Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk
mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu
banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan
status sosialnya, dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya kegemukan
atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan kematian.
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia baik di negara maju maupun
negara berkembang, prevalensinya pun meningkat begitu pesat. Masalah
kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan
pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan
obesitas merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia
dewasa (Polli, dkk, 2016).
Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan lemak tubuh secara berlebih. Obesitas didefinisikan sebagai
akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko bagi kesehatan.
Awalnya dianggap obesitas hanya merupakan masalah di negara-negara
berpenghasilan tinggi. Dewasa ini, obesitas secara dramatis meningkat di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan.
Obesitas menjadi masalah serius dibanyak negara berkembang dengan pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertambahan penduduk,
maka kurang lebih sudah 20 tahun obesitas meningkat seiring dengan kebiasaan,
cara mengkonsumsi, dan gaya hidup (World Health Organization, 2010).
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar. Obesitas merupakan suatu gambaran sindrom
metabolik, sama halnya dengan resistensi insulin, hiperglikemia puasa,
abnormalitas lipid dan hipertensi. Semua
gambaran sindrom metabolik ini berkaitan erat dengan kelebihan berat badan
(Polli, dkk, 2016).
Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight)
dan obesitas meningkat sangat tajam diseluruh dunia, yang mencapai tingkatan
yang membahayakan. Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa,
tetapi juga pada anak-anak dan remaja. 4 5 Hasil Riskesdas 2007 (Depkes RI,
2008) menunjukkan prevalensi obesitas secara nasional adalah sebesar 19,1%.
Prevalensi nasional obesitas pada laki-laki lebih rendah daripada perempuan,
secara berturut-turut sebesar 13,9% dan 23,8%. Didaerah perkotaan prevalensi
obesitas lebih tinggi dari pada di pedesaan, masing-masing sebesar 23,8% dan
16,3% (Almatsier, 2011).

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari obesitas dan bagaimana prevalensi kejadian obesitas di
Indonesia?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab obesitas?
3. Bagaimana tingkat prioritas dari faktor-faktor penyebab obesitas?
4. Apa saja program kerja untuk menyelesaikan masalah obesitas?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari obesitas dan bagaimana prevalensi
kejadian obesitas di Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab obesitas.
3. Untuk menentukan tingkat prioritas dari faktor-faktor penyebab obesitas.
4. Untuk menentukan program kerja untuk menyelesaikan masalah obesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN OBESITAS
Obesitas adalah keadaan akumulasi lemak dalam tubuh yang abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan kondisi
pertambahan lemak tubuh yang didasarkan pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT).
Asupan makanan berlebih disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak
yang dalam jangka panjang mengakibatkan cadangan lemak ditimbun semakin
banyak dalam tubuh yang menyebabkan obesitas, kondisi abnormal kelebihan lemak
yang serius dalam jaringan adiposa yang menganggu kesehatan. Obesitas secara
klinis dinyatakan dalam bentuk IMT ≥ 25 kg/m2, kegemukan dan obesitas
merupakan faktor risiko kejadian penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2,
hipertensi, kardiovaskular, dan kanker ( Widiantini dan Zarfiel, 2014).
Tabel Klasifikasi Obesitas Berdasarkan IMT
WHO (1998) Asia Pacific (2000)
IMT IMT
(Kg/m2) (Kg/m2)
BB kurang < 18.5 BB kurang < 18.5
Normal 18.5 - 24.9 Normal 18.5 – 22.9
BB lebih 25.0 - 29.9 BB lebih > 23
Obesitas I 30.0 - 34.9 Obesitas I 23 – 24.9
Obesitas II 35.0 - 39.9 Obesitas II 25 – 29.9
Obesitas III > 40 Obesitas III > 30

Pada anak dan remaja, kategori IMT atau status gizi ditentukan berdasarkan
persentil atau kalkulasi standar deviasi (z score) sesuai dengan usia dan jenis kelamin
dari populasi rujukan.4,6,7 Usia 5 sampai 18 tahun memiliki berat badan berlebih
bila memiliki indeks masa tubuh dalam rentang lebih dari 1 sampai dengan 2 standar
deviasi dan dikategorikan obesitas apabila memiliki IMT lebih dari 2 standar deviasi
pada chart IMT/usia kriteria WHO (Cahyani dan Sidiartha, 2013).
DATA OBESITAS MENURUT RISKESDAS 2013

Pada anak sekolah, dan remaja kejadian kegemukan dan obesitas merupakan
masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Remaja obesitas pada
sepanjang hidupnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah
masalah kesehatan yang serius seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dll.
Obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik meskipun
diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan

prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi


melalui ketidakseimbangan antara pola makan dan perilaku makan. Hal ini terutama
berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah pada sedentary life style.
Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial,yang terjadi akibat akumulasi
jaringan lemak berlebihan, obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan
nafsu makan dan metabolisme energy yang dikendalikan oleh beberapa faktor

biologic spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan


dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose
sehingga dapat mengganggu kesehatan.1 Obesitas biasanya dinyatakan dengan
adanya 25% lemak tubuh total pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita
Prevalensi obesitas sentral pada penelitian ini ditemukan sebesar 51,3 persen
lebih tinggi dari prevalensi obesitas sentral penduduk Indonesia pada Riskesdas 2013
(48,5%).19 Prevalensi pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian di empat wilayah di India, yaitu berkisar antara 16,9–36,1 persen dkk.
(2010) di perdesaan India (21,6%),21 penelitian Saad HA, et al. (2015) di Malaysia
(37%).
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB AKTIVITAS

1. Kurang Konsumsi serat


Sayur dan buah merupakan sumber serat yang penting bagi anak dalam
masa pertumbuhan, khususnya berhubungan dengan obesitas. Anak overweight
dan obesitas membutuhkan makanan tinggi serat seperti sayur dan buah.
Berdasarkan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang), konsumsi sayur dan buah
minimal 3 porsi/hari. Pola konsumsi sayur dan buah pada penduduk Indonesia
memang masih rendah daripada jumlah yang dianjurkan.8 Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa sekitar 90% anak mengkonsumsi sayur dan buah
dengan ukuran <3 porsi/hari. Selai itu ternyata anak perempuan lebih sering
mengkonsumsi sayur dan buah dibandingkan dengan anak laki-laki. Konsumsi
serat secara linier akan mengurangi asupan lemak dan garam yang selanjutnya
akan menurunkan tekanan darah dan mencegah peningkatan berat badan.
Berbagai intervensi dalam mencegah obesitas termasuk meningkatkan konsumsi
sayur dan buah dapat menggantikan makanan dengan densitas energi tinggi yang
sering dikonsumsi anak dan remaja, sehingga secara tidak langsung dapat
menurunkan berat badan (Sartika,2011).
2. Sedentary Activity
Hasil penelitian Setyadi, dkk. (2015), menunjukkan bahwa rata-rata
respomdem menghabiskan waktu untuk melakukan sedentary behaviour 3,55
jam/hari saat weekday dan meningkat menjadi 4,98 jam/hari saat weekend.
Sebanyak 18 responden yang sering melakukan sedentary behaviour, 14
responden (82,3%) diantaranya termasuk pada proporsi anak obesitas. Hasil
analisis diketahui bahwa rata-rata responden obesitas menghabiskan 0,5 jam
lebih banyak dalam sehari untuk melakukan sedentary dibandingkan dengan
responden dengan berat badan normal.
Penelitian Li et al., (2007) pada anak usia 7-17 tahun di Cina. Hasilnya
dinyatakan bahwa anak obesitas menghabiskan waktu lebih banyak untuk
melakukan perilaku kurang gerak seperti membaca di waktu luang,
menggunakan computer, bermain games, dan menggunakan transportasi pasif ke
sekolah seperti motor, mbil, dan bus. Anak dengan obesitas tersebut
menghabiskan rata-rata 2-3 jam lebih banyak dalam melakukan aktivitas
sedentary dibandingkan dengan anak berat badan normal. Penelitian lain juga
menyebutkan anak obesitas menggunakan waktu lebih banyak sekitar 20 menit
dalam melakukan aktivitas sedentary dibandingkan dengan anak berat badan
normal (setyadi, dkk., 2015)
3. Genetik
Faktor genetik ikut berperan dalam menurunkan sifat-sifat kegemukan.
Apabila kedua orang tua gemuk, resiko kegemukan pada anak-anaknya
mencapai 80%, jika salah satu orang tua yang gemuk, peluang anak-anaknya
menjadi gemuk sebesar 40% (Khomsan, 2004).
4. Asupan Makanan Berlebihan
Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi makanan melebihi energi yang
dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya
terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Remaja yang mempunyai asupan
berlebih kemungkinan untuk obesitas 6,9 kali lebih tinggi dari remaja dengan
asupan energi baik. Hal ini sejalan dengan B penelitian yang dilakukan oleh
Kurdianti (2015) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas
pada remaja bahwa remaja yang memiliki asupan energi, lemak, dan karbohidrat
berlebih beresiko lebih terhadap terjadinya obesitas. Konsumsi lemak yang
berlebih dapat meningkatkan resiko kegemukan. Kelebihan karbohidrat di dalam
tubuh akan diubah menjadi lemak.
5. Kurang Olahraga
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seringnya
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik akan
mengalami terjadinya obesitas.
6. Sering konsumsi Junkfood
Menurut hasil penelitian Fraser et al., remaja yang sering makan di restoran
cepat saji mengkonsumsi lebih banyak makanan yang tidak sehat dan cenderung
memiliki IMT lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodik
makan di restoran cepat saji. Kebiasaan makan di restoran cepat saji (sedikitnya
seminggu sekali) berhubungan positif dengan diet tinggi lemak dan IMT.
Makanan ringan (kudapan) hanya mengandalkan kalori saja, sehingga remaja
suka mengemil dan menjadi enggan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi lengkap. Kalori yang tinggi dapat memicu terjadinya
penumpukan lemak sehingga terjadi obesitas. Kelebihan energi setiap hari
secara rutin pada remaja dapat menimbulkan timbunan lemak (adiposit) tubuh
menjadi bertambah. Tingginya konsumsi protein hewani pada remaja dengan
obesitas berkorelasi dengan rendahnya zat gizi hewan pada umumnya yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi. Bila kondisi ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama, maka risiko untuk terjadinya obesitas makin
meningkat. Lemak memiliki beberapa macam bentuk. Tingkat konsumsi lemak
yang normal adalah 20-25% dari total kalori harian. Kelebihan lemak akan
disimpan di jaringan adiposit dan bila berlangsung terus menerus penumpukan
ini akan menimbulkan obesitas (Suryaputra dan Siti, 2012).
7. Ekonomi
Di kehidupan sehari-hari terdapat suatu kontradiksi hubungan antara status
ekonomi sosial dan prevalensi obesitas. Di tingkat sosial yang rendah, dimana
makanan sukar didapat, obesitas terlihat sebagai suatu indikator visual terhadap
kesejahtraan dan status.
8. Lingkungan
Adalah kenyataan bahwa pola makan, jumlah dan komposisi nutrisi dalam
makanan, serta intensitas aktivitas tubuh merupakan hal yang paling
berpengaruh dalam terjadinya obesitas. Gaya hidup modern dan santai seringkali
tidak menyadari jumlah masukan kalori disamping kurang memperhatikan
kaidah gizi seimbang, seperti makan fast food merupakan acara sehari-hari,
ngemil makan berkalori tinggi dan tinggi karbohidrat pada saat nonton televisi
atau bioskop, dan sebagainya.
Menurut Khumaidi (1989) tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh orang
lain dan untuk memperoleh kepuasan atau ketidakpuasan hati, orang tersebut
melakukan pertimbangan-pertimbangan di dalam keadaan atau apa yang
dipikirkan sebelum membuat keputusan. Di Indonesia, terutama di kota-kota
besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan
sedentary berakibat pada perubahan polamakan / konsumsi masyarakat yang
merujuk pada polamakan tinggi kalori , tinggi lemak dan kolesterol,4,5 terutama
terhadap penawaran makanan siap saji (fastfood) yang berdampak meningkatkan
risiko obesitas.
9. Lifestyle
Faktor gaya hidup ini dalam skripsi Humayrah (2009) dibagi atas dua, yaitu
perilaku konsumsi dan aktivitas fisik berat. Perilaku konsumsi yang diteliti
terdiri atas merokok, minum minuman beralkohol, konsumsi sayuran dan buah,
konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan manis, dan konsumsi jeroan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa merokok bukanlah menjadi penyebab
seseorang menjadi obesitas, sedangkan berdasarkan uji chi-square, minum
minuman beralkohol terdapat hubungan yang nyata menyebabkan sampel
cenderung mudah gemuk dibandingkan sampel yang tidak terbiasa minum
minuman beralkohol. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa sampel yang
kurang konsumsi sayuran dan buah di Sulawesi Utara berpeluang untuk gemuk
1,164 kali untuk gemuk dibandingkan sampel yang mengonsusmsi sayuran dan
buah. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak berhubungan positif secara nyata
dengan kegemukan di Sulawesi Utara. Tingginya frekuensi makan makanan
manis di Sulawesi Utara dan DKI Jakarta berhubungan negatif menyebabkan
kegemukan. Konsumsi jeroan berhubungan positif nyata di Sulawesi Utara,
namun berhubungan negatif nyata di DKI Jakarta dan Gorontalo.
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwaterdapat hubungan nyata antara
kebiasaan fisik berat dan kejadian kegemukan sampel di Sulawesi Utara dan
Gorontalo namun tidak berhubungannyata di DKI Jakarta. Sampel yang tidak
terbiasa dengan aktifitas fisik berat di Sulawesi Utara dan Gorontalo memiliki
peluang 1,469 kali untuk gemuk dibandingkan sampel yang terbiasa melakukan
aktivitas fisik (Humayrah, 2009).
10. Usia
Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai
kelainan pada umur pertengahan. Overweight yang muncul pada tahun pertama
kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi
besar untuk umurnya.
11. Psikologi
Bagi individu yang inaktif, termasuk mereka yang jarang melakukan
olahraga, mengkonsumsi alkohol dan merokok cendrung mengalami
peningkatan berat badan. Faktor-faktor psikologis juga berpengaruh terhadap
kebiasaan makan.
Penentuan Prioritas Masalah
Pembobotan Kriteria

Kartu Indeks Khusus


Skor dan Pembobotan

Berdasarkan hasil skoring, didapat 5 masalah yang menjadi prioritas yaitu:


1. Asupan makanan berlebih
2. Kurang olahraga
3. Sedentary activity
4. Kurang konsumsi serat
5. Sering konsumsi junkfood

Perencanaan Program Gizi


 Edukasi gizi/Penyuluhan
 Edukasi gizi dan senam bersama setiap hari sabtu
 Edukasi melalui ceramah agama “Move on from sedentary activity”
 Edukasi melalui pembagian produk makanan “rujak buah seti (serat tinggi)”
yang selanjutnya dijual dengan harga murah
 Seminar gratis semi formal “Bangga Menjadi Indonesia dengan Pangan
Melimpahnya” berisi tentang betapa bangganya orang di luar negeri akan
pangan dan makanan di Indonesia yang melimpah dan manfaat-manfaat
pangan lokal dari segi kesehatan
Identifikasi Sumber Daya

N Program Kegiatan Sumber


o daya/Pembiayaan (%)

1 2 3 4

1 Edukasi/Penyuluhan 1. Penyuluhan oleh ahli gizi 20 20 20 35


kepada masyarakat tentang
pengaruh asupan makanan
berlebih kepada kejadian
obesitas.
2. Pembagian pamflet tentang
obesitas.
3. Pemasangan poster tentang
obeistas diruang publik.

2 Edukasi dan senam Edukasi tentang pentingnya 20 40 10 20


bersama setiap sabtu olahraga dan mengajak
dan minggu masyarakat untuk mengikuti
senam yang rutin diadakan
setip sabtu dan minggu.
Bekerjasama dengan 20
mahasiswa gizi yang
berkapabel yang disupervisori
oleh 1 ahli gizi dan kerjasama
dengan 1 instruktur senam.

3 Ceramah “Move on Edukasi melalui ceramah 10 40 40


from sedentary yang berisi tentang gaya
activity” hidup sedentary yang dapat
dikaitkan juga dengan agama
sehingga dapat memotivasi
masyarakat untuk lebih aktif
dan produktif.
Ceramah yang dilakukan oleh
ustadz atau pemuka agama
yang berlatar belakang gizi
dan kesehatan.

4 Produk makanan Pembuatan rujak buah serat 70 10 10 10


“rujak buah seti tinggi oleh ahli gizi atau
(serat tinggi)” dietiesien, kemudian
dipromosikan kepada
masyarakat dan dijual dengan
harga yang terjangkau.

5 Seminar “Bangga Seminar berisi tentang


Menjadi Indonesia beragamnya pangan lokal
dengan Pangan nusantara yang mengandung
Melimpahnya” berbagai macam zat gizi yang
menyehatkan dan juga
membahas tentang kebiasaan
makan junkfood juga efek
sering konsumsi junkfood
bagi kesehatan. Seminar
dilakukan oleh ahli gizi.

Keterangan sumber 1 = masyarakat setempat, 2 =


daya/pendanaan lurah/desa, 3 = pemerintah
kota/kabupaten, 4 = Dinas
kesehatan

Rencana Program
1. Masalah : Asupan Makanan Berlebih
Tujuan : Memperbaiki asupan makanan masyarakat
Sumber : Jurnal “Hubungan pola makan dan Obesitas pada Remaja di Kota
Bitung” Makolensang dkk. tahun 2016.
Hasil analisis komparatif menggunakan fisher exact test
menunjukkan secara keseluruhan terdapat hubungan yang bermakna
antara pola makan dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat,
protein, dan lemak dengan status obesitas (p< 0,01)
Indikator : 60% warga setempat mengikuti edukasi yang dilakukan dan
mendapatkan pamflet tentang obesitas, juga poster tentang obesitas
terpasang diruang-ruang publik.
Asumsi resiko : Berat
Kegiatan : Edukasi/penyuluhan
Logistik
Alat : Materi penyuluhan, soundsystem dan mic, kursi, dan konsumsi
Biaya : Rp. 1.000.000,-/kegiatan
Waktu : 1 x dalam 2 bulan dan berangsur dikurangi seiring perubahan
perilaku
Tenaga : 20 orang Mahasiswa gizi yang berkapabel untuk satu desa dan
disupervisori oleh 1 ahli gizi
2. Masalah : Kurang Olahraga
Tujuan : Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya olahraga dan
membiasakan olahraga rutin di kalangan masyarakat
Sumber : Jurnal “Obesitas dan Olahraga” Muhammad Adam Mappaompo
2010.
Dari hasil penelitian Dr. Kenneth Cooper pada institute for Aerobic
Research di Dalla, yang dikutif oleh Sadoso Sumosardjono (1993),
ternyata yang berusia kurang lebih 70 tahun, yang tetap memelihara
aktivitas fisik dengan kadar yang cukup tinggi selama hidupnya, pada
tes kesegaran jasmani dapat mengalahkan orang-orang yang umurnya
kurang lebih 20 tahun, yang tak pernah berolahraga , pekerjaannya
hanya duduk saja. Dari hasil penelitian di atas membuktikan, bahwa
aktivitas fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya
kapasitas organ-organ faal tubuh. Terpeliharanya kapasitas
organorgan faal tubuh akan dapat memperlancar semua system yang
terdapat didalam tubuh. Khusus berfungsinya secara baik organorgan
system pencernaan akan dapat memperlancar proses metabolisme
sehingga penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan
dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan asam laktat yang
sedikit maka akan dapat mengurangi terjadinya obesitas.
Indikator : 70% warga setempat mengikuti kegiatan senam bersama setiap sabtu
dan minggu
Asumsi Resiko : Berat
Kegiatan : Edukasi gizi dan senam bersama setiap hari sabtu
Logistik
Alat : Materi penyuluhan, soundsystem dan mic, kursi, dan konsumsi
Biaya : Rp. 1.500.000,-
Waktu : 1 x dalam 2 bulan untuk edukasi, Senam 1 x seminggu
Tenaga : 20 orang Mahasiswa gizi yang berkapabel untuk satu desa dan
disupervisori oleh 1 ahli gizi. Serta 1 instruktur senam untuk 1 desa
3. Masalah : Sedentary Activity
Tujuan : Mengubah gaya hidup sedentary menjadi gaya hidup yang produktif
Sumber : Jurnal “Hubungan Penggunaan Waktu Perilaku Kurang Gerak
(Sedentary Behaviour) Dengan Obesitas Pada Anak Usia 9-11 Tahun
Di Sd Negeri Beji 02 Kabupaten Tulungagung” Setyoadi dkk. 2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden
menghabiskan waktu untuk melakukan sedentary behaviour 3.55
jam/hari saat weekday dan meningkat menjadi 4.98 jam/hari saat
weekend. Sebanyak 18 responden yang sering melakukan sedentary
behaviour, 14 responden (82.3%) diantaranya termasuk pada proporsi
anak obesitas. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata
responden obesitas menghabiskan 0,5 jam lebih banyak dalam sehari
untuk melakukan sedentary dibandingkan dengan responden dengan
berat badan normal.
Indikator: 70% warga setempat mengikuti ceramah.
Asumsi Resiko : Berat
Kegiatan : Edukasi melalui ceramah agama “Move on from sedentary activity”
Logistik
Alat : Materi penyuluhan, soundsystem dan mic, kursi, dan konsumsi
Biaya : Rp. 1.000.000,-
Waktu : 1 x sebulan
Tenaga : Ustadz dengan basic pendidikan gizi dan kesehatan
4. Masalah : Kurang konsumsi serat
Tujuan : Menyadarkan akan pentingnya konsumsi serat dan membiasakan
konsumsinya setiap hari
Sumber : Skripsi “Hubungan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight
Pada Remaja Putri Sma Batik 1 Surakarta” Makaryani 2013.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada uji
hubungan asupan serat dengan kejadian overweight adalah nilai (p =
0,525). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian
overweight.Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulansari (2009)
yang meneliti konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja
dengan obesitas.Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan nyata
antara konsumsi buah dan sayur dengan kejadian obesitas. Penelitian
Dewi (2000) menunjukan hal yang berkebalikan dimana ada
hubungan negatif sangat signifikan antara konsumsi serat dengan
status gizi.Melalui penelitian ini diketahui bahwa semakin rendah
konsumsi serat maka semakin tinggi terjadinya overweight.
Indikator : 80% masyarakat setempat mengkonsumsi rujak buah seti.
Asumsi Resiko : Berat
Kegiatan : Edukasi melalui pembagian produk makanan “rujak buah seti (serat
tinggi)” yang selanjutnya dijual dengan harga murah
Logistik
Alat : Alat masak, bahan makanan, dan kertas edukasi
Biaya : Rp. 3.000.000,-
Waktu : 1 x seminggu
Tenaga : Ahli gizi atau dietesien
5. Masalah : Sering Konsumsi Junkfood/fastfood
Tujuan :Mengubah mindset masyarakat terhadap pangan lokal nusantara dan
menyadarkan masyarakat tentang bahaya sering konsumsi junkfood.
Sumber : “Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Status Gizi Lebih pada
Siswa SD Pertiwi 2 Padang” Amalia dkk. 2015
Semua responden dalam penelitian ini mengonsumsi junk food.
Rata-rata frekuensi konsumsi junk food pada responden adalah 4,6±
2,9 kali per hari, frekuensi minimum 1,03 kali per hari, dan
frekuensi maksimum adalah 17,3 kali per hari. Dalam penelitian ini
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi junk
food dengan kejadian gizi lebih (p< 0,05)
Indikator : Diikuti oleh 60% dari jumlah masyarakat setempat
Asumsi Resiko : Berat
Kegiatan : Seminar gratis semi formal “Bangga Menjadi Indonesia dengan
Pangan Melimpahnya” berisi tentang betapa bangganya orang di luar
negeri akan pangan dan makanan di Indonesia yang melimpah dan
manfaat-manfaat pangan lokal dari segi kesehatan
Logistik
Alat : Materi, soundsystem dan mic, kursi, konsumsi
Biaya : Rp. 1. 000.000,-
Waktu : 1 x dalam 6 bulan
Tenaga : Ahli gizi, atau dietesien
BAB III
KESIMPULAN

KESIMPULAN
Obesitas adalah keadaan akumulasi lemak dalam tubuh yang abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan kondisi
pertambahan lemak tubuh yang didasarkan pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT).
Berdasarkan hasil skoring didapat 5 masalah yang menjadi prioritas yaitu Asupan
makanan berlebih, Kurang olahraga, Sedentary activity, Kurang konsumsi serat,
dan Sering konsumsi junkfood. Adapun perencanaan program gizi yang dirancang
untuk menyelesaikan 5 masalah yang menjadi prioritas yaitu:
 Edukasi gizi/Penyuluhan
 Edukasi gizi dan senam bersama setiap hari sabtu
 Edukasi melalui ceramah agama “Move on from sedentary activity”
 Edukasi melalui pembagian produk makanan “rujak buah seti (serat tinggi)”
yang selanjutnya dijual dengan harga murah
 Seminar gratis semi formal “Bangga Menjadi Indonesia dengan Pangan
Melimpahnya” berisi tentang betapa bangganya orang di luar negeri akan pangan
dan makanan di Indonesia yang melimpah dan manfaat-manfaat pangan lokal dari
segi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas pada


anak sekolah. Kementrian kesehatan RI. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2011. p.
Almatsier S, Susirah S, Maesijandi S. 2011. Gizi seimbang dalam daur kehidupan.
Jakarta.
Cahyani, ID Ayu Eka dan IGL Sidiartha. 2013. Prevalensi Berat Badan Berlebih
dan Obesitas dan Hubungannya dengan Nilai Akademis pada Remaja Kelas
Sepuluh SMAN 1 Banalgli Tahun 2012. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana 2013.
Guyton AC, Hall JE. (2008). Buku ajar-Fisiologi kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.
p. 889, 917-8.
Humayrah, Wardina. Skripsi. 2009. Faktor Gaya Hidup dalam Hubungannya
dengan Risiko Kegemukan Orang Dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI
Jakarta, dan Gorontalo. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Kurdianti, Weni., dkk. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas
Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 11, No. 4 :179 – 190.
Makaryani, Rina Yuni. 2013. Hubungan konsumsi serat dengan kejadian overweight
pada remaja putri SMA Batik 1 Surakarta, [Naskah Publikasi]. Program
diploma III gizi fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Polii, dkk. 2016. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa Dengan Obesitas Pada
Remaja Di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara. Jurnal e-Biomedik. Volume 4, Nomor 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Riskesdas 2013
Setyadi, dkk.. November 2015. Hubungan Penggunaan Waktu Perilaku Kurang
Gerak (Sedentary Behaviour) dengan Obesitas pada Anak Usia 9-11 Tahun di
SD Negeri Beji 02 Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmu Keperawatan: Vol. 3,
No.2. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Suryaputra, Kartika dan Siti Rahayu Nadhiroh. 2012. Perbedaan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik antara Remaja Obesitas dengan Non Obesitas. Makara,
Kesehatan, Vol. 16, No. 1, Juni 2012: 45-50.
Widiantini, Winne dan Zarfiel Tafal. 2014. Aktivitas Fisik, Stres, dan Obesitas pada
Pegawai Negeri Sipil. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 7,
Februari 2014.
World Health Organization. 2010. Global Recommendations on Physical Activity
for Health. Geneva: WHO Press. (Online).
http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241599979_eng.pdf diunduh
18 Mei 2017.
TUGAS KELOMPOK
PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM GIZI

PENENTUAN PRIORITAS DAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI


MASALAH OBESITAS

KELOMPOK 1
1. Herman K211 14 009
2. Nurhikmah Ahmad K211 14 006
3. Putri Mutmainnah K211 14 013
4. Endah Pangesti Suprayitno K211 14 014
5. Aslim Husain K211 14 020
6. Hardiyanti K211 14 023
7. Samriati Candra Runa K211 14 024
8. Humaira Bachmid K211 14 028
9. Khairunnisa K211 14 301
10. Muthmainnah K211 14 302
11. Maryulni Grace K211 14 503

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai