Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN JIWA

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULUS SENSORI

Dosen Pembimbing : Dr. Rr Sri Endang Pujiastuti, SKM, MNS

Disusun oleh :

1. Muhammad Saiful Anwar (P1337420117051)


2. Nancy Vidya Agustine (P1337420117054)
3. Bayu Tri Susetyo (P1337420117058)

KELAS 2 - A2

D III KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Jiwa ini dengan baik.
Adapun pembahasan yang kami ambil pada saat ini adalah mengenai Proposal Kegiatan
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori yang memuat tentang kegiatan
bermain/permainan.
Makalah ini memuat dan memberikan gambaran kepada Mahasiswa/mahasiswi agar
mampu memahami dan mengetahui cara yang dilakukan untuk memberikan terapi pada
pasien yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga dalam pemberian Asuhan keperawatan,
perawat mempunyai pedoman dan kiat yang baik kepada masyarakat.
Kiranya materi ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita sebagai perawat dalam
menjalani proses keperawatan, sehingga dalam memberikan terapi bagi pasien/klien, kita
sudah bisa memahami konsep pemberian terapi yang baik pada klien.
Kami menyadari bahwa makalah ini perlu dikaji dan disempurnakan kembali, dengan
kritik dan saran yang mendukung dan membangun dari berbagai pihak, terlebih bila kita
diskusikan bersama-sama untuk perbaikan yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 21 Januari 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stimulasi sensori adalah terapi aktivitas kelompok yang diadakan dengan
meemberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan prilaku
adaptif kepada klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya
mengstimulasi semua panca indra (sensori) agar memeberi respon yang adekuat
Terapi ini diberikan karna klien tidak mampu merespon dengan lingkungan
sosialnya.Berdasarkan data yang diteliti bulan Juli Desember 2008 rata-rata jumlah
klien yang dirawat tiap bulan sebanyak 274 orang. Dari jumlah tersebut 266 orang
atau 97.1% mengalami Skizoprenia, dari 266 klien tersebut 25 orang atau 20 %
mengalami kerusakan interaksi social. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik
diri adalah kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan hubungan
interpersonal, gangguan interaksi social, resiko perubahan sensori (halusinasi), resiko
menceredai diri dan orang lain dan penurunan minat kebutuhan dasara
pesikologis.Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok dapat
memeberikan dampak positif dan dapat memebantu klien meningkatkan prilaku
adaptif serta mengurangi prilaku maladaptive terutama pada pasien dengan kerusakan
interaksi social yang salaah satu disebabkan oleh ketidak mampuan berespon denga
lingkuan sosialnya yang memepunya tujuan agar klien mamapu memeberikan respond
an dapat mengepresikan perasaan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori.(Klleat B. A. & Akemat, 2004).

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempraktekkan dan memahami terapi aktivitas kelompok
orientasi realita pada pasien gangguan jiwa.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Memahami Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
1.2.2.2. Memahami Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
1.2.2.3. Mengetahui Masalah Keperawatan/ Sasarannya
1.2.2.4. Mengerti Aktivitas dan indikasi TAK Stimulus Sensori
1.2.2.5. Mengerti Cara Penilaian Pada Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori (Halusinasi)


Halusinasi merupakan suatu gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penghayatan yang
dialami, suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksternal (Maramis,
2005). Halusinasi dimulai dari adanya stimulus eksternal maupun internal, yang
meliputi fakor predisposisi (seperti faktor perkembangan, faktor sosiokultural, faktor
biologis, faktor psikologis, faktor genetik dan pola asuh). Keadaan yang demikian
juga dapat menyebabkan munculnya gejala seperti sulit tidur yang dapat berlangsung
terus menerus sehingga penderita terbiasa menghayal. Penderita menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah. Penderita mengalami
emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien dan mulai menarik diri dari orang lain
delam waktu yang lama (isolasi sosial : menarik diri). Klien mencoba melawan suara-
suara atau sensori abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila
halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psikopatik. Pengalaman
sensori yang terganggu ini bila tidak dapat diatasi dapat menimbulkan resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Penatalaksanaan keperawatan
klien gangguan jiwa dengan halusinasi adalah pemberian terapi modalitas yang salah
satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan
sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Keliat dan Akemat,
2014).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus
terapi adalah membuat sadar diri (selfawareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system
social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari
individu yang saling berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan
norma social yang sama (Stuart, 2008). Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada
klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui
media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok
klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptif.

2.2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori (Halusinasi)


a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu memperkenalkan diri deengan menyebutkan nama lengkap.
2. Klien mampu memprekenalkan diri dengan menyebutkan nama panggilan
3. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan asal, dan hobi
4. Klien dapat mengenal halusinasi.

2.3. Aktivitas dan indikasi TAK Stimulus Sensori (Halusinasi)


Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode
diskusi dan tanya jawab dan melengkapi jadwal harian.

2.3.1 Media dan Alat


a. Tape recorder
b. Kaset dengan lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita bermakna.
Dapat juga lagu-lagu yang bermakna religious).
c. Buku catatan dan pulpen
d. Jadwal kegiatan pasien

2.3.2 Antisipasi Masalah


a. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1. Memanggil klien
2. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien
lain
b. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1. Panggil nama klien
2. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c. Bila klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih
2. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien
tersebut
3. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini

2.3.3 Tata Tertib Dan Antisipasi Masalah


a. Tata tertib pelaksanaan TAK
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acxara dimulai
3. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
4. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, ,merokok selama kegiatan TAK
berlangsung
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
6. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari permainan
7. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara selesai
8. Apabila waktu yang ditentukan untuk melakukan TAK telah habis, sedangkan
permainan belum selesai maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota
utnuk memperpanjang waktu TAK
b. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a) Memanggil pasien
b) Memberi kesempatan pada pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau pasien yang lain
2. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a) Panggil nama pasien
b) Tanya alasan pasien mengapa meninggalkan permainan
c) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien
boleh kembali lagi
3. Bila pasien lain ingin ikut :
a) Memeberikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang
telah dipilih
b) Katakan pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat di
ikuti oleh pasien tersebut
c) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut

2.3.4 Mekanisme Kegiatan


SESI 1 Mengenal halusinasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan
nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri
papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu\
mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
4) Lama kegiatan 30 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya, situasi
yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya
ditulis di whiteboard
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar
e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika
halusinasi muncul
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b) Menyepakati waktu dan tempat
f. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Formulir yang dievaluasi
Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Personal/Halusinasi
No NamaKlien Menyebut Menyebutkan Menyebut Menyebut
Isi Waktu terjadi Situasi Perasaan
Halusinasi Halusinasi Halusinasi saat
Muncul berhalusinasi

Petunjuk:
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Sesi II
a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Orientasi
· Leader menanyakan perasaan klien saat ini
· Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu,
situasi dan perasaan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrolhalusinasi dengan cara
menghardik
b) Menjelaskan aturan main
· Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
leader
· Lama kegiata 30 menit
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhi
4) Tahap keja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi denganmenghardik halusinasi
pada saat halusinasi muncul.
d) Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”Pergi, pergi
jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
e) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
f) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan.
g) setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi
· Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
· Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
· Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telahdipelajari jika
halusinasi muncul
· Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian klien
6) Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
c. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi

No Aspek yang dinilai Nama Klien


1 Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan untuk
2 mengatasi halusinasi
Menyebutkan
3 efektivitas cara yang
digunakan
4 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
Memperagakan cara
menghardik
halusinasi
ROLEPLAY

Skenario :
“Suatu hari di Ruang Cendrawasih, RSJ X akan dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok
pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi .” (posisi melingkar, duduk di
kursi masing-masing kecuali leader dalam posisi berdiri )

Leader : “Assalamu’alaikum wr. wb.”


Semua peserta : “Wa’alaikum salam wr. wb.”
L : “Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Astuti , bisa dipanggil
dengan suster Asti, disini saya akan bertugas sebagai pemimpin pada
kegiatan kita hari ini. Sebelum kita memulai kegiatan kita hari ini, saya
ingin berkenalan terlebih dahulu dengan Bapak Ibu sekalian. Dimulai dari
sebelah kanan saya terlebih dahulu.”
P1 : “Nama saya Ira Agung biasa dipanggil Ira, Hobinya shopping.”
P2 : “(Dengan gaya cool dan sedikit ketus) “Perkenalkan nama saya Rossy Januar
Halim panggil saya Rossy.. hobi saya jalan-jalan .”
L : Oke, baiklah..semua telah memperkenalkan dirinya masing-masing.
“Bagaimana perasaan bapak/ibu hari inii?”
All : “Alhamdulillah… baik sus..”
L : “Bapak/ibu sekalian tujuan kegiatan hari ini yaitu mengenal halusinasi.
Dalam kegiatan ini ada beberapa aturan yang harus kita taati bersama, yaitu
jika ada yang ingin meninggalkan kegiatan harus meminta izin kepada saya
selaku leader. Kegiatan ini berlangsung selama 45 menit, setiap peserta
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Dapat dimengerti bapak/ibu?”
All : “Ya..sus”
L : “Bapak/ibu tahu ga halusinasi itu apa?”
P1 : “halusinasi itu klo akyuu gaya-gaya gitu di depan kameraa (sqambil bergaya
sendiri di depan semua )
P2 : “iiihhh.. bukan tau!!!!! halusinasi itu..kalo ada suara suara gitu bukan sus??
L : “baguuss,,hampir tepat jadi halusinasi itu adalah klo kita mendengar sesuatu
tapi orang lain ga mendengarnya seperti itulah halusinasi.” Coba nyonya
Ira pernah ga ibu mendengar sesuatu yang orang lain tidak bisa dengar?”
P1 : “ooh pernah sus, saya pernah mendengar saya mendengar suara berteriak
teriak tapi tidak pernah menemukan suara itu. (terlihat kebingungan).
Seperti yang tadi, kita sudah mencarinya tapi tidak menemukan orang-orang
yang membuat suara itu.”
L : “Apakah terus-menerus terasa atau sewaktu-waktu?”
P1 : “wah gak nentu kadang dalam satu hari 3 kali ia muncul.”
L : “Terus gimana perasaan ibu saat itu ?”
P1 : “Saya merasa ingin mencari suara-suara itu. Tapi begitu saya mencari dan
tidak menemukannya, saya merasa putus asa, saya jengkel dengan suara itu.”
L : “Apakah dengan itu suara-suara itu hilang ?”
P1 : “Seperti tadi, suara itu masih terdengar tapi tidak sekeras awalnya”
L : “oh begitu.. Coba sekarang kita dengarkan cerita dari pak Rossy ?”
(Pak Rossy terdiam)
L : “Pak Rossy ayo ceritakan ke kita semua tentang halusinasi bapak”

(Pak Rossy geleng-geleng)

L : “Tidak apa-apa Pak. Ceritakan saja. Kita semua yang ada disini tidak akan
menceritakan cerita bapak kepada orang lain.”
P2 : “yakin?” (dengan nada ketus)
L : “Iya pak, percaya sama kita rahasia bapak terjamin kerahasiannya. Benar kan
ya Bapak Ibu sekalian?”
Semua peserta : “iyaa…Benar”
P2 : “Jadi gini, waktu saya lagi sendirian di kantor, waktu saya lembur, saya
mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya. Saya merasa ada
yang ngejar-ngejar saya Sus, saya akan dibunuh. Saya takut sus”
(wajah tegang dan tampak ketakutan).
L : “Kapan waktu yang paling sering bapak mendengar suara itu dan berapa
kali dalam sehari pak mendengarnya?”
P2 : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba. Kadang
sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
L : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu bapak sedang
sendiri?”
P2 : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan ekonomi
saya yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di
PHK. Saya suka stress kalau mikirin itu sus, terus tiba-tiba suara itu
muncul”
L : “Oke, baiklah.. semua harap tenang ya.. ”Ternyata pengalaman bapak/ibu
sangat menarik dan dari sana kita dapat mengambil pelajaran. Terima kasih
untuk bapak/ibu yang sudah menceritakan pengalamannya. Tepuk tangan
untuk kita semuanya.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa para peserta mengalami halusinasi
pendengaran, dimana halusinasi itu ada yang melihat anak kecil dan melihat laki-laki,
bahkan ada yang menyuruh melukai diri sendiri. Dan halusinasi terjadi pada saat klien
sedang berada di rumah, kantor, pada saat sendirian. Sebagian besar dari peserta merasa
takut, kaget, bingung, dan gelisah.

L : “Ya bapak/ibu apakah sejauh ini ada yang ingin ditanyakan?”


All : “tidaaak..”
L : “baiklah, sebelumnya saya ingin bertanya bagaimana perasaan bapak/ibu
setelah mengikuti kegiatan ini? Mangga Bapak Rossi.”
P2 : “ooh,saya? Hmmmm...lega sus.”
L : “bu Ira, gimana perasaannya?”
P1 : “seneng aja sus.”
L : “Bapak Rossy bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan ini?”
P2 : “Alhamdulillah, suster...biasa aja.”
L : “ya alhamdulillah kegiatan hari ini sudah selesai, mari kita tepuk tangan
untuk semua. Bapak/ibu sudah tau halusinasi itu apa, jadi seandainya hal itu
terjadi lagi harap bapak/ibu melapor kepada suster yang sedang bertugas.
Minggu depan kita akan mengadakan kegiatan seperti ini lagi namun dengan
tema yang berbeda. Apakah bapak/ibu bersedia mengikuti kegiatan
selanjutnya?
All : “baik, sus..”
L : “iya jadi minggu depan itu temanya tentang cara mengontrol halusinasi, jam
10.00 di tempat ini. Dan sekian kegiatan hari ini, mohon maaf bila ada
kesalahan. Terima kasih atas partisipasi bapak/ibu.
Wasssalamu’alaikum Wr.Wb.
SESI 2

Tahap Pra-Interaksi
Perawat : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)

Tahap Orientasi
Perawat : “Selamat pagi semua?”
Pasien : “Pagi juga”
Perawat : “Bagaimana perasaannya hari ini ?”
Pasien : “Baik,,,” (sambil menganggukkan kepala)
Perawat : “Nah, kita bertemu lagi ya dalam pagi ini. Masih ingat tidak apa yang kita
lakukan kemarin ?”
Pasien : “Iya masih, kita kemarin bicara halusinasi kan ?”
Perawat : “Iya bagus sekali ternyata masih ingat ya, sebelumnya apakah ada keluhan
yang ibu/bapak rasakan hari ini?”
Pasien : “Ada sus tadi muncul lagi. Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus,
saya akan dibunuh. Saya takut Sus, saya juga sering mendengar suara yang
memanggil-manggil nama saya” (wajah tegang dan tampak ketakutan)
Perawat : “Baiklah bu/pak ...., bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu bu/pak .... dan perihal perasaan jika ada yang mengejar
dan ingin membunuh bu/pak. Nanti kita juga akan mempelajari cara
mengontrol hal tersebut. Apakah Ibu/Bapak bersedia?”
Pasien : “Ya Sus”
Perawat : “Berapa lama Ibu/Bapak ingin berbincang ? dan dimana Ibu/Bapak ingin
berbincang?”
Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
Perawat : “Bagaimana jika 20 menit bu/pak ?”
Pasien : “Ya, boleh Sus”

Tahap Kerja
Perawat : “Apakah ibu/bapak merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin
membunuh bu/ pak dan mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin mendekat
sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh saya”
Perawat : “Apa yang dikatakan suara tersebut bu / pak?”
Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan
dibunuh. Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)
Perawat : “Saya percaya bu/pak mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang
lain termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang bu/pak
dengarkan.”
Perawat : “Apa yang bu/pak rasakan atau bagaimana perasaan bu/pak ketika
mendengar suara itu?”
Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam” (wajah
tegang dan keringat dingin)
Perawat : “Kemudian apa yang ibu/bapak lakukan?”
Pasien : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari mbak.
Saya takut akan dibunuh” (ketakutan)
Perawat : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu mengikuti
saya sus. Saya benar-benar takut”
Perawat : “Apa yang bu/pak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau sekarang
kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa bu/bapak
bersedia?”
Pasien : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
Perawat :“Ada beberapa cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah bu/pak bersedia?”
Pasien : “Iya Sus”
Perawat : “Baik, kita mulai sekarang ya bu/pak. Saya akan mempraktekan terlebih
dahulu, kemudian baru bu/pak mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga
bu/pak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu/pak,
coba sekarang ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”(sambil
menutup telinga)
Perawat : “Bagus sekali bu/pak, coba lakukan sekali lagi”
Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
(sambil menutup telinga)
Perawat : “Wah... bagus sekali bu/pak. Ibu/Bapak sudah bisa melakukannya”
Pasien : (tersenyum)
Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita kita bercakap-cakap?”
Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
Perawat : “Syukurlah bu/pak. Apakah Ibu/Bapak masih ingat pembicaraan kita
mengenai permasalahan Ibu/Bapak dan cara mengatasinya?”
Pasien : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi
sendirian. Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan
menghardik seperti yang mbak ajarkan”
Perawat : “Ibu/Bapak masih ingat caranya?”
Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan mengatakan
“pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai suaranya
hilang”
Perawat : “Bagus sekali karena Ibu/Bapak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu
muncul lagi, tolong Ibu/Bapak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan ,
dan masukkan dalam jadwal harian. Ibu/Bapak bisa melakukannya 2
hingga 3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”
Pasien : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
Perawat : “Baiklah bu/pak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah Ibu/Bapak bersedia?”
Pasien : “Ya. Saya bersedia Sus”
Perawat : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja dan waktunya
pukul 09.00?”
Pasien : “Iya nggap apa-apa Sus”
Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu bu/pak, sampai bertemu besok. Selamat
pagi” (berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien : “Pagi” (Tersenyum)

Tahap Dokumentasi
Perawat : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)
DAFTAR PUSTAKA

Keliat dan Akemat, 2010. Terapi Aktivitas Kelompok : Terapi Klien Gangguan Jiwa. Jakarta:
EGC

Keliat, B. A. & Akemat (2010), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, B. A. & Akemat (2014), Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, Edisi 2
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusumawati, F. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta, Salemba Medika

Azizah, Lilik Ma’rifatul (2010) Buku Panduan Praktek Keperawatan Jiwa.Stikes Bina Sehat
PPNI Kabupaten Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai