Disusun oleh :
KELAS 2 - A2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Jiwa ini dengan baik.
Adapun pembahasan yang kami ambil pada saat ini adalah mengenai Proposal Kegiatan
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori yang memuat tentang kegiatan
bermain/permainan.
Makalah ini memuat dan memberikan gambaran kepada Mahasiswa/mahasiswi agar
mampu memahami dan mengetahui cara yang dilakukan untuk memberikan terapi pada
pasien yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga dalam pemberian Asuhan keperawatan,
perawat mempunyai pedoman dan kiat yang baik kepada masyarakat.
Kiranya materi ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita sebagai perawat dalam
menjalani proses keperawatan, sehingga dalam memberikan terapi bagi pasien/klien, kita
sudah bisa memahami konsep pemberian terapi yang baik pada klien.
Kami menyadari bahwa makalah ini perlu dikaji dan disempurnakan kembali, dengan
kritik dan saran yang mendukung dan membangun dari berbagai pihak, terlebih bila kita
diskusikan bersama-sama untuk perbaikan yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempraktekkan dan memahami terapi aktivitas kelompok
orientasi realita pada pasien gangguan jiwa.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Memahami Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
1.2.2.2. Memahami Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
1.2.2.3. Mengetahui Masalah Keperawatan/ Sasarannya
1.2.2.4. Mengerti Aktivitas dan indikasi TAK Stimulus Sensori
1.2.2.5. Mengerti Cara Penilaian Pada Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
BAB 2
PEMBAHASAN
Petunjuk:
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Sesi II
a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Orientasi
· Leader menanyakan perasaan klien saat ini
· Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu,
situasi dan perasaan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrolhalusinasi dengan cara
menghardik
b) Menjelaskan aturan main
· Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
leader
· Lama kegiata 30 menit
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhi
4) Tahap keja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi denganmenghardik halusinasi
pada saat halusinasi muncul.
d) Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”Pergi, pergi
jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
e) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
f) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan.
g) setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi
· Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
· Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
· Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telahdipelajari jika
halusinasi muncul
· Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian klien
6) Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
c. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
Skenario :
“Suatu hari di Ruang Cendrawasih, RSJ X akan dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok
pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi .” (posisi melingkar, duduk di
kursi masing-masing kecuali leader dalam posisi berdiri )
L : “Tidak apa-apa Pak. Ceritakan saja. Kita semua yang ada disini tidak akan
menceritakan cerita bapak kepada orang lain.”
P2 : “yakin?” (dengan nada ketus)
L : “Iya pak, percaya sama kita rahasia bapak terjamin kerahasiannya. Benar kan
ya Bapak Ibu sekalian?”
Semua peserta : “iyaa…Benar”
P2 : “Jadi gini, waktu saya lagi sendirian di kantor, waktu saya lembur, saya
mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya. Saya merasa ada
yang ngejar-ngejar saya Sus, saya akan dibunuh. Saya takut sus”
(wajah tegang dan tampak ketakutan).
L : “Kapan waktu yang paling sering bapak mendengar suara itu dan berapa
kali dalam sehari pak mendengarnya?”
P2 : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba. Kadang
sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
L : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu bapak sedang
sendiri?”
P2 : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan ekonomi
saya yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di
PHK. Saya suka stress kalau mikirin itu sus, terus tiba-tiba suara itu
muncul”
L : “Oke, baiklah.. semua harap tenang ya.. ”Ternyata pengalaman bapak/ibu
sangat menarik dan dari sana kita dapat mengambil pelajaran. Terima kasih
untuk bapak/ibu yang sudah menceritakan pengalamannya. Tepuk tangan
untuk kita semuanya.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa para peserta mengalami halusinasi
pendengaran, dimana halusinasi itu ada yang melihat anak kecil dan melihat laki-laki,
bahkan ada yang menyuruh melukai diri sendiri. Dan halusinasi terjadi pada saat klien
sedang berada di rumah, kantor, pada saat sendirian. Sebagian besar dari peserta merasa
takut, kaget, bingung, dan gelisah.
Tahap Pra-Interaksi
Perawat : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)
Tahap Orientasi
Perawat : “Selamat pagi semua?”
Pasien : “Pagi juga”
Perawat : “Bagaimana perasaannya hari ini ?”
Pasien : “Baik,,,” (sambil menganggukkan kepala)
Perawat : “Nah, kita bertemu lagi ya dalam pagi ini. Masih ingat tidak apa yang kita
lakukan kemarin ?”
Pasien : “Iya masih, kita kemarin bicara halusinasi kan ?”
Perawat : “Iya bagus sekali ternyata masih ingat ya, sebelumnya apakah ada keluhan
yang ibu/bapak rasakan hari ini?”
Pasien : “Ada sus tadi muncul lagi. Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus,
saya akan dibunuh. Saya takut Sus, saya juga sering mendengar suara yang
memanggil-manggil nama saya” (wajah tegang dan tampak ketakutan)
Perawat : “Baiklah bu/pak ...., bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu bu/pak .... dan perihal perasaan jika ada yang mengejar
dan ingin membunuh bu/pak. Nanti kita juga akan mempelajari cara
mengontrol hal tersebut. Apakah Ibu/Bapak bersedia?”
Pasien : “Ya Sus”
Perawat : “Berapa lama Ibu/Bapak ingin berbincang ? dan dimana Ibu/Bapak ingin
berbincang?”
Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
Perawat : “Bagaimana jika 20 menit bu/pak ?”
Pasien : “Ya, boleh Sus”
Tahap Kerja
Perawat : “Apakah ibu/bapak merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin
membunuh bu/ pak dan mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin mendekat
sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh saya”
Perawat : “Apa yang dikatakan suara tersebut bu / pak?”
Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan
dibunuh. Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)
Perawat : “Saya percaya bu/pak mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang
lain termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang bu/pak
dengarkan.”
Perawat : “Apa yang bu/pak rasakan atau bagaimana perasaan bu/pak ketika
mendengar suara itu?”
Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam” (wajah
tegang dan keringat dingin)
Perawat : “Kemudian apa yang ibu/bapak lakukan?”
Pasien : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari mbak.
Saya takut akan dibunuh” (ketakutan)
Perawat : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu mengikuti
saya sus. Saya benar-benar takut”
Perawat : “Apa yang bu/pak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau sekarang
kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa bu/bapak
bersedia?”
Pasien : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
Perawat :“Ada beberapa cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah bu/pak bersedia?”
Pasien : “Iya Sus”
Perawat : “Baik, kita mulai sekarang ya bu/pak. Saya akan mempraktekan terlebih
dahulu, kemudian baru bu/pak mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga
bu/pak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu/pak,
coba sekarang ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”(sambil
menutup telinga)
Perawat : “Bagus sekali bu/pak, coba lakukan sekali lagi”
Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
(sambil menutup telinga)
Perawat : “Wah... bagus sekali bu/pak. Ibu/Bapak sudah bisa melakukannya”
Pasien : (tersenyum)
Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita kita bercakap-cakap?”
Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
Perawat : “Syukurlah bu/pak. Apakah Ibu/Bapak masih ingat pembicaraan kita
mengenai permasalahan Ibu/Bapak dan cara mengatasinya?”
Pasien : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi
sendirian. Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan
menghardik seperti yang mbak ajarkan”
Perawat : “Ibu/Bapak masih ingat caranya?”
Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan mengatakan
“pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai suaranya
hilang”
Perawat : “Bagus sekali karena Ibu/Bapak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu
muncul lagi, tolong Ibu/Bapak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan ,
dan masukkan dalam jadwal harian. Ibu/Bapak bisa melakukannya 2
hingga 3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”
Pasien : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
Perawat : “Baiklah bu/pak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah Ibu/Bapak bersedia?”
Pasien : “Ya. Saya bersedia Sus”
Perawat : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja dan waktunya
pukul 09.00?”
Pasien : “Iya nggap apa-apa Sus”
Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu bu/pak, sampai bertemu besok. Selamat
pagi” (berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien : “Pagi” (Tersenyum)
Tahap Dokumentasi
Perawat : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)
DAFTAR PUSTAKA
Keliat dan Akemat, 2010. Terapi Aktivitas Kelompok : Terapi Klien Gangguan Jiwa. Jakarta:
EGC
Keliat, B. A. & Akemat (2010), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A. & Akemat (2014), Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, Edisi 2
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2010) Buku Panduan Praktek Keperawatan Jiwa.Stikes Bina Sehat
PPNI Kabupaten Mojokerto.