Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN SELF EFFICACY

TERHADAP PENCEGAHAN LUKA PADA PASIEN DIABETES


MELLITUS TIPE 2

PROPOSAL

RAHMI B. LIKABU

841417046

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PRODI STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2020
Daftar isi
Daftar isi..................................................................................................................ii

Datar gambar...........................................................................................................iv

Daftar tabel...............................................................................................................v

BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................1

1.1 Latar belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah......................................................................................5

1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................5

1.4 Manfaat penelitiaan...................................................................................6

BAB 2 Kajian teoritis.........................................................................................1

2.1 Kajian teoritis............................................................................................1

2.1.1 Konsep Diabetes mellitus...................................................................1

2.1.2 Konsep self efficacy...........................................................................5

2.1.3 Dukungan keluarga............................................................................8

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan..............................................................10

2.3 Kerangka Berfikir....................................................................................11

2.3.1 Kerangka Konsep.............................................................................11

Keterangan :...................................................................................................12

BAB 3 Metode penelitian................................................................................13

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................13

3.1.1 Lokasi Penelitian..............................................................................13

3.1.2 Waktu penelitian..............................................................................13

3.2 Desain Penelitian....................................................................................13

3.3 Variable Penelitian..................................................................................13

3.3.1 Variabel independen........................................................................13


3.3.2 Variable dependen............................................................................13

Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh


variable independen( variable bebas). Dalam penelitian ini variable
dependennya adalah pencegahan luka diabetes mellitus tipe 2.....................13

3.3.3 Definisi Operasional........................................................................13

3.4 Populasi dan Sampel...............................................................................15

3.4.1 Populasi............................................................................................15

3.4.2 Sampel..............................................................................................15

3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................16

3.5.1 Jenis data..........................................................................................16

3.5.2 Metode pengumpulan data...............................................................16

3.5.3 Instrumental penelitian.....................................................................17

3.6 Teknik Analisa Data................................................................................17

3.7 Hipotesis Statistik....................................................................................17

3.8 Etika Penelitian........................................................................................17

3.9 Alur Penelitian.........................................................................................18


Datar gambar
2.1 Gambar kerangka konsep.................................................................................11
Daftar tabel
2.1 Tabel Kajian penelitian yang relevan...............................................................10
3.1 Tabel Definisi Operasional..............................................................................14
BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar
glukosa darah melebihi normal yang menjadi karakteristik beberapa penyakit
terutama diabetes mellitus di samping berbagai kondisi lainnya [ CITATION
DRD19 \l 1033 ]. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang
ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah
tinggi) [ CITATION Joy14 \l 1033 ]. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 sebelumnya
disebut NIDDM atau diabetes mellitus onset-dewasa, adalah gangguan yang
melibatkan baik genetic dan faktor lingkungan.

Diabetes Melitus tipe 2 terjadi saat pancreas masih bisa membuat insulin
tetapi kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
glukosa dalam darah maningkat, penderita biasanya tida perlu tambahan suntikan
insulin, tetap memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin,
menurunkan glukosa, memperbaiki pengelolaan gula dihati (Fitria Alisa dkk,
2020).

DM tipe 2 adalah tipe dengan jumlah penderita terbanyak 90-95%.


Penderita DM akan mengalami tantangan selama hidup dengan penyakit ini
seperti terapi farmakologi, pembatasan diet, dan monitoring kadar glukosa darah.
Selain itu, jika dalam jangka waktu yang lama penyakit ini tidak ditangani dengan
baik maka akan berakibat pada munculnya komplikasi yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup dan usia harapan hidup sebessar 5-10 tahun (Herdianti
dan Sari, 2017).

Penderita diabetes didunia sepanjang 2017 dari data yang diperoleh


sebanyak 425 juta jiwa yang didominasi 327 juta jiwa penderita diabetes pada
uasia 20-64 tahun dan 98 juta jiwa pada usia 65-79 tahun. Dan diprediksi pada

1
tahun 2045 mengalami kenaikan 48% atau 629 juta jiwa menurut Internasional of
Diabetic Ferderation (IDF, 2017)

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh


departemen kesehatan, terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 10,9%.
Laporan International Diabetes Federation (IDF)pada tahun 2017 menetapkan
Indonesia sebagai Negara peringkat ke 6 dalam jumlah penderita DM mencapai
10,3 juta. Prediksi dari IDF menyatakan akan terjadi peningkatan jumlah pasien
DM dari 10,3 juta pada tahun 2017 menjadi 16,7 juta pada tahun 2045
[ CITATION DRD19 \l 1033 ].

Menurut Dinkes Prov. Sulawesi Tengah (2019) dalam profil kesehatan


Sulawesi tengah 2019 penderita diabetes mellitus (DM) mencapai 194.456 jiwa .
pada tahun 2019 prevalensi jumlah penduduk yang menderita diabetes mellitus
yang tertinggi yaitu di kabupaten Parigi Moutong sebesar 33,873 jiwa. Jumlah
penduduk yang menderita diabetes mellitus yang terendah yaitu di Kabupaten
Banggai Laut sebesar 5.175 jiwa[ CITATION Din19 \l 1033 ].

Seirirng dengan meningkatnya prevalensi DM, resiko komplikasi atau


konsekuensi diabetes mellitus pun ikut meningkat. Beberapa komplikasi dari
diabetes mellitus yang sering terjadi adalah meningkatnya resiko penyakit
jantung, stroke, neuropati diabetic yang meninkat mengakibatkan ulkus
diabetikum, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki, retinopati
diabetikum, gagal ginjal.[ CITATION sef17 \l 1033 ]

Ulkus diabetikum merupakan komplikasi yang paling ditakuti pasien


diabetes mellitus karena berkurangnya suplai darah kejaringan tersebut
menyebabkan kematian jaringandan diperparah dengan infeksibakteri yang dapat
menyebabkan amputasi bahkan berdampak luas karena dapat menyebabkan
kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan dan penurunan kualitas hidup[
CITATION Rus16 \l 1033 ]. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi neuropati diabetic adalah perawatan kaki.perawatan kaki
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus yang terdiri
dari memeriksa keadaan kaki setiap hari,memotong kuku dengan benar,menjaga
kaki agar tetap bersih, memilih alas kaki yang tepat, pencegahan trauma pada
kaki. Perawatan kaki yang dlakukan dengan baik bisa mencegah dan mengurangi
komplikasi diabetes [ CITATION And17 \l 1033 ]. Terjadinya komplikasi ini
perlu dilakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan ini melibatkan semua
pihak baik itu dokter, perawat, ahli gizi, keluarga dan pasien itu sendiri . Peran
keluarga adalah dengan memberikan dukungan kepada penderita DM tipe 2.

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang bersifat natural yang


diberikan oleh keluarga. Dukunga keluarga merupakan sikap, tindakan, dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya[ CITATION Dia15 \l 1033 ].
Dukungan keluarga sangat penting dalam manajeman pencegahan diabetes,
dimana anggota keluarga terlibat dalam banyak aspek kegiatan perawatan
kesehatan yang diperlukan pasien diabetes. Dukungan dari keluarga berakibat
pada pencegahan ulkus diabetic dan control glikemik yang baik.. [ CITATION
dwi16 \l 1033 ].

Efikasi diri adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk


mengatur dan melakukan tugas tertentu berfokus pada perubahan perilaku
penderita guna mendapatkan hasil yang diharapkan [ CITATION Rin16 \l 1033 ].
efikasi diri merupakan keyakinan individu akan kemampuannya untuk mengatur
dan melakukan tugas tertentu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai
yang diharapkan. [ CITATION dwi16 \l 1033 ]. Efikasi diri menjadi sesuatu yang
penting dalam melakukan manajemen DM yang bertujuan agar penderita DM
dapat melakukan perawatan diri sesuai yang dianjurkan.efikasi diri pada penderita
DM berfokus pada kesungguhan individu untuk melaksanakan perilaku yang bisa
mendukung pemulihan kesehatannya dan meningkatkan manajeman perawatan
diri seperti diet, terapi obat, latihan fisik, control gula darah, serta perawatan
diabetes mellitus secara umum [ CITATION Fir18 \l 1033 ].

Dari hasil penelitian Al Kahfi menunjukan responden yang mendapat


dukungan dari keluarga sebagian besar baik dalam pencegaha kaki
diabetikberjumlah 60 orang (70,6%) sedangkan yang tidak mendapatkan
dukungan keluarga sebagian besar tidak baik Dallam pencegahan kaki diabetic
sebanyak 16 orang ( 18,8%). Dukungan keluarga sangat bermanfaat untuk
meningkatkan responden dalam mencegah kaki diabetic sehingga dapat dikatakan
apabila dukungan keluarga baik maka pencegahan kaki diabetic mengalami
peningkatan dan sebaliknya apabila dukungan keluarga kurang maka pencegahan
kaki diabetic mengalami penurunan[ CITATION Rin16 \l 1033 ].

Dari hasil penelitian Dian prawesti menunjukan responden yang memiliki


dukungan keluarga baik dengan pencegahan ( perawatan kaki) baik sebanyak 8
pasien (80%), pasien yang memiliki dukungan keluarga cukup dengan
pencegahan (perawatan kaki) sebanyak 54 pasien (84,4%), dan pasien yang
memiliki dukungan keluarga kurang dengan pencegahan (perawatan kaki) kurang
sebanyak 4 pasien (100%)[ CITATION Dia15 \l 1033 ].

Dari hasil penelitian Alfeus Manuntung diperoleh data bahwa tingkat


efiksasi diri berdaraskan perilaku perawatan diri diabetes sebagian besar dalam
kategori efikasi diri sedang dan perawatan diri yang rendah sejumlah sejumlah
87,50 %. Hasil uji chi kuadran nilai p = 0,030 dan nilai r = 17.007 menunjukan
terdapat hubungan yang linear efikasi diri dan prilaku perawatan diri pasien
diabetes mellitus tipe 2[ CITATION Man20 \l 1033 ].

Dari hasil penelitian Al kahfi, et.al menunjukan bahwa responden dengan


efikasi diri yang tinggi sebagian besar baik dalam pencegahan kaki diabetic
berjumlah 58 orang (68,2%). Adanya efikasi diri yang tinggi maka secara tidak
langsung akan menimbulkan motivasi untuk sembuh sehingga responden dapat
mencegah luka diabetic secara optimal.[ CITATION Rin16 \l 1033 ]

Dari hasil penelitian Al kahfi, et.al diperoleh variable yang berpengaruh


terhadap pencegahan kaki diabetic adalah efikasi diri dan dukungan keluarga.
Kekuatan pengaruh dari yang terbesar ke yang terkecil adalah efikasi diri
(OR=67,35) dan dukungan keluarga (OR=42,86). Efikasi diri lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dukungan keluarga dalam melakukan pencegahan kaki
diabetic disebabkan karena efikasi diri merupakan faktor yang mempengaruhi dari
dalam diri responden tersebut. Meskipun besarnya dukungan dari keluarga akan
menjadi sia-sia jika tida diawali dengan keyakinan dari dalam diri responden
tersebut[ CITATION Rin16 \l 1033 ].

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian yang berjudul hubungan dukungan keluarga dan self efficacy terhadap
pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Banggai Kabupaten Banggai
Laut.

1.2 Rumusan masalah


Apakah terdapat hubungan dukungan keluarga dan self efficacy terhadap
pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Banggai Kabupaten Banggai
Laut?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan
keluarga dan self efficacy terhadap pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2 di
UPTD Banggai Kabupaten Banggai Laut

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi karakteristik klien DM tipe 2 di UPTD Puskesmas


Banggai Kabupaten Banggai Laut
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pencegahan luka DM tipe 2 di
UPTD Puskesmas Banggai Kabupaten Banggai Laut
c. Mengidentifikasi self efficacy pada pencegahan luka DM tipe 2 di UPTD
Puskesmas Banggai Kabupaten Banggai Laut
Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dan self efficacy terhadap
pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Banggai Kabupaten Banggai
Laut

1.4 Manfaat penelitiaan


1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini akan memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang hubungan


dukungan keluarga dan self efficacy terhadap pengcegahan luka diabetes mellitus
tipe 2 di UPTD Banggai Kabupaten Banggai Laut dan akan meningkatkan
kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian selajutnya.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapakan menjadi tambahan sumber informasi bagi


perkembangan pendidikan dalam bidang keperawatan tentang peningkatan asuhan
keperawatan klien DM tipe 2.

1.4.3 Bagi Masyarakat dan Responden

Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan perawatan klien diabetes


mellitus dengan mengetahui hubungan dukungan keluarga dan self efficacy
terhadap pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2

1.4.4 Bagi Tenaga Keperawatan

Penelitian ini diharapakan dapat membantu perawat dalam menentukan intervensi


yang tepat setelah mengetahui hubungan dukungan keluarga dan self efficacy
terhadap pengcegahan luka diabetes mellitus tipe 2 dengan melibatkan secara
aktif keluarga dalam proses penatalaksanaann
BAB 2 Kajian teoritis

2.1 Kajian teoritis

2.1.1 Konsep Diabetes mellitus

2.1.1.1 Definisi Diabetes mellitus


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat,
lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
(buku KMB). Diabetes mellitus adalah suatu kondisi kronis terjadi pada
saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah. Diabetes mellitus merupakan
sebuah penyakit dimana kondisi kadar gula darah melebihi batas normal
(jurnal 18). Diabetes mellitus adalah suatu sindrom klinis kelainan
metabolic,ditandai oleh oleh adanya hiperglikemiayang disebabkan oleh
defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduannya (jurnal 11).

2.1.1.2 Klasifikasi
Diabetes mellitus diklasifikasikan sebagai salah satu dari status klinis
berbeda meliputi tipe 1, tipe 2, gestasional, atau DM spesifik lainnya.
1. DM tipe 1
DM tipe 1 merupakan hasil destrusi autoimun sel beta, mengarah
kepada defisiensi insulin absolute.
2. DM tipe 2
DM tipe 2 adalah akibat dari defk sekresi insulin progresif diikuti
dengan resistensi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas.
3. DM gestasional
DM gestasional adalah DM yang didiagnosa selama hamil. Dm
gestasional merupakan diagnose DM yang menerapkan pereampuan
dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama

1
kehamilan. DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun
menghilang ketika kehamilannnya berakhir.
4. DM spesifik lain
DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari defek genetic fungsi sel beta,
penyakit pancreas (misalnya kistis fibrosis) atau penyakit yang
diinduksi oleh obat-obatan.

2.1.1.3 Etiologi
DM tipe 2 disebabkan oleh
1. Kegagalan sel beta pancreas
Pada saat diagnose Dm tipe 2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat
berkurang. Obat anti diabetic yang bekerja melalui jalur ini adalah
sulfonylurea, meglitinid, GLP-1agonis dan DPP-4 inhibitor.
2. Disfungsi sel alfa pancreas
Sel alfa pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemiadan sudah diketahui sejak 1970. Sel alfa berfungsi pada
sintesis glukalonyang dalam keadaan puasa kadarnya didalam plasma
akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan produksi glukosa hati
dalam keadaan basal meningkat secara bermakna dibandingkan
individu yang normal.
3. Sel lemak
Sel lemak yang resitensi terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatkan proses lipolisis dan kadar asam lemak
bebas dalam plasma. Peningkatan FFA akan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resisten insulin di hepar dan otot,
sehingga mengganggu sekresi insulin.
4. Liver
Pada penderita DM tipe 2 terjadi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh
liver meningkat.
5. Otak
Insulin merupakan penekanan mafsu makan yang kuat. Pada individu
yang obese baik yang DM atau yang Non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia ysng merupaka mekanisme kompensasidari resistensi
insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat
adanya resistensi insulin yang juga terjadi diotak.

2.1.1.4 Faktor Resiko


1. Faktor resio yang tidak dapat diubah yaitu
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga
c. Faktor usia
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BBLR atau riwayat pernah
menderita DM gestasional
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah.
2. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Berat badan lebih
b. Kurangnya aktivitas fisik
c. Diet tidak sehat
3. Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes mellitus
a. Pandangan sindrom metabolic yang memiliki riwayat toleransi
glukosa terganggu atau glukosa darah puasa terganggu sebelumnya
b. Penyandang yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler,
seperti stoke, PJK, dan PAD.

2.1.1.5 Tanda dan gejala


1. Autonomic : rasa lapar, berkeringat, gelisah,pucat, takikardi
2. Neuroglikopenik : lemah, lesu, pusing, perubahan sikap, gangguan
kognitif, pandangan kabur, hipotermia, kejang ,koma.
2.1.1.6 Penataksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan polahidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan engan intervensi farmakologi
dengan obat anti hiperglikemi secara oral atau suntikan.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, harus sellau dilakukan
sebagiai upaya pencegahan dan sangat penting untuk melakukan
pengelolaan DM secara holistic.
2. Terapi nutrisi medis
Terapi nutrisi medis merupakan hal penting dalam penatalaksanaan
DM secara komprehensif. Dalam pelaksanaan terapi nutrisi
tersebutharus ada keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, perawat, dan petugas kesehatan lainnya serta pasien
dan keluarga).
Prinsi pengaturan makanan pada penderita DM hampir sama dengan
anjuran makan pada umumnya, yaitu harus makan makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi setiap
individu. Penderita DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya mengatur jadwal makan, jenis dan jumlah kalori yang
dibutuhkan terutama pada penderita DM yang menggunakan obat
insulin.
3. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM.
latihan fisik dapat menjaga kebugaran, menurunkan berat badandan
memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki glukosa
darah. Latihan fisik yang dianjurkan seperti jalan cepat, bersepada
santai, jogging, berenang, yoga, zumba, dan lain-lain.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologi diberikan bersama dengan peraturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologi terdiri dari obat
oral dan suntikan.
a. Obat antihiperglikemia oral terdiri dari sulfonylurea, glinid,
metformin, tiazolidinedion, dan lain-lain.
b. Obat antihiperglikemia suntikan terdiri dari insulin, agionis GLP-1
dan kombinasi insulin dan agionis GLP-1.

2.1.1.7 Komplikasi
1. Kaki diabetes dengan ulkus
Kaki diabetes dengan ulkus merupakan komplikasi yag sering terjadi.
Ulkus diabetic adalah luka kronik yang terjadi pada daerah dibawah
pergelangan kaki, yang meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan
mengurangi kualitas hidup pasien. Ulkus diabetic disebabkan oleh
proses neoropati perifer, penyakit arteri perifer, ataupun kombinasi
keduannya.
2. Diabetes nefrotik diabetic
Nefrotik diabetic merupakan penyebab paling utama dari gagal ginjal
stadium akhir. Diagnosis nefrotik diabetic ditegakkna jika ditemukan
kadar albumi dalam urin.
3. Diabetes dengan retinopati diabetic
Retinopati diabetic adalah komplikasi mikrovaskuler yang paling
umum dan paling berpotensi sebagai penyebab kebutaan. Komplikasi
mata pada penderita diabetes lebih sering terjadi seperti kelainan
kornea, glaucoma, neovaskularisasi iris dan katarak.
4. Diabetes dengan disfungsi ereksi
Prevalensi disfungsi ereksi pada penderita diabetes tipe 2 lebih dari 10
tahun cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati autonom,
angiopati dan problem fisik

2.1.2 Konsep self efficacy

2.1.2.1 Definisi self efficacy


Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya
untuk melakukan suatu bentuk control terhadap fungsi orang itu sendiri
dan kejadian dalam lingkungan. Self efikasi adalah keyakinan induvidu
akan kemempuannyauntuk mengatur dan melakukan prilaku yang
mendukung kesehatan berdasarkan pada tujuan dan dan harapan yang
diinginkan (jurnal 13). Self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kerja yang mempengaruhi
setiap peristiwa dalam hidup(jurnal 15) . Self efficacy merupakan suatu
bentuk penyelesai dari proses berfikir seseorang disertai dengan prilaku
yang akan individu lakukan dalam menyelesaikan masalah(skripsi N).

2.1.2.2 Aspek-aspek self efficacy


1. Tingkat
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu
merasakan mampu untuk melakukannya. Apalagi individu dihadapkan
pada tugas-tugas yang disusun dengan tingkat kesulitannya , maka efikasi
diri individu mampu untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan
sesuai dengan tingkat kesulitannya.
2. Kekuatan
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
penghargaan individu mengenai kemampuannya. Dimensi ini biasanya
berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level
kesulitan tugas maka makin lemah keyakinan yang dirasakan untukuntk
menyelesaikannya.
3. Generalisasi
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu
merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasakan yakin
terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan
situasi yang bervariasi.

2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi efikasi diri


1. Pengalaman mengenai sesuatu
Pengalaman mengenai sesuatu yaitu performa masa lalu. Setelah self
efficacy kuat dan berkembang melalui keberhasilan dampak negative
kegagalan yang umum akan bekurang secara sendirinya bahkan kegagalan
tersebut dapat diatasi dengan memperkuat motivasi diri jika seseorang
menemukan hambatan yang sulit dengan cara berusaha.
2. Modeling social
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampauannya
dalam mengerjakan suatu tugas yang sama dapat meningakatkan self
efficacy pada individu tersebut.
3. Persuasi social
Individu diarahkan berdasarkan saran, nasehat, bimbingan,sehingga dapat
meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Namun pengaruh persuasi ini tidak
terlalu memberi dampak besar pada seseorang karena tidak memberikan
pengalaman yang dialami secara langsung oleh individu tersebut.
4. Kondisi fisik dan emosional
emosi yang meningkat baiasanya akan mengurangi performa, saat
seseorang mengalami ketakutan , kecemasan akut, atau tingkat stress yang
tinggi, memungkinkan akan berpengaruh pada self efficacy yang rendah.
Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy
yaitu: budaya, jenis kelamin, sifat dari tugas yang dihadapi, insenti
eksternal, dan informasi tentang kemampuan diri.

2.1.2.4 Pengaruh self efficacy terhadap proses dalam diri manusia


1. Proses kognitif
Self efficacy mempengaruhi bagaiman pola fikir yang dapat mendorong
atau menghambat prilaku seseorang. Self efficacy yang tinggi dapat
mendorong terbentuknya pola pikir untuk mencapai kesuksesan, pemikiran
yang positif tentang kesuksesan akan memberi pengaruh positif untuk
melakukan suatu hal yang mengarah pada kesuksesan seseorang, sehingga
akan semakin memperkuat self efficacy seseorang.
2. Proses motivasional
Seseorang dapat termotivasi oleh harapan yang dinginkannya. Sumber
utama motivasi merupaka kemampuan untuk mempengaruhi diri sendiri
dengan cara mengevalusi pribadinya. Self efficacy merupakan suatu hal
penting dalam mempengaruhi diri sendiri dalam rangka membentuk
motivasi seseorang.
3. Proses afektif
Self efficacy berperan penting dalam mengatus kondisi afektif. Sel
efficacy mengatur emosi seseorang dapat melakukan beberapa cara yaitu:
seseorang yang percaya bahwa dirinya mampu mengelolah tidak akan
mudah tertakan oleh diri mereka sendiri, dan sebaliknya seseorang yang
memiliki self efficacy rendah akan cenderung memperbesar resiko yang
terjadi, seseorang yang memiliki self efficacy tinggi dapat menurunkan
tingkat stress dan keceamasan dalam melakukan tindakan yang dapat
mengurangi ancaman lingkungan.
4. Proses seleksi
Proses kognitif, motivasional, dan afektif memungkinkan seseorang untuk
melakukan tindakan dan lingkungan juga dapat membantu dirinya dalam
memepertahankannya dengan memilih lingkungan yang sesuai akan
membantu pembentukan diri dan pencapaian tujuan.

2.1.3 Dukungan keluarga

2.1.3.1 Definisi keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
istri, dan anak yang dibentuk atas daras perkawinan yang sah dan dapat
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertakwa kepada Allah
shubahahu wa ta’ala, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat.

2.1.3.2 Definisi dukungan keluarga


Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap individu yang memiliki masalah kesehatan. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap dalam
memberikan pertolongan dan bantuan. Dukungan keluarga merupakan
dukungan yang bersifat natural yang diberikan oleh keluarga. Dukunga
keluarga merupakan sikap, tindakan ddan penerimaan anggotanya.
Dukungan keluarga merupakan sikap positif, tindakan dan penerimaan
keluarga dan penderita yang sakit.

2.1.3.3 Fungsi dukungan keluarga


Dukungan keluarga sangat penting untuk dilakukan karena keluarga dapat
memberikan dorongan secara fisik maupun mental pada individu yang
memiliki masalah kesehatan. Berikut beberapa fungsi dukungan keluarga:
1. Dukungan informasional
Keluarga disini berfungsi sebagai kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Kelurga disini sangat berperan
aktif dalam memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan masalah yang dirasakan pasien. Dukungan informasi
yang diberikan oleh keuarga pada anggota keluarganya yang sakit
yaitu menginformasikan cara minum obat yang baik dan benar, dan
pentingnya melakukan pengobatan secara teratur serta selalu
mengingatkan pada anggota keluarga yang sakit bahwa penyakitnya
akan sembuh apabila ia rutin melakukan pengobatan.
2. Dukungan penilaian
Keluarga disini bertindak sebagai seorang yang membimbing dan
membantu individu dalam memecahkan masalah, keluarga juga dapat
berperan sebagai pemberi dukungan (support), penghargaan dan
perhatian pada individu, sehingga ia merasa bahwa dirinya sangat
diharapkan ditengah keluarganya. Bentuk dukungan ini melibatkan
pemberian informasi, saran dan umpan balik tentang situasi dan
kondisi individu. Dukungan keluarga pada dimensi ini yaitu
memberikan dorongan untuk rutin mengontrol gula darah, teratur
mengkonsumsi obat dan memeriksakan kesehatan kedokter. Adanya
dorongan keluarga membuat munculnya motivasi sehingga responden
merasa dirinya dihargai.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: untuk meningkatkan kesehatan penderita, keluarga yang
dapat membantu memenuhi kebutuhan makan dan minum, istrahat,
terhindarnya penderita dari masalah kesehatan yang lebih buruk.
Dukungan instrumental merupakan dukungan keluarga untuk
memberikan bantuan secara langsung, dan memberikan kenyamanan
serta kedekatan. Dukungan instrumental sebagai bentuk fasilitas yang
diberikan oleh keluarga dalam menangani suatu masalah kesehatan
yang dihadapi oleh anggota keluarganya.
4. Dukungan emosional
Dukungan emosional dimana keluarga mau mengerti dan menerima
serta mendengarkan keluh kesah akibat penyakitnya.dengan adanya
dukungan emosional mambuat responden merasa bersemangat untuk
hidup lebih baik. Dukungan keluarga membuat penderita diabetes
mellitus tipe 2 merasa nyaman secara psikologis serta fisik ketika
individu menghadapi masalah kesehatan.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan


2.1 Tabel Kajian penelitian yang relevan

Penelitian/tahun Judul Metode Hasil

1 2 3 4

Rina Al Kahfi, Pengaruh efikasi Penellitian Pasien diabetes


Adriana diri dan dukunga menggunakan mellitus tipe 2
Polimbo,Marlina keluarga tehadap survey analitik sebagian besar
(2016) pencegahan kaki dengan memiliki efikasi
diabetic pada pendekatan cross diri yang tinggi
pasien rawat jalan sectional. Populasi yaitu 61 orang
diabetes mellitus dan sampel adalah (71,8%),
tipe 2 di RSUD pasien rawat jalan mendapatkan
Dr. H. Moch. diabetes mellitus dukungan
Ansari Saleh tipe 2 di RSUD keluargan yaitu 68
Banjarmasin. Dr. H. Moch. orang (80%),
Ansari Saleh mencegah kaki
Banjarmasin. diabetic dengan
Bulan maret baik yaitu 61
sampe april 2016 orang (71,8%).
berjumlah 85 Ada hubungan
orang, diambil efikasi diri dan
dengan tektik dukungan
pengambilan keluarga terhadap
purposive pencegahan kaki
sampling. Data diabetic (P =0,000
dianalisis < α 0,05). Efikasi
menggunakan diri lebih dominan
Chi-square denga berpengaruh
tingakt dibandingkan
kepercayaan 95%. dukungan
keluarga terhadap
pencegahan kaki
diabetic.
1 2 3 4

Ritna udiyanti, Pengaruh dukunga Penelitian Pasien diabetes


Bayu Purnama keluarga dan self menggunaka mellitus tipe 2
Atmaja, Nujiha efficacy denga analitik dengan sebagian besar
Urina (2019) kepatuhan diat pendekatan cross memiliki sel
pada penderita sectional. Populasi efficacy baik 49
Diabetes mellitus dan sampel adalah responden
tipe 2 penderita diabetes (74,2%),
mellitus tipe 2 kepatuhan diet
tahun 2017 pada penderita
dipuskesmas diabetes mellitus
perawatan pagatan yaitu 33
yang berjumlah responden (50%).
194 Ada hubungan
orang.pengambila dukunga keluarga
n sampel dengan kepatuhan
dilakukan diet pada
menggunakan penderita diabetes
teknik accidental ( r = 0,538 ρ =
sampling dengan 0,000 < α = 0,05).
jumlah sampel 66 Ada hubungan self
orang. efficacy dengan
kapatuhan diet
pada penderita
diabetes mellitus
tipe 2 ( r = 0,290,
ρ = 0,018 < α
=0,05).

2.3 Kerangka Berfikir

2.3.1 Kerangka Konsep


2.1 Gambar kerangka konsep

Dukungan Keluarga Self Efficacy

Pencegahan Luka
Diabetes mellitus tipe 2

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
BAB 3 Metode penelitian

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai

3.1.2 Waktu penelitian


Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18-23 februari 2021.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional yang merupakan suatu
penelitian yang melakukan observasi dan pengukuran variable dalam satu waktu

3.3 Variable Penelitian


Variable merupakan konsep dari berbagai konsep level abstrakyang didefinisikan
sebagai suatu fasilitas utuk mengukur dan memanipulasi suatu penelitian.

3.3.1 Variabel independen


Variable independen (varibel bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau
nilainya menentukan variable dependen. Suatu kkegiatan stimulus yang
dimanipulasi oleh peneliti atau untuk menciptakan suatu dampak pada variable
dependen. Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah Dukungan keluarga dan
self efficacy pada penderita luka diabetes mellitus tipe 2yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai.

3.3.2 Variable dependen


Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh
variable independen( variable bebas). Dalam penelitian ini variable dependennya
adalah pencegahan luka diabetes mellitus tipe 2.

3.3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati oleh
sesuatu yang didefisikan tersebut.karakteristik yang dapat diamati itu merupakan
kunci definisi operasional. Dapat diamati maksudnya adalah memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukura secara cermat terhadap suatu
objek yang dapat terjadi kembali pada orang lain.

3.2 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
1 2 3 4 5

independen : Hasil dari Kuisioner Ordinal


self efficacy penderita foot care
Diabetes comfidence
mellitus tipe 2 scale
yang memiliki
keyakinan dalam
diri untuk
melakukan
pencegahan luka
diabetes.

1 2 3 4 5

Independen : keluarga Kuisioner ordinal


Dukungan memberikan hansarling
keluarga dukungan agar diabetes
penderita family
Diabetes support
mellitus tipe 2 scale
dapat melakukan (HDFSS)
pencegahan

1 2 3 4 5

dependen : Hasil dari Pengukuran Ordinal


Pencegahan seorang biofisiologi
luka diabetes penderita s
mellitus tipe 2 diabetes mellitus
tipe 2 yang
sedang
melakukan
pencegahan luka
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;klien) yang
memenuhi criteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua penderita luka diabetes mellitus tipe 2dan bertempat tinggal
diwilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sementara sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian ini
eknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian, sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenali sebelumnya. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan antara criteria
sampel dan populasi, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu
ditentukan beberapa criteria hasil:

A. Criteria inklusi
1. Penderita luka diabetes mellitus tipe 2 yang dating di puskesmas.
2. Bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai
3. Dapat membaca dan menulis
4. Penderita tinggal bersama keluarga
5. Bersedia menjadi responden
B. Criteria ekslusi
1. Penderita Diabetes mellitus yang tidak berada ditempat saat penelitian
dilakukan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis data


A. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsungdari
responden melalui kuisioner meliputi:
1. Karakteristik responden (nama, umur, alamt, pendidikan dan
pekerjaan)
2. Karateristik penderita DM tipe 2 (umur dan jenis kelamin)
3. Data dukungan keluarga dan self efficacy dengan menggunakan
kuisioneryang diisi oleh responden
4. Pengukuran biofisiologis pada penderita DM tipe 2
B. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada pada admin di Puskesmas UPTD Banggai berupa jumlah penderita
DM Tipe 2 yang memiliki komplikasi ulkus diabetic yang bertempat
diwilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai.

3.5.2 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karkteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah dalam pengumpulan data tergantung pada rencana
penelitian danteknik instrument yang dilakukan. Responden dalam
ppenelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang memiliki komplikasi ulkus
diabetic dan bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas UPTD Banggai.
Penderita diabetes mellitus tipe 2 akan dibagikan kuisioner untuk
menjawab beberapa pertanyaan. Namun sebelum dibagi kuisioner, peneliti
akan menjelaskan tujuan penelitian dan meminta persetujuan dari
responden.
3.5.3 Instrumental penelitian
Instrumental yang digunakan terdiri dari pengukuran biofisiologis adalah
pengukuran yang dipergunakan pada tindakan keperawatan yang
berorientasi pada dimensi fisiologis dan kuisioner. Kuisioner yang
digunakan ada 2 yaitu: kuisioner yang pertama adalah Hansarling diabetes
family support scale (HDFSS) ini merupak kuisioner yang digunakan
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan pencegahan ulkus
diabetic. Kuisioner yang ke-2 adalah foot care comfidence scale (FCCS)
yang digunakan unt mengetahui hubungan self efficacy dan pencegahan
ulkus diabetic.

3.6 Teknik Analisa Data

3.7 Hipotesis Statistik


H1 : ada hubungan antara dukungan keluarga dan self efficacy pada pengegahan
luka diabetes mellitus tipe 2

H0 : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan self efficacy pada
pengegahan luka diabetes mellitus tipe 2

3.8 Etika Penelitian


1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderita kepada
subjek, khususnyy jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan ynga
tidak menguntungkan. Suubjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya
dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak aan
dipergunakandalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam
bentuk apapun.
c. Resiko
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan
ynga kan berakibat pada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden
Subjek harus dilakukan secara manusiawi, subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa
adanya sanksi atau akan berakibat terhadap kesembuhanya, jika
mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakukan yang diberikan
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperici serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanaka, mempunyai hhak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil
Sebjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya deskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau keluar dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya
Sebjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia.

3.9 Alur Penelitian


1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di
Puskesmas UPTD Banggai
2. Peneliti juga melakukan identifikasi respondenyang sesuia dengan sampel
yang diinginkan peneliti
3. Peneliti memperkenalkan diri kepada calon reponden/penderita DM tipe 2,
menyampaikan informasi penelitian, menjelaskan tujuan penelitian,dan
prosedur penelitian, serta meminta kesediaan calon responden untuk
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian.
4. Calon responden/penderita DM tipe 2yang bersedia berpartisipasi sebagai
responden diminta mengisi kuissioneryang verisi pertanyaan, dan apabila
respondentidak dapat mengisi sendiri maka kan dibantu oleh peneliti
5. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui kuisioner
6. Data yang terkumpul dicek kembaliuntuk melihat kelengkapan data
selanjutnya diolah dan dianalisis sesuia dngan tujuan peneliti.
Daftar pustaka
Andriyanto. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan Kaki
Diabetikterhadapa Pengetahuan Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus di RSUP
DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Naskah Publikasi , 1-16.

Ayuni, D. Q. (2020). Buku Ajar Asuhan keperawatan keluarga pada pasien post
operasi katarak. padang: Pustaka galeri mandiri.

Dian Prawesti, D. R. (2015). dukungan keluarga meningkatkan upaya pencegahan


GANGREN (perawatan kaki) pada pasien diabetes melitus. jeunal penelitian
keperawatan , 1 (2), 165-174.

Dinkes. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2019. Palu:
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.

DR. Dr.Soebagijo Adi Soelistijo, S. P.-K. (2019). Pedoman pengelolaan dan


pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di indonesia. PD PERKENI.

dwi yuniar ramadhani, f. a. (2016). karakteristik, dukunan keluarga dan efikasi


diri pada lanjut usia diabetes melitus tipe 2 di kelurahan padang sari, semarang.
ners LENTERA , 4 (2), 142-151.

Firmansya. (2018). Hubungan Efikasi Diri dengan kadar gula darah penderita
Diabetes Melitus (DM) t=Tipe 2 di Puskesmas7 Ulu Palembang . Aisyiyah
Medika , 1-7.

Joyce M. Black, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.

Manuntung, A. (2020). Efikasi Diri dan PRilaku Perawatan Diri Pasien Diabets
Melitus Tipe 2 di wilayah Puskesmas Pahandut. Adi Husada Nursing Journal , 6
(1), 52-58.
Manuntung, A. (2019). Terapi perilaku kognitif pada pasie hipertensi.
Palangkaraya: Wineka Media.

Nursalam. (2020). Metode penelitian ilmu keperawatan : pendekatan pratis edisi


5. jakarta: Selembang Medica.

Rina Al Kahfi, A. P. (2016). pengaruh efikasi diri dan dukungan keluarga


terhadap pencegahan kaki diabetik pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2
di RSUD Dr. H Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. dinamika kesehatan , 7 (2),
332-346.

Ruslan, D. K., & Fahrun Nur Rosyid S.kep., N. M. (2016). hubungan antara
dukungan keluarga deangan harga diri pada pasien ulkus diabetikum di
Poliklinik Penyakit. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Dessy Kurniawati ruslam.

sefrita matlangkay, m. k. (2017). hubungan motivasi dan dukungan keluarga


dengan perawatan kaki mandiri pada pasien diebetes melitus tipe 2. e-journal
keperawatan , 5 (1).

Soelistijo, d. S. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes tipe 2 di


Indonesia 2015. PERKEMI.

Anda mungkin juga menyukai