
65 tahun, serta masa dewasa lanjut berlansung seiktar usia 65 tahun sampai
meninggal dunia atau sampai tutup usia.8
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seseorang mempertahankan keseimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Lansia juga dapat
dikatan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut,
maka jika seorang telah berusia lanjut akan mengalami begitu banyak perubahan
dalam hidupnya sepertinya menurunnya daya tahan tubuh serta kehilangan orang-
orang terdekatnya.
Setiap sesuatu yang di ciptakan oleh tuhan itu selalu berpasang pasangan,
ada siang ada malam, ada matahari ada bulan, ada muda ada tua, begitu juga
dengan halnya hidup ada lahir ada pula mati. Kematian itu jelas adanya setiap
yang bernyawa yang hidup di muka bumi ini pasti akan merasakan yang nama nya
kematian tanpa terkecuali, hanya saja perbedaan waktu lah yang menentukannya,
ada yang mereka meninggal di waktu usia masih muda ada pula di antara mereka
meniggal di waktu usia senja atau sering di sebut dengan lansia.
Pengalaman akan kematian orang lain terutama orang terdekat atau keluarga
mampu menimbulkan trauma dan akan mempengaruhi perspektif individu
terhadap kematian. Individu sangat mungkin mengalami ketakutan terhadap
kematian, baik ketakutan dirinya akan mati maupun ketakutan akan kematian
8
Desmita.PsikologiPerkembangan( Pt Remaja Rosdakarya 2015) 234
orang lain. Oleh karena itu, kematian pasangan hidup adalah perstiwa yang paling
sulit untuk dihadapi sehingga akan berdampak pada berubahnya kebiasaan pola
hidup9. Kematian pasangan hidup menepati salah satu urutan terataas penyebab
stress dalam kehidupan karena adanya perasaan kehilangan terhadap orang yang
dicintai yang telah hidup bersama selama bertahun-tahun.10
Sejatinya Setiap manusia telah sadar kelak akan datang saat di mana
kematian itu akan menghampiri dia, hanya saja banyak dari manusia itu sendiri
lalai dan cendrung kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
tersebut, baik kematian yang kita sendiri merasakan nya maupun kematian yang di
rasakan oleh orang-orang terdekat kita contoh kecilnya saja adalah kehilangan
pasangan hidup, entah itu suami yang meninggalkan isteri ataupun isteri yang
meninggalkan suami itu semua harus kita persiapkan supaya nanti saat waktunya
telah datang kita sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi agar
kita itu tidak merasa kekecewaan yang berkelanjutan.
Lanjut usia merupakan masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia
yang ditandai dengan perubahan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Seiring bertambahnya usia, maka seseorang
secara alamiah akan menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Mekanisme tersebut dinamkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri pada masa
perkembngan ini dinilai sulit karena lansia masih berorientasi pada tahapan
perkembangan sebelum pensiun. Penyesuaian diri lanjut usia di pengaruhi oleh
faktor-faktor berupa persiapan diri hari tua, pengalaman masa lampau, kepuasan
dari kebutuhan, kenangan akan persahabatan lama, anak-anak yang telah dewasa,
sikap sosial, sikap pribadi, metode penyesuaian diri, kodisi fisik, kondisi hidup
dan kondisi ekonomi.11
9
Abbas, Komalia. PenyesuainDiri Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Di Panti Sosial Tresna
Werdha “Sejahtera”Pandaan Jawa Timur. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Media Informasi
Penelitian Kesehatan Sosial. 134
10
Santrock, J.W. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jilid
2.(Jakarta : Penerbit Erlangga ). 271
11
Ferra Fadillah. Mulyati. Muhariati, “ perbedaan penyesuaian diri terhadap hilangnya
pasangan hidup pada lansia dirumah dengan lansia di panti werdha” , jurnal kesejahteraan
keluarga dan pendidikan. No.2 (2009), 86.
Kematian atau ajal adalah akhir dari fasa sebuah kehidupan, kejadiannya
dalam organism biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya semua akan mati
secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau area penyebab
yang tidak alami seperti kecelakaan.
Pada umumnya masalah psikologis yang paling bnyak terjadi pada lansia
adalah kesepian entah itu karena kehilangan pasangan hidup atau karena sebab
lain yaitu sengaja di jauhi orang sekeliling karena lansia sudah di anggap tidak
kooferatif lagi dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.12
Beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian dapat menyebabkan
seseorang mudah terserang penyakit, defresi, bahkan sampai bunuh diri, dan
menyebabkan kematian pada seorang lansia. Menurut prabususeno menyatakan
bahwa orang yang menderita kesepian lebih sering mendatangi layanan gawat
darurat 61% lebih banyak dari mereka yang tidak menderita kesepian, dan mereka
beresiko empat kali mengalami serangan jantung dan akan mengalami kematian
akibat serangan jantung tersebut., dan juga beresiko meningkatkan mortalitas dan
kejadian stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak kesepian. Kesepian akan
sangat dirasakan oleh lanjut usia yang hidup sendirian, tanpa anak, kondisi
kesehatannya rendah dan akan lebih parah lagi apabila kesepian ini telah
membuatnya defresi.13
Dari hasil observasi awal penulis pada Panti Sosial Tresa Werdha Kota
Jambi, penulis mendapatkan data awal yaitu berupa jumlah lansia yang terdapat
pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi yaitu sebanyak 70 orang
dengan penggolongan 43 orang lansia yang berjenis kelamin laki-laki dan 27
orang yang berjenis kelamin perempuan. Adapun warga tertua di panti tersebut
taitu berumur 83 tahun, dan warga termuda adalah 61 tahun, adapun umur rata-
rata dari keseluruhan warga panti ini berkisar 65-75 tahun.14
12
Hayati S. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Lansia.(Medan: Tim
Percetakan Universitas Sumatera Utara, 2010) 83
13
Khairani, “ Gambaran Tipe Kesepian Pada Lansia Di Gampong Lamme Garot,
Kecematan Montasik, Kabupaten Aceh Besar” , jurnal ilmu keperawatan. Vol.1.No.1 (2012) 21
14
Observasi Awal Penulis Di Panti Sosial Tresna Werdha Luhur Kota Jambi Pada Hari
Kamis 27 September 2018
Dari hasil observasi awal penulis di Panti Sosial Tresna Werrdha Budi
Luhur Kota Jambi penulis juga melakukan wawancara kepada salah satu staf
tenaga kontrak di PSTW tersebut, berdasarkan wawancara tersebut penulis
mendapatkan data awal yatu ada sekitar 5-9 orang lansia yang mengalami
kehilangan pasangan hidup di usia lansia adapun rincian umur lansia tersebut
adalah 63-70 tahun. Kemudian nararasumber juga menjelasakn adapun jenis-jenis
perubahan sikap yang di alami oleh lansia saat kehilangan pasangan hidup antara
lain adalah berdampak pada, psikologis, sosiologis dan religious. Kemudian
narasumber juga mengatakan jumlah lansia yang kehilangan pasangan hidup itu
bisa saja bertambah lagi mengingat ketidak tahuan narasumber pada pasangan
lansia tersebut.
Beranjak dari observasi awal inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih
jauh lagi tentang Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Pada Sikap Lansia. Karena
penulis beranggapan tidak semua manusia itu bisa bertahan hidup bersama-sama
dengan pasangan nya hingga mencapai usia lansia, banyak di antara pasangan
hidup pada saat sekarang ini sudah harus merasakan sakitnya kehilangan pasangan
hidup sebelum memasuki usia lansia dengan berbagai macan penyebab kematian
di antara nya seperti kecelakaan kerja, kecelakaan di jalan, sakit dan lain
sebangainya. Tentulah bagi mereka yang masih bertahan hidup dengan pasangan
nya hingga menginjak usia lansia akan terasa lebih berbeda dari mereka yang
belum sampai pada tahap ini, pastilah rasa kekecewaan yang teramat berat akan di
rasakan oleh lansia ketika mereka kehilangan pasangan hidup di usia tersebut.
Pada tulisan kali ini penulis ingin mengkaji tentang hal-hal apasaja yang
akan di alami oleh seseorang yang kehilangan pasangan hiupnya khususnya
terhadap lansia, karena kehilangan pasangan di usia lansia itu sensasi pasti sangat
jauh berbeda di bandingkan dengan kehilangan pasangan hidup di usia dewasa,
Karena rentan waktu kebersamaan bersama pasangan hidup itu tentu lansia lah
yang puas merasakannya, oleh karena itu kehilangan pasangan hidup pada lansia
ini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan pasangan yang di tinggalkan di
kemudian hari, dari yang semula tidur,makan, shalat dan lain sebagainya selalu di
lakukan secara bersama dan sekarang harus di melakukannya seorang diri,
tentunya ini akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya, seperti halnya
berubahnya pola hidup dan lain sebagainya, bahkan perubahan yang jelas berbeda
tampaknya adalah perubahan tingkah laku dalam kesehariannya, untuk itu penulis
tertarik untuk mengankat sebuah masalah yang di alami oleh lansia karena
hilangnya pasangan hidup mereka dengan sebuah penelitian yang penulis beri
judul “Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia( Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi )
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, masalah pokok yang diangkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah : seperti apa saja perubahan sikap
yang di alami oleh lansia sebagai imbas dari hilangnya pasangan hidup?. Dalam
upaya mengkongkritkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah krusial yang
akan di angkat melaluikarya ini adalah.
1. Bagaimana Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup ?
2. Bagaimana Cara Penanggulangan Dari Dampak Hilangnya Pasangan Hidup
Pada Lansia ?
C. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan mengingan keterbatasan
penulis baik dari segi kemampuan, waktu, maka masalah di atas penulis batasi
tentang :
1. Perubahan sikap yang disebkan karena hilangnya pasangan hidup.
2. penelitian hanya di tunjukan kepada lansia yang di atas 60 tahun dan
dibawah 80 tahun.
Karena mengingat usia lansia yang di tetapkan oleh WHO adalah di atas
60 tahun hingga meninggal dunia, dan berdasarkar observasi awal penulis di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi penulis menemukan bahwa lansia
yang di atas 80 tahun itu sudah tidak kooveratif lagi dalam membantu penulis
dalam mnggali informasi, maka dari itu penulis membatasi usia yang di teliti pada
usia maksimal 80 tahun.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak
dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan nya sendiri merupakan sejumlah
keadaan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitiaan yang dilakukan dalam
rangka penulisan proposal skripsi ini adalah:
a. Mengetahui Bagaimana Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan
Hidup ?
b. Mengetahui Bagaimana Cara Penanggulangan dari dampak
kehilangan pasangan hidup pada lansia.?
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan teoritis dalam penelitian berlatar dari tujuan penelitian
varifikatif, yaitu untuk mengecek teori yang sudah ada sebelumnya. Apakah
akan memperkuat ataupun menggugurkan teori tersebut. Manfaat teoritis ini
muncul berlatarkan ketidak puasan atau keraguan terhadap teori yang sudah
ada sehingga dilakukan penyelidikan kembali secara empiris.
Sementara kegunaan praktis adalah manfaat yang berguna untuk
memecahkan masalah praktis. Jadi misalnya ada masalah nilai siswa yang
rendah maka manfaat praktisnya adalah meningkatkan nilai siswa tersebut.
Biasanya manfaat praktis tidak hanya satu subjek bisa berguna untuk lebih
dari satu.15
a. Dari sisi akademis hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan
dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian lebih lanjut.
b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studistrata satu (S1)
pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Sulthan Thaha
Saifudddin Jambi.
15
Robby anggara,” tujuan dan manfaat penelitian”, diakses melalui alamat
Https://Www.Karyaku.Com/2017/09/Contoh-Tujuan-Penelitian-Dan-Manfaat.Html?M=1tanggal
27 september 2018
E. Kerangka Teori
Kerangka teori sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian
guna untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam judul Proposal dan
menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan ini terarah dan lebih
baik maka Skripsi ini sangat perlu untuk diperhatikan kerangka teori dibawah
ini.16
1. Dampak hilangnya pasangan hidup
Perubahan sikap adalah akibat imbas atau pengaruh yang terjadi ( baik
itu positif maupun negatif ) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh suatu/
kelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kehidupan sehari-
hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazim digunkan dalam
masyarakat luas dan hamper familiar di semua tataran usia.
Pengguaan kata dampak biasanya di barengi dengan imbas akhir yang
disampaikan didalam kalimat dan masyarakat seara luas pada umumnya
menggunakannya dngan pengelompokan seperti dampak postif dan dampak
negatif
Kehilangan Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di alami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walupun
dalam bentu yang berbeda. Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atu
seseorang atau situasi yang berharga / bernilai, baik sebagai pemisahan yang
nyata maupun yang diantisipasi. Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan
signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan
terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba,
diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan memengaruhi tingkat distres
misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita namun demikian, setiap
individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda
16
Tim Penyususn, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,( Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi:2016) 57
Seseorang diciptakan Tuhan tidak untuk hidup sendiri. Seseorang
membutuhkan keberadaan orang lain untuk menopang eksistensinya di dunia
ini. Dengan berinteraksi dengan orang lain, kita bisa saling menolong, take
and give. Kebutuhan ini bukan hanya bersifat biologis belaka tetapi juga
kebutuhan rohani (perhatian, kasih sayang, cinta dll).
Dengan kenyataan ini Tuhan menganugrahkan cinta kepada manusia
untuk saling mencari dan menemukan pasangan hidupnya. Ditambah dengan
akal dan pikiran menjadikan manusia lebih mudah untuk menemukan
pasangan terbaik dalam hidupnya yakni pasangan yang bisa membantu,
mendukung dan bekerjasama untuk meraih cita-cita bersama.
2. Definisi Sikap
Sikap merupakan konsepsi yang bersifat abstrak tentang pemahaman
perilaku manusia. Seseorang akan lebih mudah memahami perilaku orang
lain apabila terlebih dahulu mengetahui sikap atau latar belakang
terbentuknya sikap pada orang tersebut. Perubahan sikap yang sedang
berlangsung merupakan perubahan sistem dari penilaian positif ke negatif
atau sebaliknya, merasakan emosi dan sikap setuju atau tidak setuju terhadap
objek. Objek sikap itu sendiri terdiri dari pengetahuan, penilaian, perasaan
dan perubahan sikap.
Pengertian sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin adalah
tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial. Interaksi tersebut terdapat proses
saling merepon, saling mempengaruhi serta saling menyesuiakan diri dengan
lingkungan sosial. Selanjutnya menurut sikap adalah tingkatan afeksi
(perasaan), baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek psikologi. Dengan demikian perasaan dalam merespon suatu
objek dapat positif yaitu perasaan senang, menerima, terbuka dan lain-lain
dan dapat negatif yaitu perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka
dan lain-lain.
Menurut Sarwono sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan
rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari
seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-
orang atau kelompok, kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan
senang, maka disebut sikap positif. Sedangkan perasaan tidak senang disebut
sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral.
Sikap menurut Djaali adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan
dengan objek tertentu.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
bertindak. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan
kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan
secara individual. Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga
beberapa pengertian lansia menurut para ahli.
Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan seseorang sebelum ia
meninggal17. Membagi rentang kehidupan terakhir ini dalam dua tahap.
Pertama, usia lanjut dini yang berkisar 60-70 tahun. Kedua, usia lanjut yang
berkisar dari usia 60 sampai dengan akhir dari kehidupan seseorang. Tahap
akhir dari rentang kehidupan seseorang biasanya berupa periode dimana
seseorang merasa “beranjak jauh” dari periode terdahuluyang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. James
N. Lapsley mengatakan, di amerika serikat orang yang disebut lansia adalah
orang yang berumur antara 65-70 tahun. Sedangkan menurut Gary R. Colins
mengatakan bahwa lansia itu adalah orang yang hidup di usia 60-65 tahun.18
17
Hurlock, E.B. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi kelima.( Jakarta : penerbit Erlangga 1999).380
18
Widjojo, F.S. Memahami Gerontologi Suatu Usaha Pendekatan Pastoral Usia Lanjut.
(Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma , 2000). 152
Beberapa ahli psikologi perkembangan membagi periodesasi lansia
dalam tiga bagian atau sub periode, yaitu.19
a. The young old or old age
Lansia yang masuk dalam sub periode ini adalah lansia dengan usia
65-74 tahun. Lansia pada usia ini mulai dihadapkan pada masalah
berkurangnya peran, aktivitas, teman, dan penghasialn sebagai
konsekuensi masa pensiun yang juga baru di masuki nya. Lansia di usia ini
juga mengalami kondisi yang mulai menurun tetapi masih memiliki
kekuatan untuk beraktivitas.
b. The old old or late old age (75 years and older)
Lansia pada usia ini mengalami penurunan kondisi fisik secara
nyata mulai tidak berfungsinya organ-organ tubuhnya sampai muncilnya
penyakit-penyakit. Produktivitas mengalami penurunan karena daya tahan
kerja yang menurun, kecepatan dan ketepatan gerakpun juga menurun.
c. The oldest old(85 years and olde)
Lansia pada usia ini semakin mengalami keterbatasan fisik yang
berat, ketergantungan pada orang lain pun juga semakin besar.
3. Panti sosial
Panti sosial adalah sebuah lembaga pelayanan kesejahteraaan sosial
yang memiliki tugas dan fungsiuntuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusiadan memperdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial
menuju kearah kehidupan yang normative secara fisik mental dan sosial.20
Panti jompo adalah sebuah yayasan yang dibuat khusus untuk
menampung para lansia, baik lansia yang di titipkan lansung oleh keluarga
mereka maupun lansia yang terlantar tanpa keluarga tempat mereka bernaung.
Panti jompo ini juga di kenal dengan nama lain yaitu panti werdha dan ini
adalah sabutan lain dari bahasa bali.
19
Santrock, J.W. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jilid
2. (Jakarta : Penerbit Erlangga.) 193
20
Abbas, Komalia. Penyesuaian Diri Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Dipanti Sosial
Tresna Werdha”Sejahtera” Pandaan Jawa Timur.Laporan Penelitian. Yogyakarta : 34
Panti sosial ini mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan
pelayanan yang layak bagi lanjut usia yang terlantar agar mereka dapat hidup
secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.21
Panti sosial tresna werdha budi luhur kota jambi ini merupakan tempat
tinggal bagi sebagian lansia d kota jambi maupun dari daerah lainnya, sampai
saat ini ada sekitar 65 lansia yang berada di panti tersebut, sebagian dari
mereka beralasan dengan tinggal di panti jompo ini adalah memungkinkan
mereka untuk tetap hidup tapi tidak menggantungkan hidup kepada anak
maupun keluarga lainnya.22
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Yaitu data penelitian akan di ungkap melalui wawancara
mendalam dan observasi deskriptif terhadap narasumber penelitian. Narasumber
penelitian dalam penelitian ini di pilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling dimana nararasumber hanya berjumlah 4 orang. Adapun keriteria dari
subjek penelitian ini adalah: 1) Lansia yang berusia di atas 64 tahun. 2) memiliki
pasangan yang sudah meninggal paling lama 1,5 sampai 2 tahun. 3) masih tinggal
di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 4) masih sangat
keoperatif saat di wawancara. Adapun lokasi penelitian ini berada dalam ruang
lingkup Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Pada penelitian ini, data-
data yang diperoleh dari penelitian kemudian di analisis dengan menggunakan
analisis kualitatif.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengangkat fakta,
21
Berdasarkan peraturan kepmensos no. 50/HUK/2004
22
Hasil Dari Wawancara Penulis Dengan Salah Satu Perawat Yang Berada Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi. 27 September 2018
keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian
berlangsung dan menyajikannya apa adanya.23
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting Penelitian adalah Jl. Pangeran Hidayat No.75, paal lima, Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi, 36129. Pemilihan setting didasarkan atas
pertimbangan praktis bahwa penulis sering terlibat dalam kegiatan yang di
adakanb oleh PSTRW Budi Luhur kota Jambi
Subjek Penelitian dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari pimpinan
dan warga dari PSTRW Budi Luhur Kota Jambi. Mengingat subjek yang baik
adalah subjek yang terlibat aktif, dan berkepentingan dengan aktifitas yang
akan diteliti, serta memberikan informasi secara benar.
3. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data ini diambil dari unsur manusia dan non manusia yang
masuk dalam sebuah penelitian. Unsur manusia yaitu unsur yang langsung
terlibat dalam sebuah penelitian seperti perkataan ataupun perbuatan. Orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara. sedangkan yang non manusia
yaitu dapat berupa suasana yang bergerak ataupun diam, meliputi ruangan,
suasana, dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan di
observasi.
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand)
melalui observasi dan wawancara di lapangan, sedangkan data sekunder
adalah data yang tidak lansung memberikan data kepada peneliti. Data ini
diperoleh dengan menggunakan studi literature yang dilakukan terhadap
banyak kubu, yang kadang-kadang diperoleh melalui internet yang
berhubungan dengan penelitian.24
23
Tim Penyususn, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,( Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi:2016),61.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Bisni, Edisi 1, ( CV Alfabeta,Bandung 2005)
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dan penelitian yang mendalam
serta agar keabsahan datanya dapat dipertanggung jawabkan, maka upaya yang
dilakukan melalui :
Pertama Observasi, Menurut Margono, “observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian”25. Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang
diteliti secara langsung maupun dengan cara mencari informasi disekitarnya.
Dalam hal ini yang menjadi fokus pada perubahan sikap yang di alami oleh
lansia sebagai akibat dari kehilangan pasangan hidup.
Kedua, Wawancara adalah instrumen pengumpul data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”26. Wawancara adalah
suatu teknik untuk mengumpulkan data agar mendapat informasi yang benar
dari sumber data melalui percakapan atau tanya jawab.
Ketiga, Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter.27
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang
lain”.28
Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan.Data itu kemudian dicek
kembali, secara berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh data
25
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi..Cetakan Kedua
(Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 173
26
Subana, dkk, Statistik Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2000), 29
27
Arikunto, prosedur penelitian. ( jakarta : pustaka ceria )188
28
Nurul Zuriah,Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,217.
tersebut disistematiskan dan diinterprestasikan secara logis, sehingga
memperoleh data yang memiliki keabsahan dan kredibilitas.29
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah seperti yang
dikemukakan Miles dan Huberman, mereka mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data tersebut, antara lain :
a. Data Reduction (Reduksi Data)
“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan dan polanya. Dengan
demikian dana yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan”.30
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Display Data (Penyajian Data)
Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan,
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel.
c. Verifikasi
Pada langkah verifikasi peneliti menuju ke arah kesimpulan yang
sifatnya terbuka, juga peneliti masih dapat menerima masukan data dari
peneliti lain.
29
Tim Penulis, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi,37.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,
2009), 247
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat
timbul.Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan.Untuk
mengurangi dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti perlu mengadakan
pengecekan kembali data tersebut sebelum diproses dalam bentuk laporan dengan
harapan laporan yang disajikan nanti tidak mengalami kesalahan.Ada 3 teknik
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan keabsahan data :
1. Memperpanjang masa pengamatan.
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap
peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2. Pengamatan yang terus menerus.
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3. Triangulasi.
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Triangulasi juga bisa disebut sebagai teknik pengujian yang
memanfaatkan penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek
terhadap data yang diperoleh. Triangulasi dilakukan dengan sumber data dan
penelitian atau pengamat lain. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara dan
triangulasi) dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi ini dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling
berkaitan.
c. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai
pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.31
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang
diterima benar-benar real dan buka semata persepsi sepihak dari peneliti atau
informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan
sumbangan, masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau
keabsahan data.32
H. Studi Relevan
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dari berbagai sumber
penulis menemukan penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian
yang penulis lakukan yaitu
Pertama, penelitian yang di lakukan oleh Caroliana Retno Ekowati
mahasiswa prodi ilmu psikologi di fakultas psikologi di Universitas Dharma
Yogyakarta, dengan judul penelitian“ Penyesuain Diri Terhadap Hilangnya
Pasangan Hidup Pada Lansia” .Penelitian yang di lakukan oleh Carolina Retno
Ekowati adalah penelitian yang hanya memfokuskan pada penyesuain diri
terhadap hilangnya pasangan hidup pada lansia tetapi pada penelitian ini
perubahan sikap yang di alami lansia saat kehilangan pasangan hidup hanya di
bahas secara singkat saja dan belum masuk kepada substansinya 33.
kedua, penelitian yang dilakukan oleh, Wiwit Widyowati, mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul penelitian “ Resiliensi Pada
Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya “. penelitian yang dilakukan
oleh Wiwit Widyawati ini lebih memfokuskan pada Resiliensi Pada Lansia Yang
31
Yanti164 “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data” diakses Melalui alamat:
https://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data/diakses pada 07
Juni 2016
32
Tim Penyusun,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 68.
33
Cerrolina Retno Ekowati “ penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada
lansia “. Skripsi ( Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2008 )
Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya saja, dan pada penelitian ini belum di bahas
tentang dampak kehilangan pasangan hidup terhadap sikap lansia. 34
ketiga, penelitian yang dilakukan oleh, Nurul Hasanah, mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta, dengan judul penelitian “
Perbedaan Tingkat Defresi Lansia Yang Memiliki Pasangan Hidup Dan Yang
Tidak Memiliki Pasangan Hidup “ penelitian yang di angkat oleh saudari Nurul
Hasanah ini merupakan penelitian yang perbadingan antara lansia yang memiliki
pasangan dengan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup, namun belum
masuk pada mempelajari sikap lansia sebagai dampak kehilangan pasangan hidup.
35
34
Wiwit Widyowati “Resiliensi Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya”.
Skripsi (Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013 )
35
Nurul Hassanah “ Perbedaan Tingkat Defresi Lansia Yang Memiliki Pasangan Hidup
Dan Tidak Memiliki Pasangan Hidup Di Dusun Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo” Skripsi (
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „ Aisyiyah Yogyakarta, 2014 )
BAB II
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “ BUDI
LUHUR “ JAMBI
20
usia yag terlantar di sekitarnya, dan organisasi soisal yang bersifat pelayanan
dan pembinaan kepada para lanjut usia terlantar.36
Pemerintah provinsi jambi melalui dinas sosial tenaga kerja dan
transmigrasi provinsi jambi berdasarkan peraturan daerah ( PERDA ) No. 14
tahun 2008 tentang organsasi dan tata kerjaa dinas daerah provinsi jambi dan
pergub no. 01 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana
teknis dinas ( UPTD ) dan badan pada dinas dan badan daerah provinsi jambi,
salah satu unit pelaksana teknis dinas ( UPTD ) adalah panti sosial tresna
werdha ( PSTW ) Budi luhur jambi yang memberikan pelayanan dan
pembinaan kepada para lanjut usia yang terlantar di provinsi jambi.37
Unit pelaksana teknis dinas panti sosial tresna wedha “budi luhur”
jambi, dalam kegiatan pelayanan dan pembinaan di upayakan dilakukan
dengan sistematis , terarah terencana atas dasar pendekatan pekerjaan soaial.
Bentuk pelayanan yang dilaksanakan adalah:
1. Pelayanan sosial ( hubungan sosial )
2. Pelayanan fisik ( kebugaran )
3. Pelayanan psikososial
4. Pelayana ketrampilan
5. Pelayanan spiritual ( keagamaan )
6. Pelayan perawatan kesehatan
B. Visi Dan Misi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
1. Visi panti sosial tresna werdha budi luhur jambi
“ Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti Sosial “
2. Misi panti sosial tresna werdha budi luhur jambi
a. Mewujudkan pelayanan sosial lanjut usia di dalam panti.
36
Direktorat Jendral Bina Keluarga Sosial. Petunjuk teknis pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia dalam panti.( Jakarta : Departemen Sosial Republik Indonesia
1997 ). 37
37
Dokumentasi, data sejarah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 0ktober 2018.
b. Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat informasi
usaha kesejahteraan soaial lanjut usia
c. Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat pengembangan
usaha ksejahteraan sosial lanjut usia
d. Mewujudkan panti sosial lnjut usia sebagai pusat pemberdayaan
lanjut usia.38
38
Dokumentasi, data visi misi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 oktober 2018
39
Dokumentasi, data pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 oktober 2018
2 3 Orang Pejabat Fungsional
3 14 Orang Staf Pelaksana
4 6 Orang Tenaga Honorer
5 5 Orang Perawat
6 1 Orang Satpam
7 2 Orang Tukang Masak
8 1 Orang Sopir
Total 34 Orang
E. Sasaran Pelayanan
1. Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik yang masih
potensial maupun tidak potensial lagi dan dalam keadaan telantar.
2. Keluarga Lansia
3. Masyarakat
4. Kelompok dan Organisasi sosial-organisasi social
Tabel 2.2
Sarana dan Prasarana Panti Sosil Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
40
Dokumentasi, data tujuan dan prinsip pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
41
Dokumentasi, data sarana dan praserana Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
7 Klinik 1 Unit
8 Garasi 2 Unit
Jumlah 27 Unit Bangunan
6) Melaksanakan Bimbingan-bimbingan
a. Bimbingan Sosial. Untuk menciptakan suasana rukun, damai
dan saling sayang dikalangan lansia sebagai warga UPTD
PSTW, maka perlu melaksanakan bimbingan sosial, baik
secara individu maupun kepala kelompok di lingkungan
UPTDNPSTW, dengan harapan dapat membangkitkan rasa
tanggung jawab warga (klien) serta tahu, mau dan mampu
berprilaku sesuai dengan etika pergaulan, yaitu sopan santun
hingga saling menyenangi baik antara sesama lansia, lansia
dengan petugas maupun dengan masyarakat dilingkungan
panti.
b. Bimbingan Mental Spritual. Untuk membiasakan lansia-
lansia di UPTD PSTW melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama yang dianut, maka dilaksanakanlah kegiatan
bimbingan mental spiritual, berupa ceramah-ceramah agama /
pengajian-pengajian bagi lansia yang beragama Islam,
kegiatan ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kadar
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
c. Bimbingan Keterampilan, Pelayanan ini diberikan tidak saja
untuk mengatasi waktu luang, tapi juga untuk meningkatkan
produktivitas sekaligus untuk menambah penghasilan,
apabila lansianya masih potensial yaitu keterampilan
membuat barang-barang kerajinan.
7) Melaksanakan prosesi pemakaman terhadap lansia yang meninggal
dunia, sesuai dengan tata cara agama yang dianut, hal ini dilakukan
apabila keluarga lansia yang meninggal tidak mampu melaksanakan
pemakaman yang dimaksud.
8) Membawa lansia-lansia untuk mengunjungi tempat-tempat wisata,
kegiatan rekreatif ini dimaksudkan menghilangkan kejenuhan.42
42
Dokumentasi, data pelaksanaan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
43
Dokumentasi, data jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
Tabel 2.3
Wisma Satu
Tabel 2.4
Wisma Dua
Tabel 2.5
Wisma Tiga
Tabel 2.6
Wisma Empat
Tabel 2.7
Wisma Lima
Tabel 2.9
Wisma Tujuh
Tabel 2.10
Wisma Delapan
Tabel 2.11
Wisma Sembilan
Tabel 2.12
Wisma Sepuluh
Tabel 2.13
Wisma Sebelas
Tabel 2.14
Wisma Dua Belas
Tabel 2.15
Wisma Tiga Belas
Tabel 2.16
Wisma Empat Belas
Dari data tabel tersebut di atas dapat di ketahui bahwa jumlah lansia yang
berada di Panti Sosial Tresna werdha Budi Luhur Jambi berjumlah 71 lansia
dengan rincian 34 perempuan dan 37 laki-laki. Dari jumlah tersebut di atas
terdapat 6 orang llansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup selama
berada di panti sosil tresna werdha budi luhur jambi, kemudian dari 6 orang lansia
yan kehilangan pasagan hidup penulis Cuma mengambil 4 orang narasumber
sebagai sample dalam penelitian ini, adapun keempat sampel yang tersebut di
ambil berdasarkan rekomendasi dari tenaga perawat dan dan pihak panti lainnya.
Tabel 2.17
Penanggung Jawab Wisma
44
Dokumentasi, data penanggung jawab wisma di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
M. Jumlah Pengurus Panti
Berikut nama dan jabatan sumber daya manusia yang ada di Panti Sosial
Tresna Werdha “Budi Luhur” Jambi berjumlah sebagai berikut:45
45
Dokumentasi, data jumlah pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
3. Ns. Donny Setiawan. P, S.Kep
4. Ns. Nurhayati, S.Kep
5. Ns.Bambang A , S.Kep
Operator Komputer : Nadya Pramesswary, SH
Pengelola Bimbingan dan Konseling : Amriul Khotob, S.Pd.I
Pekerjaan Sosial : Anggi Karlina Devi, SS
Dari smua jumlah pegawai yang berada di panti sosial tresna werdha budi
luhur jambi, terdapat berbagai macam latar belakang pendidikan, mulai dari
kesehatan, sekolah sosial, pendidikan dan bahkan ada yang hanya tamatan SMA
akan tetapi mereka sudah di lengkapi dengan ketrampilan khusus.
BAB III
SIKAP LANSIA SAAT KEHILANGAN PASANGAN HIDUP
Hal serupa juga di rasakan oleh salah seorang lansia lainnya, yaitu nenek
Darwati. nenek Darwati ini juga baru saja kehilangan suaminya yaitu kurang
lebih 12 mei 2018 lalu di Rumah Sakit Umum Radden Mattaher Jambi karena
sering sakit-sakitan akibat usia yang sudah tidak muda lagi. Penulis mencoba
melakukan wawancara dengan nenek Darwati untuk mengetahui lebih jauh
49
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
tentang kondisi psikologis nenek darwati setelah di tinggal oleh sang suami untuk
selamanya.
[Y]a kehilangan pasangan hidup atau suami bagi saya juga sangat membuat
saya terpukul. Waktu ketika suami saya baru saja meninggal dunia saya
merasa sangat kehilangan, bahkan sampai membuat saya merasa tidak punya
arah dan tujuan hidup lagi, akan tetapi lama kelamaan saya mulai
membiasakan diri tanpa seorang suami serta di bantu oleh orang panti (
staf/karyawan ) sehingga alhamdulillah sekarang saya sudah mulai ikhlas
dengan kepergian suami dan sekarang saya sudah menjalani kehidupan normal
lagi.50
50
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 09 september 2018.
51
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
Penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang lansia lainya,
lansia yang maksud adalah seorang nenek yang berasal dari pulau jawa bernama
nenek Juriah. Nenek juriah ini masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi ini pada 22 oktober 2014, dia masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi ini bersama dengan suaminya.
[D]i jambi ini saya hanya hidup berdua saja dengan suami, kami tidak punya
keluarga kandung di sini baik saya maupun suami tidak mempunyai saudara
kandung di sini, yang kami punya d jambi ini hanya sebatas kerabat kerja dan
tetangga. Saya dan suami masuk di panti ini yaitu sekitar 4-5 tahun yang lalu.
Saat awal masuk ke panti keadaan suami saya memang sudah sering sakit-
sakitan, karena alasan inilah yang membuat kami di minta untuk tinggal di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini karen melihat keadaan
suami yang sudah sakit-sakitan dan usia kami yang sdah tidak muda lagi dan
tidak mempunyai anak serta keluarga di sini, maka dari itu kami di arahkan
untuk tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini. Kehilang
sosok seorang suami bagi saya memang sangat membuat saya sangat
kehilangan bahkan saya sudah tidak tau apa yang harus saya perbuat dalam
menjalani sisa usia ini. Berdiam diri dan terus berdoa adalah cara terbaik bagi
saya waktu itu dan mengabaikan semua hal yang lainnya. Entah kenapa
setelah suami saya meninggal saya merasa semua orang yg berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini mengalami perubahan sikap
terhadap saya, entah itu Cuma perasaan saya tau memang itu yang terjadi. 52
52
Hasil wawancara penulis bersma nenek juriahi salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018.
Radden Mattaher Jambi karena penyakit kolestrol yang di deritanya dari
semenjak tinggal di luar panti. Jadi selama mereka tinggal di luar panti ini
hari-hari nenek juriah mengurus suaminya sembari berjualan sarapan di depan
kontrakan mereka. Karena peroses ini lah yang membuat nenek juriah sangat
terpukul. Karena dia tidak punya anak maka suami lah yang menjadi sosok
yang dia sayang, dan karena sayang yang berlebihan inilah yang membuat
adanya rasa kekecewaan yang sangat mendalam saat suaminya meninggal
dunia. Hal ini membuat kondisi psikologis nenek juriah ini berubah drastis dan
kami dari pihak panti memaklumi itu.53
55
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018.
56
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
oleh kondisi-kondisi kehidupan sosial. Aktivitas psikis manusia bisa eksternal
dan internal.57
Aktivitas psikis ekternal terdiri dari operasi-operasi yang spesifik
manusia dengan obyek-obyek yang ada yang di pegaruhi oleh lengan , tangan,
jari-jari dan kaki. Aktivitas internal berlansung dalam fikiran, dengan
menggunakan tindakan-tindakan mental, di mana manusia beroperasi bukan
dengan obyek-obyek yang ada dan bukan melalui gerakan-gerakan yang fisis,
melainkan dengan gambaran-gambaran dinamisnya. Aktivitas internal ini akan
merencanakan aktivitas eksternal. Ia timbul atas dasar aktivitas eksternal, dan
merealisasikan dirinya melalui aktivitas eksternal.
Pada umumnya lansia memang mengalami perubahan sikap dan aktivistas
dari pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup,
perubahan sikap dan aktivitas lansia yang di maksud antara lain seperti aktivitas
yang biasa ia lakukan sehari-hari.
Penjelasan diatas dapat diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan
nenek Asma salah satu lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi. Nenek Asma ini merupakan salah seorang lansia yang paling
terakhir kehilangan pasangan hidup nya jika di bandingkan dengan lansia lainnya
yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Dimana pada
tanggal 28 november 2018 suami dari nenek Asma ini menghembuskan nafas
terakhirnya di RS Abdul Manap Kota Jambi di sebabkan karena penyakit ISPA (
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ).
[P]ada awal-awal kehilangan suami saya bingung harus berbuat apa lagi untuk
mengisi keseharian saya, untuk itu saya lebih banyak berdiam diri dan
mencoba sesekali ikut berkumpul dan bercerita dengan lansia lainnya.58
57
Hayati S. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Lansia.(Medan: Tim
Percetakan Universitas Sumatera Utara, 2010) 48
58
Hasil wawancara penulis bersama nenek Asma salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 20 desember
2018.
orang perawat yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, dan
dia termasuk salah satu tenaga perewat yang paling senior di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi di bandingkan dengan perawat lainnya, sembilan
tahun sudah dia mengabdikan hidupya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi. Karena pengalaman kerja ini lah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan wawancara dengan dia karena ia sudah sangat paham dengan kondisi
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[P]enjelasan yang di sampaikan oleh nenek Asma ini memang sebuah
penjelasan yang memang pernah ia alami dulu. Semasa suami nya masih
hidup dulu nenek asma ini selalu mengikuti setiap kegiatan yang di
laksanakan oleh pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi maupun
dari pihak luar seperti donatur Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
yang sering mengadakan acara di dalam dan di luar panti seperti syukuran dan
lain sebagainya. Hampir setiap kegiatan itu selalu di ikuti oleh nenek asma ini,
akan tetapi setelah meninggalnya si suami dia cendrung hidup bermalas-
malasan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Ia beralasan karena lansia lainnya
sering membicarakannya , jadi nenek asma ini merasa tidak nyaman lagi
berada satu kelompok dengan lansia lainnya. Hal ini lah yang membuat
keseharian ataupun aktivitas nenek asma ini berubah drastis dari pra
kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup.59
59
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019
kesedihan yang tak berujung ini. Dari pra kehilangan pasangan hidup hingga
pasca kehilangan pasangan itu tidak terlalu mempengaruhi aktivitas
keseharian saya, hanya saja saya sesekali masih teringat akan suami dan itu
cukup mengganggu pikiran saya dalam melakukan aktivitas keseharian.60
Dan untuk mengambil kesimpulan dari semua data dari hasil wawancara
penulis dengan para lanisa, penulis melanjutkan melakukan wawancara kepada
seorang staf di kantor Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi yang
sekaligus juga menjabat sebagai pembimbing agama untuk seluruh lansia muslim
yang berada pada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, pembimbing
tersebut bernama Amirul Khotob. S,Pd I. Dan berikut hasil wawancara penulis
dengan pak Amirul Khotob.
[M]emang benar apa yang di jelaskan oleh para lansia itu sudah berdasarkan
pengalaman yang mereka rasakan, lansia yang di tinggal mati oleh pasangan
mereka memang akan menunjukkan emosi yang sangat jauh berbeda dengan
63
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018
64
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018
kebiasaan yang mereka lakukan saat pasangan mereka masih hidup. Namun
hal ini tidak berlansung lama, karena kami selaku pengurus sekaligus
penanggung jawab para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi akan melakukan tindakan awal yaitu berupa bimbingan yang sangat
intens kepada lansia yang bagi kami mengalami trauma atau gangguan
psikologis akibat di tinggal mati oleh pasangan, adapun jenis bimbingan yang
kami berikan yaitu seperti bimbingan konseling dan bimbingan agama, namun
di sini kami lebih mengutama bimbingan agama yang akan kami berikan
kepada lansia, karena berdasarkan pengalaman yang telah kami dapat selama
di berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini bimbingan
agama atau bimbingan rohani jauh lebih efektif di bandingkan dari semua
jenis bimbingan lainnya. 65
65
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
66
Carolina Nitimiharjo, Psikologi Sosial.( bandung : Koperasi Mahasiswa STKS. 1991 )
81
satu sama lain, hubungan sosial yang demikian aka melibatkan pengaruh timbal
balik antar individu. Salah satu cara yang paling mudah untuk memahami
definisi hubungan sosial adalah dengan mengidentifikasi bentuk-bentuknya.
Secara intuitif, kita sudah mengeti bahwa hubungan sosial terdiri dari berbagai
macam bentuk, sebagai contoh, coba kita berfikir tentang hubungan kita dengan
sesama teman. Dalam berteman, tak jarang akan muncul konflik dan tak jarang
pula akan muncul kerja sama untuk menyelesaikan masalah. Hal itu menandakan
bahwa terdapat bentuk hubungan sosial yang berbeda. Konflik dan kerja sama
adalah dua bentuk hubungan sosial yang berbeda.
Lansia akan lebih mudah melakukan hubungan sosial dengan teman
sebaya atau sesama lansia. Karena dalam kelompoknya tersebut lansia merasa
tidak dikendalikan oleh nilai-nilai yang di buat. Nilai-nilai yang berada di dalam
kelompok tersebut adalah nilai-nilai yang sesuai dengan kondisisnya. Dengan
begitu lansia akan lebih mudah melaukan hubungan sosial dengan kelompoknya.
Karena hubungan sosial yang di alami dan di jalani oleh para lansia dari
pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan lebih banyak di ketahui
oleh tenaga perawat dan pembimbing mereka karena tenaga perawat dan
pembimbing itu sudah melakukan perawatan dan bimbingan sejak lama dan
mereka lebih mengetahui karakteristik hubungan sosial lansia dari pra kehilangan
pasangan hidup hingga pasca kehilangan. Oleh karena itu pada poin ini penulis
hanya melakukan wawancara dengan perawat dan pembimbing lansia itu saja,
dan berikut pernyataan perawat.
[H]ubungan sosial yang di alami oleh para lansia dari pra kehilangan pasangan
hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup memang mengalami banyak
perubahan. Akan tetapi perubahan yang mereka alami ini cenderung beragam
dan berbeda antara satu lansia dengan yang lainya. Adapun paktor penyebab
keberagaman adalah pengalaman masa lalu ketika mereka masih hidup
bersama.67
67
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019
D. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat Dari Keadaan
Spritual/religiusitas Serta Ketaatan Beribadah.
Spritualitas dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan
dengan spirit, sesuatu yang spritual memiliki kebenaran yang abadi yang
berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering di bandingkan dengan sesuatu
yang berifat duniawi, dan sementara, didalamnya mungkin terdapat kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural seperti dalam agama, tetapi memiliki penekanan
terhadap pengalaman pribadi. Sementara religiusitas adalah kedalaman
penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinan terhadap adanya tuhan yang di
wujudkan dengan mematuhi segala perintah yang di suruh serta menjauhi segala
larangan yang di minta dengan keihlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga.
Spritual merupakan aspek yang di dalamnya mencangkup aspek-aspek
lain, yaitu fisisk, psikologis dan sosial. Spritualitas merupakan hubungan yang
memilii dua dimensi yaitu antara dirinya, orang lain dan lingkungan sekitarnya,
serta dirinya dengan tuhan. Spritualitas merupakan hubungan yang memiliki
dimensi-dimensi yang berupaya menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan
dunia luar, menghadapi stres emosional, penyakit fisik dan kematian, spritualtas
lansia yang sehat dapat membantu lansia dalam menjalani kehidupannya dan
mempersiapkan diri kehilangan pasangan hidup mereka dan kematian mereka
sendiri.68
Keadaan spritual yang telah di persiapkan dengan baik akan dapat
membantu lansia menghadapi kenyataan hidupnya, serta berpartisipasi dalam
hidup, merasa memiliki harga diri dan dapat menerima kematian baik dirinya
maupun pasangan mereka sebagai sesuatu ketentuan yang telah di takdirkan oleh
tuhan yang maha kuasa dan tidak dapat di hindari oleh setiap makhluk hidup.
Adapun faktor yang mempengaruhi spritualitas pada lansia adalah pertimbangan
tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, agama dan
pengalaman hidup sebelumnya. 69
68
Qomaruddin hidayat. Psikologi kematian”mengubah ketakutan menjadi optimisme”.(
Jakarta :PT. Mizan Publika ) 45
69
Qomaruddin hidayat. Psikologi kematian”mengubah ketakutan menjadi optimisme”.(
Jakarta :PT. Mizan Publika ) 76
Berdasarkan hasil wawancara penulis di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi dengan beberapa orang lansia yang menurut penulis masih sangat
keoperatif saat di wawancara sebagian besar dari lansia tersebut selalu mengikuti
setiap kegiatan kerohanian yang di adakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi termasuk bimbingan rohani yang di lakukan setiap selasa pagi di
mushalla Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Meskipun mereka
sudah sering mengikuti pengajian yang di adakan oleh pihak Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi beberapa lansia menyatakan perasaan takutnya jika
meninggal dunia maupun kehilangan pasangan bagi mereka yang masih memiliki
pasangan hidup yang masih berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi
Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan para lansia tentang
spritualiatas/religuitas merekan pasca kehilangan pasangan hidup. Berikut ini
adalah hasil wawancara penulis bersama nenek Asma.
[B]agi saya kehilangan suami atau pasangan hidup tidak teralu berpengaruh
terhadap ketaatan beribadah saya. Hanya saja semenjak suami saya meninggal
entah kenapa minat dan ketaatan beribadah saya sedikit menurun. Ketika
suami saya masih hidup saya masih merasakan malu kepada suami kalau tidak
melakukan kewajiban kepada allah SWT, tapi semenjak suami saya meninggal
dunia saya sudah tidak ada lagi yang menegur saya ketika tidak taat
beribadah.70
70
Hasil wawancara penulis bersama nenek Asma salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 20 desember
2018.
menceramahi nenek asma ini secara personal dengan tujuan agar tergugah
hatinya untuk datang dan ikut melaksanakan ibadah shalat lima waktu
berjamaah, tentunya kami ounya cara tersendiri untuk mengajk lansia untuk
datang berjama‟ah ke mushalla. Karena kami di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ini rutin dalam setiap datang waktu masuk shalat mushalla
akan ada jama‟ah lansia lainnya yang datang ke mushalla, artinya di mushalla
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini setiap waktu shalat masuk
kami selalu mengadakan shalat berjamaah.71
71
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
72
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 09 september 2018
73
Hasil wawancara penulis bersma nenek juriah salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018
sudah terbiasa melakukan semua kegiatan itu sendiri karena isteri saya yang
sakit. Boleh di simpulkan bahwa kehilangan isteri tidak berpengaruh terhadap
ketaatan beribadah saya kepada allah SWT.74
74
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018
75
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
BAB IV
PENANGGULANGAN DAMPAK HILANGNYA PASANGAN HIDUP
76
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009), 442
77
Dokumentasi, data bentuk kegiatan harian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 0ktober 2018.
ini dilakukan setiap empat bulan sekali. Kegiatan ini maksudkan supaya lansia
yang masih kuat dan sehat tidak terlaru suntuk karena berada di dalam
lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi terus, oleh karena
itu maka di adakan lah kegiatan refreshing setiap empat bulan sekali.
Maka dari hasil pengumplulan data tentang kegiatan harian yang di
lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, penulis ingin lebih
jauh lagi mengetahui akan efektivitas dari kegiatan tersebut dalam
menangulangi rasa kehilangan dan kejenuhan yang di alami oleh lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi tersebut. Untuk itu penulis
mengadakan wawancara kembali mengenai kegiatan tersebut kepada
pembimbing mereka, dan berikut hasil wawancara penulis.
[K]egiatan harian yang kami lakukan ini memang bertujuan untuk
mengilangkan rasa jenuh dan bosan bagi para lansia di sini, akan tetapi
efektif atau tidaknya itu di kembalikan di individu mereka sendiri, karena
ada beberapa dari mereka mengatakan bahwa kegiatan harian ini sangat
bermanfaat bagi mereka, dan ada bebrapa lagi di antara lansia yang
mengatakan bahwa kegiatan ini kurang bermanfaat melainkan hanya
mengganggu istirahat para lansia saja, akan tetapi tidak berhenti di situ
saja, kami terus mengembangkan bentuk dan jenis kegiatan lainnya yang
bias di terima oleh semua lanisia.78
Pada masalah lainnya yang umumnya nya hadapi oleh setiap lansia
adalah penurunan fungsional, dalam masalah ini lansia yang berumur sudah
lebih dari 60 tahun tentu secara alami mengalami perubahan pada bentuk fisik
dan kesehatan, seiring dengan berjalanya waktu akan terjadi penurunan dari
segala fungsional yang ada, dan salah satu yang tidak dapat di pungkiri adalah
meninggal dunia. Meninggalnya pasangan hidup tentunya akan membawa
dampak yang sangat besar bagi keberlansungan hidup lansia yang di tinggal mati
oleh pasangannya salah satunya akan berdampak pada keadaan psikologis,
perubahan sikap terhadpa lingkungan sekitar dan perubahan segala bentuk
aktivitas sehari-hari dari pra meninggalnya pasangan hidup mereka hingga pasca
hilangnya pasangan hidup.
78
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
B. Sistem dan Bentuk Layanan Bimbingan Yang di Berikan Kepada Lansia
Yang Kehilangan Pasangan Hidup.
Proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri
dan lingkungan nya. Istlah bantuan dalam bimbingan tidak di artikan sebagai
bantuan material seperti uang, hadiah, sumbangan dan lain sebagainya,
melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi dan
bagi individu yang mendapatkan bimbingan. Bimbingan merupakan suatu proses
yang mengandung pengertian bahwa bimbingan merupakan seatu kegiatan yang
berkesinambungan, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Dalam proses
bimbingan, pembimbing tidak akan memaksakan kehendaknya sendiri, akan
tetapi ia akan berperan sebagai fasilotator perkembangan individu. Dalam
bimbingan yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.79
Adapun bimbingan yang secara umum di berikan kepada lansia sebagai
langkah awal untuk pencegahan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Bimbingan Sosial yang di berikan UPTD PSTW meliputi pelayanan
social dasar, ( makan, pakain, tempat tinggal yang layak, dan
kesehatan), pelayanan teknis dan penyaluran bantuan social. Namun
pihak dari lansia itu kurang menjaga kebersihan peralatan makan
mereka.
2. Bimbingan Mental Spritual. Seperti memberikan bimbingan khusus
kepada lansia yang benar-benar membutuhkan.
3. Bimbingan Keterampilan, sperti di adakannya pelatihan mengayam bagi
seluruh lansia dengan tujuan supaya mereka tidak merasa jenih di panti
ketika kegiatan sedang kosong.
79
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah ( jakarta:
rineka Cipta, 1991 ), 4
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan bab, sub bab yang telah penulis uraikan tentang Dampak
Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia Studi Kasus Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, yaitu penyampain kesimpulan sebagai berikut.
1. Sikap lansia saat kehilangan pasangan hidup. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi di
ketahui bahwa faktor penyebab perubahan sikap yang terjadi pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi sebagai dampak hilangnya
pasangan hidup yaitu : Pertama, faktor individu lansia itu sendiri, dimana
kontrol diri dari lansia tersebut kurang, serta lambannya dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Kedua, kurangnya persiapan pada lansia akan
kehilangan pasangan mereka, kematian itu adalah sebuah hal yang pasti
akan datang pada setiap hamba dan mahkluk yang berada di bumi allah,
bahkan dalam beberapa riwayat di sebutkan bahwa tidak ada yang lebih
dekat dengan kalian wahai anak cucu adam kecuali kematian, maka dari
itu sepatutnya lah kita harus biasa mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Ketiga, faktor lingkungan. Dan adapun jenias-jenis perubahan sikap yang
dialami oleh lansia itu sendiri adalah seperti, berubahnya cara
berhubungan dengan lingkungn sekitar, perubahan aktivitas sehari-hari,
ketaatan beribadah dan jenis kegiatan social lainya.
2. Penanggulangan dari dampak hilangnya pasangan hidup pada lansia
Adapun bimbingan yang secara umum di berikan kepada lansia sebagai
langkah awal untuk pencegahan secara umum adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan Sosial
b. Bimbingan Mental Spiritual
c. Bimbingan Keterampilan
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan skripsi yang penulis susun mengenai Damapak Kehilangan
Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia ( studi kasus Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ) maka penulis memberikan saran-saran guna untuk
meningkatkan mutu pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi dan meningkatkan kerja sama yang solid antara lansia dengan pembimbing
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dan di lakukan oleh tenaga
pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi adalah sebagai
berikut:
1. Menjalin adanya kerja sama antara lansia dengan pihak Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi dengan cara lansia harus lebih
kooperatif lagi dalam menyampaikan semua keluhan yang mereka alami
serta menceritakan ketakutan dan kekhawtiran yang mereka rasakan
2. Menambah tenaga pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi guna untuk supaya lebih menjangkau lagi serta dapat
menyerap dengan baik setiap keluhan yang di alami oleh lansia.
3. Meningkatkan kualitas pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi dengan cara mengikuti berbagai pelatihan dan training, yang
berhubungan dengan bimbingan terhadap lansia.
4. Lansia dan pembimbing harus benar-benar terbuka antara satu dengan
yang lainnya, jangan ad jarak yang membuat lansia enggan untuk
bercerita.
5. Pembimbing harus lebih sering mengidentifikasi setiap lansia sebagai
bentuk preventif dalam timbulnya masalah yang di alami oleh setiap lansia
yang berada di bawah naungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1 -Letak Geografis panti -Keadaan dan Letak Geografis
sosial tresna werdha budi
luhur kota jambi
2 -Sarana/Fasilitas -Sarana dan prasarana yang tersedia pada
panti
3 -Interaksi Antar Anggota -Pola yang diterapkan
4 -Relevansi Implementasi -Dampak perilaku yang terlihat secara
Organisasi dalam Interaksi langsung antara yang kehilangan pasangan
Sosial hidup dengan yang punya pasangan hidup
2. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1 -Letak Geografis Panti -Data dokumentasi Letak Geografis Panti
Sosial Tresna Werdha Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi
Budi Luhur Kota Jambi
3 -Visi, Misi, dan Tujuan -Data dokumentasi tentang visi, misi dan
lembaga tujuan lembaga
4 -Struktur Organisasi dan -Data dokumentasi tentang Struktur Orgnisasi
Kepengurusan dan Kepengurusan
-Daftar Nama Pengurus/Pembina
-Daftar Riwayat Pengurus/Pembina
-Data-data lain yang dibutuhkan
3. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1 -Letak Geografis Panti PIMPINAN/PEMBINA:
Sosial Tresna Werdha -Bisa dijelaskan letak geografis Panti Sosial
Budi Luhur Kota Jambi Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi
3 -Sarana/Fasilitas PIMPINAN/PEMBINA
-Apa saja sarana yang dimilki ?
4 -Program Kegiatan PIMPINAN/PEMBINA
Organisasi -Apa saja yag diprogramkan?
5 -Bukti Keberhasilan PIMPINAN/PEMBINA
Kegiatan yang -Bagaimana yang telah dilaksanakan?
Dilaksanakan -Apa saja aturan administrasinya?
-Apa saja susunan program kegiatannya?
-Bagaimana teknis pelaksanaan program
tersebut:
>Kapan dilaksanakan dan apa tujuannya?
-Apa saja kendala dalam pelaksaan program?
-Apa saja pengaruhnya dalam interaksi sosial?
6 -Interaksi Antar Anggota -Dampak apa yang dirasakan oleh lansia yang
kehilangan pasangan hidup?
-Perubahan-perubahan sikap dan perilaku apa
saja yang terlihat real dari lansia yang
kehilangan pasangan hidup?
Hal-hal yang harus dilakukan oleh lansia saat
kehilangan pasangan hidupnya.?
Cara-cara penaggulangan dari dampak
hilangnya pasangan hidup pada lansia.?
Lembar Dokumentasi
Foto bersama salah satu pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi
Nama : IRFANDI
Tempat danTanggalLahir : Gelanggang, 06 Maret 1996
NIM : UB. 150 100
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
JenisKelamin : Laki-Laki
AlamatAsal : Desa Gelanggang, Kec. Sungai Manau, Kab.
Merangin, Provinsi Jambi
Nomor Telepon : 0852-6709-5395
E-mail : Irfandyglg96@gmail.com
AlamatSekarang : Perumahan Javana Cozy Corner
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2002 – 2008 : SDN 22/VI Sungai Manau IV
Tahun 2008 – 2011 : MTsN Sungai Manau
Tahun 2011 – 2014 : SMAN 4 Merangin
Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi