Anda di halaman 1dari 84

DAMPAK KEHILANGAN PASANGAN HIDUP TERHADAP SIKAP LANSIA

( STUDI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI )

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu (
S-1 ) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah

Oleh :
IRFANDI
NIM : UB 150100

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2018-2019
MOTTO

          

           

 

“dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
tertimpa musibah, mereka mengucapkan:‟innaa lillaahi wa innaa ilahi
raaji‟un.” ( Q.S. Al-Baqarah : 155-156 )1

1
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009), 18
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil pengamatan penulis saat mencari
data guna memenuhi tugas kuliah psikoterapi islam pada saat semester enam lalu.
Penulis menemukan adanya sebuah perubahan sikap yang di alami oleh lansia dari
pra kehilangan pasangan hidup hingga pada pasca kehilangan pasangan hidup
mereka. Pada pengamatan awal umumnya perubahan yang tampak pada lansia
yang kehilangan pasangan hidup di Panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
ini adalah perubahan yang terjadi pada emosi mereka, saat pasangan mereka
sudah meninggal dunia mereka akan lebih cepat marah pada lingkungan sekitar.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelti lebih jauh lagi tentang
perubahan sikap dari pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan
pasangan hidup. Adapun pokok permasalahan nya ialah bagaimana sikap lansia
saat kehilangan pasangan hidup dan bagaimana cara penanggulangan dari dampak
hilangnya pasangan hidup pada lansia
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggnaka metode pendekatan
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengangkat fakta,
keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian
berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Data yang diproleh seperti hasil
pengamatan,hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan dan
angka-angka. Penulis segera menganalisis data yang ada dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak
ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan berupa
situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian bahwa perubahan sikap yang di
alami oleh lansia sebagai akibat dari hilangnya pasangan hiup mereka dapat di
atasi oleh layanan bimbingan yang di berikan oleh pihak Panti sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi, seperti layananan bimbingan rohani dan konseling
individu serta konseling kelompok yang rutin di laksanakan tiap minggu. Melalui
layanan bimbingan yang di berikan di harapakan dapat memberikan kontribusi
terhadap permasalah yang di hadapi lansia sebagai dampak dari hilangya
pasangan hidup mereka. Akhirnya penulis memberikan rekomendasi kepada pihak
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi untuk dapat memberikan
bimbingan atau pembinaan kepada lansia tentang sebuah arti kehilangan dengan
cara memberikan kegiatan tambahan diluar kegiatan rutin yang sudah di jalankan
oleh pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi guna sebagai
pencegahan dampak buruk kehilangan di kalangan lansia.

Kata Kunci: Dampak, Sikap, Lansia.


PERSEMBAHAN

Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillahirobbil‟alamin...

Ku persembahkan skripsi ini kepada orang tuaku tersayang Yusuf dan Almh.
Maisittah selaku orang tua biologis ku serta Arrazak dan siti Fatimah selaku
orang tua asuhku yang senantiasa membimbing dan membesarkanku hingga saat
ini.
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian
impikan dariku, meski semua itu masih belum ku raih „insyaallah atas dukungan
doa dan restu kalian semua harapan itu akan terwujudkan di masa yang
„insyaallah penuh kehangatan nanti.
Untuk itu ku persembahkan ungkapan terimakasihku kepada:
Saudara dan saudariku Asmawati, Fatmawati, Nasruddin, Al-Mahdi dan
Mustaqfirah, serta kakak iparku Bukhari, Sapron Muamar, Ena, Nurhalisa dan
Surman Paris. Yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan
doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian semua telah memberikan kobaran
semangat yang tak terhingga, salam sayang dan kasihku untuk kalian semua.
Untuk teman dan sahabat seperjuangan tanpa semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua takkan mungkin aku sampai di sini, terimakasih untuk canda, tawa,
tangis dan perjuangan yang telah kita lalui bersama, dan terimakasih untuk
semua kenangan manis yang kalian berikan selama ini yang akan selalu terukir
selalu dalam ingatanku. Semoga dengan perjuangan yang telah kita lalui selama
ini semoga kita bisa sukses bersama suatu saat nanti, Amin...
KATA PENGANTAR

“ Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha


Penyayang”
Puji syukur kehadirat allah SWT atas nama rahmat dan hidayahnya skripsi
ini yang berjudul “Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia
Studi Kasus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi” dapat di selesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang menjadi suri teladan untuk kita semua, yang telah
membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang
benderang seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Dalam peroses penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak halangan dan
rintangan yang sewaktu-waktu dapat menghambat penyelesaian penulisan skripsi
ini, namum semuanya itu patut di syukuri karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan pada saat proses penyelesain penulisan skripsi
ini. Dukungan dari orang-orang terdekat juga penulis dapatkan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan ribuan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sahmin Batubara, M,Hi selaku dosen pembimbing I
2. Ibu Nurbaiti, M,FiL.I selaku dosen pembimbing II
3. Bapak Sya‟roni, S,Ag. M,Pd dan ibu Neneng Nurhasanah selaku ketua
jurusan dan sekretaris jurusan prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam di
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Syamsu, M,Pd. P,hD selaku dekan di Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta wakil Rektor I, II, III.
6. Bapak Dr. S. Sagap. M,Ag selaku pembimbing akademik.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan ilmunya kepada
penulis.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


NOTA DINAS ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORIENTASI SKRIPSI ............................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Batasan Masalah ..................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
E. Kerangka Teori ....................................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................... 13
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 17
H. Studi Relevan ......................................................................... 18

BAB II GAMBARAN UMUM PANTI SOAIAL TRESNA WERDAH


BUDI LUHUR JAMBI
A. Profil Panti Sosial Tresn Werda Budi Luhur Jambi ............... 20
B. Visi Dan Misi ........................................................................ 21
C. Dasar Pelaksanaan PSTW Budi Luhur Jambi ........................ 22
D. Tahap Pelaksanaan PSTW Budi Luhur Jambi ....................... 22
E. Sasaran Pelayanan ................................................................. 23
F. Tujuan Pelayanan .................................................................. 23
G. Prinsip Layanan ..................................................................... 23

BAB III SIKAP LANSIA SAAT KEHILANGAN PASANGAN HIDUP


A. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Psikologis ................................................................ 36

ixii
x
B. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Sehari-hari ...............................................................
42
C. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Hubungan Sosial......................................................
47
D. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat dari
Keadaan Religius Serta Ketaatan Beribadah ..........................
49

BAB IV PENANGGULANGAN DAMPAK HILANGNYA


PASANGAN HIDUP
A. Penanggulangan dari Dampak Kehilangan Pasangan Hidup .
53
B. Bentuk Kegiatan Lansia Yang Berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi .....................................................
55
C. Sistem dan Bentuk Bimbingan Yang di Berikan Kepada
lansia Yang Kehilangan Pasangan Hidup ..............................
58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 60
B. Implikasi Penelitian ................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Jumlah dan Jabatan Pegawai Panti Sosil Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ......................................................................... 22
Tabel 2.2: Sarana dan Prasarana Panti Sosil Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi ................................................................................... 24
Tabel 2.3: Wisma Satu ....................................................................................... 28
Tabel 2.4: Wisma Dua ....................................................................................... 28
Tabel 2.5: Wisma Tiga ....................................................................................... 28
Tabel 2.6: Wisma Empat ................................................................................... 29
Tabel 2.7: Wisma Lima ..................................................................................... 29
Tabel 2.8: Wisma Enam .................................................................................... 30
Tabel 2.9: Wisma Tujuh .................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia adalah merupakan mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang
di jadikan sebagai khalifah di muka bumi ini dengan di bekali akal dan pikiran
untuk berkarya dan berbuat banyak dimuka bumi. Setiap manusia memiliki
perbedaannya masing-masing baik secara fisik maupun rohani. Secara biologis
manusia umumnya di bedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia di
bedakan berdasarkan kepercayaan atau agama yang di anutnya.2
Setiap manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap
perkembangan di setiap umurrya, perkembangan itu juga mempunyai beberapa
definisi salah satu nya adalah perkembangan yang tidak terbatas pada pengertian
pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan yang berlansung secara terus menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap
kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar. Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlansung dari
tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa
sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis,
melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif
dan berkesinambungan.3 Allah SWT telah menjelaskan tentang kemtian di dalam
Q.S An-Nahl Ayat : 61

             

           

2
Achmad Mubarraq. Psikologi Qurani(Jakarta : Pustaka Firdaus.2010), 26
3
Desmita.PsikologiPerkembangan( PT Remaja Rosdakarya 2015 ) 05
”Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak
akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata,
tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan.
Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah
mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukannya (QS. An-Nahl: 61)”.4

Ada beberapa perubahan dalam kehidupan seseorang mulai dari bayi yang
baru lahir sampai dengan orang pada tahap akhir kehidupan atau yang kita sebut
sebagai lansia, yang membutuhkan penyesiaian diri yang baik. Seorang lansia
mengalami banyak perubahan, bahkan pada tahap ini di cirikan sebagai tahap
kemunduran, karena tahap ini seseorang mengalami kemunduran baik
kemunduran secara fisik maupun mental, sehingga hal tersebut membawa
permasalahan yang sulit dan unik bagi seseorang yang tidak siap menghadapinya. 5
Ada banyak teori mengenai periodesasi dan tugas-tugas perkembangann
manusia. Sigmun freud dari psikoanalisa misalnya membagi perkembangan psikis
manusia dalam empat fase, walaupun ia tidak mengansumsikan terdapat batas-
batas tajam dalam peralihan dari suatu fase yang lain.6
Salah satu fenomena kehidupan yang akan di alami oleh setiap manusia
adalah fenomena yang sangat menojol adalah terjadinya peningkatan minat dan
motivasi terhadap seksualitas.7 Salah satu fase yang penting dalam kehidupan
adalah fase menikah, fase ini akan di rasakan di saat kita sudah mulai menapaki
usia pemikiran yang sudah matang atau dewasa yaitu menikah, karena sudah di
jelaskan oleh allah bahwa manusia itu di ciptakan berpasang pasangan, salah satu
jawaban dari dalil tersebut adalah menikah. Namum setelah kita menemukan
pasangan hidup ini peroses perkembangan ini akan terus berlanjut, tugas-tugas
dari perkembangan ini akan terus berajalan sehingga akan sampai pada titik di
mana manusia itu sudah di katakana tidak muda lagi.

4
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009),219
5
Hurlock, E.B. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi kelima.(Jakarta : Erlangga 1999). 65
6
Abdul mujibdanjusufmudzakir, Nuansa-NuansaPsikologiIslam( PT Raja
GrapindoPersada Jakarta 2002 ) 54
7
Desmita.PsikologiPerkembangan( Pt Remaja Rosdakarya 2015 )222
Sesuatu yang perlu di ingat dan harus di persiapkan oleh setiap manusia
adalah masa lansia itu sendiri. Lansia ini juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Usia yang tergolong
dalam lansia itu sendiri yang di sebutkan dalam WHO adalah manusia yang masih
hidup di usia 60 tahun ke atas.
Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status
kedewasaan tersebut, pada umumnya psikologi menetapkan sekitar usia 20 tahun
sebagai masa awal dewasa dan berlansung sekitar usia 40-45 tahun, dan
pertengahan masa dewasa berlansung dari sekitar usia 40-45 tahun sampai sekitar
65 tahun, serta masa dewasa lanjut berlansung seiktar usia 65 tahun sampai
meninggal dunia atau sampai tutup usia.8
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seseorang mempertahankan keseimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Lansia juga dapat
dikatan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut,
maka jika seorang telah berusia lanjut akan mengalami begitu banyak perubahan
dalam hidupnya sepertinya menurunnya daya tahan tubuh serta kehilangan orang-
orang terdekatnya.
Setiap sesuatu yang di ciptakan oleh tuhan itu selalu berpasang pasangan,
ada siang ada malam, ada matahari ada bulan, ada muda ada tua, begitu juga
dengan halnya hidup ada lahir ada pula mati. Kematian itu jelas adanya setiap
yang bernyawa yang hidup di muka bumi ini pasti akan merasakan yang nama nya
kematian tanpa terkecuali, hanya saja perbedaan waktu lah yang menentukannya,
ada yang mereka meninggal di waktu usia masih muda ada pula di antara mereka
meniggal di waktu usia senja atau sering di sebut dengan lansia.
Pengalaman akan kematian orang lain terutama orang terdekat atau keluarga
mampu menimbulkan trauma dan akan mempengaruhi perspektif individu
terhadap kematian. Individu sangat mungkin mengalami ketakutan terhadap
kematian, baik ketakutan dirinya akan mati maupun ketakutan akan kematian

8
Desmita.PsikologiPerkembangan( Pt Remaja Rosdakarya 2015) 234
orang lain. Oleh karena itu, kematian pasangan hidup adalah perstiwa yang paling
sulit untuk dihadapi sehingga akan berdampak pada berubahnya kebiasaan pola
hidup9. Kematian pasangan hidup menepati salah satu urutan terataas penyebab
stress dalam kehidupan karena adanya perasaan kehilangan terhadap orang yang
dicintai yang telah hidup bersama selama bertahun-tahun.10
Sejatinya Setiap manusia telah sadar kelak akan datang saat di mana
kematian itu akan menghampiri dia, hanya saja banyak dari manusia itu sendiri
lalai dan cendrung kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
tersebut, baik kematian yang kita sendiri merasakan nya maupun kematian yang di
rasakan oleh orang-orang terdekat kita contoh kecilnya saja adalah kehilangan
pasangan hidup, entah itu suami yang meninggalkan isteri ataupun isteri yang
meninggalkan suami itu semua harus kita persiapkan supaya nanti saat waktunya
telah datang kita sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi agar
kita itu tidak merasa kekecewaan yang berkelanjutan.
Lanjut usia merupakan masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia
yang ditandai dengan perubahan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Seiring bertambahnya usia, maka seseorang
secara alamiah akan menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Mekanisme tersebut dinamkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri pada masa
perkembngan ini dinilai sulit karena lansia masih berorientasi pada tahapan
perkembangan sebelum pensiun. Penyesuaian diri lanjut usia di pengaruhi oleh
faktor-faktor berupa persiapan diri hari tua, pengalaman masa lampau, kepuasan
dari kebutuhan, kenangan akan persahabatan lama, anak-anak yang telah dewasa,
sikap sosial, sikap pribadi, metode penyesuaian diri, kodisi fisik, kondisi hidup
dan kondisi ekonomi.11

9
Abbas, Komalia. PenyesuainDiri Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Di Panti Sosial Tresna
Werdha “Sejahtera”Pandaan Jawa Timur. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Media Informasi
Penelitian Kesehatan Sosial. 134
10
Santrock, J.W. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jilid
2.(Jakarta : Penerbit Erlangga ). 271
11
Ferra Fadillah. Mulyati. Muhariati, “ perbedaan penyesuaian diri terhadap hilangnya
pasangan hidup pada lansia dirumah dengan lansia di panti werdha” , jurnal kesejahteraan
keluarga dan pendidikan. No.2 (2009), 86.
Kematian atau ajal adalah akhir dari fasa sebuah kehidupan, kejadiannya
dalam organism biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya semua akan mati
secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau area penyebab
yang tidak alami seperti kecelakaan.
Pada umumnya masalah psikologis yang paling bnyak terjadi pada lansia
adalah kesepian entah itu karena kehilangan pasangan hidup atau karena sebab
lain yaitu sengaja di jauhi orang sekeliling karena lansia sudah di anggap tidak
kooferatif lagi dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.12
Beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian dapat menyebabkan
seseorang mudah terserang penyakit, defresi, bahkan sampai bunuh diri, dan
menyebabkan kematian pada seorang lansia. Menurut prabususeno menyatakan
bahwa orang yang menderita kesepian lebih sering mendatangi layanan gawat
darurat 61% lebih banyak dari mereka yang tidak menderita kesepian, dan mereka
beresiko empat kali mengalami serangan jantung dan akan mengalami kematian
akibat serangan jantung tersebut., dan juga beresiko meningkatkan mortalitas dan
kejadian stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak kesepian. Kesepian akan
sangat dirasakan oleh lanjut usia yang hidup sendirian, tanpa anak, kondisi
kesehatannya rendah dan akan lebih parah lagi apabila kesepian ini telah
membuatnya defresi.13
Dari hasil observasi awal penulis pada Panti Sosial Tresa Werdha Kota
Jambi, penulis mendapatkan data awal yaitu berupa jumlah lansia yang terdapat
pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi yaitu sebanyak 70 orang
dengan penggolongan 43 orang lansia yang berjenis kelamin laki-laki dan 27
orang yang berjenis kelamin perempuan. Adapun warga tertua di panti tersebut
taitu berumur 83 tahun, dan warga termuda adalah 61 tahun, adapun umur rata-
rata dari keseluruhan warga panti ini berkisar 65-75 tahun.14

12
Hayati S. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Lansia.(Medan: Tim
Percetakan Universitas Sumatera Utara, 2010) 83
13
Khairani, “ Gambaran Tipe Kesepian Pada Lansia Di Gampong Lamme Garot,
Kecematan Montasik, Kabupaten Aceh Besar” , jurnal ilmu keperawatan. Vol.1.No.1 (2012) 21
14
Observasi Awal Penulis Di Panti Sosial Tresna Werdha Luhur Kota Jambi Pada Hari
Kamis 27 September 2018
Dari hasil observasi awal penulis di Panti Sosial Tresna Werrdha Budi
Luhur Kota Jambi penulis juga melakukan wawancara kepada salah satu staf
tenaga kontrak di PSTW tersebut, berdasarkan wawancara tersebut penulis
mendapatkan data awal yatu ada sekitar 5-9 orang lansia yang mengalami
kehilangan pasangan hidup di usia lansia adapun rincian umur lansia tersebut
adalah 63-70 tahun. Kemudian nararasumber juga menjelasakn adapun jenis-jenis
perubahan sikap yang di alami oleh lansia saat kehilangan pasangan hidup antara
lain adalah berdampak pada, psikologis, sosiologis dan religious. Kemudian
narasumber juga mengatakan jumlah lansia yang kehilangan pasangan hidup itu
bisa saja bertambah lagi mengingat ketidak tahuan narasumber pada pasangan
lansia tersebut.
Beranjak dari observasi awal inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih
jauh lagi tentang Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Pada Sikap Lansia. Karena
penulis beranggapan tidak semua manusia itu bisa bertahan hidup bersama-sama
dengan pasangan nya hingga mencapai usia lansia, banyak di antara pasangan
hidup pada saat sekarang ini sudah harus merasakan sakitnya kehilangan pasangan
hidup sebelum memasuki usia lansia dengan berbagai macan penyebab kematian
di antara nya seperti kecelakaan kerja, kecelakaan di jalan, sakit dan lain
sebangainya. Tentulah bagi mereka yang masih bertahan hidup dengan pasangan
nya hingga menginjak usia lansia akan terasa lebih berbeda dari mereka yang
belum sampai pada tahap ini, pastilah rasa kekecewaan yang teramat berat akan di
rasakan oleh lansia ketika mereka kehilangan pasangan hidup di usia tersebut.
Pada tulisan kali ini penulis ingin mengkaji tentang hal-hal apasaja yang
akan di alami oleh seseorang yang kehilangan pasangan hiupnya khususnya
terhadap lansia, karena kehilangan pasangan di usia lansia itu sensasi pasti sangat
jauh berbeda di bandingkan dengan kehilangan pasangan hidup di usia dewasa,
Karena rentan waktu kebersamaan bersama pasangan hidup itu tentu lansia lah
yang puas merasakannya, oleh karena itu kehilangan pasangan hidup pada lansia
ini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan pasangan yang di tinggalkan di
kemudian hari, dari yang semula tidur,makan, shalat dan lain sebagainya selalu di
lakukan secara bersama dan sekarang harus di melakukannya seorang diri,
tentunya ini akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya, seperti halnya
berubahnya pola hidup dan lain sebagainya, bahkan perubahan yang jelas berbeda
tampaknya adalah perubahan tingkah laku dalam kesehariannya, untuk itu penulis
tertarik untuk mengankat sebuah masalah yang di alami oleh lansia karena
hilangnya pasangan hidup mereka dengan sebuah penelitian yang penulis beri
judul “Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia( Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi )

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, masalah pokok yang diangkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah : seperti apa saja perubahan sikap
yang di alami oleh lansia sebagai imbas dari hilangnya pasangan hidup?. Dalam
upaya mengkongkritkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah krusial yang
akan di angkat melaluikarya ini adalah.
1. Bagaimana Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup ?
2. Bagaimana Cara Penanggulangan Dari Dampak Hilangnya Pasangan Hidup
Pada Lansia ?

C. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan mengingan keterbatasan
penulis baik dari segi kemampuan, waktu, maka masalah di atas penulis batasi
tentang :
1. Perubahan sikap yang disebkan karena hilangnya pasangan hidup.
2. penelitian hanya di tunjukan kepada lansia yang di atas 60 tahun dan
dibawah 80 tahun.
Karena mengingat usia lansia yang di tetapkan oleh WHO adalah di atas
60 tahun hingga meninggal dunia, dan berdasarkar observasi awal penulis di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi penulis menemukan bahwa lansia
yang di atas 80 tahun itu sudah tidak kooveratif lagi dalam membantu penulis
dalam mnggali informasi, maka dari itu penulis membatasi usia yang di teliti pada
usia maksimal 80 tahun.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak
dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan nya sendiri merupakan sejumlah
keadaan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitiaan yang dilakukan dalam
rangka penulisan proposal skripsi ini adalah:
a. Mengetahui Bagaimana Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan
Hidup ?
b. Mengetahui Bagaimana Cara Penanggulangan dari dampak
kehilangan pasangan hidup pada lansia.?
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan teoritis dalam penelitian berlatar dari tujuan penelitian
varifikatif, yaitu untuk mengecek teori yang sudah ada sebelumnya. Apakah
akan memperkuat ataupun menggugurkan teori tersebut. Manfaat teoritis ini
muncul berlatarkan ketidak puasan atau keraguan terhadap teori yang sudah
ada sehingga dilakukan penyelidikan kembali secara empiris.
Sementara kegunaan praktis adalah manfaat yang berguna untuk
memecahkan masalah praktis. Jadi misalnya ada masalah nilai siswa yang
rendah maka manfaat praktisnya adalah meningkatkan nilai siswa tersebut.
Biasanya manfaat praktis tidak hanya satu subjek bisa berguna untuk lebih
dari satu.15
a. Dari sisi akademis hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan
dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian lebih lanjut.
b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studistrata satu (S1)
pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Sulthan Thaha
Saifudddin Jambi.

15
Robby anggara,” tujuan dan manfaat penelitian”, diakses melalui alamat
Https://Www.Karyaku.Com/2017/09/Contoh-Tujuan-Penelitian-Dan-Manfaat.Html?M=1tanggal
27 september 2018
E. Kerangka Teori
Kerangka teori sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian
guna untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam judul Proposal dan
menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan ini terarah dan lebih
baik maka Skripsi ini sangat perlu untuk diperhatikan kerangka teori dibawah
ini.16
1. Dampak hilangnya pasangan hidup
Perubahan sikap adalah akibat imbas atau pengaruh yang terjadi ( baik
itu positif maupun negatif ) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh suatu/
kelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kehidupan sehari-
hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazim digunkan dalam
masyarakat luas dan hamper familiar di semua tataran usia.
Pengguaan kata dampak biasanya di barengi dengan imbas akhir yang
disampaikan didalam kalimat dan masyarakat seara luas pada umumnya
menggunakannya dngan pengelompokan seperti dampak postif dan dampak
negatif
Kehilangan Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di alami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walupun
dalam bentu yang berbeda. Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atu
seseorang atau situasi yang berharga / bernilai, baik sebagai pemisahan yang
nyata maupun yang diantisipasi. Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan
signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan
terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba,
diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan memengaruhi tingkat distres
misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita namun demikian, setiap
individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda

16
Tim Penyususn, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,( Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi:2016) 57
Seseorang diciptakan Tuhan tidak untuk hidup sendiri. Seseorang
membutuhkan keberadaan orang lain untuk menopang eksistensinya di dunia
ini. Dengan berinteraksi dengan orang lain, kita bisa saling menolong, take
and give. Kebutuhan ini bukan hanya bersifat biologis belaka tetapi juga
kebutuhan rohani (perhatian, kasih sayang, cinta dll).
Dengan kenyataan ini Tuhan menganugrahkan cinta kepada manusia
untuk saling mencari dan menemukan pasangan hidupnya. Ditambah dengan
akal dan pikiran menjadikan manusia lebih mudah untuk menemukan
pasangan terbaik dalam hidupnya yakni pasangan yang bisa membantu,
mendukung dan bekerjasama untuk meraih cita-cita bersama.
2. Definisi Sikap
Sikap merupakan konsepsi yang bersifat abstrak tentang pemahaman
perilaku manusia. Seseorang akan lebih mudah memahami perilaku orang
lain apabila terlebih dahulu mengetahui sikap atau latar belakang
terbentuknya sikap pada orang tersebut. Perubahan sikap yang sedang
berlangsung merupakan perubahan sistem dari penilaian positif ke negatif
atau sebaliknya, merasakan emosi dan sikap setuju atau tidak setuju terhadap
objek. Objek sikap itu sendiri terdiri dari pengetahuan, penilaian, perasaan
dan perubahan sikap.
Pengertian sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin adalah
tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial. Interaksi tersebut terdapat proses
saling merepon, saling mempengaruhi serta saling menyesuiakan diri dengan
lingkungan sosial. Selanjutnya menurut sikap adalah tingkatan afeksi
(perasaan), baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek psikologi. Dengan demikian perasaan dalam merespon suatu
objek dapat positif yaitu perasaan senang, menerima, terbuka dan lain-lain
dan dapat negatif yaitu perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka
dan lain-lain.
Menurut Sarwono sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan
rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari
seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-
orang atau kelompok, kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan
senang, maka disebut sikap positif. Sedangkan perasaan tidak senang disebut
sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral.
Sikap menurut Djaali adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan
dengan objek tertentu.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
bertindak. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan
kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan
secara individual. Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga
beberapa pengertian lansia menurut para ahli.
Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan seseorang sebelum ia
meninggal17. Membagi rentang kehidupan terakhir ini dalam dua tahap.
Pertama, usia lanjut dini yang berkisar 60-70 tahun. Kedua, usia lanjut yang
berkisar dari usia 60 sampai dengan akhir dari kehidupan seseorang. Tahap
akhir dari rentang kehidupan seseorang biasanya berupa periode dimana
seseorang merasa “beranjak jauh” dari periode terdahuluyang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. James
N. Lapsley mengatakan, di amerika serikat orang yang disebut lansia adalah
orang yang berumur antara 65-70 tahun. Sedangkan menurut Gary R. Colins
mengatakan bahwa lansia itu adalah orang yang hidup di usia 60-65 tahun.18

17
Hurlock, E.B. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Edisi kelima.( Jakarta : penerbit Erlangga 1999).380
18
Widjojo, F.S. Memahami Gerontologi Suatu Usaha Pendekatan Pastoral Usia Lanjut.
(Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma , 2000). 152
Beberapa ahli psikologi perkembangan membagi periodesasi lansia
dalam tiga bagian atau sub periode, yaitu.19
a. The young old or old age
Lansia yang masuk dalam sub periode ini adalah lansia dengan usia
65-74 tahun. Lansia pada usia ini mulai dihadapkan pada masalah
berkurangnya peran, aktivitas, teman, dan penghasialn sebagai
konsekuensi masa pensiun yang juga baru di masuki nya. Lansia di usia ini
juga mengalami kondisi yang mulai menurun tetapi masih memiliki
kekuatan untuk beraktivitas.
b. The old old or late old age (75 years and older)
Lansia pada usia ini mengalami penurunan kondisi fisik secara
nyata mulai tidak berfungsinya organ-organ tubuhnya sampai muncilnya
penyakit-penyakit. Produktivitas mengalami penurunan karena daya tahan
kerja yang menurun, kecepatan dan ketepatan gerakpun juga menurun.
c. The oldest old(85 years and olde)
Lansia pada usia ini semakin mengalami keterbatasan fisik yang
berat, ketergantungan pada orang lain pun juga semakin besar.
3. Panti sosial
Panti sosial adalah sebuah lembaga pelayanan kesejahteraaan sosial
yang memiliki tugas dan fungsiuntuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusiadan memperdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial
menuju kearah kehidupan yang normative secara fisik mental dan sosial.20
Panti jompo adalah sebuah yayasan yang dibuat khusus untuk
menampung para lansia, baik lansia yang di titipkan lansung oleh keluarga
mereka maupun lansia yang terlantar tanpa keluarga tempat mereka bernaung.
Panti jompo ini juga di kenal dengan nama lain yaitu panti werdha dan ini
adalah sabutan lain dari bahasa bali.

19
Santrock, J.W. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jilid
2. (Jakarta : Penerbit Erlangga.) 193
20
Abbas, Komalia. Penyesuaian Diri Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Dipanti Sosial
Tresna Werdha”Sejahtera” Pandaan Jawa Timur.Laporan Penelitian. Yogyakarta : 34
Panti sosial ini mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan
pelayanan yang layak bagi lanjut usia yang terlantar agar mereka dapat hidup
secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.21
Panti sosial tresna werdha budi luhur kota jambi ini merupakan tempat
tinggal bagi sebagian lansia d kota jambi maupun dari daerah lainnya, sampai
saat ini ada sekitar 65 lansia yang berada di panti tersebut, sebagian dari
mereka beralasan dengan tinggal di panti jompo ini adalah memungkinkan
mereka untuk tetap hidup tapi tidak menggantungkan hidup kepada anak
maupun keluarga lainnya.22

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Yaitu data penelitian akan di ungkap melalui wawancara
mendalam dan observasi deskriptif terhadap narasumber penelitian. Narasumber
penelitian dalam penelitian ini di pilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling dimana nararasumber hanya berjumlah 4 orang. Adapun keriteria dari
subjek penelitian ini adalah: 1) Lansia yang berusia di atas 64 tahun. 2) memiliki
pasangan yang sudah meninggal paling lama 1,5 sampai 2 tahun. 3) masih tinggal
di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 4) masih sangat
keoperatif saat di wawancara. Adapun lokasi penelitian ini berada dalam ruang
lingkup Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Pada penelitian ini, data-
data yang diperoleh dari penelitian kemudian di analisis dengan menggunakan
analisis kualitatif.

1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengangkat fakta,

21
Berdasarkan peraturan kepmensos no. 50/HUK/2004
22
Hasil Dari Wawancara Penulis Dengan Salah Satu Perawat Yang Berada Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi. 27 September 2018
keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian
berlangsung dan menyajikannya apa adanya.23
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting Penelitian adalah Jl. Pangeran Hidayat No.75, paal lima, Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi, 36129. Pemilihan setting didasarkan atas
pertimbangan praktis bahwa penulis sering terlibat dalam kegiatan yang di
adakanb oleh PSTRW Budi Luhur kota Jambi
Subjek Penelitian dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari pimpinan
dan warga dari PSTRW Budi Luhur Kota Jambi. Mengingat subjek yang baik
adalah subjek yang terlibat aktif, dan berkepentingan dengan aktifitas yang
akan diteliti, serta memberikan informasi secara benar.
3. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data ini diambil dari unsur manusia dan non manusia yang
masuk dalam sebuah penelitian. Unsur manusia yaitu unsur yang langsung
terlibat dalam sebuah penelitian seperti perkataan ataupun perbuatan. Orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara. sedangkan yang non manusia
yaitu dapat berupa suasana yang bergerak ataupun diam, meliputi ruangan,
suasana, dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan di
observasi.
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand)
melalui observasi dan wawancara di lapangan, sedangkan data sekunder
adalah data yang tidak lansung memberikan data kepada peneliti. Data ini
diperoleh dengan menggunakan studi literature yang dilakukan terhadap
banyak kubu, yang kadang-kadang diperoleh melalui internet yang
berhubungan dengan penelitian.24

23
Tim Penyususn, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,( Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi:2016),61.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Bisni, Edisi 1, ( CV Alfabeta,Bandung 2005)
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dan penelitian yang mendalam
serta agar keabsahan datanya dapat dipertanggung jawabkan, maka upaya yang
dilakukan melalui :
Pertama Observasi, Menurut Margono, “observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian”25. Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang
diteliti secara langsung maupun dengan cara mencari informasi disekitarnya.
Dalam hal ini yang menjadi fokus pada perubahan sikap yang di alami oleh
lansia sebagai akibat dari kehilangan pasangan hidup.
Kedua, Wawancara adalah instrumen pengumpul data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”26. Wawancara adalah
suatu teknik untuk mengumpulkan data agar mendapat informasi yang benar
dari sumber data melalui percakapan atau tanya jawab.
Ketiga, Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter.27
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang
lain”.28
Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan.Data itu kemudian dicek
kembali, secara berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh data

25
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi..Cetakan Kedua
(Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 173
26
Subana, dkk, Statistik Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2000), 29
27
Arikunto, prosedur penelitian. ( jakarta : pustaka ceria )188
28
Nurul Zuriah,Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,217.
tersebut disistematiskan dan diinterprestasikan secara logis, sehingga
memperoleh data yang memiliki keabsahan dan kredibilitas.29
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah seperti yang
dikemukakan Miles dan Huberman, mereka mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data tersebut, antara lain :
a. Data Reduction (Reduksi Data)
“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan dan polanya. Dengan
demikian dana yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan”.30
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Display Data (Penyajian Data)
Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan,
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel.
c. Verifikasi
Pada langkah verifikasi peneliti menuju ke arah kesimpulan yang
sifatnya terbuka, juga peneliti masih dapat menerima masukan data dari
peneliti lain.

29
Tim Penulis, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi,37.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,
2009), 247
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat
timbul.Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan.Untuk
mengurangi dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti perlu mengadakan
pengecekan kembali data tersebut sebelum diproses dalam bentuk laporan dengan
harapan laporan yang disajikan nanti tidak mengalami kesalahan.Ada 3 teknik
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan keabsahan data :
1. Memperpanjang masa pengamatan.
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap
peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2. Pengamatan yang terus menerus.
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3. Triangulasi.
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Triangulasi juga bisa disebut sebagai teknik pengujian yang
memanfaatkan penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek
terhadap data yang diperoleh. Triangulasi dilakukan dengan sumber data dan
penelitian atau pengamat lain. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara dan
triangulasi) dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi ini dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling
berkaitan.
c. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai
pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.31
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang
diterima benar-benar real dan buka semata persepsi sepihak dari peneliti atau
informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan
sumbangan, masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau
keabsahan data.32

H. Studi Relevan
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dari berbagai sumber
penulis menemukan penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian
yang penulis lakukan yaitu
Pertama, penelitian yang di lakukan oleh Caroliana Retno Ekowati
mahasiswa prodi ilmu psikologi di fakultas psikologi di Universitas Dharma
Yogyakarta, dengan judul penelitian“ Penyesuain Diri Terhadap Hilangnya
Pasangan Hidup Pada Lansia” .Penelitian yang di lakukan oleh Carolina Retno
Ekowati adalah penelitian yang hanya memfokuskan pada penyesuain diri
terhadap hilangnya pasangan hidup pada lansia tetapi pada penelitian ini
perubahan sikap yang di alami lansia saat kehilangan pasangan hidup hanya di
bahas secara singkat saja dan belum masuk kepada substansinya 33.
kedua, penelitian yang dilakukan oleh, Wiwit Widyowati, mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul penelitian “ Resiliensi Pada
Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya “. penelitian yang dilakukan
oleh Wiwit Widyawati ini lebih memfokuskan pada Resiliensi Pada Lansia Yang

31
Yanti164 “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data” diakses Melalui alamat:
https://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data/diakses pada 07
Juni 2016
32
Tim Penyusun,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 68.
33
Cerrolina Retno Ekowati “ penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada
lansia “. Skripsi ( Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2008 )
Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya saja, dan pada penelitian ini belum di bahas
tentang dampak kehilangan pasangan hidup terhadap sikap lansia. 34
ketiga, penelitian yang dilakukan oleh, Nurul Hasanah, mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta, dengan judul penelitian “
Perbedaan Tingkat Defresi Lansia Yang Memiliki Pasangan Hidup Dan Yang
Tidak Memiliki Pasangan Hidup “ penelitian yang di angkat oleh saudari Nurul
Hasanah ini merupakan penelitian yang perbadingan antara lansia yang memiliki
pasangan dengan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup, namun belum
masuk pada mempelajari sikap lansia sebagai dampak kehilangan pasangan hidup.
35

Sebagaimana terlihat dari studi relevan tersebut di atas bahwa sudah


banyak para penulis-penulis terdahulu mengangkat judul karya tulis yang juga
membahas tentang lansia, akan tetapi penelitian yang di lakukan terdahulu mereka
memiliki perbedaan dengan penelitian akan penulis lakukan. Pada penelitian kali
ini penulis lebih menfokuskan pada lansia yang berubanya sikap yang di sebabkan
akan hilangnya pasangan hidup.

34
Wiwit Widyowati “Resiliensi Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya”.
Skripsi (Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013 )
35
Nurul Hassanah “ Perbedaan Tingkat Defresi Lansia Yang Memiliki Pasangan Hidup
Dan Tidak Memiliki Pasangan Hidup Di Dusun Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo” Skripsi (
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „ Aisyiyah Yogyakarta, 2014 )
BAB II
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “ BUDI
LUHUR “ JAMBI

A. Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi


Nama : Panti Sosial Tresna Werdha ( PSTW ) “ BUDI LUHUR “ Jambi
Alamat : Jl. Pangeran Hidayat No. 75 Pall V. Kecamatan Kota Baru
Telp : (0741) 42545
Provinsi : JAMBI
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi di bangun secara
bertahap dari tahun 1980 memulai pembangunan dan baru mulai beroperasi
pada tahun 1982, dari awal berdirinya hingga tahun 2000 Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi bernaung di bawah UPT Kantor Wilayah Dinas
Sosial Provinsi Jambi dan masih di bawah naungan dinas sosial Republik
Indonesia, hingga pada bulan pebruari tahun 2000 di alihkan semuanya,
dimulai dari kepemilikan sarana dan praserana, aset-aset dan dokumentasi
serta pembiayaan klien di alihkan ke dari kementrian sosial Republik
Indonesia ke pemerintah provinsi jambi di bawah dinas Kesejahteraan Sosial
Dan Pembinaan Masyarakat KSPM, kemudian pindah lagi di bawah Dinas
Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi DISNAKERTRANS, kemudian
pindah lagi ke Dinas Sosial Kependudukan Dan Pencatatan sipil
DISDUKCAPIL, sampai sekarang.
Demi upaya mengatasi para lanjut usia yang terlantar, dengan
program pemerintah melaksanakan pelayanan dan pembinaan melalui panti-
panti sosial lanjut usia. Dengan harapan pembinaan pelayanan melalui panti-
panti sosial lanjut usia yang dilaksanakan pemerintah ini memberikan contoh
kepada masyarakat, agar masyarakat lebih peduli untuk mengatasi para lanjut
usia terlantar. Mendirikan panti-panti sosial secara suka rela untuk para lanjut

20
usia yag terlantar di sekitarnya, dan organisasi soisal yang bersifat pelayanan
dan pembinaan kepada para lanjut usia terlantar.36
Pemerintah provinsi jambi melalui dinas sosial tenaga kerja dan
transmigrasi provinsi jambi berdasarkan peraturan daerah ( PERDA ) No. 14
tahun 2008 tentang organsasi dan tata kerjaa dinas daerah provinsi jambi dan
pergub no. 01 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana
teknis dinas ( UPTD ) dan badan pada dinas dan badan daerah provinsi jambi,
salah satu unit pelaksana teknis dinas ( UPTD ) adalah panti sosial tresna
werdha ( PSTW ) Budi luhur jambi yang memberikan pelayanan dan
pembinaan kepada para lanjut usia yang terlantar di provinsi jambi.37
Unit pelaksana teknis dinas panti sosial tresna wedha “budi luhur”
jambi, dalam kegiatan pelayanan dan pembinaan di upayakan dilakukan
dengan sistematis , terarah terencana atas dasar pendekatan pekerjaan soaial.
Bentuk pelayanan yang dilaksanakan adalah:
1. Pelayanan sosial ( hubungan sosial )
2. Pelayanan fisik ( kebugaran )
3. Pelayanan psikososial
4. Pelayana ketrampilan
5. Pelayanan spiritual ( keagamaan )
6. Pelayan perawatan kesehatan

B. Visi Dan Misi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
1. Visi panti sosial tresna werdha budi luhur jambi
“ Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti Sosial “
2. Misi panti sosial tresna werdha budi luhur jambi
a. Mewujudkan pelayanan sosial lanjut usia di dalam panti.

36
Direktorat Jendral Bina Keluarga Sosial. Petunjuk teknis pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia dalam panti.( Jakarta : Departemen Sosial Republik Indonesia
1997 ). 37
37
Dokumentasi, data sejarah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 0ktober 2018.
b. Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat informasi
usaha kesejahteraan soaial lanjut usia
c. Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat pengembangan
usaha ksejahteraan sosial lanjut usia
d. Mewujudkan panti sosial lnjut usia sebagai pusat pemberdayaan
lanjut usia.38

C. Dasar pelaksanaan PSTW Budi Luhu Jambi


1. UUD 1945 Pasal 27 (1 dan 2), 34.
2. UU Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial.
3. UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial lansia.
4. UU No 22 tahun 1999 tentang pemda.
5. Perda NO 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jambi.
6. Pergub No.01 Tahun 2009 tentang Organisasi Tata Kerja Unit
Pelaksana teknis Dinas (UPTD) dan Badan pada Dinas dan Badab
Daerah Provinsi Jambi.

D. Tahap pelaksaan pelayanan dan pembinaan/ personil di PSTW Budi


Luhur Jambi
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan pada UPTD PSTW “Budi
Luhur” Jambi dengan jumlah personil 25 orang yang terdiri dari :39
Tabel 2.1
Jumlah dan Jabatan Pegawai Panti Sosil Tresna Werdha Budi Luhur Jambi

NO JUMLAH PEGAWAI JABATAN

1 2 Orang Pejabat Stuctual

38
Dokumentasi, data visi misi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 oktober 2018
39
Dokumentasi, data pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi 2018-2019
pada tanggal 27 oktober 2018
2 3 Orang Pejabat Fungsional
3 14 Orang Staf Pelaksana
4 6 Orang Tenaga Honorer
5 5 Orang Perawat
6 1 Orang Satpam
7 2 Orang Tukang Masak
8 1 Orang Sopir
Total 34 Orang

E. Sasaran Pelayanan
1. Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik yang masih
potensial maupun tidak potensial lagi dan dalam keadaan telantar.
2. Keluarga Lansia
3. Masyarakat
4. Kelompok dan Organisasi sosial-organisasi social

F. Tujuan Pelayanan Sosial di PSTW Budi Luhur


1. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang meliputi kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.
2. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas lansia.
3. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,
tentram, dan bahagia, serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

G. Prinsip Layanan Sosial Lansia


1. Desigtiminasi (sigma jelek, Lansia tidak berguna lagi).
2. Tidak mengucilkan lansia.
3. Pemenuhan kebutuhan secara tepat/kebutuhan yang sesungguhnya.
4. Pelayanan secara kompherensif mandiri.
5. Menghindari sikap belas kasihan.
6. Pelayanan yang bermutu = kepuasan.
7. Pelayanan yang akuntabel
8. Menciptakan suasana kehidupan dalam panti yang bersifat
kekeluargaan.
9. Menerapkan pendekatan antar disiplin dan anatar profesi.40

H. Penerima manfaat PSTW “BUDI LUHUR” Jambi


Daya tampung pada UPTD Panti Sosial Tresna Wesda “Budi Luhur”
Jambi sebanyak 70 (tujuh puluh) orang yang berasal dari kabupaten / kota dalam
Provinsi Jambi. Sampai dengan 28 Februari 2019 jumlah penerima manfaat panti
sebanyak 73 (tujuh puluh) orang dengan rincian laki-laki 35 (tiga puluh lima)
orang dan 38 (tiga puluh lima) perempuan.

I. Sarana dan Prasarana


Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi memilik sarana dan
prasaran guna menunjang segala kegiatan yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi tersebut.41

Tabel 2.2
Sarana dan Prasarana Panti Sosil Tresna Werdha Budi Luhur Jambi

No Sarana Dan Prasarana Jumlah


1 Aula 1 Unit
2 Kantor 1 Unit
3 Rumah Dinas 6 Unit
4 Wisma 14 Unit
5 Wisma Tamu 1 Unit
6 Mushalla 1 Unit

40
Dokumentasi, data tujuan dan prinsip pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
41
Dokumentasi, data sarana dan praserana Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
7 Klinik 1 Unit
8 Garasi 2 Unit
Jumlah 27 Unit Bangunan

J. Pelaksanaan Pelayanan Di PSTW Luhur Jambi


Pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada para lansia di UPTD
diupayakan dilakukan dengan sistematis, tearah dan terencana atas dasar
pendekatan pekerjaan sosial dengan maksud meningkatnya kesejahteraan sosial
lansia, dan pelaksanannya dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya :
1. Tahap Penerimaan. Tahap penerimaan meliputi kegiatan identifikasi,
registrasi melalui pengisian formulir bahan seleksi untuk menteapkan
lansia sebagai klien, baik lansia potensial maupun tidak potensial. Hal ini
untuk menentukan jenis pelayanan yang akan diberikan
2. Tahap Pemberian Pelayanan. Tahap pemberian pelayanan, perlu
mempertimbangka spesifikasi dalam pelayanan maupun dalam
penugasan, sumber dan pelayanan yang dapat digunakan, metode yang
dipilih, siapa yang mengerjakan, apa dan kapan, sehingga pelayanan
yang diterima lansia bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.
Salah satu fungsi PSTW merupakan pusat pelayanan kesejahteraan sosial
lansia, maka setiap hari secara rutin UPTD PSTW melaksanakan tugas-tugas
seperti :
1) Menyiapkan dan memantau kamar tidur para klien , agar tetap layak
sebagai kamar tidur Lansia.
2) Menyiapkan konsumsi yang cukup dan bergizi untuk para lansia :
a. Makan 3 (tuga) kali sehari.
b. Minum teh manis / Kopi 2 (dua) kali sehari.
c. Minum susu 2 (dua) kali seminggu.
d. Bubur kacang hijau 2 (dua) kali seminggu.
3) Menyiapkan pakaian harian lebaran serta alat-alat shalat seperti
sajadah, mukena, peci, dan kain sarung, sekaligus pakaian olahraga /
senam lansia.
4) Melaksanaka Perawatan Kesehatan Para Lansia secara :
a) Preventif. Melaksanakan kegiatan olahraga, seperti :
membersihkan lingkungan, jalan pagi, dan senam lansia
sekali seminggu. Bersama puskesmas memeriksa kesehatan
para lansia setiap hari kamis. Mengatur dan membiasakan
para lansia untuk dapat tidur beristirahat secukupnya.
b) Kuratif. Untuk para lansia yang mengalami sakit-sakit ringan,
dapat diberikan pengobatan langsung dengan obat-obat
ringan yang disediakan panti. Bagi lansia yang mengalami
sakit dan memerlukan perawatan / rawat inap, akan dirujuk
ke RSU provinsi, setelah mendapat rekomendasi dari Dokter /
Puskesmas.
5) Melaksanakan dan mengupayakan terselenggaranya shalat secara
berjamaah untuk setiap waktu serta mengadakan pembacaan yasin
setiap malam jum‟at atau tiga malam berturut-turut dan dilengkapi
dengan pembacaan tahlil dan doa, jika ada lansia meninggal dunia.

6) Melaksanakan Bimbingan-bimbingan
a. Bimbingan Sosial. Untuk menciptakan suasana rukun, damai
dan saling sayang dikalangan lansia sebagai warga UPTD
PSTW, maka perlu melaksanakan bimbingan sosial, baik
secara individu maupun kepala kelompok di lingkungan
UPTDNPSTW, dengan harapan dapat membangkitkan rasa
tanggung jawab warga (klien) serta tahu, mau dan mampu
berprilaku sesuai dengan etika pergaulan, yaitu sopan santun
hingga saling menyenangi baik antara sesama lansia, lansia
dengan petugas maupun dengan masyarakat dilingkungan
panti.
b. Bimbingan Mental Spritual. Untuk membiasakan lansia-
lansia di UPTD PSTW melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama yang dianut, maka dilaksanakanlah kegiatan
bimbingan mental spiritual, berupa ceramah-ceramah agama /
pengajian-pengajian bagi lansia yang beragama Islam,
kegiatan ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kadar
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
c. Bimbingan Keterampilan, Pelayanan ini diberikan tidak saja
untuk mengatasi waktu luang, tapi juga untuk meningkatkan
produktivitas sekaligus untuk menambah penghasilan,
apabila lansianya masih potensial yaitu keterampilan
membuat barang-barang kerajinan.
7) Melaksanakan prosesi pemakaman terhadap lansia yang meninggal
dunia, sesuai dengan tata cara agama yang dianut, hal ini dilakukan
apabila keluarga lansia yang meninggal tidak mampu melaksanakan
pemakaman yang dimaksud.
8) Membawa lansia-lansia untuk mengunjungi tempat-tempat wisata,
kegiatan rekreatif ini dimaksudkan menghilangkan kejenuhan.42

K. Daftar nama lansia pada setiap wisma.


Panti Sosil Tresna Werdha Budi Luhur Jambi memiliki setidaknya 14
wisma yang mana disetiap wisma di isi oleh lansia dengan jumlah yang berbeda-
beda serta menyesuaikan dengan kondisi lansia di Panti Sosil Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi.43

42
Dokumentasi, data pelaksanaan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
43
Dokumentasi, data jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
Tabel 2.3
Wisma Satu

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Keterangan


Kela Lahir Masuk Asal Lainnya
min
1 Agus mulyono L 1939 16-02-2006 Bungo -
2 Edwin L 1950 25-07-2011 Jambi -
3 Zulmiadi L 1951 29-12-2009 Jambi -
Jumlah 3 Orang Lansia Laki-Laki

Tabel 2.4
Wisma Dua

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Sawiyyah P 1948 12-08-2008 Jawa Islam
2 Sumini P 1950 25-07-2011 Jambi Islam
3 Siti Qodariah P 1951 29-12-2009 Jambi Islam
Jumlah 3 Orang Lansia perempuan

Tabel 2.5
Wisma Tiga

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Sulaiman L 1950 26-08-1994 Bangko Islam
2 Ahmad HS L 1950 12-02-2012 Jambi Islam
3 Jailani L 1950 01-12-2015 Jambi Islam
4 Idrus Syafei L 1948 12-08-2018 Jambi Islam
5 H. Usman L 1950 25-07-2014 Jambi Islam
6 Ma‟mun L 1943 19-02-2018 Bulian Islam

Tabel 2.6
Wisma Empat

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Nursiam P 1942 07-10-2010 Padang Islam
2 Murah P 1951 08-05-2018 Jawa T Islam
3 Siti Aisiah P 1948 10-01-2006 Jambi Islam
4 Widya Ningsih P 1946 23-07-2010 Jambi Islam
Jumlah 4 Orang Lansia Perempuan

Tabel 2.7
Wisma Lima

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Temu/Temon L 1940 12-09-2012 Jambi Islam
2 Cermain L 1942 11-02-2017 Bahar Islam
3 Untung L 1945 22-10-2015 Bangko Islam
4 Ibrahim L 1946 12-02-2013 Jambi Islam
5 Giman L 1935 25-09-2013 Jawa T Islam
Jumlah 4 Orang Lansia Laki-laki
Tabel 2.8
Wisma Enam

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Tarno L 1942 20-04-2006 Jawa T Islam
2 Ratno L 1945 11-02-2012 Jambi Islam
3 Sidik L 1943 25-10-2008 Palembang Islam
4 Rijal L 1958 29-11-2017 Bungo Islam
5 RD, Ja‟far L 1952 02-06-2010 Jambi Islam
Jumlah 5 Orang Lansia Laki-laki

Tabel 2.9
Wisma Tujuh

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Jufri L 1940 22-10-2008 Padang Islam
2 Rohiman L 1955 01-01-2015 Sei.Gelam Islam
3 Husni Tamrin L 1952 22-11-2017 Jambi Islam
4 M Yusuf L 1947 29-04-2017 Sei.Bahar Islam
5 Mahmuddin L 1935 11-01-2017 Sei.Bahar Islam
Jumlah 5 Orang Lansia Laki-laki

Tabel 2.10
Wisma Delapan

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Sofia Aceh P 1937 27-01-2004 Aceh Islam
2 Aminah Padang P 1951 19-11-2012 Jambi Islam
3 Aminah Bali P 1947 26-10-2015 Jambi Islam
4 Juriah P 1953 22-10-2014 Jawa T Islam
Jumlah 4 Orang Lansia Perempuan

Tabel 2.11
Wisma Sembilan

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Siti Hamidah P 1949 20-07-2017 Jambi Islam
2 Mayuning P 1953 07-10-2015 Jambi Islam
3 Siti Hajar P 1942 05-02-2015 Jambi Islam
Jumlah 3 Orang Lansia Perempuan

Tabel 2.12
Wisma Sepuluh

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Asma P 1942 11-10-2016 Jambi Islam
2 Sahara Aini P 1951 15-11-2016 Jambi Islam
3 Jaharah P 1950 22-01-2018 Tanjab T Islam
Jumlah 3 Orang Lansia Perempuan

Tabel 2.13
Wisma Sebelas

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Sri Wulan P 1948 07-09-2011 Jambi Islam
2 Yanti P 1953 26-10-2016 Bungo Islam
3 Nurjanah P 1951 30-04-2013 Jambi Islam
4 Darwati P 1948 17-06-1995 Padang Islam
5 Masiah P 1949 20-07-2017 Tebo Islam
Jumlah 5 Orang Lansia Perempuan

Tabel 2.14
Wisma Dua Belas

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Arsal Nosma L 1940 16-11-2011 Riau Islam
2 Mukmin L 1941 26-10-2018 Palembang Islam
3 Sarman L 1941 14-03-2016 Jambi Islam
4 Hasan Basri L 1945 27-01-2017 Padang Islam
5 Yosrizal L 1953 07-12-2012 Jambi Islam
Jumlah 5 Orang Lansia Laki-kali

Tabel 2.15
Wisma Tiga Belas

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Indarsih P 1938 05-10-2009 Bungo Islam
2 Puji Astuti P 1953 13-09-2014 Sarolangun Islam
3 Nursyam P 1942 07-10-2010 Padang Islam
4 Khamsiah P 1943 27-01-2012 Jambi Islam
5 Darnis P 1957 05-10-2017 Jambi Islam
6 Siti Nurbaya P 1940 25-10-2007 Jambi Islam
Jumlah 6 Orang Perempuan

Tabel 2.16
Wisma Empat Belas

No Nama Jenis Tahun Tanggal Daerah Agama


Kela Lahir Masuk Asal
min
1 Graece P 1949 23-05-2009 Jambi Kristen
2 Nursam P 1942 29-01-2013 Jambi Islam
3 Sumiaty P 1943 15-02-2013 Bangko Islam
4 Sumirah P 1942 30-12-2013 Jambi Islam
5 Yusriani P 1937 30-09-2013 Jambi Islam
6 Rohana P 1937 31-08-2016 Jambi Islam
7 Juhairah P 1969 02-11-2017 Padang Islam
8 Umiati P 1945 21-11-2015 Jambi Islam
9 Latifah P 1950 28-02-2017 Jambi Islam
10 Khasanah P 1937 29-05-2017 Jambi Islam
Jumlah 10 Orang Perempuan

Dari data tabel tersebut di atas dapat di ketahui bahwa jumlah lansia yang
berada di Panti Sosial Tresna werdha Budi Luhur Jambi berjumlah 71 lansia
dengan rincian 34 perempuan dan 37 laki-laki. Dari jumlah tersebut di atas
terdapat 6 orang llansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup selama
berada di panti sosil tresna werdha budi luhur jambi, kemudian dari 6 orang lansia
yan kehilangan pasagan hidup penulis Cuma mengambil 4 orang narasumber
sebagai sample dalam penelitian ini, adapun keempat sampel yang tersebut di
ambil berdasarkan rekomendasi dari tenaga perawat dan dan pihak panti lainnya.

L. Penanggung Jawab Per Wisma


Pada tiap-tiap wisma staf/pegawai kantor Panti Sosil Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi akan di bagi-bagi untuk menjadi penanggung jawab pada tiap-tiap
wisma. Setiap wisma akan di pertanggung jawabkan oleh staf/pegawai Panti Sosil
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi antara satu sampai dua orang hal ini akan
menyesuaikan dengan kondisi lansia di wisma tersebut. 44

Tabel 2.17
Penanggung Jawab Wisma

NO NAMA PENANGGUNG WISMA KETERANGAN


JAWAB

1 RD. TRI WAHYUDI WISMA SATU 3 Orang Lansia


HELMI VEVRIKON
2 NADYA PRAMESSWARY WISMA DUA 3 Orang Lansia
3 AHMAD FERI WISMA TIGA 6 Orang Lansia
4 NURHAYATI WISMA EMPAT 4 Orang Lansia
EVI NOFRIANTI
5 SYAFRIL. SST WISMA LIMA 7 Orang Lansia
HUSNI TAMRIN VANE
6 AMIRUL KHATAB WISMA ENAM 5 Orang Lansia
BAMBANG. A
7 DONNY S. PULUNGAN WISMA TUJUH 5 Orang Lansia
FITRAH ARYANTO
8 NETTY SINAGA WISMA DELAPAN 5 Orang Lansia
9 ANGGI. K, SST WISMA SEMBILAN 3 Orang Lansia
10 Ns. NURHAYATI, S.Kep WISMA SEPULUH 4 Orang Lansia
11 SUNARTI WISMA SEBELAS 5 Orang Lansia
12 ANSORI WISMA 5 Orang Lansia
DUABELAS
13 SITI ACBARI WISMA TIGA 6 Orang Lansia
SUSILAWATI BELAS
14 FARIDA WISMA EMPAT 10 Orang Lansia
HELDAYANTI BELAS

44
Dokumentasi, data penanggung jawab wisma di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
M. Jumlah Pengurus Panti
Berikut nama dan jabatan sumber daya manusia yang ada di Panti Sosial
Tresna Werdha “Budi Luhur” Jambi berjumlah sebagai berikut:45

Kepala UPTD : Dra. Tri Winarsih


Kasubag TU : M. Yunizar, S.Pd.I
PLT. Kasi PAS : Suandi, SE, ME
PLT. Kasi Pelayanan dan Rehabsos : Wira Monita, SE
Pengolah Makanan : 1. Sunarti
2. Sainah
3. Zubaidah
Pengadministrasian Rehabilitas
Masalah Sosial : Syafril, SST
Pengadmistrasian Umum : Netty Sinaga
Pengelola Keuangan : Nurhayati
Pengelola Fasilitas Sosial dan Umum : Agus Widodo
Pengelola Pelayanan Rehabilitasi Sosial : 1. Farida
dan Lansia 2. Heldayanti
3.Husni Thamrin Pane
Pengelola Pemanfaatan Barang Milik : 1. Ansori
Daerah 2. Raden Tri Wahyudi
Pramu Bhakti : 1. Siti Achbari
2. Fitrah Aryanto
Pengelola Kepegawaian : Ahmad Feri
Pranata Pasukan Pengamanan Dalam : A. Ngadirin, S.Pd
Pengemudi : Helmy Vevrikon
Pengelola Rencana Sosial dan Kesehatan : 1. Susilawati
2. Evi Nopriyanti, S.Kep

45
Dokumentasi, data jumlah pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
2018-2019 pada tanggal 27 oktober 2018
3. Ns. Donny Setiawan. P, S.Kep
4. Ns. Nurhayati, S.Kep
5. Ns.Bambang A , S.Kep
Operator Komputer : Nadya Pramesswary, SH
Pengelola Bimbingan dan Konseling : Amriul Khotob, S.Pd.I
Pekerjaan Sosial : Anggi Karlina Devi, SS

Dari smua jumlah pegawai yang berada di panti sosial tresna werdha budi
luhur jambi, terdapat berbagai macam latar belakang pendidikan, mulai dari
kesehatan, sekolah sosial, pendidikan dan bahkan ada yang hanya tamatan SMA
akan tetapi mereka sudah di lengkapi dengan ketrampilan khusus.
BAB III
SIKAP LANSIA SAAT KEHILANGAN PASANGAN HIDUP

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di alami setiap individu


dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
cendrung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda-
beda. Kehilangan terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di temui,
di raba, diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat distres
misalnya, kehilanghan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita namun demikian, setiap
individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota
keluarga mungkin menyebabkan distres lebih besar dibandingkan kehilangan
sesuatu lainnya. Kehilangan dan kematian adalah realistis yang sering terjadi
dalam rentang kehidupan baik kehilangan pasangan hidup di usia muda ataupun di
usia lanjut. 46
Seseorang diciptakan tuhan tidak untuk hidup sendiri. Seseorang
mnembutuhkan keberadaan orang lain untuk menopang eksistensinya di dunia ini.
Dengan berinteraksi dengan orang lain, kita bisa saling menolong,take and give.
Kebutuhan ini bukan hanya bersifat biologis belaka tetapi juga kebutuhan rohani
seperti perhatian, kasih sayang, cinta dan lain-lain yang bisa di dapatkan oleh
pasangan hidup mereka. Oleh karena itu kebutuhan akan pasangan hidup sangat
berperan penting untuk menjalani kehidupan berikutnya.47

A. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat Dari Keadaaan


Psikologis.
Pada umumnya masalah kehilangan pasangan hidup saat lansia yang di
alami oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi sama seperti
lansia-lansia lain pada umumnya. Dari hasil wawancara, pengamatan, dan
dokumentasi yang dilakukan, penulis menemukan beberapa masalah pada lansia
46
Santrock W.J. Perkembangan Masa Hidup: Edisi Kelima, Terjemahan Achamd
Chusairi dan Juda Damanik ( Jakarta : UI pers ) 79
47
Achmad Mubarraq. Psikologi Qurani(Jakarta : Pustaka Firdaus.2010),
yang kehilangan pasangan hidup saat lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi. Permasalahn yang sangat menonjol adalah perubahan
pada psikologis nya.
Ada banyak faktor yang dapat membuat perilaku sikap seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, salah satu nya adalah hilangnya pasangan hidup baik isteri
yang isteri yang meninggalkan suami ataupun suami yang meninggalkan isteri
atau orang tua meninggalkan anak atau anak meninggalka orang tua.
Kesemuanya itu pasti akan membawa dampak terhadap keberlansungan hidup
orang yang di tingalkan, pada tulisan kali ini penulis akan memfokuskan pada
perubahan sikap yang di alami oleh lansia karena kehilangan pasangan hidup
mereka pada usia lanjut atau lansia. Ada banyak perubahan yang terjadi terhadap
lansia yang di tinggalkan oleh pasangan mereka.
Penjelasan diatas dapat diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan
nenek Asma salah satu lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi. Nenek Asma ini merupakan salah seorang lansia yang paling
terakhir kehilangan pasangan hidup nya jika di bandingkan dengan lansia lainnya
yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Dimana pada
tanggal 28 november 2018 suami dari nenek Asma ini menghembuskan nafas
terakhirnya di RS Abdul Manap Kota Jambi di sebabkan karena penyakit ISPA (
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ).
[Y]a kehilangan pasangan atau suami bagi saya memang sangat membuat saya
merasa kehilangan hal ini di karenakan kersamaan saya dengan suami itu
sudah cukup lama. Susah senang kami lalui bersama. Sampai saat ini saya
masih merasa belum percaya kalau suami saya sudah meninggal dunia. Yang
dahulunya hampir disetiap waktu kami selalu bersama karena mengingat kami
berdua juga tidak mempunyai buah hati untuk menemai hidup kami. Jadi bagi
kami saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu sama lain itu wajib
hukumnya supaya kehidupan kami juga dapat berjalan normal dan penuh
kebahagiaan. Bagi saya kehilangan seorang suami memang banyak membawa
perubahan terhadap kebiasaan hidup saya terutama terhadap keadaaan
psikologis saya. Semasa waktu suami saya masih hidup saya merasa ada
kekuatan lebih yang ada di belakang sehingga membuat saya lebih merasa
aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas dan rutinitas sehari-hari.48
48
Hasil wawancara penulis bersama nenek Asma salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 20 desember
2018.
Pendapat diatas dapat di perkuat dengan salah satu hasil wawancara
penulis terhadap salah satu tenaga perewat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi yaitu Ns. Evi Nofrianti. S,Kep. Dia adalah salah satu dari sekian
orang perawat yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, dan
dia termasuk salah satu tenaga perewat yang paling senior di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi di bandingkan dengan perawat lainnya, sembilan
tahun sudah dia mengabdikan hidupya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi. Karena pengalaman kerja ini lah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan wawancara dengan dia karena ia sudah sangat paham dengan kondisi
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[Y]a itu benar sekali, karena sosok nenek asma ini termasuk salah seorang
lansia yang cukup tertutup dengan lingkungan sekitar dan lansia lainya. Bagi
nenek asma keberadaan suami memang sangat membantu dia untuk mencoba
lebih betah dan lbih menikmati hidup selama di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ini. Mengingat dalam keseharian beliau cenderung tertutup
dengan lansia lainnya, ia lebih banyak menghabiskan hari-harinya di dalam
wisma dan di kamar dengan suaminya, dan kalau pun dia begaul dengan para
lansia lainnya ia cenderung tidak banyak bicara melainkan hanya sekedar
duduk bersma dan hanya ikut mendengarkan pembicaraan yang di lakukan
oleh teman sesama lansia. Tapi setelah meninggalnya sang suami saya melihat
kondisi psikologis nya sanagat terganggu, dia mulai agak jarang ikut
berkumpul bersama lansia lainnya, nenek asma ini sering ber prasangka
terhadap lansia lainnya, ia menganggap kalau lansia di sekitar wisma dia itu
sering bercerita jelek tentang dirinya, dan ini menyebabkan dia merasa sudah
tidak nyaman lagi untuk tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi ini, ia bahkan sering meminta izin keluar tanpa alasan dan tujuan yang
jelas, bahkan ia pernah meminta di pulangkan lagi ke tempat ia berasal yaitu
jambi seberang. 49

Hal serupa juga di rasakan oleh salah seorang lansia lainnya, yaitu nenek
Darwati. nenek Darwati ini juga baru saja kehilangan suaminya yaitu kurang
lebih 12 mei 2018 lalu di Rumah Sakit Umum Radden Mattaher Jambi karena
sering sakit-sakitan akibat usia yang sudah tidak muda lagi. Penulis mencoba
melakukan wawancara dengan nenek Darwati untuk mengetahui lebih jauh

49
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
tentang kondisi psikologis nenek darwati setelah di tinggal oleh sang suami untuk
selamanya.
[Y]a kehilangan pasangan hidup atau suami bagi saya juga sangat membuat
saya terpukul. Waktu ketika suami saya baru saja meninggal dunia saya
merasa sangat kehilangan, bahkan sampai membuat saya merasa tidak punya
arah dan tujuan hidup lagi, akan tetapi lama kelamaan saya mulai
membiasakan diri tanpa seorang suami serta di bantu oleh orang panti (
staf/karyawan ) sehingga alhamdulillah sekarang saya sudah mulai ikhlas
dengan kepergian suami dan sekarang saya sudah menjalani kehidupan normal
lagi.50

Pendapat diatas dapat di perkuat dengan salah satu hasil wawancara


penulis terhadap salah satu tenaga perewat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi yaitu Ns. Evi Nofrianti. S,Kep. Dia adalah salah satu dari sekian
orang perawat yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, dan
dia termasuk salah satu tenaga perewat yang paling senior di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi di bandingkan dengan perawat lainnya, sembilan
tahun sudah dia mengabdikan hidupya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi. Karena pengalaman kerja ini lah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan wawancara dengan dia karena ia sudah sangat paham dengan kondisi
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[B]enar sekali apa yang di katakan oleh nenek darwati itu tadi. Nenek Darwati
ini merupakan salah satu nenek yang cukup aktip di segala bidang yang ada di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini. Waktu ketika suami masih
hidup nenek darwati ini tampak sangat sayang dan bahagia sama suaminya
jadi sangat wajar waktu ketika sang suami meninggal dunia nenek Darwati
sangat kehilangan. Waktu baru-baru si suami meninggal dunia nenek Darwati
ini menunjukkan sikap yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya dan ini
berlansung cukup lama, hingga kami dari pihak perawat dan tenaga konseling
mengambil tindakan berupa memberikan bimbingan khusus terhadap nenek
Dawati ini, dan alhamdulillah kurang dari empat bulan keadan psikologis
nenek Darwati ini sudah kembali membaik dan beliau sudah mulai melakukan
aktivitas seperti biasanya. 51

50
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 09 september 2018.
51
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
Penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang lansia lainya,
lansia yang maksud adalah seorang nenek yang berasal dari pulau jawa bernama
nenek Juriah. Nenek juriah ini masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi ini pada 22 oktober 2014, dia masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi ini bersama dengan suaminya.
[D]i jambi ini saya hanya hidup berdua saja dengan suami, kami tidak punya
keluarga kandung di sini baik saya maupun suami tidak mempunyai saudara
kandung di sini, yang kami punya d jambi ini hanya sebatas kerabat kerja dan
tetangga. Saya dan suami masuk di panti ini yaitu sekitar 4-5 tahun yang lalu.
Saat awal masuk ke panti keadaan suami saya memang sudah sering sakit-
sakitan, karena alasan inilah yang membuat kami di minta untuk tinggal di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini karen melihat keadaan
suami yang sudah sakit-sakitan dan usia kami yang sdah tidak muda lagi dan
tidak mempunyai anak serta keluarga di sini, maka dari itu kami di arahkan
untuk tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini. Kehilang
sosok seorang suami bagi saya memang sangat membuat saya sangat
kehilangan bahkan saya sudah tidak tau apa yang harus saya perbuat dalam
menjalani sisa usia ini. Berdiam diri dan terus berdoa adalah cara terbaik bagi
saya waktu itu dan mengabaikan semua hal yang lainnya. Entah kenapa
setelah suami saya meninggal saya merasa semua orang yg berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini mengalami perubahan sikap
terhadap saya, entah itu Cuma perasaan saya tau memang itu yang terjadi. 52

Pendapat diatas dapat di perkuat dengan salah satu hasil wawancara


penulis terhadap salah satu tenaga perewat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi yaitu Ns. Evi Nofrianti. S,Kep. Dia adalah salah satu dari sekian
orang perawat yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, dan
dia termasuk salah satu tenaga perewat yang paling senior di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi di bandingkan dengan perawat lainnya, sembilan
tahun sudah dia mengabdikan hidupya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi. Karena pengalaman kerja ini lah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan wawancara dengan dia karena ia sudah sangat paham dengan kondisi
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[Y]a nenek juriah ini termasuk salah satu dari beberapa orang lansia yang
kehilangan pasangan hidupnya saat usia lanjut. Pada sekitar setahun yang lalu
suami dari nenek juriah ini meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah

52
Hasil wawancara penulis bersma nenek juriahi salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018.
Radden Mattaher Jambi karena penyakit kolestrol yang di deritanya dari
semenjak tinggal di luar panti. Jadi selama mereka tinggal di luar panti ini
hari-hari nenek juriah mengurus suaminya sembari berjualan sarapan di depan
kontrakan mereka. Karena peroses ini lah yang membuat nenek juriah sangat
terpukul. Karena dia tidak punya anak maka suami lah yang menjadi sosok
yang dia sayang, dan karena sayang yang berlebihan inilah yang membuat
adanya rasa kekecewaan yang sangat mendalam saat suaminya meninggal
dunia. Hal ini membuat kondisi psikologis nenek juriah ini berubah drastis dan
kami dari pihak panti memaklumi itu.53

Pernyataan di atas juga di perkuat dengan wawancara penulis dengan


nenek Aminah Bali. Nenek Aminah Bali ini merupakan kawan satu wisma nenek
juriah dan dia lebih paham terhadap kondisi nenen Juriah Pra kehilangan Sumpai
pasca kehilangan suami berikut pernyataan nenek Aminah Bali.
[N]enek juriah ini memang mengalami perubahan sikap akibat di tinggal oleh
sang suami salah satu nya yang paling tampak jelas adalah keadaaan emosi
nenek juriah yang tak menentu. Terkadang dia santai saat bercerita-cerita
dengan sesama lansia tapi terkadang pula dia akan berubah menjadi sangat
sensitif dan sangat mudah tersinggung, hingga akhirnya kami para lansia
lainnya memutuskan untuk mengurangi pembicaraan ketika berada di dekat
dia. Emosi nya yang tidak menentu ini sering membuat hubungan nenek juriah
dengan lansia lainyya menjadi sedikit renggang.54

Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang lansia


wanita yang kehilangan pasangan, penulis melanjutkan wawancara dengan lansia
pria yang kehilangan pasangan mereka di usia lansia. Penulis memulai
wawancara dari seorang lansia yang berasal dari provinsi sebelah yaitu sumatera
selatan yang lebih tepatnya di Kabupaten Musi Rawas, lansia tersebut bernama
datuk Mu‟min dia termasuk lansia baru yang masuk di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi ini yaitu terhitung sejak tanggal 24 Agustus 2018.
Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan datuk mu‟min.
[U]mur saya sekarang kurang lebih 67 tahun dan saya di tinggal oleh isteri
kurang lebih setahun yang lalu. Isteri saya meninggal dunia karena ia
menderita penyakit diabetes yang sudah lama di derita olehnya. Semasa isteri
saya masih hidup kami berdua tinggal di rumah hasil dari jeri payah kami
selama menikah, di sana kami tinggal bersama seorang anak perempuan kami
53
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
54
Hasil wawancara penulis bersama nenek Aminah Bali di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 23 januari 2018
yang terakhir dan kebetulan juga sudah menikah dan juga punya 2 orang anak.
Semasa isteri saya masih hidup saya merasa kehidupan kami berjalan normal,
dan kalaupun ada masalah yang timbul akibat saya dan isteri semuanya masih
dapat di selesaikan dengan baik. Tapi ketika istri saya sudah meninggal dunia
di situlah saya mulai merasakan ketidaknyamanan berada di rumah tersebut
karena saya merasakan kesepian yang teramat sangat, hal ini di karenakan
anak dan menantu saya dari pagi sudah keluar untuk kerja dan kedua cucu
berangkat sekolah. Di saat seperti inilah saya sangat merasakan kehilangan
sosok seorang istri dan pada saat itu pikiran dan emosi saya memang tidak
menentu hingga saya memutuskan untuk pindah ke rumah salah satu anak
saya yang lainnya.55

Dari hasil wawancara penulis dengan lansia di atas dapat di perkuat


dengan wawancara penulis dengan salah satu perawat yang bekerja di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini. Perawar tersebut bernama Ns. Evie
Nofrianti. S.Kep
[S]etiap lansia memang mempunya respon yang berbeda-beda terhadap
hilangnya pasangan mereka. Seperti ada yang mengalami defresi berat yang
berkelajutan dan ada juga yang merasa kehilangan sewajar nya saja. Semua
nya pasti punya latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari lama waktunya
mereka hidup bersama dan melewati semua masalah bersama dan lain
sebagainya. Terlepas dari itu kami dari pihak Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi bukan berarti lepaskan tangan dengan proses adaptasi dan
mengatasi perubahan psikologis mereka. Kami terus memberikan upaya
memberikan bimbingan khusus bagi mereka yang mengalami hal tersebut.56

B. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat Dari Aktivitas


Sehari-hari.
Dalam psikologis, aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti
fungsi individu dalam interaksinya dengan sekitarnya. Aktivitas psikis adalah
hubungan khusus dari benda hidup dengan lingkungan. Ia menengahi, mengatur
dan mengotrol hubungan-hubungan antara organisme dan lingkungan. Aktivitas
psikis didorong oleh kebutuhan yang diarahkan pada obyek yang dapat
memenuhi kebutuhan ini dan di pengaruhi oleh sistem tindakan-tindakan.
Aktivitas psikis manusia mempunyai suatu ciri atau corak sosial dan di tentukan

55
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018.
56
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019.
oleh kondisi-kondisi kehidupan sosial. Aktivitas psikis manusia bisa eksternal
dan internal.57
Aktivitas psikis ekternal terdiri dari operasi-operasi yang spesifik
manusia dengan obyek-obyek yang ada yang di pegaruhi oleh lengan , tangan,
jari-jari dan kaki. Aktivitas internal berlansung dalam fikiran, dengan
menggunakan tindakan-tindakan mental, di mana manusia beroperasi bukan
dengan obyek-obyek yang ada dan bukan melalui gerakan-gerakan yang fisis,
melainkan dengan gambaran-gambaran dinamisnya. Aktivitas internal ini akan
merencanakan aktivitas eksternal. Ia timbul atas dasar aktivitas eksternal, dan
merealisasikan dirinya melalui aktivitas eksternal.
Pada umumnya lansia memang mengalami perubahan sikap dan aktivistas
dari pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup,
perubahan sikap dan aktivitas lansia yang di maksud antara lain seperti aktivitas
yang biasa ia lakukan sehari-hari.
Penjelasan diatas dapat diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan
nenek Asma salah satu lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi. Nenek Asma ini merupakan salah seorang lansia yang paling
terakhir kehilangan pasangan hidup nya jika di bandingkan dengan lansia lainnya
yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Dimana pada
tanggal 28 november 2018 suami dari nenek Asma ini menghembuskan nafas
terakhirnya di RS Abdul Manap Kota Jambi di sebabkan karena penyakit ISPA (
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ).
[P]ada awal-awal kehilangan suami saya bingung harus berbuat apa lagi untuk
mengisi keseharian saya, untuk itu saya lebih banyak berdiam diri dan
mencoba sesekali ikut berkumpul dan bercerita dengan lansia lainnya.58

Pendapat diatas dapat di perkuat dengan salah satu hasil wawancara


penulis terhadap salah satu tenaga perewat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi yaitu Ns. Evi Nofrianti. S,Kep. Dia adalah salah satu dari sekian

57
Hayati S. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Lansia.(Medan: Tim
Percetakan Universitas Sumatera Utara, 2010) 48
58
Hasil wawancara penulis bersama nenek Asma salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 20 desember
2018.
orang perawat yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, dan
dia termasuk salah satu tenaga perewat yang paling senior di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi di bandingkan dengan perawat lainnya, sembilan
tahun sudah dia mengabdikan hidupya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi. Karena pengalaman kerja ini lah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan wawancara dengan dia karena ia sudah sangat paham dengan kondisi
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[P]enjelasan yang di sampaikan oleh nenek Asma ini memang sebuah
penjelasan yang memang pernah ia alami dulu. Semasa suami nya masih
hidup dulu nenek asma ini selalu mengikuti setiap kegiatan yang di
laksanakan oleh pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi maupun
dari pihak luar seperti donatur Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
yang sering mengadakan acara di dalam dan di luar panti seperti syukuran dan
lain sebagainya. Hampir setiap kegiatan itu selalu di ikuti oleh nenek asma ini,
akan tetapi setelah meninggalnya si suami dia cendrung hidup bermalas-
malasan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Ia beralasan karena lansia lainnya
sering membicarakannya , jadi nenek asma ini merasa tidak nyaman lagi
berada satu kelompok dengan lansia lainnya. Hal ini lah yang membuat
keseharian ataupun aktivitas nenek asma ini berubah drastis dari pra
kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup.59

Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan lansia lainya ia


adalah seorang lansia yang sudah cukup lama berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi ini. Ia adalah nenek Darwati berasal dari Sumatera
Barat, berbeda dengan nenek asma, nenek darwati ini memiliki pengalaman yang
jauh berbeda dengan nenek asma dari pra kehilangan pasangan hidup hingga
pasca kehilangan pasangan hidup. Berikut penjelasan lansung dari nenek darwati
tentang sikap lansia saat kehilangan pasangan hidup di lihat dari aktivitas sehari-
hari.
[P]ada saat meninggal nya suami pasti setiap orang akan mengalami dampak
yang luar biasa terhadap keberlansungan hidupnya, entah itu lansia maupun
orang yang masih tergolong pada usia dewasa semuanya akan merasakan
kehilangan yang luar biasa. Terlepas dari itu, semua kembali kepada indivudu
kita masing-masing tentang bagaimana cara menyikapi akan hilangnya
pasangan hidup kita, terus terang saya juga sangat merasakan kehilang dan
sempat mempengaruhi pikiran saya, akan tetapi saya tidak terlalu larut dalam

59
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019
kesedihan yang tak berujung ini. Dari pra kehilangan pasangan hidup hingga
pasca kehilangan pasangan itu tidak terlalu mempengaruhi aktivitas
keseharian saya, hanya saja saya sesekali masih teringat akan suami dan itu
cukup mengganggu pikiran saya dalam melakukan aktivitas keseharian.60

Berangkat dari penjelasan nenek Darwati ini, penulis melanjutkan


wawancara dengan seorang perawat yang mengontrol aktivitas para lansia
wanita, perawat yang di maksud adalah Ns. Evi Nofrianti. S,Kep. Setelah hasil
wawancara penulis bersama nenek darwati penulis sampaikan ke perawat Ns. Evi
Nofrianti. S.Kep berikut tanggapan dari dia.
[N]enek darwati ini termasuk salah satu nenek inspiratif di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi ini. Selain karena dia sangat aktif selama berada di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini dia juga sering membantu
lansia lainnya yang membutuhkan pertolongan bahkan sampai sekarang dia
dengan senang hati membantu nenek ....... dalam aktivitas sehari-hari, karena
nenek ......... tidak dapat melihat dan nenek darwati lah yang selalu membantu
dia. Dan setelah meninggalnya suami nenek darwati menjalini aktivitas seperti
biasanya. Dapat di simpulkan bahwasanya aktivitas nenek darwati ini dari pra
kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup tidak
terlalu berubah signifikan.61

Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan nenek juriah dan


berikut ini hasil wawancara penulis bersama nenek juriah.
[A]ktivitas saya dari pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan
pasangan hidup saya rasa tidak jauh berbeda, hanya saja orang-orang di sekitar
saya banyak dari mereka yang berkata-kata jelek tentang saya, bahkan banyak
di antara mereka yang menyebutkan kalau saya orangnya menjadi lebih kasar
dan angkuh dalam menjalani aktivitas sehari-hari selama berada di panti Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini. Untuk itu sekarang saya merasa
lebih baik mengurangi waktu untuk bebaur dengan lansia lainnya.62

Untuk memperkuat data yang di berikan oleh nenek juriah penulis


melakukan wawancara dengan seorang lansia yang berada satu wisma dengan
nenek juriah, lansia yang di maksud adalah nenek Darwati. Karena berdasarkan
pengakuan dari beberapa lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
60
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 09 september 2018.
61
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019
62
Hasil wawancara penulis bersma nenek juriah salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018.
Luhur Jambi, kalau nenek Darwati ini termasuk salah satu lansia yang tau banyak
tentang nenek Juriah ini, ungkapan tersebut cukup beralasan mengingat nenek
Darwati sudah cukup lama berada satu wisma dengan nenek juriah ini. Berikut
hasil wawancara penulis bersama nenek darwati.
[M]emang aktivitas yang yang di lakukan oeh nenek juriah ini dari pra
kehilangan pasanagan hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup tanpak
cukup bebeda, aktivitas yang paling tampak adalah seperti berkurangnya
nenek juriah untuk berinteraksi dengan lansia lainnya, bahkan dengan saya
sendiri dia sudah lebih tertutup dari biasanya. Perubahan aktivitas sehari-hari
yang paling tampak menurut saya adalah berkurangnya minat untuk bergaul
dengan lansia lainnya.63

Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara bersama lansia lainnya,


lansia tersebut bernama datuk mu‟min, dan berikut hasil hasil dari wawancara
penulis bersama datuk mu‟min.
[P]erubahan kebiasaan aktivitas sehari-hari sebagai akibat imbas dari
hilangnya pasangan hidup bagi saya itu hal yang sangat wajar. Bahkan saya
sendiri juga merasakan perubahan aktivitas sehari-hari tersebut di antaranya
adalah semenjak meninggalnya isteri saya merasa bahwa saya sangat
membutuhkan kawan hanya untuk sekedar di ajak untuk mengobrol dan
bercerita-cerita sembari mengisi waktu luang saya, untuk itu saya lebih suka
mengahibiskan waktu dengan cara berkeliling-keliling di sekitar rumah untuk
mencari kawan.64

Dan untuk mengambil kesimpulan dari semua data dari hasil wawancara
penulis dengan para lanisa, penulis melanjutkan melakukan wawancara kepada
seorang staf di kantor Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi yang
sekaligus juga menjabat sebagai pembimbing agama untuk seluruh lansia muslim
yang berada pada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, pembimbing
tersebut bernama Amirul Khotob. S,Pd I. Dan berikut hasil wawancara penulis
dengan pak Amirul Khotob.
[M]emang benar apa yang di jelaskan oleh para lansia itu sudah berdasarkan
pengalaman yang mereka rasakan, lansia yang di tinggal mati oleh pasangan
mereka memang akan menunjukkan emosi yang sangat jauh berbeda dengan

63
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018
64
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018
kebiasaan yang mereka lakukan saat pasangan mereka masih hidup. Namun
hal ini tidak berlansung lama, karena kami selaku pengurus sekaligus
penanggung jawab para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi akan melakukan tindakan awal yaitu berupa bimbingan yang sangat
intens kepada lansia yang bagi kami mengalami trauma atau gangguan
psikologis akibat di tinggal mati oleh pasangan, adapun jenis bimbingan yang
kami berikan yaitu seperti bimbingan konseling dan bimbingan agama, namun
di sini kami lebih mengutama bimbingan agama yang akan kami berikan
kepada lansia, karena berdasarkan pengalaman yang telah kami dapat selama
di berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini bimbingan
agama atau bimbingan rohani jauh lebih efektif di bandingkan dari semua
jenis bimbingan lainnya. 65

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan kepada lansia


yang mengalami kehilangan pasangan pada usia lanjut serta wawancara dengan
perawat dan pembimbing maka dapat di simpulkan bahwa pengalaman masa lalu
serta kurangnya persiapan menghadapi kehilangan pasangan hidup menjadi
faktor utama yang menjadi penyebab munculnya masalah akibat kehilangan
pasangan hidup pada lansia.

C. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat Dari Hubungan


Sosial.
Hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu
dengan individu lainnya, saling mempengaruhi dan di dasarkan pada kesadaran
untuk saling menolong. Hubungan sosial juga sering di sebut sebagai interaksi
sosial. Interaksi sosial adalah peroses saling mempengaruhi diantara dua orang
lain atau lebih. Seseorang melakukan hubungan sosial secara naluri dan didorong
oleh beberapa faktor. 66
Lansia pada dasarnya adalah merupakan jejaring hubungan sosial antar
individu yang hidup dalam sistem sosial yang menamai dirinya sebagai
kelompok sosial yang hidup dalam lingkungan yang sama. Relasi sosial yang di
bangun antar individu selalu melibatkan interaksi yang saling mempengaruhi

65
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
66
Carolina Nitimiharjo, Psikologi Sosial.( bandung : Koperasi Mahasiswa STKS. 1991 )
81
satu sama lain, hubungan sosial yang demikian aka melibatkan pengaruh timbal
balik antar individu. Salah satu cara yang paling mudah untuk memahami
definisi hubungan sosial adalah dengan mengidentifikasi bentuk-bentuknya.
Secara intuitif, kita sudah mengeti bahwa hubungan sosial terdiri dari berbagai
macam bentuk, sebagai contoh, coba kita berfikir tentang hubungan kita dengan
sesama teman. Dalam berteman, tak jarang akan muncul konflik dan tak jarang
pula akan muncul kerja sama untuk menyelesaikan masalah. Hal itu menandakan
bahwa terdapat bentuk hubungan sosial yang berbeda. Konflik dan kerja sama
adalah dua bentuk hubungan sosial yang berbeda.
Lansia akan lebih mudah melakukan hubungan sosial dengan teman
sebaya atau sesama lansia. Karena dalam kelompoknya tersebut lansia merasa
tidak dikendalikan oleh nilai-nilai yang di buat. Nilai-nilai yang berada di dalam
kelompok tersebut adalah nilai-nilai yang sesuai dengan kondisisnya. Dengan
begitu lansia akan lebih mudah melaukan hubungan sosial dengan kelompoknya.
Karena hubungan sosial yang di alami dan di jalani oleh para lansia dari
pra kehilangan pasangan hidup hingga pasca kehilangan lebih banyak di ketahui
oleh tenaga perawat dan pembimbing mereka karena tenaga perawat dan
pembimbing itu sudah melakukan perawatan dan bimbingan sejak lama dan
mereka lebih mengetahui karakteristik hubungan sosial lansia dari pra kehilangan
pasangan hidup hingga pasca kehilangan. Oleh karena itu pada poin ini penulis
hanya melakukan wawancara dengan perawat dan pembimbing lansia itu saja,
dan berikut pernyataan perawat.
[H]ubungan sosial yang di alami oleh para lansia dari pra kehilangan pasangan
hidup hingga pasca kehilangan pasangan hidup memang mengalami banyak
perubahan. Akan tetapi perubahan yang mereka alami ini cenderung beragam
dan berbeda antara satu lansia dengan yang lainya. Adapun paktor penyebab
keberagaman adalah pengalaman masa lalu ketika mereka masih hidup
bersama.67

67
Hasil wawancara penulis bersama ibu Ns. Evie Nofrianti. S.Kep salah satu perawat di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 30 januari 2019
D. Sikap Lansia Saat Kehilangan Pasangan Hidup Dilihat Dari Keadaan
Spritual/religiusitas Serta Ketaatan Beribadah.
Spritualitas dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan
dengan spirit, sesuatu yang spritual memiliki kebenaran yang abadi yang
berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering di bandingkan dengan sesuatu
yang berifat duniawi, dan sementara, didalamnya mungkin terdapat kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural seperti dalam agama, tetapi memiliki penekanan
terhadap pengalaman pribadi. Sementara religiusitas adalah kedalaman
penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinan terhadap adanya tuhan yang di
wujudkan dengan mematuhi segala perintah yang di suruh serta menjauhi segala
larangan yang di minta dengan keihlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga.
Spritual merupakan aspek yang di dalamnya mencangkup aspek-aspek
lain, yaitu fisisk, psikologis dan sosial. Spritualitas merupakan hubungan yang
memilii dua dimensi yaitu antara dirinya, orang lain dan lingkungan sekitarnya,
serta dirinya dengan tuhan. Spritualitas merupakan hubungan yang memiliki
dimensi-dimensi yang berupaya menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan
dunia luar, menghadapi stres emosional, penyakit fisik dan kematian, spritualtas
lansia yang sehat dapat membantu lansia dalam menjalani kehidupannya dan
mempersiapkan diri kehilangan pasangan hidup mereka dan kematian mereka
sendiri.68
Keadaan spritual yang telah di persiapkan dengan baik akan dapat
membantu lansia menghadapi kenyataan hidupnya, serta berpartisipasi dalam
hidup, merasa memiliki harga diri dan dapat menerima kematian baik dirinya
maupun pasangan mereka sebagai sesuatu ketentuan yang telah di takdirkan oleh
tuhan yang maha kuasa dan tidak dapat di hindari oleh setiap makhluk hidup.
Adapun faktor yang mempengaruhi spritualitas pada lansia adalah pertimbangan
tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, agama dan
pengalaman hidup sebelumnya. 69

68
Qomaruddin hidayat. Psikologi kematian”mengubah ketakutan menjadi optimisme”.(
Jakarta :PT. Mizan Publika ) 45
69
Qomaruddin hidayat. Psikologi kematian”mengubah ketakutan menjadi optimisme”.(
Jakarta :PT. Mizan Publika ) 76
Berdasarkan hasil wawancara penulis di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi dengan beberapa orang lansia yang menurut penulis masih sangat
keoperatif saat di wawancara sebagian besar dari lansia tersebut selalu mengikuti
setiap kegiatan kerohanian yang di adakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi termasuk bimbingan rohani yang di lakukan setiap selasa pagi di
mushalla Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Meskipun mereka
sudah sering mengikuti pengajian yang di adakan oleh pihak Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi beberapa lansia menyatakan perasaan takutnya jika
meninggal dunia maupun kehilangan pasangan bagi mereka yang masih memiliki
pasangan hidup yang masih berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi
Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan para lansia tentang
spritualiatas/religuitas merekan pasca kehilangan pasangan hidup. Berikut ini
adalah hasil wawancara penulis bersama nenek Asma.
[B]agi saya kehilangan suami atau pasangan hidup tidak teralu berpengaruh
terhadap ketaatan beribadah saya. Hanya saja semenjak suami saya meninggal
entah kenapa minat dan ketaatan beribadah saya sedikit menurun. Ketika
suami saya masih hidup saya masih merasakan malu kepada suami kalau tidak
melakukan kewajiban kepada allah SWT, tapi semenjak suami saya meninggal
dunia saya sudah tidak ada lagi yang menegur saya ketika tidak taat
beribadah.70

Setelah mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh nenek asma


selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan pembimbing agama mereka
yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi yaitu abang
Amirul Khotob. S,Pd I. Dan berikut adalah hasil wawancara penulis dengan
pembimbing agama di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
[N]enek asma ini adalah satu dari beberapa lansia yang termasuk pada
kategori lampu kuning kalau menyangkut soal ibadah. Semasa suaminya
masih hidup nenek asma ini juga sudah sangat jarang datang ke mushalla
untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu berjamaah. Kami selaku
pembimbing agama sudah sangat sering untuk mengajak nenek asma ini untuk
ikut sholat berjamaah di mushalla bahkan tidak jarang juga kami sering

70
Hasil wawancara penulis bersama nenek Asma salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Pada Tanggal 20 desember
2018.
menceramahi nenek asma ini secara personal dengan tujuan agar tergugah
hatinya untuk datang dan ikut melaksanakan ibadah shalat lima waktu
berjamaah, tentunya kami ounya cara tersendiri untuk mengajk lansia untuk
datang berjama‟ah ke mushalla. Karena kami di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ini rutin dalam setiap datang waktu masuk shalat mushalla
akan ada jama‟ah lansia lainnya yang datang ke mushalla, artinya di mushalla
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi ini setiap waktu shalat masuk
kami selalu mengadakan shalat berjamaah.71

Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan lansia lainyya yaitu


nenek Darwati, dan berikut adalah hasil wawancara penulis dengan nenek
darwati.
[S]etelah di tinggal oleh suami, saya memang merasakan suatu perubahan
dalam ketaatan dan kehusuan dalam melakukan ibadah dan kewajiban kepada
allah SWT, ya boleh di bilang kehilangan suami membawa sebuah kemajuan
saya dalam beribadah. Ada banyak faktor penyebab kenapa itu semua bisa
terjadi salah satunya tidak ada lagi hal lain yang harus saya fikirkan lagi saat
melakukan ibadah. 72

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan lansia berikutnya


yaitu nenek juriah, dan berikut hasil wawancara penulis dengan nenek juriah.
[D]i tinggal mati oleh suami tidak begitu terpengaruh pada ketaatan beribadah
saya, karena saya merasa tidak ada lagi tempat saya mengadu kecuali kepada
allah SWT, sewaktu suami saya masih hidup ibadah shalat lima waktu tetap
saya lakukan di mushalla walaupun suami saya harus di tinggal di dalam
kamar karena sakit, dan setelah suami saya meninggal dunia aktivitas shalat
lima waktu berjamaahpun masih tetap saya lakukan, bahkan saya merasa jauh
lebih fokus dan khusu‟ dalam sholat karena tidak yang saya pikirkan lagi
seperti saat suami saya masih hidup.73

Setelah melakukan wawancara dengan nenek juriah, penulis melanjutkan


melakukan wawancara dengan lansia lainnya, lansia yang di maksud adlah datuk
mu‟min, dan berikut hasil wawancara penulis bersama datuk mu‟min.
[S]etelah di tinggal mati oleh isteri, sama sama sekali tidak mengalami
perubah dalam melakukan ibadah karena sewaktu isteri masih hiduppun saya

71
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
72
Hasil wawancara penulis bersma nenek Darwati salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 09 september 2018
73
Hasil wawancara penulis bersma nenek juriah salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 september 2018
sudah terbiasa melakukan semua kegiatan itu sendiri karena isteri saya yang
sakit. Boleh di simpulkan bahwa kehilangan isteri tidak berpengaruh terhadap
ketaatan beribadah saya kepada allah SWT.74

Dan setelah melakukan wawancara dengan para lansia, penulis


melanjutkan wawancara dengan pembimbing agama di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi, dan berikut pernyataan dari bang Amirul Khotob,
S,Pd,I selaku pembimbing agama di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.
[D]i Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi kami tidak mewajibkan
setiap lansia untuk selalu aktif melakukan shalat berjamaah lima waktu di
mushalla, ini karena mengingat kondisi kesehatan lansia yang tidak menentu,
akan tetapi apabila ada kegiatan penyuluhan agama atau bimbingan rohani
kami selalu meminta lansia untuk datang mengikutu kajian tersebut.75

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan semua pihak yang


terlibat dalam keseharian lansia di panti sosial tresna weerdha budi luhur jambi
dapat di simpulkan bahwa setiap lansia mengalam dampak yang berbeda-beda
dari imbas hilangnya pasangan hidup mereka, ada yang mengalami perubahan
secara signipikan ada pula lansia yang lebih ihklas kehilangan pasangan mereka,
semua itu tergantung dari keadaan psikologis dan tingkat keimanan lansia itu
sendiri dalam memaknai kehilangan itu sendiri.

74
Hasil wawancara penulis bersma datuk Mu‟min salah satu lansia yang kehilangan
pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 14 desember 2018
75
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
BAB IV
PENANGGULANGAN DAMPAK HILANGNYA PASANGAN HIDUP

A. Penanggulangan dari Dampak Hilangnya Pasangan Hidup Pada Lansia.


Kehidupan lansia, tentu tidak lepas dari permasalahan-permasalahan
yang terjadi hingga saat ini salah satunya adalah terjadinya degradasi nilai-nilai
dan norma dalam penanganan lansia dari berbagai masyarakat yang kurang
respect terhadap lansia. Hal ini terjadi karena memang sebagian masyarakat
mengangap bahwa lansia hanyalah penambah beban dalam keluarga. Tidak
sedikit juga masyarakat lebih memilih membawa lansia ke panti jompo seperti
yang terjadi pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi saat ini.
Penanggulangan merupakan suatu upaya yang di laksanakan untuk
mencegah, menghadapi atau mengatasi suatu keadaan mencangkup aktivitas
preventif. Sedangkan penanggulangan yang di maksud dalam hal ini adalah
upaya untuk mengatasi segala macam permasalahan yang di alami oleh para
lansia sebagai dampak hilangnya pasangan hidup pada mereka.
Adapun bimbingan yang secara umum di berikan kepada lansia sebagai
langkah awal untuk pencegahan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Bimbingan Sosial.
Untuk menciptakan suasana rukun, damai dan saling sayang
dikalangan lansia sebagai warga UPTD PSTW, maka perlu melaksanakan
bimbingan sosial, baik secara individu maupun kepala kelompok di
lingkungan UPTD PSTW, dengan harapan dapat membangkitkan rasa
tanggung jawab warga (klien) serta tahu, mau dan mampu berprilaku sesuai
dengan etika pergaulan, yaitu sopan santun hingga saling menyenangi baik
antara sesama lansia, lansia dengan petugas maupun dengan masyarakat
dilingkungan panti.
Setiap hari rabu akan di adakan kegitan yang mereka sebut dinamika
kelompok. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih individu yang memiliki hubungan psikolois secara jelas
antara anggota satu dengan yang lainnya dan berlansung dalam situasi yang
dialami. Dalam dinamika kelomok ini nantinya semua lansia yang masih
sanggup untuk duduk akan di minta datang ke gedung AULA Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi untuk mengikuti dinamika
kelompok ini, lansia akan di minta untuk berjalan sendiri datang ke AULA
dengan tujuan supaya lansia aktif untuk bergerak. Kemudian khusus bagi
lansia yang tidak bisa datang sendiri nantinya mereka akan di bantu oleh
pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi dan di bimbing
menuju ke AULA. Pada hari jum‟at seluruh lansia akan di minta untuk
membersihkan pekarangan wisma mereka masing, nantinya lansia akan di
bantu oleh staf kantor Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi.
2. Bimbingan Medis, Mental dan Spritual
Untuk membiasakan lansia-lansia di UPTD PSTW melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama yang dianut, maka dilaksanakanlah kegiatan
bimbingan mental spiritual, berupa ceramah-ceramah agama / pengajian-
pengajian bagi lansia yang beragama Islam, kegiatan ini, dimaksudkan
untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Pada hari senin semua lansia yang aktif dan sanggup untuk berjalan
mereka akan di arahkan untuk datang ke poliklinik untuk memeriksa
kesehatan, di poliklinik sudah menunggu seorang dokter dan perawat dari
puskesmas kota baru. Lansia memang sengaja di arahkan datang sendiri ke
poliklinik dengan cara berjalan kaki, hal ini di maksudkan sepaya lansia
terus aktif bergerak dan berjalan kaki dengan tujuan supaya lansia tidak
bermalas-malasan di kamar mereka masing-masing. Kemudian khusus
untuk lansia yang sakit dan tidak sanggup lagi untuk berjalan ke poliklinik
nantinya mereka akan di datangi oleh dokter dan perawat untuk memeriksa
kondisi kesehatan mereka setelah semua lansia yang datang ke poliklinik
selsai di periksa.
pada hari selasa semua lansia di minta untuk datang ke Mushalla
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi hal ini untuk mengikuti
bimbingan rohani yang di adakan setiap hari selasa oleh pihak Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi, adapun pendamping yang di
datangkan untuk memberi bimbingan rohani adalah orang-orang utusan dari
Kementrian Agama Provinsi Jambi. Kegiantan seperti ini berlansung
sepanjang tahun dan pemateri selalu di ganti setiap minggunya. Hal ini
dimaksudkan supaya lansia tiak merasa bosan dan bersemangat untuk
mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut.
Setiap hari kamis lansia akan di cek lagi kesehatan mereka, semua
lansia yang aktif dan sanggup untuk berjalan mereka akan di arahkan untuk
datang ke poliklinik untuk memeriksa kesehatan, di poliklinik sudah
menunggu seorang dokter dan perawat dari puskesmas kota baru. Lansia
memang sengaja di arahkan datang sendiri ke poliklinik dengan cara
berjalan kaki, hal ini di maksudkan sepaya lansia terus aktif bergerak dan
berjalan kaki dengan tujuan supaya lansia tidak bermalas-malasan di kamar
mereka masing-masing. Kemudian khusus untuk lansia yang sakit dan tidak
sanggup lagi untuk berjalan ke poliklinik nantinya mereka akan di datangi
oleh dokter dan perawat untuk memeriksa kondisi kesehatan mereka setelah
semua lansia yang datang ke poliklinik selsai di periksa.
Pada hari sabtu seluruh lansia kembali di minta datang ke AULA
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi untuk mengikuti senam
pagi, senam ini sendiri di maksudkan supay lansia dapat terus aktif
bergerak-gerak ringan dan tidak memberatkan lansia itu sendiri. Aktivitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bubar dan tetap segar karena
melatih tulang agar tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh
dan senam ini sendiri juga di ikuti oleh seluruh staf kantor Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi.
Serta pemberian pemahaman mereka tentang kehilangan akan
kematia seperti yang telah di jelaskan oleh Allah SWT alam Q.S Al-Jumuah
ayat : 8
           

       

"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka


Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".76( Q.S
Al-Jumuah:8)

3. Bimbingan Keterampilan, Pelayanan ini diberikan tidak saja untuk


mengatasi waktu luang, tapi juga untuk meningkatkan produktivitas
sekaligus untuk menambah penghasilan, apabila lansianya masih
potensial yaitu keterampilan membuat barang-barang kerajinan.

Pada hari minggu semua kegiatan harian yang biasanya dilakukan di


hari-hari lain di liburkan semua. Karena mengingat dari hari senin sampai sabtu
setiap lansia selalu ada kegiatan di setiap paginya, maka dari itu dibuatlah hari
minggu menjadi hari libur para lansia panti.
Dari semua kegiatan yang lansia lakukan dari hari senin sampai hari
sabtu, semua kegiatan itu berlansung pagi hari, adapun siang hari lansia
dipersilahkan untuk beristirahat kembali. Adapun berlansungnya kegiatan
harian tersebut dari jam 08:00 WIB setelah staf kantor apel pagi hingga pukul
11:30 siang, bahkan ada yang hanya sampai pukul 09:45 WIB, karena pada
setiap kegiatan yang mereka lakukan tidak pernah mereka menerapkan sistem
watktu untuk selesai melainkan hanya mengacu pada lama kegiatan itu
berlansung.77
Kemudian lansia juga mempunya kegiatan lainya yaitu refreshing di
teman-taman serta tempak rekreasi lainnya yang berada di kota jambi, kegiatan

76
Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Lajnah Pentashihan
mushaf al- Qur‟an, 2009), 442
77
Dokumentasi, data bentuk kegiatan harian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi 2018-2019 pada tanggal 27 0ktober 2018.
ini dilakukan setiap empat bulan sekali. Kegiatan ini maksudkan supaya lansia
yang masih kuat dan sehat tidak terlaru suntuk karena berada di dalam
lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi terus, oleh karena
itu maka di adakan lah kegiatan refreshing setiap empat bulan sekali.
Maka dari hasil pengumplulan data tentang kegiatan harian yang di
lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, penulis ingin lebih
jauh lagi mengetahui akan efektivitas dari kegiatan tersebut dalam
menangulangi rasa kehilangan dan kejenuhan yang di alami oleh lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi tersebut. Untuk itu penulis
mengadakan wawancara kembali mengenai kegiatan tersebut kepada
pembimbing mereka, dan berikut hasil wawancara penulis.
[K]egiatan harian yang kami lakukan ini memang bertujuan untuk
mengilangkan rasa jenuh dan bosan bagi para lansia di sini, akan tetapi
efektif atau tidaknya itu di kembalikan di individu mereka sendiri, karena
ada beberapa dari mereka mengatakan bahwa kegiatan harian ini sangat
bermanfaat bagi mereka, dan ada bebrapa lagi di antara lansia yang
mengatakan bahwa kegiatan ini kurang bermanfaat melainkan hanya
mengganggu istirahat para lansia saja, akan tetapi tidak berhenti di situ
saja, kami terus mengembangkan bentuk dan jenis kegiatan lainnya yang
bias di terima oleh semua lanisia.78

Pada masalah lainnya yang umumnya nya hadapi oleh setiap lansia
adalah penurunan fungsional, dalam masalah ini lansia yang berumur sudah
lebih dari 60 tahun tentu secara alami mengalami perubahan pada bentuk fisik
dan kesehatan, seiring dengan berjalanya waktu akan terjadi penurunan dari
segala fungsional yang ada, dan salah satu yang tidak dapat di pungkiri adalah
meninggal dunia. Meninggalnya pasangan hidup tentunya akan membawa
dampak yang sangat besar bagi keberlansungan hidup lansia yang di tinggal mati
oleh pasangannya salah satunya akan berdampak pada keadaan psikologis,
perubahan sikap terhadpa lingkungan sekitar dan perubahan segala bentuk
aktivitas sehari-hari dari pra meninggalnya pasangan hidup mereka hingga pasca
hilangnya pasangan hidup.

78
Hasil wawancara penulis bersmapak Amirul Khotob.S,Pd I seorang pembingbing lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 januari 2019
B. Sistem dan Bentuk Layanan Bimbingan Yang di Berikan Kepada Lansia
Yang Kehilangan Pasangan Hidup.
Proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri
dan lingkungan nya. Istlah bantuan dalam bimbingan tidak di artikan sebagai
bantuan material seperti uang, hadiah, sumbangan dan lain sebagainya,
melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi dan
bagi individu yang mendapatkan bimbingan. Bimbingan merupakan suatu proses
yang mengandung pengertian bahwa bimbingan merupakan seatu kegiatan yang
berkesinambungan, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Dalam proses
bimbingan, pembimbing tidak akan memaksakan kehendaknya sendiri, akan
tetapi ia akan berperan sebagai fasilotator perkembangan individu. Dalam
bimbingan yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.79
Adapun bimbingan yang secara umum di berikan kepada lansia sebagai
langkah awal untuk pencegahan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Bimbingan Sosial yang di berikan UPTD PSTW meliputi pelayanan
social dasar, ( makan, pakain, tempat tinggal yang layak, dan
kesehatan), pelayanan teknis dan penyaluran bantuan social. Namun
pihak dari lansia itu kurang menjaga kebersihan peralatan makan
mereka.
2. Bimbingan Mental Spritual. Seperti memberikan bimbingan khusus
kepada lansia yang benar-benar membutuhkan.
3. Bimbingan Keterampilan, sperti di adakannya pelatihan mengayam bagi
seluruh lansia dengan tujuan supaya mereka tidak merasa jenih di panti
ketika kegiatan sedang kosong.

79
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah ( jakarta:
rineka Cipta, 1991 ), 4
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan bab, sub bab yang telah penulis uraikan tentang Dampak
Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia Studi Kasus Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, yaitu penyampain kesimpulan sebagai berikut.
1. Sikap lansia saat kehilangan pasangan hidup. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi di
ketahui bahwa faktor penyebab perubahan sikap yang terjadi pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi sebagai dampak hilangnya
pasangan hidup yaitu : Pertama, faktor individu lansia itu sendiri, dimana
kontrol diri dari lansia tersebut kurang, serta lambannya dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Kedua, kurangnya persiapan pada lansia akan
kehilangan pasangan mereka, kematian itu adalah sebuah hal yang pasti
akan datang pada setiap hamba dan mahkluk yang berada di bumi allah,
bahkan dalam beberapa riwayat di sebutkan bahwa tidak ada yang lebih
dekat dengan kalian wahai anak cucu adam kecuali kematian, maka dari
itu sepatutnya lah kita harus biasa mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Ketiga, faktor lingkungan. Dan adapun jenias-jenis perubahan sikap yang
dialami oleh lansia itu sendiri adalah seperti, berubahnya cara
berhubungan dengan lingkungn sekitar, perubahan aktivitas sehari-hari,
ketaatan beribadah dan jenis kegiatan social lainya.
2. Penanggulangan dari dampak hilangnya pasangan hidup pada lansia
Adapun bimbingan yang secara umum di berikan kepada lansia sebagai
langkah awal untuk pencegahan secara umum adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan Sosial
b. Bimbingan Mental Spiritual
c. Bimbingan Keterampilan
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan skripsi yang penulis susun mengenai Damapak Kehilangan
Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia ( studi kasus Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi ) maka penulis memberikan saran-saran guna untuk
meningkatkan mutu pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi dan meningkatkan kerja sama yang solid antara lansia dengan pembimbing
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dan di lakukan oleh tenaga
pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi adalah sebagai
berikut:
1. Menjalin adanya kerja sama antara lansia dengan pihak Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi dengan cara lansia harus lebih
kooperatif lagi dalam menyampaikan semua keluhan yang mereka alami
serta menceritakan ketakutan dan kekhawtiran yang mereka rasakan
2. Menambah tenaga pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi guna untuk supaya lebih menjangkau lagi serta dapat
menyerap dengan baik setiap keluhan yang di alami oleh lansia.
3. Meningkatkan kualitas pembimbing di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi dengan cara mengikuti berbagai pelatihan dan training, yang
berhubungan dengan bimbingan terhadap lansia.
4. Lansia dan pembimbing harus benar-benar terbuka antara satu dengan
yang lainnya, jangan ad jarak yang membuat lansia enggan untuk
bercerita.
5. Pembimbing harus lebih sering mengidentifikasi setiap lansia sebagai
bentuk preventif dalam timbulnya masalah yang di alami oleh setiap lansia
yang berada di bawah naungan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan


mushaf al- Qur‟an, 2009
Mujib Abdul, Nuansa-NuansaPsikologiIslam : jakarta PT Raja Grapindo Persada
2002
Abbas, Komalia. Penyesuain Diri Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Di Panti Sosial
Tresna Werdha “Sejahtera”Pandaan Jawa Timur. Laporan Penelitian.
Yogyakarta : Media Informasi Penelitian Kesehatan Sosial.
Ahmadi Abu, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: rineka Cipta, 1991).
Direktorat Jendral Bina Keluarga Sosial. Petunjuk teknis pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia dalam panti.(Jakarta: Departemen Sosial
Republik Indonesia 1997.
Direktorat Jendral Bina Keluarga Sosial. Petunjuk teknis pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia dalam panti.(Jakarta: Departemen Sosial
Republik Indonesia 1997.
Desmita. Psikologi Perkembangan Pt Remaja Rosdakarya 2015 Mubarok
Achmad. Psikologi Qurani. Jakarta : Pustaka Firdaus. 2010
E,B Hurlock. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Edisi kelima.Jakarta : Erlangga 1999.
Ekowati C.R. “ penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada lansia
“Skripsi (Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
2008)
Khairani, “Gambaran Tipe Kesepian Pada Lansia Di Gampong Lamme Garot,
Kecematan Montasik, Kabupaten Aceh Besar” , jurnal ilmu keperawatan.
Vol.1.No.1 2012.
Komalia Abbas “ penyesiuain diri lanjut usia terhadap pelayanan dipanti sosial
tresna werdha sejahtera pandaan jawa timur. Laporan penelitian.
Yogyakarta)
Mulyati, “perbedaan penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada
lansia dirumah dengan lansia di panti werdha”, jurnal kesejahteraan
keluarga dan pendidikan. No.2 2009
Zuriah Nurul, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi..Cetakan
Kedua Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Hasanah Nurul “ Perbedaan Tingkat Defresi Lansia Yang Memiliki Pasangan
Hidup Dan Tidak Memiliki Pasangan Hidup Di Dusun Botokan Jatirejo
Lendah Kulon Progo” Skripsi (Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan „ Aisyiyah Yogyakarta, 2014)
Santrock, Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima,
Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisni, Edisi 1, CV Alfabeta,Bandung 2015
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung : Alfabeta,
2009
Santrock. Lief-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima.
Alih Bahasa Oleh Achmad Chusairi Dan Juda Demanik. Erlangga. Jakarta
1995
Santrock. Perkembangan Masa Hidup: Edisi Kelima, Terjemahan Achamd
Chusairi dan Juda Damanik (Jakarta: UI pers )
Tim Penyususn, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jambi: Fak. Ushuluddin
IAIN STS Jambi:2016
Widyowati Wiwit “Resiliensi Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan
Hidupnya”. Skripsi (Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2013 )
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“Dampak Kehilangan Pasangan Hidup Terhadap Sikap Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi”

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA


1 -Letak Geografis panti -Observasi -Setting
sosial tresna werdha budi -Dokumentasi -Dokumen Geografis
luhur kota jambi -Wawancara -Pengurus/Pembina
2 -Visi, Misi, dan Tujuan -Dokumentasi
-Dokumentasi Visi, Misi
panti sosial tresna werdha
dan Tujuan
budi luhur kota jambi
3 -Struktur Organisasi dan -Dokumentasi -Bagan Struktur Organisasi
Kepengurusan dan Nama tenaga kerja
4 -Sarana/Fasilitas -Observasi -Keadaan Fasilitas
-Dokumentasi -Dokumentasi Fasilitas
-Wawancara -Pengurus/Pembina
5 -Program Kegiatan -Dokumentasi -Dokumen Program
Organisasi
6 -Bukti Keberhasilan -Dokumentasi -Dokumen
Kegiatan yang -Wawancara -Pengurus/Pembina
Dilaksanakan
7 -Interaksi Antar pengurus -Observasi -Praktik Implementasi
dan anggota -Dokumentasi -Dokumen Implementasi
-Wawancara -Pengurus/Pembina
8 Sejarah Panti Sosial Tresna Dokumentasi Dokumen sejarah Panti
Werdha Budi Luhur Jambi Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi
9 Dampak kehilangan -Observasi Wawancara kepada lansia
pasangan hidup terhadap yang kehilangan pasangan
sikap lansia di Panti Sosial -Wawancara hidup
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi

10 Bentuk-bentuk perubahan -Observasi Data lansia yang


sikap lansia yang -Wawancara kehilangan pasangan hidup
kehilangan pasangan hidup

1. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1 -Letak Geografis panti -Keadaan dan Letak Geografis
sosial tresna werdha budi
luhur kota jambi
2 -Sarana/Fasilitas -Sarana dan prasarana yang tersedia pada
panti
3 -Interaksi Antar Anggota -Pola yang diterapkan
4 -Relevansi Implementasi -Dampak perilaku yang terlihat secara
Organisasi dalam Interaksi langsung antara yang kehilangan pasangan
Sosial hidup dengan yang punya pasangan hidup

2. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1 -Letak Geografis Panti -Data dokumentasi Letak Geografis Panti
Sosial Tresna Werdha Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi
Budi Luhur Kota Jambi
3 -Visi, Misi, dan Tujuan -Data dokumentasi tentang visi, misi dan
lembaga tujuan lembaga
4 -Struktur Organisasi dan -Data dokumentasi tentang Struktur Orgnisasi
Kepengurusan dan Kepengurusan
-Daftar Nama Pengurus/Pembina
-Daftar Riwayat Pengurus/Pembina
-Data-data lain yang dibutuhkan

5 -Sarana/Fasilitas -Data dokumentasi tentang Sarana/Fasilitas


yang dimiliki
6 -Program Kegiatan -Data dokumentasi tentang program kegiatan
lembaga yang pernah dilaksanakan
7 -Bukti Keberhasilan
-Data tentang keberhasilan program yang
Program yang
dilaksanakan
Dilaksanakan
8 -Interaksi Antar Anggota -Data tentang interaksi antar anggota
organisasi mau interaksi mahasiswa non
organisasi
9 -Relevansi Implementasi -Dokumen tentang Relevansi implementasi
Organisasi dalam Interaksi
Sosial

3. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1 -Letak Geografis Panti PIMPINAN/PEMBINA:
Sosial Tresna Werdha -Bisa dijelaskan letak geografis Panti Sosial
Budi Luhur Kota Jambi Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi
3 -Sarana/Fasilitas PIMPINAN/PEMBINA
-Apa saja sarana yang dimilki ?
4 -Program Kegiatan PIMPINAN/PEMBINA
Organisasi -Apa saja yag diprogramkan?
5 -Bukti Keberhasilan PIMPINAN/PEMBINA
Kegiatan yang -Bagaimana yang telah dilaksanakan?
Dilaksanakan -Apa saja aturan administrasinya?
-Apa saja susunan program kegiatannya?
-Bagaimana teknis pelaksanaan program
tersebut:
>Kapan dilaksanakan dan apa tujuannya?
-Apa saja kendala dalam pelaksaan program?
-Apa saja pengaruhnya dalam interaksi sosial?
6 -Interaksi Antar Anggota -Dampak apa yang dirasakan oleh lansia yang
kehilangan pasangan hidup?
-Perubahan-perubahan sikap dan perilaku apa
saja yang terlihat real dari lansia yang
kehilangan pasangan hidup?
Hal-hal yang harus dilakukan oleh lansia saat
kehilangan pasangan hidupnya.?
Cara-cara penaggulangan dari dampak
hilangnya pasangan hidup pada lansia.?
Lembar Dokumentasi

Foto bersama salah satu pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi

Wawancara bersama pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha


Budi Luhur Jambi
Wawancara bersama salah satu narasumber yaitu nenek juriah

Wawancara bersama salah satu narasumber yang bernama nenek


ASMA
Wawancara bersama narasumber yang bernama nenek DARWATI

Wawancara bersama salah satu narasumber yaitu datuk MU‟MIN


Wawancara bersama pembimbing rohani di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi yaitu bang amirul khatab. S, Pd
CURRUCULUM VITAE

Nama : IRFANDI
Tempat danTanggalLahir : Gelanggang, 06 Maret 1996
NIM : UB. 150 100
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
JenisKelamin : Laki-Laki
AlamatAsal : Desa Gelanggang, Kec. Sungai Manau, Kab.
Merangin, Provinsi Jambi
Nomor Telepon : 0852-6709-5395
E-mail : Irfandyglg96@gmail.com
AlamatSekarang : Perumahan Javana Cozy Corner

JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2002 – 2008 : SDN 22/VI Sungai Manau IV
Tahun 2008 – 2011 : MTsN Sungai Manau
Tahun 2011 – 2014 : SMAN 4 Merangin
Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi

Anda mungkin juga menyukai